SEPTEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
OLEH :
Pembimbing :
2018
DUALITAS DARI RESPON INFLAMASI TERHADAP CEDERA OTAK
TRAUMATIK
ABSTRAK
Satu setengah hingga dua juta orang mengalami cedera otak traumatik (TBI) di AS
setiap tahunnya, dimana sekitar 70.000–90.000 akan menderita cacat jangka panjang dengan
dampak dramatis pada kehidupan mereka sendiri dan keluarga mereka serta biaya sosio-
ekonomi yang sangat besar. Kerusakan akibat cedera otak traumatis bisa terjadi secara
langsung (gangguan mekanik langsung jaringan otak, atau cedera primer ) dan mekanisme
secara tidak langsung (cedera sekunder). Mekanisme sekunder ini menimbulkan respons
peradangan akut, termasuk kerusakan sawar darah otak (BBB), pembentukan edema,
infiltrasi sel darah perifer dan pengaktifan dari imunokompeten sel, serta pelepasan intratekal
dari banyak mediator inflamasi seperti interleukin dan faktor chemotactic. Tinjauan terhadap
respon inflamasi akibat trauma secara klinis dan eksperimental telah disajikan dalam ulasan
ini. Kemungkinan dampak bahaya / manfaat dari inflamasi pasca-trauma dalam sistem saraf
pusat (SSP) didiskusikan menggunakan tiga mediator inflamasi di otak, tumor necrosis
factor- α (TNF- α ), interleukin-6 (IL-6), dan mengubah growth factor- β (TGF- β ).
Sementara yang pertama dan kedua dapat bertindak sebagai mediator penting untuk inflamasi
pasca-trauma, sehingga dapat menyebabkan kematian sel tambahan dan disfungsi neurologis.
TGF- β , di sisi lain, adalah agen anti-inflamasi yang kuat, yang mungkin juga memiliki
beberapa efek jangka panjang merusak otak yang terluka. Implikasi dari dualitas ini
membahas mengenai respon inflamasi pasca-trauma terhadap pengobatan pasien cedera otak
menggunakan strategi anti-inflamasi.
otak yang dalam namun bermacam- secondary brain injury, meliputi penurunan
macam, yang secara klinis muncul sebagai aliran darah otak (CBF), peningkatan
peningkatan tekanan intracranial (TIK). edema, dan peningkatan TIK. Migrasi dari
Pembengkakan otak berdampak dalam leukosit kedalam jaringan yang rusak pada
peningkatan TIK dan mengurangi tekanan umumnya membutuhkan adhesi dari sel-
perfusi cerebri (CPP), dan secara umum sel ini terhadap endotel, yang dimediasi
dipercaya sebagai salah satu penyebab dari oleh ekspresi intercellular adhesion
hasil yang buruk akibat TBI (1). molecule (ICAM-1), bagian dari gen
kerusakan sawar darah otak (BBB) (2,3). berbagai macam model TBI (15-18), yang
Gangguan yang dalam dari BBB telah memberikan kesan adanya sebuah peran
diobservasi pada berbagai macam model untuk adhesi leukosit pada patobiologi dari
eksperimen TBI (2-8), begitu pula dengan infiltrasi sel pasca trauma di dalam otak.
TBI pada manusia (9-11). Pada manusia, ICAM-1 yang lartu dalam
pasca trauma, mencapai puncaknya 24 jam imunokompeten yang dibawa oleh darah
pasca cedera (12,13). Zhuang dkk (14) telah di deksripsikan pada pasien-pasien
dengan cedera kepala (19-23). Walaupun bahwa populasi sel yang aktif mengikuti
hal itu telah menunjukkan bahwa arus trauma SSP muncul terutama pada garis
terjadi pada daerah-daerah itu yang mana garis sel T (27). Baik makrofag dan
memiliki junction yang erat hilang, mikroglia telah di pilih sebagai elemen
contohnya organ sirkumventrikuler, atau seluler kunci pada nekrosis jaringan yang
tidak adanya kerusakan BBB via migrasi progresif mengikuti medulla spinalis
transedotel, hal ini dipercaya bahwa begitu pula dengan trauma otak,
makrofa, sel natural killer (NK), sel T- Citokin yang spesifik dan factor
helper, dan sel supresorT-sitotoksik mulai pertumbuhan telah terlibat dalam cascade
dua hari pasca cedera (25,26). Masukknya inflammasi meliputi tumor necrosis factor
makrofag kedalam parenkim otak (TNF) dan family peptide interleukin (IL),
mengikuti cedera otak telah menjadi begitu pula dengan nerve growth factor
maksimal 24-48 jam pasca lateral fluid- (NGF) dan transforming growth factor-
percussion (FP) cedera otak pada tikus dan (TNF-) (35-38). Perubahan dalam
pasca TBI pada manusia (12,26,25). sistemik dan konsentrasi sitokin intratekal
Penelitian terbaru pada pasien yang seperti interleukin (IL)-1, IL-6, IL-8, IL-
mengalami TBI parah menunjukkan 10, IL-12 dan TNF- seperti yang telah
dilaporkan TGF- terjadi di dalam pasien kemungkinan dari inflammasi pasca
manusia pasca cedera kepala berat (9,35- trauma ini, peran dari ketiga mediator
like IL-1 converting enzyme)- jalur pasca TBI (48-50,52,58). Pasca beberapa
mediasi yang meliputi aktivasi caspases cedera pada lateral FP, peningkatan pada
sel, atau mengarah ke dalam TRADD terlokalisir terutama di neuron, dan luas
aktivasi mediasi dari factor transkripsi NF- sementara pasca penetrasi cedera otak
Aktivasi dari reseptor TNF p75 juga karena itu, regulasi dari TNF- muncul
LCS dan serum pasien dengan TBI TNF- dapat bermediasi sebagai
(9,42,57). Csuka dan pekerja (1999) kerusakan sekunder pasca TBI melalui
konsentrasi TNF pada keseluruhan 28 (untuk ulasan lebih lanjut, lihat ref.60).
pasien TBI selama 3 minggu penelitian, Sitokin ini dikenal dalam efeknya terhadap
dengan kadar LCS secara umum lebih integritas BBB, mengarah kepada edema
tinggi dibandingan yang biasa di temukan cerebri dan infiltrasi dari leukosit darah,
pada serum. Observasi ini, bersama dan telah nampak untuk menginduksi
dengan deteksi TNF- mRNA dan protein reseptor untuk mediator inflammasi
di dalam otak hewan pengerat yang cedera, sekunder yang poten anaphylatoxin (atay
menjelaskan bahwa sitokin ini secara akut C5a) pada neuron (61). Lebih lanjut lagi,
TNF dapat menginduksi baik apoptosis Kurangnya tikus pada kedua subtype dari
dan nekrosis melalui sinyal jalur reseptor TNF telah menunjukkan untuk
intraseluler (62). Oleh karena itu sudah menjadi lebih rentan terhadap TBI
tidak mengejutkan lagi bahwa baik inhibisi dibandingkan dengan hewan liar, yang
tidak langsung telah menjadi TNF- dalam sekuel patologis pada cedera
menguntungkan pada beberapa penelitian kepala (56). Terlebih lagi, tikus yang
eksperimen TBI. Pemberian imunosupresif memiliki TNF yang kurang dengan cedera
(TBP), inhibisi fisiologis aktivasi TNF-, kurangnya TNF dengan skor motoric
secara signifikan dan meningkatkan kepala. Namun, trend ini berbalik dari 1-4
penyembuhan fungsi motoris pasca minggu pasca cedera saat hewan liar yang
eksperimen TBI (63). Pemberian sitokin cedera sembuh sedangkan tikus dengan
anti-inflammasi IL-10 melalui intravena TNF -/- tidak (65). Sehingga, data-data ini
dan secara signifikan menguran ekspresi yang berbeda dari sitokin dapat bergantung
TNF pada korteks yang mengalami trauma terhadap profil temporal dari pelepasannya
pasca cedera (64). Penelitian-penelitian ini dalam cascade sitokin pasca trauma . Data-
menyatakan efek detrimental dari TNF data ini menyarankan bahwa aktivitas
pada sekuel TBI. Namun, penelitian antagonis dari TNF dapat menguntungkan
terbaru dalam modifikasi genetic pada untuk otak yang cedera pada periode akut
hewan menunjukkan kearah sebuah peran pasca trauma, namun dapat merusak
berpartisipasi dalam respon regenerasi. Waktu yang tepat dari pelepasan sitokin
lepaskan dalam bentuk soluble (sIL-6R), lagi, sebuah fungsi yang sinergistik telah
yang berikatan dengan IL-6 dan di uji coba untuk sIL-6R saat di
yang khas ini merupakan hal yang penting sementara hal ini nampak seperti