Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah tumor jinak dari otot uterus dan serviks yang

sebagian besar tersusun atas otot polos dan sedikit jaringan ikat fibrous.

Nama lainnya adalah fibromioma, leiomioma ataupun fibroid. 1-3 Mioma

merupakan tumor uterus yang paling sering ditemukan pada wanita usia

reproduksi. Diperkirakan sekitar 20-25 % wanita usia reproduksi

menderita mioma dan paling sering dijumpai pada dekade keempat dan

kelima dari kehidupan wanita. Pada ras kulit hitam, insiden mioma 3-9 kali

lebih banyak dibandingkan ras kulit putih dimana pada dekade kelima

kehidupan sekitar 50 % wanita kulit hitam menderita mioma. 4,5 Di

Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39 – 11,7 % pada semua penderita

ginekologi yang dirawat.1

Etiologi mioma hingga kini belum jelas. Teori stimulasi estrogen

sebagai faktor etiologi dikemukakan dengan dasar bahwa mioma uteri

hampir tidak pernah ditemukan sebelum menars, sering tumbuh lebih

cepat pada masa hamil, membesar pada waktu diberikan terapi estrogen,

dan akan mengalami regresi pada masa menopause. Dilaporkan bahwa

reseptor estrogen pada mioma uteri lebih banyak didapati daripada

miometrium normal. Teori ini masih diragukan karena tidak semua wanita

pada masa reproduksi menderita mioma.5,6

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam

miometrium dan makin lama makin besar. Karena pertumbuhan ini

miometrium terdesak dan menyusun semacam pseudokapsul atau simpai

semu yang membatasi tumor dari jaringan miometrium. Didalam uterus

mungkin ada satu mioma, tetapi lebih sering multipel. Setiap mioma

berasal dari satu sel otot dan bukan metastase dari tumor primer. 3,5,7

1
Laporan Kasus

Mioma uteri dapat diklasifikasikan menurut lokasinya dalam dinding

uterus yaitu mioma submukosum, mioma intramural, mioma subserosum,

mioma intraligamenter, wandering / parasitic fibroid dan mioma servikal.

Gejala yang timbul pada mioma uteri dapat berupa :

 Perdarahan uterus yang abnormal

Merupakan manifestasi klinis yang paling sering dan paling

penting pada mioma yang dapat berupa menoragia, metroragia dan

hipermenorea.

 Nyeri

Nyeri yang paling sering terjadi adalah dismenorea. Nyeri bisa

juga disebabkan kontraksi uterus pada saat mengeluarkan mioma

submukosum yang bertangkai.

 Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung pada besar dan lokasi mioma uteri.

Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra

dapat menyebabkan retensi urin, pada rektum dapat menyebabkan

konstipasi, obstipasi dan tenesmus, sedangkan penekanan pada

pembuluh darah dan pembuluh limfe pelvik dapat menyebabkan edema

tungkai dan nyeri panggul.

 Infertilitas dan abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau

menekan pars intersisialis tuba sedangkan mioma submukosum juga

memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus.

Pemeriksaan bimanual dapat mengungkapkan adanya tumor padat uterus

yang umumnya terletak digaris tengah, seringkali teraba berbenjol-

benjol. Mioma submukosum kadangkala dapat teraba dengan jari yang

masuk kedalam kanalis servikalis. Pemeriksaan penunjang yang dapat

2
Laporan Kasus

dilakukan terdiri dari pemeriksaan laboratorium, USG, MRI, CT- scan,

histerosalfingografi, histeroskopi dan laparaskopi.

Penanganan mioma uteri dapat berupa :

 Konservatif

Bila ukuran mioma tidak lebih besar dari tinju, asimtomatis,

mendekati menopause, cukup dilakukan pemeriksaan pelvis secara

rutin tiga atau enam bulan sekali sehingga pertumbuhan yang cepat

atau adanya komplikasi dapat diketahui.

 Terapi operatif

Dapat berupa miomektomi atau histerektomi transabdominal/

transvaginal.

 Terapi sinar

Pada pasien dengan kesehatan umum yang tidak memungkinkan

untuk dioperasi dapat dilakukan penyinaran dengan sinar roentgen

dimana dengan sinar, fungsi ovarium dihentikan sehingga tumor

mengecil.

 Terapi hormonal

Pemberian analog Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)

dimak-sudkan untuk menekan sekresi estrogen sehingga tumor akan

mengecil. Preparat ini diberikan secara intermiten karena dapat

menyebabkan osteoporosis. Bila obat dihentikan akan terjadi

pertumbuhan kembali dari mioma karena mioma masih mengandung

reseptor dalam konsentrasi tinggi.1,4

Berikut ini dilaporkan kasus mioma uteri intramural yang dirawat di

Bagian Obstetri Ginekologi RSUP Manado.

3
Laporan Kasus

LAPORAN KASUS

Nama : Ny. ST

Umur : 42 tahun

Alamat : Girian Bawah Lingkungan IV

Pendidikan : SMP

Suku : Jawa

Agama : Islam

Masuk Rumah Sakit : 8 Mei 2002

ANAMNESIS

 Keluhan utama : penderita dikirim oleh dokter ahli dengan diagnosis

mioma uteri dan menometroragia

 Riwayat penyakit sekarang

Perdarahan dari jalan lahir dialami penderita sejak ± 5 bulan

yang lalu, banyak dan bergumpal. Perdarahan berlangsung hilang timbul

baik didalam maupun diluar siklus haid. Bila haid, darah yang keluar

banyak dan berlangsung lebih lama dari biasanya. Nyeri perut bagian

bawah dirasakan penderita hilang timbul, nyeri timbul terutama

menjelang haid. Benjolan di perut bagian bawah baru diketahui

penderita ± 2 minggu yang lalu. Oleh karena keluhan perdarahan dan

benjolan tersebut sehingga penderita berobat di RS Budi Mulia Bitung

dan dirawat selama ± 2 minggu. Selama perawatan perdarahan masih

tetap ada dalam jumlah sedikit. Penderita kemudian berobat ke

dokter ahli dan dikirim ke RSUP.

Penderita tidak mengeluh adanya gangguan buang air besar dan buang

air kecil.

4
Laporan Kasus

 Riwayat penyakit dahulu

Riwayat sakit jantung, paru-paru, hati, ginjal, tekanan darah

tinggi dan kencing manis tidak pernah dialami penderita.

 Riwayat operasi sebelumnya

Tidak ada.

 Riwayat perkawinan

Penderita kawin 1 kali dengan suami sekarang, umur waktu kawin

18 tahun.

 Riwayat haid

Menars 12 tahun, siklus teratur setiap bulan, lamanya 4 hari,

darah haid biasa, nyeri saat haid (+). Sejak ± 5 bulan yang lalu, haid

mulai tidak teratur dan pada saat haid, darah banyak dan bergumpal

serta berlangsung lebih lama.

 Riwayat penyakit ginekologi

Riwayat nyeri pinggang/panggul (–), riwayat sakit kelamin (–),

riwayat keputihan (–), riwayat terlambat haid (–), keluhan perdarahan

pasca senggama (–), nyeri saat haid (+).

 Riwayat obstetrik

P1, 1986, spontan kepala, aterm, di RS Gunung Wenang, 2800 g,

hidup.

 Riwayat Keluarga Berencana

Tidak ada.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : cukup Kesadaran : kompos mentis

Tinggi badan : 153 cm Berat badan : 53 kg

Tanda vital : T 130/90 mmHg, N 96 x/m, R 18 x/m, SB 36C

5
Laporan Kasus

Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik

Leher : pembesaran kelenjar getah bening tidak ada

Dada :  payudara : simetris, hiperpigmentasi areola dan papila

mammae (–), benjolan (–)

 jantung : kesan tidak membesar, bunyi jantung

reguler, bising (–)

 paru-paru : sonor, vesikuler, ronki (–/–), wheezing (–/–)

Abdomen :  inspeksi : agak cembung

 palpasi : teraba massa setinggi pusat, letak ditengah,

besar massa 15 x 20 cm, konsistensi padat,

permukaan berbenjol, mobilitas terbatas,

nyeri tekan (–)

 perkusi : pekak berpindah (–)

 auskultasi : peristaltik (+) normal

Ekstremitas : edema tidak ada

PEMERIKSAAN GINEKOLOGIK

Inspeksi : fluor (–), fluksus (+), vulva tidak ada kelainan

Inspekulo : fluor (–), fluksus (+), vagina tidak ada kelainan, porsio licin,

livide (–), erosi (–), OUE terbuka, tampak darah mengalir

dari OUE

Periksa dalam :  fluor (–), fluksus (+), vagina tidak ada kelainan

 korpus uteri antefleksi, membesar ukuran 15x20x15

cm, konsistensi padat, permukaan berbenjol,

mobilitas terbatas, nyeri tekan (–)

 adneksa / parametrium lemas, nyeri tekan (–),

massa (–)

6
Laporan Kasus

 kavum Douglassi lemas, nyeri tekan (–), tidak

berbenjol

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Laboratorium

Hb 7,0 g/dL, lekosit 10.300 /mm3, trombosit 59.000 /mm3,

GDS 95 mg/dL, ureum 35,3 mg/dL, kreatinin 0,9 mg/dL

 EKG

Sinus takikardia

 Foto toraks

Jantung dan paru-paru kesan normal

 USG

Kesan : mioma uteri

DIAGNOSIS KERJA

P1A0, 42 tahun, dengan menometroragia + anemia e.c. mioma uteri

DIAGNOSIS BANDING

Karsinoma endometrium

SIKAP

 Masuk rumah sakit

 Perbaiki keadaan umum → tranfusi

 D & C → pemeriksaan PA

 Rencana histerektomi total

 Sedia donor, setuju operasi

 Lapor konsulen

7
Laporan Kasus

FOLLOW UP
 Tanggal 8 – 13 Mei 2002

Keluhan : perdarahan sedikit, telah ditransfusi sebanyak 3

kantong darah

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : cukup Kesadaran : CM

T 130/90 mmHg, N 88 x/m, R 20 x/m, SB 36,8C

Mata : konjungtiva anemis (–/–), sklera

ikterik –/–

Toraks : C/P dbn

Abdomen : agak cembung, lemas, massa (+)

setinggi pusat, konsistensi padat,

permukaan berbenjol-benjol, mobi-

litas terbatas, nyeri tekan (–)

Ekstremitas : edema –/–

Laboratorium : Tanggal 10 Mei 2002 (post transfusi)

 Hematologi : Hb 10.9 g/dL, lekosit 7.600 /mm3,

trombosit 441.000 /mm3, waktu

perdarahan 2 menit, waktu pembe-

kuan 8 menit

 Kimia klinik : SGOT 16 U/L, SGPT 12 U/L, ureum

11 mg/dL, kreatinin 0,7 mg/dL,

GDS 103 mg/dL

Diagnosis : P1A0, 42 tahun dengan mioma uteri

Sikap : Rencana operasi tanggal 14 Mei 2002

8
Laporan Kasus

 Tanggal 14 Mei 2002

Keluhan : panas dan menggigil

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : tampak sakit sedang Kes : cm

T 130/90 mmHg, N 100 x/m, R 20 x/m, SB 38,9C

Mata : konjungtiva anemis (–/–), sklera

ikterik –/–

Toraks : C/P dbn

Abdomen : agak cembung, lemas, hepar tidak

teraba, lien SII, teraba massa (+)

setinggi pusat, konsistensi padat,

permukaan berbenjol-benjol, mobilitas

terbatas, nyeri tekan (–)

Laboratorium :  QBC Plasmodium Falciparum ring (++++)

 Bilirubin total 2,2 mg/dL, Bilirubin direk 1,46

mg/dL

Diagnosis : P1A0, 42 tahun dengan mioma uteri + malaria tropika

Sikap :  Operasi dibatalkan

 Konsul bagian Penyakit Dalam :

 Diagnosis : malaria tropika

 Terapi : - Klorokuin HI 4 tablet, HII 4

tablet, HIII 2 tablet

- Primakuin 15 mg 3 tablet

sekaligus

- Parasetamol 3x500 mg kp

 Anjuran : kontrol DDR sesudah terapi

Klorokuin

9
Laporan Kasus

 Tanggal 15 – 16 Mei 2002

Keluhan : panas dan menggigil

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : tampak sakit sedang Kes : cm

T 130/90 mmHg, N 92 x/m, R 20 x/m, SB 38,5C

Lain-lain sama dengan pemeriksaan sebelumnya

Pemeriksaan PA : diterima 2 botol jaringan :

I. Jaringan tak teratur ± 1 cc, kecokelatan, padat,

lunak, diproses semua.

II. Jaringan tak teratur, cokelat kehitaman, padat,

diproses semua.

Mikroskopik :

I. Jaringan endoserviks sebagian dengan

metaplasia skuamous dan bekuan darah.

II. Jaringan endometrium kelenjar proliferatif

bentuk tubuler, sel epitel tersusun beberapa

lapis, stroma padat.

Tidak tampak tanda ganas

Kesimpulan : hiperplasia endometrium simpleks

Diagnosis : P1A0, 42 tahun dengan mioma uteri + malaria tropika

Sikap :  Terapi dilanjutkan

 Kontrol DDR tanggal 17 Mei 2002

 Tanggal 17 – 22 Mei 2002

Keluhan : panas dan menggigil kadang-kadang

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : tampak sakit ringan Kes : cm

T 130/90 mmHg, N 88 x/m, R 18 x/m, SB 37,6C

10
Laporan Kasus

Mata : konjungtiva anemis (+/+)

Abdomen : hepar dan lien tidak teraba

Laboratorium :  tanggal 17 Mei 2002 : DDR ring (+)

 tanggal 18 Mei 2002 : DDR ring (+)

 tanggal 19 Mei 2002 : DDR (–)

 tanggal 20 Mei 2002 : DDR (–)

 tanggal 21 Mei 2002 : DDR (++), Hb 7,6 g/dL

Diagnosis : P1A0, 42 tahun dengan mioma uteri + malaria tropika

Sikap :  Kina sulfat 3 x II tablet selama 7 hari

 Parasetamol 3 x 500 mg kp

 Transfusi sampai Hb > 10 g/dL

 Tanggal 23 – 30 Mei 2002

Keluhan : panas (–), menggigil (–), telah ditransfusi sebanyak

4 kantong darah

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : cukup Kesadaran : cm

T 130/90 mmHg, N 80 x/m, R 16 x/m, SB 36,8C

Mata : konjungtiva anemis –/–, sklera

ikterik –/–

Toraks : C/P dbn

Abdomen : agak cembung, lemas, hepar dan

lien tidak teraba, teraba massa

setinggi pusat, konsistensi padat,

permukaan berbenjol-benjol, mobi-

litas terbatas, nyeri tekan (–)

Ekstremitas : edema –/–

11
Laporan Kasus

Laboratorium :  tanggal 23 Mei 2002 : DDR (+)

 tanggal 24 Mei 2002 : DDR (–)

 tanggal 25 Mei 2002 : DDR (–)

 tanggal 29 Mei 2002 : DDR (–)

 Hematologi : Hb 13,4 g/dL, lekosit 7.600

/mm3, trombosit 469.000 /mm3,

waktu pembekuan 7 menit 30

detik, waktu perdarahan 2

menit

 Kimia klinik : SGOT 20 U/L, SGPT 15 U/L,

ureum 17 mg/dL, kreatinin

0,3 mg/dL, GDS 124 mg/dL

Diagnosis : P1A0, 42 tahun dengan mioma uteri + post malaria

tropika

Sikap : Rencana operasi tanggal 31 Mei 2002

 Tanggal 31 Mei 2002 jam 09.00 WITA operasi dimulai

Penderita dibaringkan telentang di meja operasi. Dilakukan

tindakan aseptik dan antiseptik selanjutnya abdomen dan sekitarnya

ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi. Setelah dalam

anestesia umum dilakukan insisi pada linea mediana. Insisi diperdalam

lapis demi lapis sampai tampak peritoneum. Peritoneum dipotong kecil

kemudian diperlebar keatas dan kebawah. Dilakukan eksplorasi,

terlihat uterus membesar dengan ukuran 20x15x10 cm dengan

perlekatan pada omentum dan jaringan sekitarnya. Kedua tuba dan

ovarium kiri baik sedangkan tuba dan ovarium kanan melekat pada

12
Laporan Kasus

omentum. Diputuskan untuk dilakukan HTSOD. Perlekatan dibebaskan

sambil mengontrol perdarahan. Pasang miom bor dan uterus coba

diluksir keluar. Ligamentum rotundum kiri dijepit dengan 2 klem

selanjutnya digunting diantara 2 klem dan dijahit secara double ligasi.

Hal yang sama dilakukan juga pada sisi sebelah kanan. Plika diinsisi

kemudian diperlebar sampai pangkal tuba. Selanjutnya dibuat window

dengan menembus ligamentum latum pada bagian bawah pangkal tuba

dan ligamentum ovarii proprium. Jepit dengan 2 klem, gunting

diantaranya dan dijahit secara double ligasi. Tepi uterus disusun

dengan menjepit dengan klem kemudian digunting dan dijahit.

Identifikasi arteri uterina sementara itu perlekatan dibebaskan.

Setelah mencapai daerah puncak vagina, dijepit dengan 2 klem

bengkok panjang dan digunting diantaranya dan dijahit. Kasa betadine

dimasukkan kearah vagina dari puncak vagina. Setelah pinggir puncak

vagina dijepit dengan beberapa klem panjang, puncak vagina dijahit

secara simpul dan jelujur. Selanjutnya ovarium kanan dikeluarkan

dengan menjepit pada ligamentum infundibulopelvikum kanan dan

digunting serta dijahit secara double ligasi. Benang dari ligamentum

rotundum, ligamentum infundibulopelvikum kanan dan tuba kiri saling

dikaitkan kemudian diikat dengan puncak vagina. Plika ditutup dan

dilakukan reperitonealisasi. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis.

Peritoneum dengan catgut secara jelujur. Otot dengan plain catgut

secara simpul. Kulit dengan sutera secara simpul. Perdarahan : ± 350

cc. Diuresis : ± 750 cc.

Jam 11.15 WITA operasi selesai

13
Laporan Kasus

 Keadaan umum post operasi

T 130/80 mmHg, N 84 x/m, R 20 x/m

Jumlah perdarahan : ± 350 cc

Operasi dimulai : jam 09.00

Operasi selesai : jam 11.15

Diagnosis pra operatif : P1A0, 42 tahun dengan mioma uteri

Diagnosis post operatif : P1A0, 42 tahun, post HTSOD a.i. mioma

uteri intramural

Jenis operasi : HTSOD

Lama operasi : 2 jam 15 menit

Jaringan yang dieksisi ke PA : mioma uteri intramural + ovarium

dekstra

 Instruksi post operasi

Observasi : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu badan, perdarahan,

diuresis

Puasa : sampai flatus/peristaltik (+)

Pengobatan :  IVFD RL : D 5 % = 2 : 2

 Injeksi Ampisilin 3 x 1 g IV

 Metronidazole 2 x 0,5 g

 Injeksi Alinamin F 3 x I amp IV

 Injeksi Transamin 3 x I amp IV

 Injeksi Vitamin C 3 x I amp IV

 Kaltrofen supp 1 x II

14
Laporan Kasus

FOLLOW UP POST OPERASI

 Tanggal 1 Juni 2002

Keluhan : (–)

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : cukup Kes : cm

T 130/90 mmHg, N 80 x/m, R 18 x/m, SB 36,7C

Mata : konjungtiva anemis (–/–), sklera

ikterik –/–

Toraks : C/P dbn

Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (–), luka

operasi kering, peristaltik (+) normal

Laboratorium : Hb 11,3 g/dL

Diagnosis : P1A0, 42 tahun, post HTSOD a.i. mioma uteri

intramural (hari I)

Sikap :  IVFD RL : D 5 % = 2 : 2

 Injeksi Ampisilin 3 x 1 g IV

 Metronidazole 2 x 0,5 g

 Injeksi Alinamin F 3 x I amp IV

 Injeksi Vitamin C 3 x I amp IV

 Mobilisasi bertahap

 Minum sedikit-sedikit

 Tanggal 2 Juni 2002

Keluhan : flatus (+)

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : cukup Kes : cm

T 130/90 mmHg, N 76 x/m, R 16 x/m, SB 36,7C

Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (–), luka

operasi kering, peristaltik (+) normal

15
Laporan Kasus

Diagnosis : P1A0, 42 tahun, post HTSOD a.i. mioma uteri

intramural (hari II)

Sikap :  Infus stop

 Amoksisilin 3 x 500 mg

 Metronidazole 3 x 500 mg

 Asam Mefenamat 3 x 500mg

 Roboransia 1 x 1

 Mobilisasi bertahap

 Diet : makanan cair – makanan lunak

 Tanggal 3 Juni 2002

Keluhan : (–)

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : cukup Kes : cm

T 130/90 mmHg, N 80 x/m, R 18 x/m, SB 36,8C

Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (–), luka

operasi kering, peristaltik (+) normal

Diagnosis : P1A0, 42 tahun, post HTSOD a.i. mioma uteri

intramural (hari III)

Sikap :  Ganti kasa

 Kateter dilepas

 Terapi oral diteruskan

 Diet : makanan biasa

 Tanggal 4 Juni 2002

Keluhan : (–)

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : cukup Kes : cm

T 130/90 mmHg, N 76 x/m, R 20 x/m, SB 36,6C

16
Laporan Kasus

Abdomen : datar, lemas, NT (–), luka operasi

kering, peristaltik (+) normal

Diagnosis : P1A0, 42 tahun, post HTSOD a.i. mioma uteri

intramural (hari IV)

Sikap :  Terapi oral diteruskan

 Tanggal 5 Juni 2002

Keluhan : (–)

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : cukup Kes : cm

T 130/90 mmHg, N 80 x/m, R 20 x/m, SB 36,8C

Abdomen : datar, lemas, NT (–), luka operasi

kering, peristaltik (+) normal

Diagnosis : P1A0, 42 tahun, post HTSOD a.i. mioma uteri

intramural (hari V)

Sikap :  aff ½ hekting, terapi oral diteruskan

 Tanggal 6 Juni 2002

Keluhan : (–)

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : cukup Kes : cm

T 130/90 mmHg, N 80 x/m, R 20 x/m, SB 36,6C

Abdomen : datar, lemas, NT (–), luka operasi

kering, peristaltik (+) normal

Diagnosis : P1A0, 42 tahun, post HTSOD a.i. mioma uteri

intramural (hari VI)

Sikap :  terapi oral diteruskan

17
Laporan Kasus

Hasil pemeriksaan PA :

Diterima 2 potong jaringan :

 Uterus : jaringan ukuran 20x15x10 cm, serviks utuh

diameter 2 cm, terdapat satu ovarium tanpa tuba

ukuran 2x1 cm, jaringan diproses sebagian

 Tumor : ukuran 15x12x8 cm, putih, padat, lunak, diproses

sebagian

Mikroskopik

 Serviks tanpa kelainan

 Endometrium : kelenjar fase proliferasi, stroma padat

 Tumor : tampak jaringan terdiri dari proliferasi otot

polos dengan sel-sel berbentuk spindel

tersusun palisade. Tidak tampak ganas.

 Ovarium : jaringan ovarium dengan korpus luteum

perdarahan

Kesimpulan : Mioma uteri

 Tanggal 7 Juni 2002

Keluhan : (–)

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : cukup Kes : cm

T 130/90 mmHg, N 80 x/m, R 20 x/m, SB 36,6C

Abdomen : datar, lemas, NT (–), luka operasi

kering, peristaltik (+) normal

Diagnosis : P1A0, 42 tahun, post HTSOD a.i. mioma uteri

intramural (hari VII)

Sikap :  Aff hekting seluruhnya

 Antibiotik dan roboransia

18
Laporan Kasus

 Pulang

DISKUSI

Hal-hal yang akan didiskusikan pada kasus ini terdiri dari :

1. Diagnosis

2. Penanganan

3. Komplikasi

4. Prognosis

1. Diagnosis

Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan ginekologik dan pemeriksaan

penunjang sebagai berikut :

 Dari anamnesis didapatkan adanya perdarahan dari jalan lahir

sejak 5 bulan yang lalu, tidak teratur, banyak dan bergumpal,

adanya benjolan diperut bagian bawah yang diketahui penderita

sejak 2 minggu yang lalu dan nyeri perut bagian bawah yang

dirasakan hilang timbul.

 Pada pemeriksaan abdomen ditemukan massa setinggi pusat dengan

ukuran 15x20 cm, letak ditengah, permukaan agak berbenjol,

konsistensi padat, mobilitas terbatas, nyeri tekan tidak ada.

 Pada pemeriksaan ginekologi ditemukan korpus uteri membesar

15x20x15 cm, konsistensi padat, permukaan berbenjol, mobilitas

terbatas, nyeri tekan tidak ada.

 Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah USG yang

menunjukkan suatu mioma uteri.

19
Laporan Kasus

Sebagian besar kasus mioma uteri tidak menunjukkan gejala

khas, bahkan kadang-kadang mioma yang besar pada penderita gemuk

tidak terdeteksi. Gejala yang timbul tergantung pada lokasi, ukuran,

adanya komplikasi dan status kehamilan penderita. Adapun gejala

klinik yang sering adalah perdarahan uterus abnormal, nyeri, adanya

gejala akibat penekanan, infertilitas dan abortus spontan.

Pada kasus ini ditemukan perdarahan uterus abnormal berupa

menometroragia yang merupakan manifestasi klinik paling sering dan

paling penting. Penyebab menoragia ialah perluasan dari permukaan

endometrium, hiperplasia endometrium dan penekanan vena oleh

mioma/tumor yang mengakibatkan kongesti vena di endometrium.

Sedangkan metroragia disebabkan oleh massa mioma yang mengalami

trombosis vena endometrial dan nekrosis pada permukaannya

terutama pada mioma submukosum. Pemeriksaan histopatologi dengan

D & C perlu dilakukan sehubungan dengan adanya perdarahan uterus

abnormal dimana dengan pemeriksaan tersebut dapat diketahui

apakah terdapat keganasan di endometrium atau di endoserviks. Pada

kasus ini telah dilakukan pemeriksaan patologi dengan D & C dengan

hasil tidak ditemukan tanda-tanda keganasan dari endometrium

maupun endoserviks.

Disamping perdarahan dari jalan lahir, penderita juga mengeluh

nyeri perut bagian bawah dan nyeri perut saat menjelang haid.

Kepustakaan menyebutkan bahwa mioma jarang menimbulkan keluhan

nyeri, kecuali bila terjadi gangguan vaskularisasi seperti penyumbatan

pembuluh darah, infeksi dan torsi mioma bertangkai atau karena

tumor masuk kerongga pelvis dan menekan saraf lumbosakral sehingga

20
Laporan Kasus

menimbulkan nyeri yang menjalar ke punggung atau ekstremitas

bawah.

2. Penanganan

Secara umum penanganan kasus mioma uteri adalah penanganan

konservatif, operatif, sinar/radiasi dan medikamentosa. Penanganan

operatif dilakukan tergantung usia penderita, paritas, besarnya mioma

uteri, beratnya keluhan yang ditimbulkan serta fungsi reproduksi.

Tindakan operatif dapat berupa miomektomi atau histerektomi yang

dapat dilakukan transabdominal, perlaparaskopi ataupun transvaginal.

Miomektomi dilakukan bila fungsi reproduksi masih diperlukan (masih

menginginkan anak) serta keadaan mioma memungkinkan. Histerektomi

dilakukan bila fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan, pertumbuhan

tumor cepat dan terdapat perdarahan yang membahayakan penderita. 9

Pada kasus ini direncanakan akan dilakukan histerektomi totalis

mengingat ukuran mioma yang cukup besar, adanya perdarahan yang

bisa membahayakan penderita serta usia penderita yang menjelang

menopause. Ovarium yang satu ditinggalkan dengan maksud untuk

mencegah agar tidak terjadi menopause sebelum waktunya serta

mencegah terjadinya gangguan koroner atau arteriosklerosis umum. 9

Untuk persiapan pra operatif, dilakukan pemeriksaan

laboratorium lengkap yaitu periksa darah rutin, fungsi hemostasis,

fungsi ginjal, fungsi hati, gula darah, EKG dan foto toraks. Maksud

pemeriksaan ini untuk mengetahui penyakit penyerta dan untuk

mengantisipasi adanya penyulit disaat tindakan anestesia, saat operasi

dan pasca operasi. Pada kasus ini ditemukan anemia sebagai akibat dari

21
Laporan Kasus

perdarahan. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan anemia dengan

transfusi darah.

Dalam perawatan pra operasi, pasien terkena malaria sehingga

operasi yang semula direncanakan tanggal 14 Mei 2002 terpaksa

dibatalkan. Penularan malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk

Anopheles namun bisa juga melalui transfusi darah. Infeksi yang

terjadi melalui transfusi darah biasanya mempunyai masa inkubasi

yang lebih pendek, akan tetapi tetap dipengaruhi oleh jumlah parasit

dan imunitas tubuh. Gejala klinis malaria meliputi keluhan dan tanda

klinis yang merupakan petunjuk yang penting dalam mendiagnosis

malaria. Gejala klasik dari malaria berupa dingin, panas dan

berkeringat yang terjadi secara periodik. Pembesaran limpa sering

dijumpai pada penderita malaria dimana limpa menjadi bengkak, nyeri

dan hiperemis. Keadaan anemia merupakan gejala yang sering dijumpai

sebagai akibat pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan

eritropoiesis yang sementara serta adanya hemolisis. Manifestasi

klinis diatas dapat dijumpai pada kasus ini yang diperkuat dengan

pemeriksaan QBC dimana ditemukan plasmodium falsiparum (++++).

Pengobatan malaria pada penderita mioma uteri tidak berbeda

dengan penderita malaria biasa. Untuk daerah Sulawesi Utara,

pengobatan dengan Klorokuin 4-4-2 cukup efektif. Namun pada kasus

ini terjadi kegagalan pengobatan Klorokuin dimana setelah pengobatan,

parasit masih bisa ditemukan dalam darah. Pengobatan dilanjutkan

dengan Kina Sulfat 3 x II tablet selama 7 hari sambil dilakukan

kontrol dengan pemeriksaan malaria sampai hasilnya 3 kali negatif. 10

Adanya anemia yang disebabkan oleh malaria semakin memperberat

keadaan penderita yang sebelumnya sudah berada dalam keadaan

22
Laporan Kasus

anemia akibat perdarahan. Karena itu, setelah malaria teratasi

penderita masih harus ditransfusi sebanyak 4 kantong darah sampai

terjadi perbaikan Hb dari 7,6 g/dl menjadi 13,4 g/dl. Setelah keadaan

umum penderita diperbaiki, operasi bisa dilaksanakan.

3. Komplikasi

Pada kasus ini ditemukan adanya komplikasi berupa anemia

sebagai akibat dari perdarahan uterus abnormal yang semakin

diperberat dengan adanya malaria. Sedangkan komplikasi yang lain

seperti infertilitas, infeksi, torsi, dan abortus tidak dijumpai.

4. Prognosis

Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam dimana waktu

pemeriksaan dalam ditemukan adanya massa yang membesar ukuran

15x20x15 cm, permukaan berbenjol, nyeri tekan tidak ada sehingga

kemungkinan adalah tumor jinak. Hal ini ditunjang dengan hasil

pemeriksaan histopatologi yang menunjukkan tumor jinak mioma uteri

dimana tidak ditemukan sel-sel ganas.

SARAN

Berhubung insiden mioma uteri cukup tinggi pada wanita, perlu

untuk dilakukan pemeriksaan pelvis secara rutin sehingga mioma uteri

dapat dideteksi secara dini.

23
Laporan Kasus

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Tumor jinak pada alat-alat genital. Dalam : Ilmu Kandungan.

Ed. 2. Jakarta : YBP-SP, 1999. hal 328-62.

2. Llewellyn – Jones D. Benign enlargements of the uterus. In : fundamentals

of obstetrics and gynaecology. 3rd ed. London : ELBS, 1982. p.2005-20.

3. Tindall VR. Tumours of the corpus uteri. In : Jeffcoate’s principles of

gynaecology. 5th ed. London : Butterworth & Co Ltd, 1987. p.417-39.

4. Gant NF, Cunningham FG, et all. Benign diseases of the uterus. In : Basic

gynaecology and obstetrics. 1st ed. Texas : Prentice – Hall Internationale

Inc, 1993. p.23-8.

5. Wexler AS, Pernoll ML. Benign disorders of the uterine corpus. In : De

Cherney AH, Pernoll ML, eds. Current obstetrics and gynaecology diagnosis

and treatment. 8th ed. Connecticut : Appleton and Lange, 1984. p.731-45.

6. Curtin JP. Pathology of the uterus and endometrium. In : Moore TR, Reiter

RC, eds. Gynaecology obstetrics a longitudinal approach. 1 st ed. New York :

Churchill Livingstone Inc, 1993. p.699-721.

7. Entman SS. Uterine leiomyoma and adenomyosis. In : Jones HW, Wentz AC,

eds. Novak’s textbook of gynaecology. 1 st ed. Baltimore : Williams & Wilkins,

1988. p.443-54.

8. Lui R. Abdominal and vaginal hysterectomy. In : Gershenson DM, DeCherney

AH, eds. Operative gynecology. 1st ed. Philadelphia : W.B. Saunders Company,

1993. p.335-50.

9. Sastrawinata RS. Tumor alat kandungan. Dalam : Ginekologi. Ed 1. Bandung :

Elstar offset, 1981. 115-213.

10. Tjitra E. Obat anti malaria. Dalam : Harijanto PN, ed. Malaria epidemiologi,

patogenesis, manifestasi klinis dan penanganan. Jakarta : EGC, 2000.

hal.194-223.

24
LAPORAN KASUS

Oleh :

Julie Christie Telew


96 01 157

Pembimbing :

Dr. Ny. Olga M. Gumogar-Sanger, SpOG (K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2 0 0 2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul “Mioma Uteri dengan Malaria Tropika” telah

dikoreksi, dibacakan, dan disetujui pada tanggal 24 Juni 2002.

Pembimbing

Dr. Ny. Olga M. Gumogar-Sanger, SpOG (K)

Anda mungkin juga menyukai