A
A
v Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan mengacu pada
hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Hukum adalah aturan tingkah laku yang
ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintahan suatu masyarakat.
v Di indonesia hukum dibagi dua, yakni hukum pidana dan hukum perdata.
v Hukum pidana atau hukum publik adalah produk hukum yang mengatur hubungan
individu dengan pemerintah, yang menggambarkan kekuasaan pemerintah yang berwenang
(pemerintah terlibat langsung didalamnya).
v Hukum perdata atau hukum sipil adalah produk hukum yang mengatur hubungan antar
manusia. Misalnya: kontrak, pemilikan harta, praktik keperawatan, pengobatan dll.
1. Konstitusi
2. Badan legislatif
3. Sistem peradilan (yudikatif)
4. Peraturan administratif
Untuk melindungi masyarakat dan perawat dalam praktik keperawatan, perlu disusun
peraturan perundang-undangan keperawatan sebagai aspek legal dari profesi keperawatan.
Perundang-undangan yang mengatur praktik keperawatan disebut undang-undang atau
peraturan praktik keperawatan. Bentuk perundang-undangan tersebut diatur sesuai dengan
kebutuhan dan jenjang peraturan perundang-undangan.
1. UUD
2. UU
3. Peraturan pengganti undang-undang (PERPU)
4. Peraturan pemerntah (PP)
5. Keputusan presiden (Keppres)
6. Keputusan menteri (Kepmen)
Dalam kaitan dengan praktik kepeerawatan ini, disiapkan peraturan perundangan yang
mengatur penempatan dan praktik keperawatan, antara lain sebagai berikut:
1. Pelanggaran
Perlakuan seseorang yang dapat merugikan orang lain berupa harta atau milik lainnya
secara disengaja atau pun tidak disengaja. Jika ada tuntutan hukum, biasanya
diselesaikan secara perdata dengan mengganti kerugian tersebut.
Contoh: menghilangkan barang titipan klien atau merugikan nama baik klien
1. Kejahatan
Suatu perlakuan merugikan orang lain, tetapi perbuatan tersebut dianggap merugikan
publik. Karena terlalu parah, kejahatan yang dianggap tindakan perdata (tort) dapat
digolongkan sebagai tindakan kriminal (tindakan pidana). Tindak kriminal/pidana ini
dapat dijatuhi hukum denda atau penjara atau kedua-duanya.
Contoh:
Kecerobohan adalah suatu perbuatan yang tidak akan dilakukan oleh seseorang yang
bersikap hati-hati dalam situasi yang sama. Dengan kata lain, perbuatan yang
dilakukan di luar koridor standar keperawatan yang telah ditetapkan dan dapat
menimbulkan kerugian. Apabila hal tersebut terjadi dan ada penuntutan, hakim/juri
biasanya menggunakan saksi ahli (orang yang ahli di bidang tersebut).
Contoh:
1. Sembarangan mengurus barang pribadi klien (pakaian, uang, kacamata dll) sehingga
rusak atau hilang
2. Tidak menjawab tanda panggilan klien yang dirawat sehingga klien mencoba
mengatasinya sendiri dan terjadi cedera
3. Tidak melakukan tindakan perlindungan pada klien yang mengakibatkan klien cedera,
misalnya tidak mengambilkan air panas dari dekat klien yang mengakibatkan air
tersebut tumpah kena klien dan klien mengalami luka bakar
4. Gagal melaksanakan perintah perawatan, gagal memberi obat secara tepat atau
melaporkan tanda/gejala yang tidak sesuai dengan kenyataan, tidak menyelidiki
perintah yang meragukan sebelumnya sehingga dengan kelalaian/kegagalan tersebut
menimbulkan cedera
1. Pelanggaran penghinaan
Suatu perkataan atau tulisan yang tidak benar mengenai seseorang sehingga orang
tersebut merasa terhina atau dicemooh. Jika pernyataan tersebut dalam bentuk lisan,
disebut slander dan jika berbentuk tulisan disebut libel.
Contoh:
1. Pernyataan palsu
2. Menuduh orang secara keliru
3. Memberi keterangan palsu kepada klien
Orang yang didakwa dengan tuduhan slander atau libel tidak dapat diancam hukuman
jika ia dapat membuktikan kebenaran pernyataannya (lisan atau tulisan). Tuduhan ini
dapat dibela dengan komunikasi berprivilese, yakni komunikasi yang didasarkan pada
anggapan bahwa petugas profesional tidak dapat memberi pelayanan yang baik tanpa
pembeberan fakta secara lengkap mengenai masalah yang dihadapinya. Jadi informasi
berprivilese merupakan informasi rahasia antar petugas profesional dengan kliennya,
antara pengacara dengan kliennya, antara kiai dengn pemeluk agamanya.
Penahanan klien tanpa alasan yang tepat atau pencegahan gerak seseorang tanpa
persetujuannya, misalnya menahan klien pulang dari rumah sakit guna mendapat
perawatan tambahan tanpa persetujuan klien yang bersangkutan, kecuali jika klien
tersebut mengalami gangguan jiwa atau penyakit menular yang apabila dipulangkan
dari rumah sakit akan membahayakan masyarakat. Untuk itu rumah sakit mempunyai
formulir khusus yang ditandatangani klien/keluarga, yang menyatakan bahwa rumah
sakit yang bersangkutan tidak bertanggung jawab apabila klien cedera karena
meninggalkan rumah sakit tersebut.
1. Pelanggaran privasi
1. Menyebar gosip atau memberi informasi klien kepada orang yang tidak berhak
memperoleh informasi itu
2. Memberi perawatan tanpa memerhatikan kerahasiaan klien, yaitu klien
dilihat/didengar orang lain sehingga klien merasa malu
3. Ancaman dan pemukulan
Tidak diperlukan:
1. Penipuan
Pemberian gambaran salah secara sengaja yang dapat mengakibatkan atau telah
mengakibatkan kerugian atau cedera pada seseorang atau hartanya.
Contoh: memberi data yang keliru guna mendapat lisensi keperawatan
v Dokumentasi legal yang isinya merupakan kondisi perkembangan klien biasanya ditulis
dalam bentuk chart. Chart memuat segala proses dan perkembangan klien yang ditulis secara
akurat. Chart mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai penyedia data mengenai klien dan
merupakan laporan yang dapat menjaga standar pelayanan. Adapun komponen-komponen
dari data yang legal adalah sebagai berikut:
10. Keseimbangan cairan, konsumsi makanan, intake dan output, status sirkulasi dan
pernapasan, serta edukasi dan nyeri.
v Berikut ini adalah pedoman dalam membuat sebuah dokumen yang legal:
v Menurut Sue Dill Calloway, berikut ini adalah beberapa situasi yang mempengaruhi
proses litigasi:
v Prinsip dalam memberikan asuhan harus disesuaikan dengan standar. Berikut ini
adaah elemen-elemen kelalaian yang dapat menjadi tuntutan:
1. Kegagalan untuk memberi asuhan sesuai dengan standar dan menyebabkan kerugian.
2. Kegagalan untuk memberitahu standar yang berlaku.
3. Hubungan antara cedera dan perilaku.
4. Kerugian yang disebabkan karena kelalaian.
v Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan dokumentasi
keperawatan:
1. Jangan dihapus.
2. Gunakan tulisan yang mudah terbaca.
3. Jangan menulis komentar kritis bersifat pembalasan.
4. Betulkan semua kesalahan dengan segera.
5. Gunakan ejaan dengan segera.
6. Mencatat semua fakta.
7. Jangan dokumentasikan hasil pengkajian yang tidak menunjang masalah; data bias
dan terlalu subyektif; dapat menyebabkan perbedaan interpretasi; dan ada istilah atau
singkatan yang tidak lazim.
1. Tindakan kriminal
Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan masyarakat secara
keseluruhan.
Menurut hukum jika sesuatu tidak di dokumentasikan berarti pihak yang bertanggung jawab
tidak melakukan apa yang seharusnya di lakukan. Jika perawat tidak melaksanakan atau tidak
menyelesaikan suatu aktifitas atau mendokumentasikan secara tidak benar, dia bisa di tuntut
melakukan mal praktik. Dokumentasi keperawatan harus dapat diparcaya secara legal, yaitu
harus memberikan laporan yang akurat mengenai perawatan yang diterima klien.
Tappen,weiss,dan whitehead (2001) manyatakan bahwa dokumen dapat dipercaya apabila
hal-hal sbb :
v PEDOMAN PENDOKUMENTASIAN
1. 1. Pengobatan
1. 2. Dokter
Dokumentasikan tiap kali menghubungi dokter bahkan jika dokter tersebut tidak dapat
dihubungi.Cantumkan waktu tepatnya panggilan dilakukan jika dokter dapat
dihubunhi dokumentasikan rincuan pesan dan respon dokter.
Bacakan kembali program lisan kepeda dokter dan klarifikasi nama klien di catatan
klien untuk memastikan identitas klien.
Catat program lisan hanya jika anda pernah mendengarnya, bukan yang di beritahu
kepada anda oleh perawat lain atau oleh personal unit.
1. MANAJEMEN RESIKO
v Manajemen resiko adalah sistem yang menjamin pelayanan keperawatan yang tepat dan
berusaha mengenai potensial bahaya dan menghilangkannya sebelum terjadi (Guido, 2006).
v Langkah-langkah dalam manajemen resiko adalah mengenali resiko yang mungkin,
menganalisisnya, melakukan tindakan untuk mengurangi resiko tersebut dan mengevaluasi
langkah yang telah diambil.
v Salah satu alat yang digunakan dalam manajemen resiko adalah laporan insiden atau
laporan kejadian.
v Laporan kejadian memberikan data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam upaya
menjelaskan penyimpangan dari standar pelayanan, memperbaiki tindakan yang diperlukan
untuk mencegah rekurensi, dan untuk mengingatkan manajemn resiko terhadap situasi yang
berpotensi menjadi tuntutan.
v Contoh dari kejadian adalah klien atau pengunjung terjatuh atau cedera; gagal mengikuti
perintah dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan; keluhan dari klien, keluarga, dokter
atau penyelenggara pelayanan kesehatan atau departemen rumah sakit lain; kesalahan teknik
atau prosedural; dan malfungsi alat atau produk.
v Dokumentasi perawat merupakan bukti pelayanan bagi klien dan juga bukti pelayanan
yang baik dan aman oleh perawat. Jika terjadi tuntutan hukum, maka catatn perawat
merupakan hal pertama yang ditinjau oleh pengacara (Austin, 2006). Pengkajian dan laporan
perubahan kondisi klien oleh perawat merupakan faktor pembela yang penting di dalam
tuntutan hukum. Oleh karena itu, perawat harus mengidentifikasi kepastian bahwa dokter
atau penyelenggara layanan kesehatan telah dihubungi; informasi kepada dokter atau
penyelenggara layanan kesehatan telah disampaikan; dan juga respon dokter atau
penyelenggara layanan kesehatan.
Nursing Malpractice :
Setiap profesi berlaku norma etik dan hukum, jadi terdapat Malpraktek Etik dan Malpraktek
Yuridis.
“Kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan
ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama” (valentin v la
society de bienfaisance mutuelle de los angelos, california, 1956)
l KBBI (1990) :
l praktek kedokteran yg.dilakukan salah atau tidak tepat, menyalahi UU atau Kode Etik.
Van Bemmelen :“..Seorang dokter yg.bertindak sesuai keyakinan dan pengetahuannya dan
menurut opini yg.berlaku pd.waktuitu di antara teman sejawatnya, tidak dapat dikenakan
pidana ….. Karena tujuannya bukanlah utk.menganiaya.”
1. Perbuatan tercela
2. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens area) yang berupa kesengajaan
(intensional), kecerobohan (reklessness) atau kelapaan (negligence)
1. Kesengajaan (intensional)
1. Kecerobohan (recklessness)
1. Kealpaan (negligence)
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak
melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagai mana yang telah
disepakati (ingkar janji).
Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat
melakukannya
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan
Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan
dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicariusliability.
Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas
kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan
tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.
Contoh…
l Adanya komplain terhadap tenaga perawatan dari klien yang menderita radang uretra
setelah pemasangan kateter.apakah hal ini dapat dimintakan tanggung jawab hukum kepada
tenaga perawatan?
l Yang perlu dipahami semua pihak adalah apakah ureteritis bukan merupakan resiko yang
melekat terhadap pemasangan kateter?apakah tenaga perawatan dalam memasang kateter
telah sesuai dengan prosedur profesional?beberapa hal inilah yang menjadi pegangan untuk
menentukan ada tidaknya malpraktek. Apabila tenaga perawatan didakwa telah melakukan
kesalahan profesi, hal ini bukanlah merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak
memahami profesi kesehatan dalam membuktikan ada tidaknya kesalahan
l Pembuktian bila ada kasus atau gugatan adanya civil malpractice dengan dua cara:
1. Cara Langsung
Menurut taylor, untuk membuktikan adanya kelalaian memakai tolak ukur 4 D yakni:
1. Duty (kewajiban)
Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan klien, tenaga perawatan haruslah
bertindak berdasarkan:
Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa yang
seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard
profesinya, maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan
Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara
penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada
peristiwa atau tindakan sela diantaranya, dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil
(outcome) negatif tidak dapat digunakan sebagai dasar menyalahkan tenaga perawatan
Merupakan cara pembuktian yang mudah bagi klien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta
yang diderita olehnya sebagai layanan perawatan (doktrin res ispa loquitur)
Doktrin Res Ispa Loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:
l Contractual liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak terpenuhinya kewajiban dari hubungan
kontraktual yang sudah disepakati. Di lapangan pengobatan, kewajiban yang harus
dilaksanakan adalah daya upaya maksimal, bukan keberhasilan, karena health care provider
baik tenaga kesehatan maupun rumah sakit hanya bertanggung jawab atas pelayanan
kesehatan yang tidak sesuai standar profesi/standard pelayanan
l Vicarius liability
Vicarius liability atau respondent superior ialah tanggung gugat yang tibul atas kesalahan
yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam tanggung jawabnya
(subordinate).misalnya rumah sakit akan bertanggung gugat atas kerugian klien yang
diakibatkan kelalaian perawat sebagai karyawannya
l liability in tort
Adalah tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad). Perbuatan
melawan hukum tidak terbatas hanya perbuatan yang melawan hukum, kewajiban hukum
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain akan tetapi termasuk juga yang
berlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam
pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (hogemad 31 Januar 1919)
Ilustrasi Kasus
l Di ruang ugd datang seorang klien yang bhabis bermain perahu selancar dengan keluhan
telinganya terdengar bunyi gemuruh. Setelah diperiksa oleh seorang dokter residen, dokter
tersebut memberi instruksi kepada seorang siswa perawat untuk memberikan tetes telinga
kepada pasien.dokter bermaksud memberikan obat tetes telinga glycerine dan acid carbol
tetapi tidak mencatatnya pada kartu pasien.
l Klien komplain karena setelah mendapat obat tetes telinga (yang meneteskannya teman si
klien) ternyata obat tersebut mengakibatkan kerusakan sebagian kendang telinga dan
pendengarannya rusak secara permanen
l Pada saat mengajukan bukti-bukti dokter menyatakan bahwa ia telah memerintahkan untuk
diberikan guttae pro auribus acid carbol atau glyserine dan acid carbol drops. Si murid
perawat yang baru berpengalaman 18 bulan di rumah sakit tersebut mendengarnya dokter
mengatakan memberikan instruksi “acid carbol”
l Hakim berpendapat bahwa dokter telah lalai dalam memberikan instruksi kepada seoarang
murid perawat yang tidak kompeten untuk melakukan serta disalahkan cara instruksinya
(tidak ditulis dalam kartu pasien)
l Lebih lanjut hakim mengatakan bahwa dalam memberikan instruksi kepada seorang murid
perawat, maka dokter harus menjaga agar instruksinya itu dimengerti sepenuhnya. Dokter itu
seharusnya sebelum memberikan instruksi harus yakin benar dan mengecek kembali bahwa
murid perawat tersebut cukup kompeten untuk melakukannya dsan tahu apa yang
dimaksudkan (hanson v. the board of managemen of the perth hospital and another, 1938)
l Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada klien tidak memuaskan sehingga perawat
menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga perawatan seharusnya bersikap pasif dan pasien
atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian perawat.
l Apabila tuduhan kepada perawat merupakan criminal malpractice, maka tenaga perawatan
dapat melakukan:
1. Informal Defense
Dengan mengajukan bukti untuk menangkis/menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak
berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawat mengajukan
bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan resiko medik (risk of
treatment), atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea)
sebagaimana diisyaratkan dalam perumusan delik yang tidak dituduhkan
1. Formal/Legal Defence
Melakukan pembelaan dengan mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum yakni
dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau
melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggungjawaban, dengan
mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa
Latar belakang
Latar belakang
Aspek legal dapat didefinisikan sebagai suatu studi kelayakan yang mempermasalahkan
keabsahan suatu tindakan di tinjau dari hukum yang berlaku di indonesia. Dikatakan
implikasi hukum dokumentasi kesehatan klien diakui secara hukum dan dapat dijadikan bukti
dalam persidangan
Teori-teori etik
UTILITARIAN
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan
DEONTOLOGI
Pendekatan deontology berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
autonomy, informed concet, aplikasi sumber-sumber, dan euthanasia
1.Otonomi ( otonomy )
2.Berbuat baik ( beneficience )
3.Keadilan ( justice )
4.Tidak merugikan ( non maleficience )
5.Kejujuran ( veracity )
6.Menepati janji ( fidelity )
7.Kerahasiaan ( confidentiality )
8.Akuntabilitas ( accountability )
OTONOMY ( OTONOMI )
Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri
Menghargai otonomi manusia sebagai seorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang
mampu menentukan sesuatu bagi dirinya
Contoh : seorang pasien mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan pengobatan dan
perawatan di rumah sakit dan lebih memilih melakukan pengobatan di rumah
KEADILAN ( JUSTICE )
Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan
Contoh : ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga
klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan
faktor-faktor dalalm faktor tersebut kemudia bertindak dalam asas keadilan
KEJUJURAN ( VERACITY )
Nilai bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh semua pemberi layanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran serta klien untuk meyakinkan klien agar klien
mengerti. Informasi yang akurat, komperhensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar
membina hubungan saling percaya. Klien memilki otonomy sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu
KERAHASIAAN ( CONFIDENTIALITY )
Kerahasiaan adalah suatu informasi tentang pasien yang harus dijaga privasi dan
kerahasiannya. Dokumentas tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan harus dihindari
AKUNTABILITAS ( ACCOUNTABILITY )
Tindakan seorang professional dapat dikatakan jika dalam standar, seperti penilaian dalam
situasi yang tidak jelas atau pun situasi keadaan yang tidak mendukung
Contoh : perawat bertanggung jawab kepada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman
sejawat, karyawan dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut
kemampuan professional
Menurut Aziz (2002), tiga hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi:
PANDANGAN ETIK DOKUMENTASI
Askep ditujukan untuk seluruh proses kehidupan, perawat sangat komplek dan etis
MENJAGA KERAHASIAAN ( PRIVASI KLIEN )
Pencatatan pelayanan kesehatan merupakan kerahasiaan dan keakuratan askep
MORAL PERJANJIAN
Termasuk perjanjian ( etik perizinan ) seperti pengambilan darah, harus mencantumkan
tanggal dan waktu prosedur, catatan alergi beri nama dan tanda tangan
MENURUT SERRI ( 2010 )
Hal yang harus diperhatikan dalam perizinan atau perjanjian :
Surat yang diterima harus diarsipkan pada suatu tempat yang tepat untuk menghindari hal
yang tidak diinginkan
Jika persetujuan diberikan secara lisan harus disaksikan dan dicatat oleh dokter dan perawat
atau berupa rekaman
Catatan perkembangan pasien harus memuat pernyataan tentang penjelasan yang telah
diberikan termasuk media apa yang digunakan, tanggal, waktu, surat perjanjian tersebut di
tanda tangani
Teori-teori etik
UTILITARIAN
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan
DEONTOLOGI
Pendekatan deontology berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
autonomy, informed concet, aplikasi sumber-sumber, dan euthanasia
1.Otonomi ( otonomy )
2.Berbuat baik ( beneficience )
3.Keadilan ( justice )
4.Tidak merugikan ( non maleficience )
5.Kejujuran ( veracity )
6.Menepati janji ( fidelity )
7.Kerahasiaan ( confidentiality )
8.Akuntabilitas ( accountability )
OTONOMY ( OTONOMI )
Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri
Menghargai otonomi manusia sebagai seorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang
mampu menentukan sesuatu bagi dirinya
Contoh : seorang pasien mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan pengobatan dan
perawatan di rumah sakit dan lebih memilih melakukan pengobatan di rumah
KEADILAN ( JUSTICE )
Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan
Contoh : ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga
klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan
faktor-faktor dalalm faktor tersebut kemudia bertindak dalam asas keadilan
KEJUJURAN ( VERACITY )
Nilai bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh semua pemberi layanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran serta klien untuk meyakinkan klien agar klien
mengerti. Informasi yang akurat, komperhensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar
membina hubungan saling percaya. Klien memilki otonomy sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu
KERAHASIAAN ( CONFIDENTIALITY )
Kerahasiaan adalah suatu informasi tentang pasien yang harus dijaga privasi dan
kerahasiannya. Dokumentas tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan harus dihindari
AKUNTABILITAS ( ACCOUNTABILITY )
Tindakan seorang professional dapat dikatakan jika dalam standar, seperti penilaian dalam
situasi yang tidak jelas atau pun situasi keadaan yang tidak mendukung
Contoh : perawat bertanggung jawab kepada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman
sejawat, karyawan dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut
kemampuan professional
Menurut Aziz (2002), tiga hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi:
PANDANGAN ETIK DOKUMENTASI
Askep ditujukan untuk seluruh proses kehidupan, perawat sangat komplek dan etis
MENJAGA KERAHASIAAN ( PRIVASI KLIEN )
Pencatatan pelayanan kesehatan merupakan kerahasiaan dan keakuratan askep
MORAL PERJANJIAN
Termasuk perjanjian ( etik perizinan ) seperti pengambilan darah, harus mencantumkan
tanggal dan waktu prosedur, catatan alergi beri nama dan tanda tangan
MENURUT SERRI ( 2010 )
Hal yang harus diperhatikan dalam perizinan atau perjanjian :
Surat yang diterima harus diarsipkan pada suatu tempat yang tepat untuk menghindari hal
yang tidak diinginkan
Jika persetujuan diberikan secara lisan harus disaksikan dan dicatat oleh dokter dan perawat
atau berupa rekaman
Catatan perkembangan pasien harus memuat pernyataan tentang penjelasan yang telah
diberikan termasuk media apa yang digunakan, tanggal, waktu, surat perjanjian tersebut di
tanda tangani