Alternative Assessment
Alternative Assessment
Menurut Fenton (1996), Asesmen ialah pengumpulan informasi yang relevan, yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam rangka pengambilan keputusan. Evaluasi ialah aplikasi suatu
standar dan sistem pengambilan keputusan terhadap data asesmen, untuk menghasilkan
keputusan (judgments) tentang besarnya dan kelayakan pembelajaran yang telah berlangsung. [1]
Asesmen alternatif (Alternative Assessment), ialah alternative pengukuran atau evaluasi hasil
belajar mahasiswa yang lain daripada ujian tradisional yang sudah baku, misalnya menggunakan
ujian “essay” atau “multiple choice”, menggunakan batas lulus (passing grade atau PAP) atau
berdasarkan rata-rata kelas (Penilaian acuan norma = PAN), dan pengukuran lain yang
menggunakan kertas dan pinsil (paper and pencil test). Asesmen alternatif mungkin
mengharuskan mahasiswa untuk :
menjawab pertanyaan yang “open-ended” (tidak ada jawaban standar),
mengerjakan penyelesaian suatu masalah,
mendemonstrasikan suatu ketrampilan, atau
menghasilkan suatu karya,
Asesmen otentik (Authentic Assessment), adalah salah satu bentuk atau sinonim asesmen
alternatif. Suatu asesmen dikatakan otentik apabila secara langsung diukur (diamati) perilaku
mahasiswa mengerjakan tugas intelektual yang penting. Sebaliknya, asesmen tradisional
bergantung pada ssesuatu yang tak langsung atau bentuk substitusinya yang disederhanakan,
yang mungkin dapat ditarik inferensi yang valid tentang kinerja mahasiswa pada tantangan
bernilai itu.
Mengapa diperlukan Asesmen Alternatif yang banyak memerlukan banyak waktu dan tenaga
untuk mempersiapkannya ?
Meskipun tes pilihan ganda dapat merupakan indikator atau prediktor yang valid mengenai
penampilan akademik, seringkali tes ini mengalihkan perhatian (mislead) dosen dan mahasiswa
tentang jenis keterampilan yang seharusnya dikuasai mahasiswa. Norma bukan merupakan
standar; butir soal bukanlah masalah yang sebenarnya; dan jawaban yang benar bukanlah
rationale (dasar pemikiran, alasan). Mereka yang mempertahankan tes tradisional tidak melihat
bahwa bentuk tesnya, bukannya isi tes yang merugikan proses belajar. Mahasiswa merasa bahwa
belajar itu menyesakkan, dosen percaya bahwa tes itu adalah pencari fakta, pemaksaan yang
terdiri atas susunan pertanyaan, yang sebenarnya tidak relevan dengan tujuan dan keberhasilan
belajar mahasiswa. Baik dosen maupun mahasiswa digiring pada keyakinan bahwa jawaban yang
benar itu lebih penting daripada kebiasaan berpikir, dan justifikasi pendekatan serta hasil
pekerjaan seseorang.
Karena itu pendekatan terhadap tugas dan hasil yang otentik dapat meningkatkan proses
pengajaran dan belajar; mahasiswa memperoleh kejelasan yang lebih besar tentang kewajiban
mereka (dan diminta mengerjakan tugas yang lebih menarik hati), dan dosen akan percaya bahwa
hasil asesmen itu lebih berarti dan lebih berguna dalam meningkatkan proses pembelajaran.
Apabila tujuan dosen hanya untuk memonitor kinerja mahasiswa, maka tes konvensional
mungkin sudah memadai. Tetapi apabila tujuan dosen ialah meningkatkan kinerja ke arah yang
lebih baik, maka tes itu hendaknya terdiri atas tugas yang dapat dijadikan contoh, kriteria dan
standar.
Rubric adalah skala lajuan (rating scales), berbeda dengan ceklist, yang digunakan pada asesmen
penampilan (performance assessment). Rubrik secara formal dirancang sebagai pedoman
penskoran, yang terdiri atas criteria penampilan spesifik yang telah dirancang sebelumnya, dan
digunakan untuk menilai hasilkerja mahasiswa pada asesmen penampilan. Secara khas, rubrik
merupakan format spesifik dari suatu instrumen penskoran yang digunakan untuk mengevaluasi
penampilan mahasiswa atau produk yang dihasilkan dari suatu tugas penampilan.
Rating Scales
Checklists
Rubrics
Rubrik Holistik
Rubrik holistic biasanya digunakan apabila kesalahan pada bagian dari proses masih dapat
ditolerir, asalkan kualitas keseluruhannya cukup tinggi. Penggunaan rubric holistic mungkin tidak
sesuai bagi suatu tugas penampilan yang mengharuskan mahasiswa untuk menciptakan respons
tertentu, atau tidak terdapat jawaban benar secara pasti. Fokus dari suatu skor yang menggunakan
rubrik holistik ialah terhadap kualitas secara keseluruhan, kemahiran atau pemahaman terhadap
isi dan ketrampilan spesifik, jadi meliputi asesmen yang bertaraf unidimensi. Penggunaan rubrik
3
holistic dapat menghasilkan proses scoring yang lebih cepat dibanding rubrik analitik. Pada
dasarnya hal ini disebabkan oleh karena si penilai atau pemeriksa diharapkan untuk membaca ,
memeriksa produk atau penampilan mahasiswa hanya sekali dalam rangka memperoleh kesan
yang menyeluruh tentang hasil pekerjaan mahasiswa. Karena intinya ialah asesmen keseluruhan
penampilan, maka rubrik holistik digunakan secara khas, meskipun tidak eksklusif apabila tujuan
asesmen penampilan itu bersifat sumatif. Pada umumnya, hanya dapat diberikan kepada
mahasiswa umpan balik yang sangat terbatas sebagai hasil penskoran tugas penampilan
menggunakan cara ini. Sebuah contoh rubrik penskoran holistik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Template for Holistic Rubrics
Skor Uraian
5 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang permasalahan. Semua
persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban
4 Memperlihatkan cukup pemahaman tentang permasalahan. Semua
persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban
3 Memperlihatkan hanya sebagian pemahaman tentang permasalahan.
Kebanyakan persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban
2 Memperlihatkan sedikit pemahaman tentang permasalahan. Banyak
persyaratan tugas yang tidak ada
1 Memperlihatkan tidak ada pemahaman tentang permasalahan
0 Tidak ada jawaban / Tidak ada usaha
Rubruk Analitik
Rubrik Analitik biasanya dipilih apabila dinginkan tipe respons yang cukup terfokus, yaitu untuk
tugas penampilan yang mungkin mempunyai 1 atau 2 jawaban, dan kreativitas tidak terlalu
esensial dalam jawaban mahasiswa. Lagipula, pada mulanya rubric analitik terdiri atas beberapa
skor, yang diikuti dengan penjumlahan untuk skor akhir. Penggunaannya mewakili asesmen pada
tingkatan multidimensi. Seperti telah dikatakan semula bahwa penggunaan rubric analitik dapat
mengakibatkan proses penskoran itu sangat lambat, sebagai akibat dari pengukuran berbagai
ketrampilan atau karakteristik yang sangat berbeda, yang masing-masing memerlukan
pemeriksaan berulang kali. Baik pengkonstruksiannya maupun pada penggunaannya memerlukan
waktu yang lama. Ketentuan umumnya ialah bahwa pemeriksaan pekerjaan seseorang itu
memerlukan waktu tersendiri untuk setiap tugas penampilan yang spesifik atau criteria
penskoran. Namun demikian, keuntungan penggunaan rubric analitik itu sangat berarti. Derajat
umpanbalik yang diberikan kepada mahasiswa (dan dosen) sangatlah bermakna. Mahasiswa
menerima umpanbalik spesifik terhadap setiap kriteria penskoran individual dari penampilannya,
dan hal ini tidak terjadi pada penggunaan rubrik holistic. Setelah itu dimungkinkan untuk
menciptakan suatu “profil” tentang kekuatan dan kelemahan mahasiswa secara spesifik. Pada
Tabel 2 disajikan templat rubrik penskoran analitik.
Sebelum mendesain rubrik yang spesifik, perlu ditetapkan terlebih dahulu apakah penampilan
atau produk itu akan diskor secara holistik atau analitik. Menggunakan rubric apapun, perlu
diidentifikasi dan dirumuskan kriteria penampilan spesifik (TIK) dan indikator yang dapat
diamati, sebagai langkah awal pengembangan. Keputusan tentang pemilihan pendekatan
4
holistik atau analitik pada penskoran mempunyai beberapa kemungkinan implikasi. Hal
terpenting yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu ialah bagaimana akan menggunakan hasil
akhirnya. Apabila diinginkan skor sumatif secara keseluruhan, lebih baik memilih pendekatan
holistik. Sebaliknya, jika tujuannya ialah umpanbalik formatif , maka gunakanlah rubrik
penskoran analitik. Perlu dicatat, bahwa jenis pendekatan yang satu tidaklah lebih baik dari yang
lain, yang penting ialah, mana yang sesuai untuk tujuan yang diinginkan. Implikasi lain meliputi
waktu yang dibutuhkan, sifat tugas itu sendiri, dan kriteria penampilan spesifik yang diamati.
Tabel 2
Templat untuk rubrik analitik
Tahap Awal Pengembangan Terselesaikan Patut Dicontoh Skor
1 2 3 4
Kriteria # 1 Uraian Uraian Uraian Uraian
menggambarkan menggambarkan menggambarkan menggambarkan
tahap awal gerakan ke arah pencapaian tingkat tingkat
penampilan tingkat penguasaan penguasaan penampilan
penampilan penampilan tertinggi
Kriteria # 2 Uraian Uraian Uraian Uraian
menggambarkan menggambarkan menggambarkan menggambarkan
tahap awal gerakan ke arah pencapaian tingkat tingkat
penampilan tingkat penguasaan penguasaan penampilan
penampilan penampilan tertinggi
Kriteria # 3 Uraian Uraian Uraian Uraian
menggambarkan menggambarkan menggambarkan menggambarkan
tahap awal gerakan ke arah pencapaian tingkat tingkat
penampilan tingkat penguasaan penguasaan penampilan
penampilan penampilan tertinggi
Kriteria # 4 Uraian Uraian Uraian Uraian
menggambarkan menggambarkan menggambarkan menggambarkan
tahap awal gerakan ke arah pencapaian tingkat tingkat
penampilan tingkat penguasaan penguasaan penampilan
penampilan penampilan tertinggi
Seperti terlihat pada templat 1 dan 2, berbagai tingkatan penampilan mahasiswa itu dapat
ditetapkan menggunakan label kuantitatif ( misalnya numerik) , atau kualitatif (misanya
deskriptif). Dalam hal tertentu mungkin diperlukan kedua label, kualitatif maupun kuantitatif.
Jika suatu rubrik mengandung 4 tingkatan kemahiran atau pengertian dakam suatu kontinuum
(kelanjutan), maka label kuantitatifnya akan berkisar antara “1” sampai “4”. Lebih fleksibel dan
lebih kreatif apabila menggunakan label kualitatif . Suatu tipe umum skala kualitatif dapat
meliputi label sebagai berikut : master, expert, apprentice, and novice. Hampir semua tipe skala
kualitatif dapat digunakan asalkan sesuai dengan tugas.
Salah satu aspek penting pada penskoran kinerja mahasiswa menggunakan rubrik ialah
pengubahannya / pengkonversiannya menjadi markah / nilai (grading). Pada rubrik, sebaiknya
tidak digunakan persentase. Sebagai contoh, jika suatu rubrik mempunyai 6 tingkatan atau angka,
maka angka 3 tidak dapat diartikan sama dengan 50 % pengetahuan (setara dengan nilai E = tidak
lulus). Proses konversi skor rubrik ke nilai atau kategori lebih merupakan proses logika daripada
matematis. Diusulkan oleh Trice (2000), agar dalam sistem penskoran rubrik, lebih banyak skor
5
(nilai) berada pada kategori rata-rata dan di atas rata-rata (setara nilai C dan lebih baik, dibanding
di bawah rata-rata. Sebagai contoh, jika rubrik terdiri atas 9 kategori skor, diberikan pada tabel 3.
Tabel 3
Sampel Nilai dan Kategori
Skor Rubrik Nilai (Grade) Kategori
8 A+ Sangat Baik
7 A Sangat Baik
6 B+ Baik
5 B Baik
4 C+ Cukup
3 C Cukup
2 E Tidak memuaskan
1 E Tidak memuaskan
0 E Tidak memuaskan
Langkah 1.
Periksa kembali Tujuan Instruksional (TIK) yang dituju oleh tugas. Hal ini perlu untuk
menyamakan pedoman penskoran Anda dengan TIK dan pelaksanaan pembelajaran.
Langkah 2.
Mengidentifikasi atribut spesifik (indikator) yang dapat diamat,i yang ingin Anda lihat (maupun
yang tidak ingin Anda lihat), yang akan ditampilkan mahasiswa dalam produk, proses maupun
kinerjanya.
Perlu diperinci karakteristik, ketrampilan, atau perilaku yang akan Anda cari, maupun kesalahan
umum yang tidak mau Anda lihat.
Langkah 3
Diskusikan karakteristik yang menyertai setiap atribut. Identifikasi cara untuk menguraikan:
kinerja di atas rata-rata, rata-rata, dan di bawah rata-rata untuk setiap atribut yang dapat diamati
pada langkah 2.
Langkah 4a.
Untuk rubrik holistik, tuliskan deskripsi naratif yang lengkap untuk hasilkerja yang sangat baik
dan sangat buruk, dengan memasukkan setiap atribut ke dalam dekripsi itu. Uraikan tingkat
kinerja tertinggi dan terendah dengan memadukan deskripsi untuk semua atribut.
Langkah 4b.
Untuk rubrik analitik, tuliskan deskripsi naratif lengkap untuk hasilkerja yang sangat baik dan
sangat buruk untuk setiap atribut secara individual. Uraikan tingkat kinerja tertinggi dan yang
terendah dengan menggunakan deskriptor untuk setiap atribut secara terpisah.
Langkah 5a.
6
Untuk rubrik holistik, lengkapi rubrik dengan menguraikan tingkataan lain pada kontinuum yang
berkisar dari kinerja yang sangat baik sampai buruk dari atribut secara kolektif. Tuliskan
deskripsi untuk semua tingkatan antara dari kinerja
Langkah 5b.
Untuk rubrik analitik, lengkapi rubrik dengan cara menguraikan tingkat-tingkat lain pasa
kontinuum yang berkisar dari sangat baik sampai buruk untuk setiap atributf. Tuliskan uraian
untuk semua tingkat antara dari kinerja secara terpisah untuk setiap atribut .
Langkah 6
Kumpulkan sampel dari pekerjaan mahasiswa yang mewakili contoh setiap tingkat. Ini akan
berguna sebagai “benchmark” (batas ambang = batas minimal) dan membantu Anda pada
penskoran di waktu yang akan datang.
Langkah 7
Revisi rubrik sesuai kebutuhan. Siapkan keefektifan rubrik, perbaiki sebelum digunakan di lain
waktu.
Pokok Bahasan : Matematik; subpokok bahasan : analisis data yang difokuskan pada
ketrampilan mengestimasi dan menginterpretasi grafik . Secara khusus pada akhir unit
ini, dosen dapat mengases (menilai) penguasaan mahasiswa akan TIK :
- menginterpretasi grafik batang (bar) dengan cara yang sesuai
- mengestimasi (secara akurat) nilai-nilai dalam grafik batang (Langkah 1)
Karena maksud tugas kinerja ini bersifat sumatif (nilai akan digabung dengan skor
mahasiswa), maka dirancang suatu rubrik holistik. Untuk ini diidentifikasi 4 atribut
berikut sebagai fokus rubriknya : estimasi, komputasi matematik, kesimpulan, dan
mengkomunikasi penjelasannya (Langkah 2 dan 3)
Pada akhirnya dibuat konsep deskripsi dari berbagai tingkat kinerja untuk atribut
yangdapat diamati itu (Langkah 4 dan 5). Hasil akhir rubrik dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
7
dengan sedikit kesalahan.Mengambil kesimpulan yang logis yang didukung
oleh grafik. Memberikan penjelasan pemikiran yang baik.
2 Berusaha melakukan estimasi , meskipun kebanyakan tidak akurat.
Menggunakan operasi matematik yang tidak sesuai, meskipun tanpa salah.
Mengambil kesimpulan yang tidak didukung oleh grafik. Sedikit memberikan
penjelasan
1 Melakukan estimasi tidak akurat. Menggunakan operasi matematik yang tidak
sesuai. Tidak ada kesimpulan yang berkaitan dengan grafik. Tidak memberikan
penjelasan cara berpikir.
0 Tidak ada jawaban / tugas tidak selesai
Pertanyaan :
1. Bagaimana yang dikatakan Teknik Penulisan Ilmiah yang baik ? , sehingga dapat diberi
nilai, misalnya 90
2. Apa yang dimaksud dengan Konsistensi Penulisan Ilmiah ?
3. Apa yang dinilai pada Penyajian Materi ?
4. Bagaimana Penguasaan Materi yang Baik ?
5. Apa yang dimaksud sengan Kejujuran Ilmiah ?
Jawaban (sementara):
1. Teknik Penulisan Ilmiah yang baik, apabila :
- Judul Tulisan dirumuskan dengan baik
- Permasalahan dirumuskan berdasarkan latar belakang yang kuat
- Metode yang dipilih sesuai dengan cara pembuktian (hipotesis)
- Hasil yang diperoleh dirmuskan dalam Kesimpulan yang menunjang judul.
2. Konsistensi Penulisan Ilmiah sebaiknya diganti : Bentuk dan Format, yang meliputi pula
penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Pendahuluan berisi latar belakang, metode eksperimen dan cara pengambilan
kesimpulan
- Pola Penelitian yang berisi pola pikir untuk mencapai kesimpulan
8
- Tinjauan Pustaka yang relevan dengan Pola Penelitian, disertai notasi
- Cara Kerja yang sesuai dengan Pola Penelitian
3.
Definisi Portfolio
Penyimpanan portfolio biasnaya dilakukan dalam buku catatan, (map) folder dalam laci arsip,
kotak atau lemari. Ada juga yang menggunakan foto, pita audio atau video untuk penyimpanan
hasilkerja mahasiswa.
ELECTRONIC PORTFOLIOS
(Educational Technology; An Encyclopedia, ABC-CLIO,2001)
Suatu inovasi yang dikembangkan awal tahun 1990 ialah portfolio elektronik, yaitu
penggabungan berbagai teknologi elektronik untuk menciptakan dan mempublikasikan portfolio
yang dapat dibaca dengan komputer atau Video player.
Para ahli seni (artis) telah menggunakan portfolio selama bertahun-tahun, dengan menggunakan
koleksi hasilkerjanya untuk mencari kerja baru, atau hanya untuk memperlihatkan hasilkerja
seninya. Portfolio artistik biasanya terdiri hanya atas hasilkerja yang terbaik. Portfolio finansial
mengandung rekaman komprehensif atau transaksi fiskal dan saham investasi yang mewakili
nilai moneter tertentu. Sebaliknya, portfolio pendidikan mengandung hasilkerja yang
dikumpulkan dan dipilah-pilah oleh peserta didik yang menunjukkan pertumbuhan
(perkembangan) dan perubahan seiring waktu. Komponen kritis suatu portfolio pendidikan ialah
refleksi peserta didik atas setiap hasilkerja individual (yang dinamakan artifak) maupun suatu
refleksi keseluruhan mengenai apa yang terkandung dalam portfolio. Pembicaraan selanjutnya
hanya mengenai portfolio pendidikan, namun demikian portfolio elektronik dapat dikembangkan
untuk bidang lain untuk berbagai tujuan.
Definisi Portfolio
10
….kumpulan representatif hasilkarya seseorang; contoh karya itu terpola untuk suatu tujuan
tertentu dan dapat dibawa-bawa untuk pemeriksaan atau dipamerkan.
Suatu portfolio merupakan kumpulan karya mahasiswa (yang dikumpulkan untuk tujuan
tertentu), yang memperlihatkan usaha mahasiswa, kemajuan maupun pencapaiannya dalam salah
satu bidang atau lebih. Kumpulan karya itu meliputi kegiatan (partisipasi) mahasiswa pada
pemilahan isi, kriteria untuk pemilihan; kriteria penilaian kegunaannya, dan bukti refleksi-diri
mahasiswa.
Pembedaan lain :
1. Working Portfolios
2. Showcase or Best Works Portfolios
3. Assessment Portfolios
Tampak di atas bahwa portfolio dapat dijadikan salah satu bentuk asesmen alternatif. Istilah
asesmen alternatif, asesmen otentik atau asesmen berdasar-kinerja (performance-based
assessments) seringkal digunakan sebagai sinonim (pengertian sama), yaitu berbagai asesmen
performans yang lebih mengutamakan mahasiswa memperlihatkan suatu jawaban, bukannya
memilih suatu jawaban.
Asesmen tradisional (Traditional Assessments), difokuskan pada nilai (grade) dan kedudukan
(ranking), pengetahuan, kurikulum, dan ketrampilan, yang diimplementasikan melalui
asesmen di kelas (test, kuis, tugas pekerjaan rumah), dan tes baku (PAN atau PAP).
Asesmen Performans (Performance Assessments), yang difokuskan pada hasil dan standar
yang dapat diamati, aplikasi dan transfer yang diimplementasikan sesuai standar, tugas,
kriteria dan rubrik penskoran.
Asesmen Portfolio (Portfolio Assessments), dengan fokus pada pertumbuhan (growth) dan
perkembangan (development) seiring waktu, yang diimplementasikan melalui seleksi,
refleksi, dan pemeriksaan tugas kelas sesuai dengan tujuan dan evaluasi-diri.
Terdapat perbedaan jelas antara Asesmen Performans dan Portfolio. Suatu portfolio merupakan
wadah yang berisi contoh hasilkerja mahasiswa dan dosen yang dinamakan artifak (artifacts), dan
refleksi dari hasilkerja itu yang mentransformasikan artifak menjadi “bukti” pencapaian hasil
(achievement). Kebanyakan artifak memang dapat dihasilkan melalui asesmen performans yang
disertai evaluasi dan refleksinya
Suatu portfolio berdasarkan-standar (standards-based portfolio) menciptakan hubungan antara
tugas mahasiswa dan asesmen performans beserta pedoman penskorannya, dan standar yang
didesain untuk ditampilkannya.
Sering disamakan pengertian Electronic portfolio dan Digital portfolio, namun terdapat
perbedaan. Suatu Portfolio elektronik berisi artifak yang bentuknya analog, misalnya pita video
atau bentuk yang dapat dibaca oleh komputer. Pada Digital portfolio semua artifak telah diubah
menjadi bentuk yang dapat terbaca-komputer. Portfolio elektronik bukan merupakan koleksi
artifak sembarangan, melainkan merupakan alat reflektif yang memperlihatkan pertumbuhan
(perkembangan) seiring waktu.
12
Koleksi (collection)
Hampir semua definisi mengandung kata “collection”. Koleksi tugas /pekerjaan dapat berbentuk
folder, kumpulan catatan (scrapbook), atau portfolio. Yang membedakan portfolio elektronik dari
kumpulan catatan digital atau resume online ialah pengorganisasian portfolio yang merangkum
suatu perangkat standar atau tujuan pendidikan, bersama refleksi peserta didik, baik tentang
pencapaian mereka terhadap standar dan dasar pemikiran untuk pemilahan artifak khusus,
maupun refleksi keseluruhan terhadap portfolio secara keseluruhan.
Menciptakan portfolio tampaknya menakutkan, namun akan tampak lebih mudah apabila
melihatnya sebagai suatu rangkaian tahapan, setiap tahapan disertai tujuan, dan kegiatannya yang
memerlukan berbagai software yang berbeda.
Proses pengembangan mutimedia meliputi tahapan berikut (Ivers & Barron, 1998):
Mengases/ Memutuskan (Assess/Decide). Fokus di sini ialah mengidentifikasi kebutuhan
(needs assessment) pelanggan, perumusan tujuan, dan memilih instrumen yang sesuai untuk
presentasi akhir portfolio.
Merancang/Merencanakan (Design/Plan). Fokus di sini ialah pada pengorganisasian atau
perancangan presentasi. Menetapkan isi sesuai kebutuhan pelanggan, perangkat lunak, media
penyimpanan, dan urutan presentasi. Mengkonstruksi bagan alir (flow charts) dan menulis
storyboard.
Mengembangkan. Mengumpulkan materi yang akan digunakan dalam presentasi, dan
mengorganisasikannya menurut urutan (sequence) atau menggunakan hyperlinks untuk
presentasi materi yang terbaik menggunakan program multimedia tertentu
Implementasi (Implement). Mempresentasikan portfolio itu kepada audiens.
Mengevaluasi (Evaluate). Tahap akhir pengembangan multimedia ini difokuskan pada
evaluasi keefektifan presentasi sesuai dengan maksud dan untuk tujuan asesmen.
13
Proses Pengembangan Portfolio
Setiap tahap pada proses pengembangan portfolio akan membantu pengembangan profesional
dosen dan kemampuan belajar seumur hidup pada mahasiswa. Berikut ini ialah Proses
Pengembangan Portfolio menurut Danielson dan Abrutyn (1997) :
Gunakanlah instrumen software apapun yang saat ini digunakan untuk mengumpulkan
artifak, menyimpannya dalam harddisc, server, atau videotape. Buatkan folder elektronik
untuk setiap standar dalam mengorganisasikan artifak (semua jenis dokumen elektronik), lalu
14
gunakan software word processor, database, hypermedia, atau slide show untuk
mengartikulasikan tujuan/standar yang akan didemonstrasikan pada portfolio, dan untuk
mengorganisasikan artifak. Identifikasilah media penyimpanan (storage) dan media presentasi
yang paling cocok dengan situasi itu(misalnya, harddisk komputer, videotape, jaringan lokal,
WWW server, CD-ROM, dsb.nya. Terdapat pula banyak pilihan lain, tergantung dari
software yang dipilih.
Kumpulkan materi multimedia yang mewakili pencapaian hasil. Perlu dikumpulkan artifak
dari berbagai waktu yang berbeda untuk menunjukkan pertumbuhan dan pembelajaran yang
telah berlangsung. Tuliskan pernyataan reflektif pendek untuk setiap artifak yang disimpan
untuk melihat signifikansinya pada waktu diciptakan
Tahapan proses pengembangan portfolio ini biasanya mendahului review evaluasi (untuk
portfolio sumatif) atau lamaran pekerjaan (untuk portfolio pemasaran). Pada portfolio
formatif, secara khas refleksi terlihat pada titik signifikan selama proses pembelajaran, dan
ditambahkan segera seperti tercantum pada tahapan sebelum ini. Refleksi terhadap pekerjaan
seseorang sangat diperlukan jika pemilik portfolio ingin mempelajari proses.
Berikut ini terdapat 3 pertanyaan sederhana yang dapat menjelaskan proses reflektif ini :
1. “What”
2. “So what”
3. “Now what”
Untuk menggunakan pertanyaan ini, mula-mula mahasiswa perlu meringkas artifak yang
mendokumentasikan pengalaman untuk dapat menjawab pertanyaan “What”. Selanjutnya
mahasiswa perlu merefleksikan apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana hal ini memenuhi
standar, untuk menjawab pertanyaan “So what”. Ketiga mahasiswa perlu menyampaikan
implikasi untuk pembelajaran berikut yang diperlukan, dan menetapkan perbaikan dan
adaptasidalam menjawab pertanyaan ”Now what”
Proses penetapan tujuan pembelajaran di masa depan ini menjadikan pengembangan portfolio
itu sebagai suatu alat yang sangat penting pada pengembanganprofesional. Karena itu
pertanyaan “Now what” menjadi sangat penting. Komitmen semi-publik terhadap
pengembangan tujuan profesional dapat menjadi motivasi untuk bekerja dalam bidang ini.
Dikatakan bahwa sistem portfolio profesional mengundang dosen untuk menjadi arsitek dari
pengembangan profesionalnya sendiri.
Sampai batas tertentu tahapan sangat khas pada portfolio elektronik, karena kapabilitas
software untuk menciptakan hypertext links antara dokumen, secara lokal atau melalui
internet. Pada tahap ini diciptakan hubungan hiperteks antara tujuan, contoh hasilkerja,
rubrik, dan refleksi. Selanjutnya dimasukkan artifak multimedia yang sesuai. Buatlah daftar
isi untuk membentuk struktur portfolio, gunakan kemampuan Word atau Power Point, atau
pengorganisasian grafis AND yang memberikan garisbesar Inspiration.
15
Pemilihan software dapat membatasi atau memperluas proses pengembangan dan kualitas
produk akhir. Paket software yang berbeda, masing-masing mempunyai karakteristik khas
tersendiri yang dapat membatasi atau memperluas pilihan portfolio elektronik. Penting sekali
untuk memilih software yang memungkinkan kemudahan menciptakan hypertext links, agar
dapat dihubungkan antara pencapaian hasil dengan tujuan dan refleksi, dan mengidentifikasi
suatu pola melalui proses “linking”ini
Proses penciptaan portfolio dengan hypertext links diperlukan pada proses asesmen sumatif.
Apabila menggunakan portfolio pada asesmen, maka transformasi “artifak” menjadi “bukti”
itu tidak akan jelas. Menghubungkan refleksi dengan artifak menjadikan proses berpikir ini
lebih eksplisit. Kemampuan untuk menciptakan hubungan dari berbagai perspektif (dan
berbagai tujuan) juga akan memperbaiki kelinieran dari portfolio kertas 2 dimensi dengan
menjadikannya satu artifak untuk mendemonstrasikan multiple stndarda ( misalnya, standar
teknologi nasional, standar pembelajaran negara)
Pada tahap ini portfolio direkam dalam media presentasi dan peyimpanan. Hal ini akan
berbeda pada portfolio pekerjaan dan portfolio presentasi atau formal. Media terbaik untuk
portfolio pekerjaan ialah video tape, hard disk computer, ZIP disk, atau server jaringan.
Media terbaik untuk portfolio presentasi atau formal ialah CD-Recordable disc, WWW
server, atau video disc.
Dilakukan evaluasi terhadap keefektifan portfolio mengenai tujuannya dan untuk konteks
asesmennya. Dalam lingkungan yang terus menerus berkembang, suatu portfolio hendaknya
dilihat sebagai suatu instrumen pembelajaran yang berlangsung terus, yang kefektifannya
perlu direview secara berkala untuk menjamin pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Rekam portfolio dalam CD-ROM, dalam videotape atau kirimkan ke WWW server.
16
1. Tidak ada artifak digital. Terdapat beberapa artifak videotape
2. Word processor atau file lain yang biasa digunakan yang tersimpan dalam folder
elektronik pada hard drive, floppy diskette atau LAN server.
3. Database, hypermedia atau slide shows (Power Point), tersimpan dalam harddrive, ZIP,
floppy disc atau LAN server.
4. Portable Document Format (Adobe Acrobat PDF files), tersimpan dalam harddisk, ZIP,
JAZ, CD-R/W, atau LAN server
5. HTNL-based web pages, yang dibuat dengan “web authoring program” atau WWW
server.
6. Multimedia authoring program, misalnya Macromedia Authorware dalam CD-R/W atau
format WWW
Seperti terlihat di atas, terdapat berbagai strategi untuk mengembangkan portfolio elektronik,
yang dapat dibagi dalam 2 pendekatan umum : common tools approach , pendekatan instrumen
biasa, dan customized system approach yang meliputi perancangan sistem jaringan atau membeli
paket software paten atau online service.
Di pasaran terdapat program portfolio elektronik komersial yang cukup baik, namun portolio ini
mencerminkan gaya si pembuatnya, atau kendala keterbatasan struktur softwarenya. Kebanyakan
pendidikan yang ingin mengembangkan portfolio untuk pembelajarannya di kelas atau untuk diri
sendiri cenderung mendesain sendiri, menggunakan software sendiri atau strategi umum.
Instrumen umum untuk ini ialah database yang terkait, hypermedia “card”software, mutimedia
authoring software, World Wide Web (WWW, HTML) pages, Adobe Acrobat (PDF files), Office
Suite software, multimedia slide shows, dan digital atau analog video.
Ringkasan
Terdapat banyak instrumen yang dapat digunakan untuk mengembangkan portfolio elektronik
melalui tahap-tahap ayng sudah dibicarakan sebelum ini. Nilai tambah pada penciptaan portfolio
elektronik hendaknya melebihi usaha yang telah dilakukan, dan pengajar hendaknya
17
menggunakan pendekatan teknologi konservatif pada penggunaan portfolio mereka. Hendaknya
proses tetap sederhana pada awal pengerjaan dengan menggunakan software yang dikenal. Dan
yang terpenting, portfolio elektronik harus memperlihatkan hasil pencapaian (achievement)
peserta didik, dan kemampuan pengembangan pada penggunaan teknologi untuk mendukung
pembelajaran seumur hidup.
18