Anda di halaman 1dari 5

1.

Perspektif Ekologi Industri pada Evolusi Sistem Perkotaan

Ekologi indutri adalah pendekatan terkait antara system industri dan lingkungan alam.
Ekologi industri mencakup mengenai siklus materi serta proses pemanfaatan bahan mentah
di alam menjadi suatu bahan jadi. Sumber daya alam yang melimpah telah digunakan oleh
manusia untuk pemenuhan kehidupannya. Kegiatan ini berlangsung sejak lama yaitu ribuan
bahkan jutaan tahun yang lalu hingga sekarang. Pola yang digunakan manusia dalam
menggunakan sumber daya alam dari juta tahun lalu berbeda dengan saat ini. Berikut adalah
perjalanan sejarah penggunaan sumber daya alam oleh manusia yang akan dibagi dalam
beberapa bagian tahun.
a. Jutaan Tahun Lalu
Pada masa-masa awal terciptanya manusia di dunia, manusia bertahan hidup dengan
cara mengumpulkan buah-buahan dan berburu hewan. Mereka juga mengumpulkan
hewan besar yang sudah mati karena predator lain atau mati secara alami. Manusia pada
masa ini hidup secara nomaden atau berpindah-pindah tempat untuk tinggal.
b. Zaman Neolitikum (dua ribu tahun lalu)
Zaman neolitik berlangsung sekitar sepuluh ribu tahun lalu. Pada masa ini, manusia
mulai membuat perkakas untuk kegiatan sehari-hari dari batu. Selain itu, manusia pada
zaman neolitik telah melakukan praktik bercocok tanam secara sederhana. Mereka juga
menjinakan hewan liar untuk dipelihara sebagai makanan sumber protein hewani.
Masyarakat pertanian ini menggunakan energi matahari untuk fotosintesis tumbuhan
sehingga mendapatkan energi dari tumbuhan berupa makanan.
Melalui kegiatan bercocok tanam sederhana dan pemeliharaan hewan, terlihat bahwa
manusia pada saat itu tidak lagi menggantungkan hidupnya pada kondisi alam. Mereka
mulai menguasai alam sekitar mereka dengan melakukan pengolahan ekosistem dan
perubahan-perubahan pada alam. Terjadi perubahan dari system food gathering menjadi
food producing (Jati, 2013).
Pada Zaman Neolitik ini, manusia mulai membentuk perkampungan kecil dan
melakukan aktivitas pemeliharaan hewan dan bercocok tanam di dalamnya (gambar 1).
Walaupun manusia pada zaman itu telah melakukan praktik bercocok tanam sederhana,
namun ketersedian makanan belum terlalu mencukupi sebagai sumber energi.
Keterbagtasan energi manusia dan hewan mengakibatkan proses pengangkutan barang
jarak jauh pada saat itu hanya diizinkan melalui jalur air atau sungai saja.

Gambar 1. Ilustrasi Kondisi Manusia pada Zaman Neolitikum


Sumber gambar: www.dictio.id
c. Akhir Abad 14 dan Abad 15
Pada akhir abad 14 terdapat penemuan energi alternatif berupa bahan bakar minyak
yang berasal dari fosil. Penemuan lainnya pada abad tersebut adalah penemuan mesin
uap sederhana. Energi fosil yang prosesnya memerlukan waktu jutaan tahun dan
dalam kondisi tertentu itu menjadi andalan untuk kehidupan manusia sejak saat itu.
Dengan adanya penemuan energi alternatif dan mesin uap mendorong dunia ke arah
revolusi industri.
Pengembangan terhadap ilmu dan teknologi semakin gencar dilakukan dan
memunculkan berbagai alat transportasi dan mesin-mesin industri. Mesin industri
digunakan untuk mengelola sumber daya alam secara masal termasuk dalam
pertanian. Perubahan dari kegiatan agraris ke revolusi industri ini menimbulkan
beberapa dampak dan perubahan seperti berikut.
1) Energi yang sebelumnya langka menjadi sumber daya yang melimpah, biaya
energy transportasi jarak jauh menurun.
2) Produktivitas hasil pertanian meningkat dengan adanya mesin pertanian.
3) Ketersedian pangan untuk kehidupan manusia sehari-hari terpenuhi sehingga
terjadi pertumbuhan perkotaan atau peningkatan jumlah penduduk dunia
4) Pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan melonjaknya penggunaan material
dan energi per kapita.
d. Abad 21
Pada abad ke-21 perkembangan industri semakin maju. Terjadi perkembangan
yang pesat pada bidang isndustri dan ekonomi. Pengembangan infrastruktur,
munculnya jenis-jenis transportasi baik darat, udara dan laut. Masyarakat di zaman
modern ini mendapatkan penghasilan yang semakin tinggi, sehingga memicu
peningkaatan konsumsi barang, jasa semakin tinggi.
Beberapa ciri yang terjadi pada abad 21 ini menimbulkan berbagai perubahan
lingkungan. Dampak dari berkembangnya transportasi dan industri menimbulkan
pencemaran air, udara dan tanah. Asap sisa pembakaran mengandung gas
karbondioksida yang memicu polusi udara utamnya pada kota besar. Pembuangan
limbah industri ke tanah dan air menyebabkan tanah dan sungai mulai tercemar dan
merusak ekosistem alami. Penggunaan bahan bakar fosil secara terus menerus dan
berlebihan menyebabkan pasokan bahan bakar ini menjadi semakin berkurang
sedangkan waktu yang diperlukan untuk membentuk kembali bahan bakar alternatif
dari fosil. Dampaknya saat ini harga bahan bakar minyak semakin mahal.
Kepadatan penduduk dunia semakin memicu pemenuhan kebutuhan dan jasa yang
semakin tinggi. Hal tersebut memicu ekploitasi sumber daya alam dan alih fungsi
lahan hijau. Praktik industri seharusnya tetap berlangsung namun tetap harus
emperhatikan aspek-aspek pengelolaan lingkungan agar alam tetap terjaga. Salah satu
solusi untuk pelaksanaan industri ramah lingkungan adalah menerapkan konsep
Circular Economy.
Circular Economy adalah suatu praktik ekonomi industri ramah lingkungan. Tujuan dari
pelaksanaan Circular Economy adalah untuk mempertahankan nilai dari suatu produk agar
dapat digunakan berulangkali tanpa menghasilkan sampah (Rodriguez, 2016). Circular
Economy dapat ditempuh dengan cara penggunaan kembali atau daur ulang. Salah satu contoh
penerapan Circular Economy dalam industri tekstil dilakukan oleh perusahaan tekstil di
Eropa. Mereka melakukan penggunaan kembali kain perca, sampah dari proses produksi baju
dan diolah menjadi pintalan benang yang dapat digunakan kembali untuk memproduksi suatu
produk baju yang baru.

Gambar 2. Penerapan Circular Economy dalam insudtri tekstile


Sumber Gambar: id.pinterest.com

Penerapan system circular economy pada industri sangatlah menguntungkan terutama dari
segi alam. Dengan adanya penggunaan kembali kain perca menjadi pintalan benang dapat
mengurangi eksploitasi selulosa dari tumbuhan untuk pembuatan kain katun dan minyak bumi
(virgin oil) untuk pembuatan kain polyester. Circular economy penting dilakukan dalam
seluruh bidang industri yang ada agar perubahan lingkungan dan eksploitasi sumber daya
alam dapat diminimalisir.
Indonesia mulai melakukan sosialisasi dan pelaksanaan circular economy. Salah satu
perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam pemrosesa dan pengemasan minuman yaitu
Tetra Pak menerapkan circular economy melalui penggunaaan bahan dasar yang dapat didaur
ulang, dikelola secara bertanggung jawab dan dengan meningkatkan daur ulang. Tetra Pak
memiliki Gerakan 3L (Lepas, Lipat, Letakkan) yang bertujuan untuk mengedukasi
masyarakat mengenai kemasan Tetra Pak yang memiliki nilai ekonomis dan tetap bermanfaat
setelah dikonsumsi. Selain itu, kemasan Tetra Pak berbahan dasar kertas telah tersertifikasi
FSC® (Forest Stewardship Council®), sehingga dapat dipastikan bahwa serat kayunya
berasal dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab. Salah satu contoh pengemasan
ramah lingkungan perusahaan ini adalah Tetra Rex® Bio-based. Kemasan minuman ini
menggunakan bahan dasar material polietilena pada bagian tutup, leher dan lapisan kemasan
yang berasal dari tebu dan dapat diperbaharui.

DAFTAR PUSTAKA
Jati. S. S.P. 2013. Prasejarah Indonesia: Tinjauan Kronologi dan Morfologi. Malang.
Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang.
Rodriguez. P. H. 2016. Circular Economy: Application in The Textile Industry.Spanyol.
Universitat Jaume I.

Anda mungkin juga menyukai