Disusun oleh :
RSD.Dr.SOEBANDI JEMBER
BAB I PENDAHULUAN
1
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan perioperative merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah
perioperative adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan,
yaitu preoperative phase (praoperasi), intraoperative phase (intra operasi), dan post operative
phase (pasca operasi). Masing-masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu
tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing
mencakup rentang perilaku dan aktifitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat
dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan. Disamping itu,
kegiatan perawat perioperative juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan yang lain yang
berkompeten dalam perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu
bentuk pelayanan prima.
Berbagai persiapan pun dilakukan seperti persiapan pasien meliputi pemeriksaan
penunjang(Hasil Laboratatorium, X-Ray Photo, USG,CT-scan, dll), serta puasa bagi pasen yg
akan dilakukan anastesi regional maupun general. Selain itu pasien dan keluarga juga diwajibkan
utk melakukan informant consent sebelum tindakan pembedahan dimulai.
Setelah selesai tindakan operasi juga diperlukan tindakan pemindahan ke ruang
pemulihan. Yang perlu diperhatikan dalam Transportasi pasien di kamar operasi adalah
kemungkinan bahaya saat melakukan tranport atau pemindahan pasen dan kecelakaan kecil saat
dilakukan pemindahan. Bahaya itu terdiri dari gangguan fisik, ketidaknyamanan
emosional,perubahan suhu tubuh, respirasi serta reaksi kardiovaskuler, yang meliputi hipotensi
dan gangguan perfusi.(AST,2006)
Oleh karena itu penting bagi kita mengetahui cara- cara transfers dan tranport pasien di
kamar operasi sangatlah penting.
B. TUJUAN
Tujuan Transfers dan transport pasien di kamar operasi :
1. Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien
2. Mengantisipasi dan menanggulangi kesulitan yang mungkin timbul.
C. MANFAAT
Manfaat Transfers dan transport pasien di kamaroperasi :
1. Perawat perioperatif dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan secara paripurna.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan.
Untuk mencegah timbulnya penyulit yang mengancam jiwa, transfer penderita ke unit
pulih sadar harus memenuhi beberapa persyaratan, meliputi:
1. Ekstubasi di kamar bedah , hanya bila perlu saja ekstubasi di PACU.
2. Posisi penderita sesuai dengan macam operasinya.
3. Oksigenasi selama transport, bila perlu menggunakan ‘bag and mask’.
Pada pembedahan elektif dengan napas terkendali dan tanpa penyulit, segera sesudah
pembedahan selesai, idealnya pernapasan dikembalikan spontan dan kuat, baru kemudian
dilakukan ekstubasi di dalam kamar bedah agar dapat dilakukan penilaian faal sirkulasi, respirasi
dan faal neurologis. Tetapi dalam keadaan tertentu misalnya kemungkinan perlu reintubasi,
sebaiknya ekstubasi tetap di kamar bedah , karena tempat dan peralatan sudah tersiapkan. Tetapi
penderita dengan kondisi medis pra dan atau pasca operatif tertentu yang dipertimbangkan tidak
segera dilakukan ekstubasi dulu, maka ekstubasi dilakukan di RR, sesudah kondisi medis
menjamin tidak akan terjadi penyulit, baru dilakukan ekstubasi, contoh : penderita pasca
torakotomi, kraniotomi, postoperatif abdomen atas, maksilofasial, pasca operasi dengan tekanan
intra kranial meninggi, kondisi hemodinamik yang belum stabil, pasca operasi dengan
hipotermia, penderita takut dan tidak mau bemapas sendiri, serta penderita dengan hasil analisa
gas darah tidak adekuat. Untuk kelompok penderita tersebut sebaiknya ETT dibiarkan tetap
terpasang, dan ekstubasi dilakukan di PACU.
Serah terima penderita pasca operasi harus dilakukan secara tertulis antara perawat kamar
bedah dengan perawat PACU. Dalam serah terima tersebut disebutkan juga masalah ETT,
riwayat medis yang lalu, tinjauan singkat kondisi pra-anestesi, intra operatif dan pengobatan
yang telah diberikan, riwayat alergi, terjadinya perdarahan intra operatif, pemberian cairan,
diuresis, serta kejadian khusus atau penyulit selama pra dan intra operatif. Dalam hal terjadi
kedaruratan, dokter ahli anestesi sebaiknya tetap berada didekat penderita sampai kondisi
penderita stabil, baru tanggung jawab dikembalikan kepada perawat PACU.
B. PRINSIP TRANSFERS DAN TRANSPORT PASIEN DI KAMAR OPERASI
Menurut praktek yang direkomendasikan dalam tranfers dan tranport pasen di kamar operasi
3
adalah keamanan pasen serta rendahnya tingkat kebahayaan atau kecelakaan yang akan timbul
saat tranfer and tranport serta keamanan bagi tim bedah. Tranfers dan tranport pasen tanpa
adanya bahaya kecil seperti perubahan suhu badan, gangguan respirasi, dan reaksi
kardiovaskuler yang meliputi hipotensi dan gangguan perfusi. (AST,2006)
C. TEKNIK PEMINDAHAN PADA TRANFERS DAN TRANSPORT PASIEN DI KAMAR
OPERASI.
Teknik ini dilakukan seperti pemindahan pasien dalam kamar operasi adalah :
1. Pemindahan klien dari tempat tidur ke brankar
Memindahkan klien dri tempat tidur ke brankar oleh perawat membutuhkan bantuan
petugas lain. Pada pemindahan klien ke brankar menggunakan penarik,perlak atau kain
yang ditarik untuk memindahkan klien dari tempat tidur ke brankar. Brankar dan tempat
tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengan cepat dan
mudah dengan menggunakan kain pengangkat. Pemindahan pada klien membutuhkan
minimal tiga orang pengangkat
2. Pemindahan klien dari tempat tidur ke kursi
Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu pada klien sebelum pemindahan. Kursi
ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan bagian
kepala tempat tidur. Pemindahan yang aman adalah prioritas pertama, ketika memindahkan
klien dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan mekanika tubuh yang
tepat.
Hal- hal yang perlu diperhatikan saat melakukan transfers dan transport pasien di kamar
operasi adalah :
1. Kebutuhan cairan seperti memakai infus apa tidak.
2. Kebutuhan penggunaan tranport tabung oksigen
3. Mobilitas pasien
4. Kecemasan pasien
5. Umur pasien
6. Ukuran pasien (gemuk atau kurus,tinggi atau pendek)
(AST,2006)
C. INDIKATOR PULIH SADAR PASEN DI KAMAR OPERASI
Penderita dewasa untuk pulih sadar memerlukan waktu sekitar 30 – 60 menit akan tetapi
bila penderita pasca operasi diyakini sudah aman , bisa dipindahkan ke bangsal . Kondisi pulih
sadar ditandai dengan timbulnya :
1. Reflek protektif, untuk mencegah kemungkinan terjadinya obstruksi jalan napas dan
stabilitas kardio respirasi sehingga bisa menelan ludah, batuk & muntah .
2. Reflek Baro reseptor untuk menunjang perfusi dan hemodinamik .
3. Reflek Chemo reseptor untuk menunjang respirasi bila terjadi hipoksemia
Vital sign dan oksigenasi segera dicek begitu datang. Setelah itu tensi, nadi, dan respirasi diukur
secara rutin setiap 5 menit selama 15 menit atau sampai stabil dan setelah itu setiap 15 menit
Kriteria lain yang dipakai untuk mengeluarkan penderita dari perawatan post operasi
adalah yang dibuat Aldrete JA pada tahun 1995.
Skor pemulihan post anestesia dari Aldrete
(Idealnya pasien dikeluarkan bila skor total 10 atau minimal 9)
5
KESIMPULAN
Transfers dan transport pasien di kamar operasi sangatlah penting untuk kita ketahui
sebagai perawat perioperatif. Hal ini dilakukan agar tingkat bahaya saat melakukan tranfers
dan tranport pasien seminimal mungkin.Tersedianya ruangan yang khusus untuk Transfers
dan transport pasien di kamar operasi merupakan kewajiban dalam standart pembangunan
kamar operasi di Rumah Sakit. Persiapan matang sebelum pembedahan juga menjadi catatan
penting.
Maka fasilitas dan personil harus berpengalaman dan mampu untuk memastikan pemulihan
dini yang tepat sejalan pasien terjaga dari anestesi dan memfasilitasi pemulihan segera ketika
pasien mencapai kriteria untuk kepulangan ke bangsal baik pasien pasca operasi dengan
general maupun regional yang dimulai sejak pasien ditransportasikan sampai memenuhi
kriteria keluar dari PACU.
Hampir 50 % kematian yang terjadi dalam 24 pertama dapat dicegah dengan
perawatan yang optimal di ruang pemulihan. Kesuksesan dari ruang pemulihan merupakan
faktor utama dalam evolusi unit perawatan intensif bedah modern di mana kini dikenal
sebagai Post Anestesia Care Unit .
Komplikasi yang sering terjadi post operasi baik komplikasi kardiovaskuler , respirasi
atau yang lainnya seperti nyeri, agitasi, menggigil, hipotermia, mual dan muntah harus
mendapatkan perawatan yang optimal , tepat dan cepat di PACU.
6
DAFTAR PUSTAKA
1. Thomas WF, Mocario A, The Postanesthesia Care Unit. In: Miller`s Anesthesia. Sixh
Edition, Elsevier Churchill Livingstone, 2005, Vol 2:2703-2723.
2. Seago JA, Weitz S, Waizak S. Factors influencing stay in the Postanesthesia Care Unit: a
prospective analysis. J Clin Anesth. 1998; 10 (7): 579-87.
3. Truong L, Moran JL, Blum P. Post anaesthesia care unit discharge: a clinical scoring system
versus traditional time-based criteria. Anesth Intensiv Care. 2004 Feb; 32(1): 33-42.
4. S. Dahmani, H. Dupont, J. Mantz, J. Desmonts and H.Keita. Predictive factors of early
morphine requirement in the post-anaesthesia care unit (PACU). Clinical Investigation.
British Journal of Anaesthesia, 2001, 87(3): 385-389.
5. Aldrete JA. The post-anesthesia recovery score revisited. J.CIin Anesth, Society for
Ambulatory Anesthesia, 1995, 7: 89-91.
6. Cooper G. Anesthesia Round, Imperial Chemical Industries ILC, 1986
7. Frederic AB, Postaneshesia Care. In: Morgan G.E et al (eds),ClinicalAnesthesioloy. 3rd edition.
Lange Medical Book, 2002; 49: 936-947.
8. Edward E, Luca M, The Postanesthesia Care Unit. Clinical Anesthesia Procedures of the
Massachusetts General Hospital. Sixth Edition, A Lippincott Williams & Wilkins, 2002;561-
575.
9. association of surgical technologists.2006.
http://andiiswandi.blogspot.com/2014/04/masalah-klinis-di-pacu.html di akses tanggal 9 januari
2015.