Anda di halaman 1dari 14

Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sumber energi alternatif yang besar peluangnya untuk
dikembangkan pemanfaatannya di Indonesia ialah energi biomassa, karena
keberadaanya melimpah. Indonesia merupakan negara agraris, memiliki potensi
biomassa yang sangat berlimpah yang dapat dijadikan bahan bakar baru baik dari
limbah pertanian dan pekebunan. Ketersediaan biomassa akan terus meningkat
jumlahnya seiring dengan program pemerintah dalam peningkatan produksi bahan
pangan dan pakan. Sebagai sumber energi, biomassa memiliki beberapa
keunggulan terutama dari sifat terbarukan. Selain itu dari segi lingkungan
penggunaan biomassa sebagai sumber energi memiliki dua pengaruh positif yaitu
bersifat mendaur ulang CO2 sehingga emisi CO2 ke atmosfer secara netto berjumlah
nol, dan sebagai sarana pemanfaatan limbah. Proses konversi biomassa menjadi
energi dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu pirolisis, gasifikasi dan
pembakaran. Gasifikasi sebagai salah satu proses termal konversi biomassa menadi
energy menawarkan efesiensi tinggi di banding proses pembakaran, sedangkan
pirolisis dan likuifaksi saat ini masih dalam proses pengembangan
lanjut(Bridgwater,2002). Gasifikasi biomassa merupakan suatu proses dekomposisi
termal dari bahanbahan organik melalui pemberian sejumlah panas dengan suplai
oksigen terbatas untuk menghasilkan sintesis gas yang terdiri dari CO, H2, CH4
sebagai produk utama dan sejumlah kecil arang karbon dan abu.
Kompor gasifikasi adalah teknologi pemanfaatan biomassa. Kompor gasifikasi
mengkonversi biomassa menjadi gas mudah bakar CO, H2 dan CH4 yang
selanjutnya menghasilkan nyala api. Pengoperasian kompor gasifikasi
membutuhkan pasokan udara dari lingkungan yang digunakan untuk gasifikasi dan
pembakaran gas menjadi nyala api. Kebutuhan udara untuk proses gasifikasi
disebut dengan udara primer. Proses gasifikasi terjadi dengan pasokan oksigen

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 1


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

kurang dari kebutuhan stokiometri pembakaran sempurna biomassa. Gas hasil


gasifikasi akan bereaksi dengan oksigen dan terbakar menghasilkan nyala api.
Kebutuhan udara untuk pembakaran gas disebut udara sekunder. Sistem pasokan
udara kompor gasifikasi dibedakan menjadi dua tipe, yaitu natural draft dan force
draft. Kompor gasifikasi tipe force draft menggunakan fan atau blower untuk
meningkatkan laju alir udara sehingga membutuhkan daya untuk
mengoperasikannya, sedangkan natural draft tidak membutuhkan daya tambahan
untuk mengoperasikannya.

1.2 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui kinerja dari kompor gasifikasi forced draft dengan
menggunakan berbagai macam bahan bakar biomassa.

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 2


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teknologi Gasifikasi


Setidaknya ada 3 tingkatan pengertian istilah gasifikasi. Pada pengertiannya
yang paling luas, gasifikasi adalah istilah yang diberikan untuk proses perlakuan
terhadap bahan bakar yang memberikan hasil akhir berupa gas yang masih bisa
digunakan sebagai bahan bakar (Higman dan Burgt, 2008). Pada pengertian ini
tercakup juga proses fermentasi anaerob dari biomas menghasilkan gas metana.
Pada pengertian yang lebih sempit, gasifikasi adalah proses pengubahan bahan
bakar menjadi bentuk gas dengan cara pemanasan (secara termokimia). Proses ini
masih mencakup gasifikasi dan pirolisa. Proses gasifikasi adalah salah satu varian
dari proses pirolisa yaitu pemecahan molekul bahan bakar padat menjadi senyawa
yang lebih sederhana karena pemanasan. Pada perkembangannya istilah pirolisa
lebih dikhususkan untuk pengubahan bahan bakar padat menjadi senyawa yang
lebih sederhana tanpa adanya reaksi dengan oksigen, sedang gasifikasi adalah
proses pengubahan bahan bakar padat menjadi gas dengan cara oksidasi parsial.
Istilah gasifikasi saat ini digunakan untuk menamai proses pembakaran bahan
bakar padat (secara umum juga meliputi bahan bakar cair) dengan oksigen terbatas
pada ruang tertutup sehingga menghasilkan gas yang masih dapat dioksidasi lanjut
(bersifat bahan bakar). Pada proses gasifikasi, bahan bakar padat seperti batu bara
atau biomas dipanaskan dan direaksikan dengan oksigen atau uap air menghasilkan
campuran gas yang komponen utamanya CO2, CO, H2, H2O, CH4. Komponen
utama gas bakar dalam campuran tersebut adalah CO dan H2. Jika oksidatornya
menggunakan udara maka akan terdapat juga fraksi N2 yang cukup besar pada
campuran gas tersebut yang berasal dari udara
Proses pirolisa dan gasifikasi sebenarnya selalu terjadi pada setiap pembakaran
bahan bakar padat. Pada lokasi terjadinya nyala api, suhu cukup tinggi sehingga

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 3


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

bahan bakar mengalami proses pirolisa dan gasifikasi menghasilkan campuran uap
dan gas yang mudah terbakar. Sebenarnya pada pembakaran bahan bakar padat,
yang terbakar adalah campuran gas dan uap tersebut bukannya bahan bakar yang
masih berbentuk padat, itulah sebabnya jika diperhatikan maka terjadinya nyala api
pada pembakaran bahan bakar padat tidak langsung menempel pada bahan bakar
tersebut melainkan timbul pada jarak tertentu dari bahan bakar.

2.2. Gasifikasi Biomas


Gasifikasi biomas merupakan proses konversi secara termo-kimia bahan
biomas padat menjadi bahan gas. Rajvanshi (1986) mendefinisikan gasifikasi
biomas sebagai pembakaran biomas tidak selesai yang menghasilkan gas bakar
yang terdiri dari karbon monoxida (CO), Hidrogen (H2)and sedikit metana (CH4).
Proses gasifikasi pada dasarnya merupakan proses pirolisa pada suhu sekitar 150 –
900°C, diikuti oleh proses oksidasi gas hasil pirolisa pada suhu 900 – 1400°C, serta
proses reduksi pada suhu 600 – 900°C (Abdullah, et al 1998). Baik proses pirolisa
maupun reduksi yang berlangsung dalam reaktor gasifikasi terjadi dengan
menggunakan panas yang diperoleh dari proses oksidasi. Gasifikasi berlangsung
dalam keadaan kekurangan oksigen. Dengan kata lain, gasifikasi biomas boleh
dipahami sebagai reaksi oksidasi parsial biomas menghasilkan campuran gas yang
masih dapat dioksidasi lebih lanjut (bersifat bahan bakar).
Pada proses gasifikasi terjadi banyak reaksi yang terjadi secara bertingkat. Jika
disederhanakan, secara netto reaksi gasifikasi dengan oksidator udara atau oksigen
dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut.
C6H12O5 + O2 –> CxHz + CnHmOk + CO + H2 + kalor…(Simpson, 2001)
Hasil yang diperoleh dari gasifikasi biomas merupakan campuran beberapa macam
gas. Komponen utama bahan bakar dalam gas biomas adalah H2 dan CO.
Kandungan CO dalam gas biomas 15 – 30%, sedang H2antara 10 – 20% (Turare,
1997). Komponen CnHmOk pada persamaan di atas berupa fraksi uap campuran dari

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 4


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

berbagai macam senyawa organik yang disebut dengan nama umum tar. Gas hasil
proses gasifikasi biomas dinamakan producer gas atau gas biomas untuk
membedakan dengan istilah biogas, yaitu gas hasil fermentasi anaerob (anaerobic
digestion) biomas. Sedang alat atau ruang yang digunakan untuk menggasifikasi
biomas dinamakan gasifier atau gas producer atau reaktor gasifikasi atau generator
gas.
Secara umum reaksi yang terjadi pada gasifikasi adalah:
2.2.1 Tahap Proses Pengeringan
Pada tahap ini biomassa dikeringkan, hal ini bertujuan agar kandungan air
yang ada didalam biomassa dapat teruapkan ke udara.
2.2.2 Tahap Proses Pirolisa
Biomassa yang sudah kering diubah menjadi produk-produk, hidrokarbon
ringan, arang, tar, air, CO2, CO, CH4.

2.2.3 Tahap Proses Oksidasi


Pada tahap ini terjadi reaksi oksidasi produk pirolisis terutama arang,
dengan skema reaksi sebagai berikut:

C + O2 CO2 ΔH = -94, 05 kcal/g-mol (2.1)


C + ½ O2 CO ΔH = -26, 42 kcal/g-mol (2.2)
CO + ½ O2 CO2 ΔH = -67, 63 kcal/g-mol (2.3)

Selain itu terjadi juga reaksi antara hidrogen dengan oksigen.


H2 + ½ O2 H2 ΔH = -57, 7979 kcal/g-mol (2.4)
Pada tahap ini dihasilkan panas, karena reaksi endotermik dan panas
tersebut akan dimanfaatkan untuk tahap proses reduksi.

2.2.4 Tahap Proses Reduksi

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 5


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

Tahap reduksi merupakan tahap yang sangat penting karena pada tahap ini
dihasilkan gas bakar H2, CO, CH4. Reaksi pada tahap ini sebagai berikut:
C + CO2 2CO ΔH = +41,2 kcal/g-mol (2.5)
C + H2O CO + H2 ΔH = +31,4 kcal/g-mol (2.6)
CO + H2O CO2+ H2 ΔH = -9, 8 kcal/g-mol (2.7)
C + 2H2 CH4 ΔH = -17,9 kcal/g-mol (2.8)

Reaksi (2.5) dan (2.6) merupakan reaksi utama dalam proses gasifikasi
biomassa, oleh karena itu diharapkan suhu yang tinggi sebelum proses
reduksi ini berlangsung agar didapatkan hasil yang optimal.

2.3 Hasil Proses Gasifikasi


Pembakaran biomassa akan menghasilkan produk dan hasil samping,
antara lain:
2.3.1 Abu
Abu merupakan bahan anorganik sisa pembakaran biomassa dan
terbentuk dari perubahan bahan mineral (mineral matter) karena proses
pembakaran. Pada pembakaran batubara dalam pembangkit tenaga listrik
terbentuk dua jenis abu yakni abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom
ash). Partikel abu yang terbawa gas buang disebut abu terbang, sedangkan
abu yang tertinggal dan dikeluarkan dari bawah tungku disebut abu dasar.
Sebagian abu dasar berupa lelehan abu disebut terak (slag).

2.3.2 Karbon Monoksida


Gas karbon monoksida (CO) terbentuk pada pembakaran tidak
sempurna. Gas ini dihasilkan dari proses oksidasi bahan bakar yang tidak
sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak menyebabkan
iritasi. Selain menghasilkan energi lebih rendah, gas CO merupakan polutan

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 6


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

yang dapat mencemari lingkungan terutama untuk para pekerja di


lingkungan tertutup.

2.3.3 Asap dan Gas Hidrokarbon


Asap dan gas hidrokarbon terbentuk pada pembakaran yang sangat
tidak sempurna. Asap terutama terdiri dari partikel-partikel karbon yang
tidak terbakar. Sedangkan gas-gas hidrokarbon adalah senyawa-senyawa
karbon dan hidrogen hasil pemecahan bahan organik biomassa yang belum
mengalami oksida oksigen lebih lanjut. Seperti karbon monoksida,
pembentukan asap dan gas-gas hidrokarbon menyebabkan rendahnya
efisiensi pembakaran bahkan jauh lebih rendah dari yang diakibatkan oleh
pembentukan karbon monoksida.

2.3.4 Karbon Dioksida


Dalam pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, tujuan
utamanya dalah semaksimal mungkin mengkonversikan unsur utama dalam
batubara yakni C (karbon) menjadi CO2 sehingga dihasilkan energi yang
tinggi. Dikarenakan batubara mengandung kadar karbon paling tinggi
dibanding bahan bakar fosil lainnya seperti minyak dan gas, maka
pembakaran batubara dianggap merupakan sumber emisi CO2 terbesar.

2.4 Rancangan Reaktor Gasifikasi


Ada beberapa tipe reaktor gasifikasi, yang secara garis besar terbagi
menjadi fixed-bed dan fluidized bed. Reaktor tipe fluidized bed biasanya berukuran
besar dan menghasilkan daya dalam besaran MW. Sedang tipe fixed-bed digunakan
untuk memperoleh daya kecil dengan kisaran kW sampai beberapa MW. Pada
kebanyakan tipe reaktor fixed-bed (unggun tetap) sebenarnya terjadi aliran secara
lambat biomas dalam reaktor secara gravitasi. Itulah sebabnya tipe ini juga disebut

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 7


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

sebagai moving-bed (unggun merambat). Beberapa macam reaktor gasifikasi yang


paling banyak digunakan saat ini diberikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Tipe reaktor gasifikasi
Moving beds Fluid beds Entrained
Co-current Counter current Dense Circulating beds

Suhu °C 700-1200 700-900 < 900 < 900 ± 1500


Tar Rendah Tinggi Sedang Sedang Tidak ada
Kontrol Mudah Paling Mudah Sedang Sedang Kompleks
Skala < 5 MW < 20 MW 10-100MW > 20 MW > 100 MW
(diolah dari Knoef, 2005)
Pada tipe moving-bed, biomas akan mengalir ke bawah secara lambat dalam reaktor
berbentuk tabung, seiring dengan laju pembakaran yang terjadi pada bagian bawah
tumpukan tersebut. Pada tipe tersebut selama proses gasifikasi, front nyala api
terjadi di bagian bawah reaktor, sehingga nama lengkap untuk tipe ini
adalah moving-bed fixed-flame. Reaktor moving bed cocok untuk biomas yang
mudah bergerak ke bawah oleh gaya gravitasi misalnya serpih / cebis kayu (wood
chips), kayu potong kecil, tongkol jagung, tempurung kelapa, dan sebagainya. Tipe
reaktor moving bed yang saat ini beroperasi terdiri dari 2 macam yaitu down-
draft (alir bawah) atau co-current danup-draft (alir atas) atau counter-current.
Penamaan alir bawah atau atas tersebut adalah berdasar aliran masuknya udara dan
keluarnya gas di dalam reaktor. Karena kandungan tarnya tinggi, reaktor tipe up-
draft hanya cocok untuk memasok gas untuk tungku dan tidak cocok untuk
memasok bahan bakar untuk motor bakar dalam. Untuk memperoleh bahan bakar
bagi motor bakar dalam, reaktor yang cocok adalah tipe down-draft, karena
kandungan tarnya rendah sehingga lebih mudah dan murah untuk
membersihkannya. Pada Gambar 1 ditunjukkan skema reaktor gasifikasi up-

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 8


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

draft dan down-draft.

Up-draft Down-draft

Gambar 1. Dua sub-tipe reaktor gasifikasi moving bed (Turare, 1997).


Tipe reaktor downdraft ada 2 macam yaitu tipe yang menggunakan leher, disebut
juga dengan tipe “imbert”, serta tipe tanpa leher. Tipe tanpa leher ini antara lain
dikembangkan oleh University of California Davis (Baozhao dan Yicheng, 1994).
Tipe ini cocok untuk biomas yang sulit mengalir jika terhalang bentuk leher. Salah
satu umpan yang sangat cocok dengan tipe ini adalah sekam.
Selain itu, ditinjau dari aliran bahan dalam reaktor, di samping tipe unggun
merambat juga terdapat tipe reaktor yang biomas di dalamnya tidak mengalir. Pada
tipe ini selama proses, nyala api bergerak sepanjang tabung reaktor. Untuk tipe alir
bawah, nyala api merambat dari bagian bawah reaktor menuju bagian atas
(penyulutan di bawah), sedang untuk alir atas, nyala api bergerak dari atas ke bawah
(disulutnya dari permukaan atas). Dalam bahasa Inggris, nama yang lengkap untuk
tipe ini adalah fixed-bed moving-flame. Karena tidak bisa dilakukan penambahan
bahan bakar selama proses, tipe ini disebut sebagai tipe batch. Tipe ini cukup
sederhana sehingga banyak digunakan untuk gasifikasi skala mikro untuk
kebutuhan energi rumah tangga. Tipe reaktor yang digunakan pada
sistem batch tersebut adalah reaktor tanpa leher (throatless gasifier).

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 9


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Bahan

1. Limbah kayu (potongan kayu)


2. Sekam
3. Grajen kayu

3.2 Alat Percobaan

Gambar 3.1 Kompor Gasifikasi Forced Draft

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 10


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

3.3 Diagram alir percobaan

3.3.1 Cara memperoleh tailing batubara

Limbah batubara

Belt Conveyor
Air ( pompa sumber air)

Ayakan Getar Pompa sirkulasi

Batubara bersih 12 mesh < 60 mesh


s/d 60 mesh Tangki
Klarifikasi

Batubara Halus Pengotor / Lempung

Gambar 3.2 Diagram alir pencucian limbah batubara

3.3.2 Proses gasifikasi tailing batubara

Tailing batubara

Udara
Pemanasan/pembakaran

Gasifikasi
Injeksi Steam

Analisis Gas

Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Gasifikasi Tailing Batubara

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 11


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

3.4 Cara Kerja

3.4.1 Pemisahan limbah batubara ( tailing ) dari pengotor

Dalam proses pencucian limbah batubara dasar proses pemisahan antara


batubara terhadap mineral pengotor ataupun lempung dipengaruhi oleh sudut
kemiringan (“angle of repose”), amplitudo getaran ayakan getar dan tekanan air
sehingga dihasilkan suatu kondisi dimana proses pemisahan antara batubara
terhadap mineral pengotor atau lempung dapat berjalan optimal. Pada pemisahan
serbuk batubara skala laboratorium tidak digunakan ayakan getar akan tetapi
digunakan ayakan manual biasa dengan dipasang secara bertahap dari yang paling
kasar ( 12 mesh ) turun ke yang paling halus ( 140 mesh/150 mesh). Di sini prinsip
mekanisme pemisahan unsur pengotor dari batubara seperti yang dilakukan pada
percobaan pilot plant berbeda dengan yang dilakukan pada skala laboratorium,
maka perlu dilakukan uji coba adapun faktor kecendrungan yang masih dapat
digunakan sebagai acuan dasar dalam proses pemisahan limbah batubara dari skala
laboratorium menuju skala pilot plant anatara lain: Gravitasi batubara, gravitasi
pasir pengotor, gaya lempar batubara, gaya lempar pasir pengotor, gaya geser
batubara, gaya geser pasir.

Sebelum percobaan dilakukan bahan limbah batubara dari PT Indominco


Mandiri dikumpulkan terlebih dahulu pada suatu tempat atau stock pile. Alat – alat
yang digunakan antara lain :

1. Ayakan getar ( 12 mesh dan 60 mesh). Alat ini digunakan untuk


memisahkan antara partikel batubara kasar +12 mes sampai dengan 60
mesh dari partikel batubara halus yang berukuran < 60 mesh yang
banyak bercampur dengan lempung yang ada di lapangan. Ayakan
dilengkapi semprotan air pencuci. Semprotan ini berfungsi untuk
mencuci serbuk batubara dari kotoran lempung dan mempercepat
pemisahan anatara batubara yang halus dengan yang kasar.
2. Tangki Klarifikasi. Tangki klarifikasi digunakan untuk menampung
serbuk batubara halus (<60 mesh) dan lempung pengotor. Terdapat
tangki pengendap yang dihubungkan kembali dengan pompa sirkulasi
agar air yang telah bebas endapan digunakan lagi untuk mencuci
limbah batubara yang kotor di dalam ayakan getar.
3. Pompa air untuk sirkulasi. Pompa ini dihubungkan ke tangki
pengendap akhir pada tangki klarifikasi dengan alat penyemprot air

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 12


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

yang digunakan untuk menyemprot limbah batubara yang kotor di


ayakan getar.
4. Belt conveyor. Alat ini digunakan untuk memindahkan limbah batubara
dari tempat stock pile ke tempat pencucian.
5. Pompa penambah air. Pompa ini dioperasikan bila air yang digunakan
untuk pencucian limbah batubara mengalami kekurangan.
6. Alat Penunjang. Alat ini terdiri dari pembangkit listrik, jaringan listrik
dan pengadaan air bersih.

3.4.2 Proses gasifikasi tailing batubara

Percobaan gasifikasi tailing batubara dilakukan dengan menggunakan


reaktor gasifikasi unggun terfluidisasi pada tekanan atmosferik dengan medium
gasifikasi oksigen dan kukus. Oksigen diambil dari udara bebas dan diumpankan
secara terbatas ke dalam reaktor dengan menggunakan blower. Kukus dibangkitkan
dari boiler dalam kondisi atmosferik dan diinjeksikan dengan kecepatan alir tertentu
ke dalam reaktor pada beberapa posisi di bagian bawah reaktor. Tailing batubara
diumpankan ke dalam reaktor lewat sisi samping reaktor bagian bawah di atas
distributor udara menggunakan screw feeder, diamana laju putaran screw feeder
diatur menggunakan gearbox sehingga putaran screw menjadi lebih lambat dan
diperoleh laju umpan sesuai kapasitas reaktor. Tailing batubara sebagai bahan baku
gasifikasi terlebih dahulu digiling dan diayak sehingga diperoleh ukuran partikel
tertentu sesuai dengan rancangan percobaan. Ukuran partikel dirancang sedemikian
rupa sehingga proses fluidisasi dapat berlangsung sempurna. Hal ini sangat
berpengaruh pada kecepatan minimum udara untuk mencapai kondisi fluidisasi
minimum dan kecepatan terminal udara sehingga partikel batubara terbawa keluar
bersama gas sintesis yang dihasilkan. Ukuran partikel yang semakin besar akan
membutuhkan laju alir minimum fluidisasi yang semakin besar dan sebaliknya.

Proses gasifikasi tailing batubara diawali dengan pemanasan reaktor


mempergunakan burner gas LPG. Selama proses pemanasan, blower (exhaust fan)
dihidupkan untuk mensuplai oksigen. Setelah temperatur kolom reaktor tercapai
sesuai yang diinginkan berkisar 7000C-8000C, batubara halus dengan laju tertentu
diumpankan kedalam reaktor. Pada awal proses suhu reaktor mengalami penurunan
dan kemudian naik secara cepat akibat proses pembakaran tailing batubara dan
bersamaan dengan itu burner gas LPG dimatikan. Reaksi pembakaran dibiarkan
berlangsung lebih lama sampai diperoleh temperatur reaktor dicapai sesuai yang

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 13


Proposal Penelitian Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta

dirancang. Pada temperatur reaktor tertentu, kecepatan udara masuk reaktor


diturunkan (minimal) supaya hanya terjadi pembakaran parsial saja (untuk menjaga
suhu reaktor) dan secara bersamaan kukus lewat jenuh mulai diinjeksikan kedalam
reaktor dengan kecepatan tertentu. Pada kesempatan ini temperatur akan turun
kembali sampai mencapai kondisi reaksi gasifikasi berkisar antara 5500C sampai
6000C dengan cara mengatur meminimalkan kecepatan udara dan mengoptimalkan
kecepatan kukus masuk reaktor.

Gas hasil gasifikasi yang meninggalkan reaktor masih bercampur dengan


sedikit debu atau partikulat kecil batubara dan tar yang terbawa bersama aliran.
Partikel-partikel ini perlu dipisahkan dari gas hasil agar tidak menyumbat sistem
perpipaan alat pendingin. Untuk tujuan ini digunakan siklon, gas hasil yang telah
dibersihkan dalam siklon, selanjutnya dilakukan analisis terhadap kadar CO, H2 dan
CH4 dengan alat gas kromatografi (GC) dan selebihnya dibakar (flare)

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Force Draft 14

Anda mungkin juga menyukai