Anda di halaman 1dari 40

TUGAS PSIKOLOGI PERSEPSI

PUTRI NAMIRA ZEIN


PSIKOLOGI KOMUNIKATOR & PSIKOLOGI PESAN

LATAR BELAKANG
NAMIRAZEIN11@GMAIL.CO
M

Hubungan kita dengan orang lain akan menentukan kualitas

hidup kita. Bila orang lain tidak memahami apa yang kita katakan.

DESAIN KOMUNIKASI Itu artinya kita telah gagal dalam komunikasi. Komunikasi yang

VISUAL kita berikan tidak efektif. Sebagai ilustrasi, suatu saat anda

berada di masjid. Di mimbar, berdiri seseorang yang

mengkhotbahkan pentingnya memelihara kebersihan moral dan

menjauhi perbuatan dosa. Yang berkhotbah memakai jins yang

sudah lusuh, berambut gondrong dan kusut, memakai kalung

hitam dengan gantulan tengkorak kecil, dan berjaket hitam

dengan lukisan apel merah yang besar.

Anda masih dapat melihat akar bahar menghias lengannya yang

kekar. Ia mengutif ayat-ayat suci dan ia serius. Dengan melihat

penampilannya yang seperti itu, anda pasti akan menganggapnya


sebagai orang yang gila dan tersesat karena masuk masjid. Itulah

psikologi komunikator. Artinya, ketika seorang komunikator

berkomunikasi dengan komunikan yang berpengaruh tidak hanya

apa yang ia katakan, tetapi juga memerlukan ”penampilan” yang

meyakinkan. He doesn’t communicate what he says, he

communicates what he is.

Artinya ia tidak dapat menyuruh pendengar hanya

memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan

memperhatikan siapa yang mengatakan atau menyampaikan

semua pesan-pesan tersebut. Dalam psikologi komunikator unsur

siapa yang berbicara lebih penting dari apa yang dibicarakan.

Pesan merupakan salah satu unsur yang penting dalam

berkomunikasi, sehingga makna dari pesan itu sendiri

memperlancar interaksi social antar manusia. Sementara tujuan

dari komunikasi akan tercapai bila makna pesan yang

disampaikan komunikator sama dengan makna yang diterima

komunikan. Maka untuk mencapai tujuan itu, pesan yang

disampaikan biasanya diungkapkan melalui bahasa.

2
1.1 Psikologi Komunikator

Psikologi komunikator. Artinya, ketika seorang

komunikator berkomunikasi dengan komunikan yang

berpengaruh tidak hanya apa yang ia katakan, tetapi juga

memerlukan ”penampilan” yang meyakinkan. He doesn’t

communicate what he says, he communicates what he is.

Artinya ia tidak dapat menyuruh pendengar hanya

memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan

memperhatikan siapa yang mengatakan atau

menyampaikan semua pesan-pesan tersebut. Dalam

psikologi komunikator unsur siapa yang berbicara lebih

penting dari apa yang dibicarakan. Dalam konsep psikologi

komunikator, proses komunikasi akan sukses apabila

berhasil menunjukkan source credibility atau menjadi

sumber kepercayaan bagi komunikan. Aritoteles

menyebutkan karakter komunikator sebagai ethos. Ethos

3
terdiri atas pikiran baik (good sense), akhlak yang baik

(good moral character), dan maksud yang baik (good will).

Sedangkan Holand dan Weiss menyebut ethos sebagai

credibility yang terdiri atas dua unsur, yaitu keahlian

(expertise) dan dapat dipercaya (Trustworthinnes).

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Efektivitas Komunikator

a. Kredibilitas Kredibilitas adalah seperangkat persepsi

komunikan tentang sifatsifat komunikator. Dalam diri ini

terkandung dua hal :

(1) kredibilitas adalah persepsi komunikan; jadi tidak inheren

dalam diri komunikator

(2) Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator, yang

selanjutnya disebut sebagai komponen-komponen kredibilitas.

Kredibilitas itu masalah persepsi. Kredibiltas tidak ada pada diri

komunikator, tetapi terletak pada diri komunikan. Selain pelaku

persepsi dan topik yang di bahas, faktor situasi, dan interaksi di

4
antara faktor juga mempengaruhi kredibilitas. Menurut

(Jalaluddin, 2011:254)

Kredibilitas terdiri dari beberapa komponen penting, diantaranya

adalah keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang

dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam

hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Kepercayaan

adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan

dengan wataknya. Aristoteles menyebutnya good moral character.

Quintillianus menulis, A good man speaks well; orang baik

berbicara baik. Sementara itu koehler, anator dan appllbaum

menambahkan 4 komponen kredibilitas yaitu: (1) Dinamisme.

Dinamisme bila dia dipandang sebagai orang yang bergairah,

bersemangat, aktif, tegas dan berani (2) Sosiabilitas. Sosiabilitas

kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang periang dan

seang bergaul. (3) Koorientasi, kesan komunikan tentang

komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok ang kita

senangi, yanng mewakili nilainilai kita. (4) Kharisma, sifat luar

biasa yang dimilikikomunikator yanng menarik dan

5
mengendalikan komunikan, seperti magnet-magnet menarik

benda-benda disekitarnya.

b. Atraksi Atraksi (attractiveness) adalah daya tarik komunikator

yang besumber dari fisik. Seorang komunikator akan mempunyai

kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui

mekanisme daya tarik (fisik), misalnya, komunikator disenangi

atau dikagumi yang memungkinkan komunikan menerima

kepuasan. Daya tarik fisik adalah salah satu yang dapat

menyebabkan pihak lain (komunikate) merasa tertarik kepada

komunikator. Misalnya, kita menyenangi orang-orang yang cantik

atau tampan, atau mungkin kita akan menyenangi orangorang

yang memiliki banyak kesamaan dengan kita, atau mungkin juga

kita akan menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan

yang lebih tinggi dari kita. Hal-hal itu terkait dengan daya tarik

fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Komunikator yang

menarik secara fisik akan memiliki daya tarik tersendiri yang

memungkinkan ia memiliki pesona persuasif.

6
c. Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan dalam

menimbulkan ketundukan. Seperti kredibilitas dan atraksi,

ketundukan timbul dari interaksi antara komunikator dan

komunikate. Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator

dapat “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, karena ia

memiliki sumber daya yang sangat penting. Berdasarkan sumber

daya yang dimilikinya, French dan Raven menyebutkan jenisjenis

kekuasaan. Klasifikasi ini dimodifikasikan Raven (1974) dan

menghasilkan 5 jenis kekuasaan, yaitu:

1. Kekuasaan Koersif (coersive power): menunjukkan

kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau

mendatangkan hukuman bagi komunikan. Misalnya hukuman

yang bersifat personal: benci atau kasih sayang.

2. Kekuasaan Keahlian (Expert Power): berasal dari pengetahuan,

pengalaman, keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki

komunikator. Seorang dosen memiliki kekuasaan keahlian,

sehingga ia dapat menyuruh mahasiswanya menafsirkan suatu

teori sesuai dengan pendapatnya.

7
3. Kekuasaan Informasional (Informational Power): berasal dari

isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki oleh

komunikator. Seorang ahli mesin dapat menyarankan manajernya

untuk membeli mesin jenis/keluaran baru yang lebih baik cara

kerjanya.

4. Kekuasaan rujukan (Referent Power): Komunikan menjadikan

komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya.

Misalnya: menjadikan komunikator sebagai teladan, karena

perilakunya yang baik.

5. Kekuasaan Legal (Legitimate Power): berasal dari seperangkat

aturan atau norma yang menyebabkan komunikator

berwewenang untuk melakukan suatu tindakan. Misalnya:

seorang manajer bisa saja mengeluarkan pegawainya yang

melanggar aturan Penelitian psikologis tentang penggunaan

kekuasaan menunjukkan bahwa orang memilih jenis kekuasaan

yang dimilikinya tidak secara rasional.

Orang menggunakan kekuasaan koersif sering hanya karena

ingin memenuhi kepuasan diri atau menunjang harga diri. Berikut

ini disampaikan berbagai hasil penelitian yang berkenan dengan

8
penggunaan kekuasaan dalam mempengaruhi perilaku orang lain

: 1. Komunikan akan lebih baik diyakini untuk melakukan perilaku

yang tidak disukai dengan dijanjikan ganjaran daripada diancam

dengan hukuman. Ancaman yang kuat bahkan dapat

menimbulkan efek boomerang—alih-alih tunduk malah melawan

(Heilman dan Garner, 1975).

2. Efektifitas ancaman dapat ditingkatkan bila komunikator

memberikan alternative perilaku ketundukan, sehingga

komunikan masih dapat melakukan pilihan walaupun terbatas (

Heilman dan Garner, 1975)

3. Kekuasaan informasional sering kali digunakan bila

komunikator memandang prestasi jelek bawahannya disebabkan

oleh kurangnya motivasi. (Kipnis, 1974)

4. Bila atasan melihat bahwa prestasi jelek bawahannya

disebabkan kekurangan dalam kemampuannya, ia akan

menggunakan kekuasaan keahlian (kipnis, 1974).

5. Kekuasaan koersif umumnya digunakan bila pemimpin

(komunikator) menganggap komunikan tidak melakukan anjuran

9
dengan baik karena ia bersikap negatif atau mempunyai

kecenderungan melawan pemimpin (goodstadt dan Hjelle, 1973).

6. Kekuasaan kooersif juga sering digunakan oleh komunikator

yang kurang percaya pada diri sendiri, yang merasa tidak berdaya

(Goodstadt dan Hjelle, 1973), atau oleh orang-orang yang merasa

tertekan, tertindas, dan teraniaya (Raven, 1974) Tetapi apapun

jenis kekuasaan yang dipergunakan, ketundukan adalah

pengaruh yang paling lemah dibandingkan dengan identifikasi dan

internalisasi. Dengan begitu, kekuasaan sepatutnya digunakan

setelah kredibilitas dan atraksi komunikator.

2. Pengaruh Komunikasi Menurut Herbert C. Kelman (1975)

pengaruh komunikasi kita pada orang lain terdiri atas 3 hal, antara

lain:

a. Internalisasi Internalisasi terjadi bila orang menerima

pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan

sistem nilai yang dimilikinya. Kita menerima gagasan, pikiran,

atau anjuran orang lain karena gagasan, pikiran, atau anjuran

10
orang lain itu berguna untuk memecahkan masalah, penting

dalam menunjukkan arah, atau dituntut oleh sistem nilai kita.

Internalisasi terjadi ketika kita menerima anjuran orang lain atas

dasar rasional. Misalnya kita berhenti merokok, karena kita ingin

memelihara kesehatan kita karena kita tahu bahwa merokok tidak

sesuai nilai-nilai yang kita anut.Dimensi ethos yang paling relevan

dalam hal ini adalah kredibilitas, yaitu keahlian yang dimiliki oleh

komunikator atau kepercayaan kita pada komunikator

b. Identifikasi Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku

yang berasal dari orang atau kelompok lain karena perilaku itu

berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara

memuaskan (satisfying selfdefining relationship) dengan orang

atau kelompok itu. Hubungan yang mendefinisikan diri artinya

memperjelas konsep diri. Dalam identifikasi, individu

mendefinisikan perannya sesuai dengan peranan orang lain.

Dengan perkataan lain, ia berusaha seperti atau benar-benar

menjadi orang lain. Dengan mengatakan apa yang ia katakan,

melakukan apa yang ia lakukan, mempercayai apa yang ia

percayai, individu mendefinisikan dirinya sesuai dengan orang

11
yang mempengaruhinya.Identifikasi terjadi ketika anak

berperilaku mencontoh ayahnya, murid meniru tindak tanduk

gurunya, atau penggemar bertingkah dan berpakaian seperti

bintang yang dikaguminya. Dimensi ethos yang paling relevan

dengan identifikasi ialah atraksi (daya tarik komunikator)

c. Ketundukan (compliance) Ketundukan terjadi bila individu

menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain karena ia

berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau

kelompok lain tersebut. Ia ingin memperoleh ganjaran atau

menghindari hukuman dari pihak yang mempengaruhinya. Dalam

ketundukan, orang menerima perilaku yang dianjurkan bukan

karena mempercayainya, tetapi karena perilaku tersebut

membantunya untuk menghasilkan efek sosial yang memuaskan.

Bawahan yang mengikuti perintah atasannya karena takut

dipecat, pegawai negeri yang masuk parpol tertentu karena kuatir

diberhentikan, petani yang menanam sawahnya karena ancaman

pamong desa adalah contoh-contoh ketundukan, Dimensi ethos

yang berkaitan dengan ketundukan ialah kekuasaan.

12
1.2 Psikologi Pesan

Dalam ilmu psikologi pesan terdapat konsep yang berupa

teknik pengendalian perilaku orang lain yang disebut

bahasa. Dengan bahasa yang merupakan kumpulan kata,

komunikator dapat mengatur perilaku orang lain. Berbicara

atau berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Dan

selanjutnya, bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata

dan kalimat, yang disebut pesan linguistik. Manusia

mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara

tertentu. Setiap cara berkata memberikan maksud

tersendiri. Cara-cara ini kita sebut pesan paralinguistic.

Tetapi manusia juga menyampaikan pesan dengan caracara

lain selain dengan dengan bahasa, misalnya dengan isyarat;

ini kita sebut pesan ekstralinguistik. Kita akan

membicarakan pesan linguistic dengan menguraikan ihwal

bahasa, hubungan bahasa dengan persepsi dan berfikir,

makna dan teori general sematic dari Korzyski yang

menganalisa proses penyandian (encoding). Pesan

13
merupakan salah satu unsur yang penting dalam

berkomunikasi, sehingga makna dari pesan itu sendiri

memperlancar interaksi social antar manusia. Sementara

tujuan dari komunikasi akan tercapai bila makna pesan yang

disampaikan komunikator sama dengan makna yang

diterima komunikan. Maka untuk mencapai tujuan itu, pesan

yang disampaikan biasanya diungkapkan melalui 2 bentuk,

yaitu:

1. Pesan Verbal Pesan verbal atau pesan linguistik adalah pesan

yang digunakan dalam komunikasi yang menggunakan bahasa

sebagai media. Pesan verbal ditransmisikan melalui kombinasi

bunyi-bunyi bahasa dan digunakan untuk menyatakan pikiran,

perasaan dan maksud. Dengan kata lain, pesan verbal adalah

pesan yang diungkapkan melalui bahasa yang menggunakan

kata-kata sebagai media penyampaian gagasa, ide, informasi.

Bahasa memevahkan persoalan, dan menarik kesimpulan.

Bahasa memungkinkan kita untuk menyandi (code) peristiwa-

peristiwa dan objekobjek dalam bentuk kata-kata. Dengan

bahasa, kita dapat mengabstraksikan pengalaman kita, dan

14
mengomunikasikan kebanyakan pemikiran kita kepada orang lain

dan menerima pemikiran lainnya.

2. Pesan Nonverbal Pesan non verbal adalah pesan yang

digunakan dalam komunikasi yang menggunakan isyarat sebagai

media komunikasi.

Menurut Mark L. Knapp (1972: 9-12) fungsi pesan non-verbal

terbagi menjadi 5 diantaranya adalah:

a. Repetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan

secara verbal b. Substitusi, menggantikan lambang-lambang

verbal

c. Kontradiksi, memberikan makna lain terhadap pesan verbal

d. Komplemen, melengkapi dan memperkaya pesan verbal

e. Aksentuasi, menegaskan pesan verbal

Dale G. Leathers (1976: 4-7), penulis Nonverbal Communication

Systems menyebutkan enam alasan mengapa pesan non verbal

15
sangat pentinga dalam melancarkan atau menghambat efektivitas

komunikasi.

Berikut enam alasan tersebut:

a. Faktor-faktor nonverbal sangat menemukan makna dalam

komunikasi interpersonal

b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaiakn lewat pesan

nonverbal

c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang

relative bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan

d. Pesan nonverbal berfungsi metakomunikatif yang sangat

diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi

e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien

1) Klasifikasi Pesan Nonverbal Menurut ducan pesan nonverbal

terdiri atas enam macam, yaitu kinesik atau gerak tubuh,

paralinguistic atau suara, prosemik atau penggunaan ruangan

personal, olfaksi atau penciuman, sensitivitas kulit dan faktor

artifaktual seperti pakaian dan kosmetik. Sedangkan menurut

16
Jalaluddin Rakhmat pesan nonverbal terbagi atas tiga kelompok

besar, yaitu pesan nonverbal visual yang meliputi kinesik,

proksemik, dan artifaktual.

Pesan nonverbal auditif yang terdiri atas pesan paralinguistic.

Dan pesan nonverbal nonvisual nonauditif meliputi sentuhan dan

ciuman. Pesan kinesik yaitu penyampaian pesan dengan

menggunakan gerakan tubuh. Terdiri atas tiga komponen utama

yaitu pesan fasial yang menggunakan mimik muka untuk

menyampaiakn makna tertentu, pesan gesturalyang

menggunakan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan

tangan untuk mengomunikasikan berbagai makna, pesan postural

berkenaan dengan keseluruhan anggota badan. Pesan proksemik

disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Pesan

proksemik juga diungkapkan dengan mengatur ruangan objek dan

rancangan interior. Pesan proksemik dapat mengungkapkan

status sosial-ekonomi, keterbukaan dan keakraban. Pesan

artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian dan

kosmetik. Pakaian dipakai untuk menyampaiakan perasaan,

kosmetik menurut M.S Wetmore Cosmetic Studio di Encino,

17
California dan mengungkapkan kesehatan, dan kehangatan.

Pesan paralinguistic adalah pesan nonverbal yang berhubungan

dengan cara mengucapkan pesan verbal. Secara keseluruhan

pesan paralinguistic adalah alat yang paling cermat untuk

menyampaiakn perasaan kita kepada orang lain. Pesan

paralinguistic terdiri atas nada yang dapat mengungkapkan

gairah, ktakutan, kesedihan, kasih saying dan sebaginya. kualitas

suara mengungkapkan identitas dan kepribadian seseorang.

Volume menunjukan tinggi-rendahnya suara. Dan kecepatan dan

ritme dapat mengungkapkan perasaan. Pesan sentuhan dan bau-

bauan termasuk pesan nonverbal, nonvisual, dan nonvokal. Alat

penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan

membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang melalui

sentuhan. Penciuman adalah indera penciuman yang dapat

bekerja setiap saat baik yang digunakan dengan sadar maupun

tidak sadar.

18
3. Faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas pesan Adapun

faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas pesan adalah sebagai

berikut:

a. Organisasi Pesan Pesan yang diorganisasikan dengan baik

lebih mudah dimengerti daripada pesan yang tidak

diorganisasikan dengan baik. Sejak lama retorika menunjukan

cara-cara menyusun pesan mengikuti pola yang disarankan

Aristoteles. Retorika mengenal enam macam organisasi pesan

yaitu urutan deduktif yang dimulai dengan menyatakan gagasan

utama terlebih dahulu, kemudian memperjelasnya dengan

keterangan penunjang, penyimpulan dan bukti. Sebaliknya dalam

urutan induktif terlebih dahulu mengemukakan perincian-

perincian dan kemudian menarik kesimpulan. Urutan kronologis

pesan disusun berdasarkan sebab ke akibat atau akibat ke sebab.

Urutan special pesan disusun berdasarkan tempat. Sedangkan

urutan topical pesan disusun berdasarkan topic pembicaraan, dari

yang penting kepada yang kurang penting, dari yang kudah

kepada yang sukar, dari yang dikenal kepada yang asing

(Rakhmat, 1982:46). Sesudah urutan-urutan pesan di atas,

19
psikologi komunikasi menambahkan satu urutan pesan yang

disebut dengan urutan psikologis. Urutan ini mengikuti sistem

berpikir manusia seperti yang dipolakan oleh John Dewey. Alan H.

Monroe pada akhir tahun 1930-an menyarankan lima langkah

dalam penyusunan pesan atau yang lebih dikenal dengan

motivated sequence.

Adapun lima langkah penyusunan pesan tersebut adalah:

1) Attention (Perhatian)

2) Need (Kebutuhan)

3) Satisfaction (Pemuasan)

4) Visualization (Visualisasi)

5) Action (Tindakan)

Bila ingin mempengaruhi orang lain, rebutlah lebih dahulu

perhatiannya, selanjutnya bangkittkan kebutuhannya, berikan

petunjuk bagaimana caranya memuaskan kebutuhan itu,

gambarkan dalam pikirannya keuntungan dan kerugian apa yang

20
akan diperolehnya bila ia menerapkan atau tidak menerapkan

gagasan tersebut. Dan akhirnya doronglah ia untuk bertindak.

b. Struktur Pesan Penyajian informasi, dan argumen dalam

sebuah pesan akan memengaruhi pandangan terhadap

komunikator dan respons yang diberikan oleh komunikan. Koehler

et al (1978: 170-171) dengan mengutif Cohen menyebutkan

kesimpulan tahap menyampaiakn informasi dan argumen sebagai

berikut:

1) Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan, tidak ada

keuntungan untuk pembicara yang pertama, karena berbagai

kondisi akan menentukan pembicara yang paling berpengaruh

2) Penempatan persoalan

3) Penempatan gagasan

4) Mengubah posisi akan membuat orang kelihatan tidak

konsisten, mudah dipengaruhi dan bahkan tidak jujur

5) Urutan pro-kontra lebih efektif daripada urutan kontra-pro bila

digunakn oleh sumber yang memiliki otoritas dan dihormati oleh

khalayak

21
6) Argument yang didengar akan lebih efektif bial ada jangka

waktu cukup lam diantara dua pesan, dan pengujian terjadi

setelah pesan kedua

c. Imbauan Pesan Untuk mempengaruhi orang lain kita harus

menyentuh motif yang menggerakan atau mendorong perilaku

komunikan. Dengan perkataan lain, kita secara psikologis

menghimbau khalayak untuk menerima dan melaksanakn

gagasan kita. Imbauan terdiri dari beberapa macam yaitu sebagai

berikut: 1) Imbauan rasional, berarti meyakinkan orang lain

dengan pendekatan logis . Imbauan rasional biasanya

menggunakan silogisme

2) Imbauan emosional, menggunakn bahasa yang menyentuh

emosi komunikan yang dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya

3) Imbauan takut, menggunakan pesan yang mencemaskan,

mengancam atau meresahkan

4) Imbauan ganjaran, menggunakn rujukan yang menjanjikan

komunikan sesuatu yang mereka perlukan atau inginkan

22
5) Imbauan motivasional, menggunakn imbauan motif yang

menyentuh konsi intern dalam diri manusia

1.3 KESIMPULAN

1. Faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas

komunikator Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas komunkator adalah: a. Kredibilitas,

Seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat

komunikator b. Atraksi, Daya tarik komunikator yang

bersumber dari fisik c. Kekuasaan, kemampuan dalam

menimbulkan ketundukan

2. Pengaruh komunikasi Adapun pengaruh dari komunikasi

adalah sebagai berikut:

a. Internalisasi, terjadi bila individu menerima anjuran dari

orang lain

b. Identifikasi, terjadi bila individu mendefinisikan

pernanannya sesuai dengan peranan orang lain

23
c. Ketundukan, terjadi bila individu menerima pengaruh

dari seseorang atau kelompok lain karena ia berharap hal

tersebut menghasilkan efek sosial yang memuaskan bagi

dirinya

3. Bentuk-bentuk pesan dalam psikologi pesan Adapun

bentuk-bentuk pesan adalah sebagai berikut:

a. Pesan verbal, pesan yang menggunakan bahasa sebagai

media komunikasi

b. Pesan nonverbal, pesan yang menggunakan isyarat

untuk berkomunikasi

4. Factor-faktor yang memengaruhi efektivitas pesan

dalam psikologi pesan Adapun faktor-faktor yang

memengaruhi efektivitas pesan adalah:

a. Organisasi pesan, cara penyajian pesan

b. Struktur pesan, cara penyusunan informasi dalam pesan

c. Imbauan Pesan, gagasan yang diberikan kepada

komunikan agar menerima dan melaksanakan gagasan

yang diberikan oleh komunikator

24
Bahasa Dan Proses Berfikir

Sebagai media dalam berpikir, bahasa sangat berkaitan erat

dengan pikiran. Keterkaitan antara berpikir dan berbahasa dapat

dipetakan dalam tiga pendapat, hanya menyangkut variable mana

yang menjadi penyebab.

a) Bahasa mempengaruhi pikiran

Bahasa menjadi dasar pembentuk pola pikir seorang anak. Melalui

bahasa seorang anak belajar tentang atribut-atribut tertentu baik

mengenai dirinya sendiri, diri orang lain dan situasi yang dialaminya.

b) Pikiran mempengaruhi bahasa

Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada. Menurut teori pertumbuhan

kognitif, seorang anak mempelajari segala sesuatu mengenai dunia

melalui tindakan-tindakan dari perilakunya dan kemudian baru

bahasa.

c) Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi

Hubungan antara pikiran dan bahasa bukanlah merupakan suatu

benda, melainkan merupakan suatu proses, satu gerak yang terus-

menerus. Pikiran berbahasa berkembang melalui beberapa tahap.

25
Mulai anak-anak harus mengucapkan kata-kata, kemudian bergerak

ke arah mengerti atau berpikir.

3.1.2 Peranan Orang Tua, Guru, dan Lingkungan

Orang tua, guru, dan lingkungan mempunyai peranan yang sangat

vital dalam perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa pada

anak-anak. Perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa

pada anak akan terus meningkat sesuai dengan meningkatnya usia.

Sudah selayaknya orang tua selalu memperhatikan perkembangan

tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan proses belajar.

3.2.Pembahasan

3.2.1. Analisis Keterkaitan antara Berpikir dengan Berbahasa

Terdapat keterkaitan yang jelas antara kemampuan berbahasa

dengan kemampuan berpikir. Manusia untuk dapat melakukan

kegiatan berpikir dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa

bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal untuk

menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dengan

menguasai bahasa maka seseorang akan mengetahui pengetahuan.

26
Bahasa memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan

anak menjadi manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak

tumbuh dari suatu organisme biologis menjadi suatu pribadi di

dalam kelompok, yaitu suatu pribadi yang berpikir, merasa berbuat,

serta memandang dunia dan kehidupan sesuai dengan lingkungan

sosialnya.

Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan

berbahasanya. Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia

mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat

berpikir secara rumit dan abstrak, seperti apa yang kita lakukan

dalam kegiatan ilmiah. Dengan kata lain, tanpa mempunyai

kemampuan berbahasa ini maka maka kegiatan berpikir secara

sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.

Bahasa mengkomunikasikan tiga hal, yakni buah pikiran, perasan

dan sikap. Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha

mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian

rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal, dengan

harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan menarik kembali

informasi dikemudian hari.

27
Sebenarnya, anak-anak dapat menuangkan pikiran dengan caranya

masing-masing. Proses menuangkan pikiran menjadi tidak

beraturan atau malah tersendat ketika anak-anak terjebak dalam

model menuangkan pikiran yang kurang efektif sehingga kreativitas

tidak muncul. Model dikte dan mencatat semua yang didiktekan

pendidik, mendengar ceramah dan mengingat isinya, menghapal

kata-kata penting dan artinya terjadi dalam proses belajar mengajar

di sekolah atau dimana saja menjadi kurang efektif ketika tidak

didukung oleh kreativitas pendidik atau anak-anak itu sendiri.

Keterkaitan antara pikiran dan bahasa dapat dipetakan dalam tiga

pendapat. Perbedaan ini hanya menyangkut variabel mana yang

menjadi penyebab.

a. Bahasa Mempengaruhi Pikiran

Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap

realitas. Pikiran dapat terkondisikan oleh kata yang kita

gunakan.tokoh yang mendukung hubungan ini adalah Benyamin

Whorf dan gurunya Edward Sapir. Whorf mengambil contoh bangsa

Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena

orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam menjelaskan

sebuah realitas. Di samping itu bahasa menjadi dasar pembentuk

28
pola pikir seorang anak. Melalui bahasa seorang anak belajar

tentang atribut-atribut tertentu, baik mengenai dirinya sendiri, diri

orang lain, dan situasi yang dialaminya.

b. Pikiran Mempengaruhi Bahasa

Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif yang tak

asing bagi kita, yaitu Jean Piaget terhadap perkembangan aspek

kognitif anak. Ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak

akan mempengaruhi bahasa yang digunakannya.

Berbeda dengan pendapat Sapir dan Whorf, Piaget berpendapat

justru pikiran lah yang membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa

tidak akan ada, pikiran lah yang menentukan aspek-aspek sintaksis

dan leksikon bahasa, bukan sebaliknya.

Piaget yang mengembangkan teori pertumbuhan kognisi

menyatakan jika seorang kanak-kanak dapat menggolong-

golongkan benda-benda tersebut. Maka perkembangan kognisi

dapat diterangkan telah terjadi sebelum dia dapat berbahasa.

Menurut teori perkembangan kognisi, seorang kanak-kanak

mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-

tindakan dari perilakunya dan kemudian baru melalui bahasa.

Tindak tanduk atau perilaku kanak-kanak itu merupakan manipulasi

29
dunia pada suatu waktu dan tempat tertentu. Dan bahasa hanyalah

satu alat yang memberikan kepada kanak-kanak itu satu

kemampuan untuk beranjak lebih jauh dari waktu dan tempat

tertentu itu. Namun, jelas gambaran benda-benda dan keadaan-

keadaan dunia manipulasinya dalam otak kanak-kanak tidak

memerlukan bahasa.

Piaget juga menegaskan bahwa kegiatan intelek (pemikiran)

sebenarnya adalah aksi atau perilaku yang telah dinuranikan dan

dalam kegiatan sensomotor termasuk juga perilaku bahasa. Yang

perlu diingat adalah bahwa dalam jangka waktu sensomotor ini

kekekalan benda merupakan pemerolehan umum.

c. Bahasa dan Pikiran Saling Mempengaruhi

Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan

oleh Benyamin Vygotsky, seorang ahli semantic berkebangsaan

Rusia yang teorinya dikenal sebagai pembaharu teori Piaget yang

menyatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi.

Penggabungan Vygotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak

diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif. Kata-kata dan pikiran

mempunyai hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling

mempengaruhi. Di satu sisi kata-kata merupakan media yang

30
digunakan untuk memahami dunia serta digunakan dalam proses

berpikir, di sisi lain pemahaman terhadap kata-kata merupakan

hasil dari aktivitas pikiran.

Pigotsky berpendapat adanya satu tahap perkembangan bahasa

sebelum adanya pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan

pikiran sebelum adanya bahasa. Kemudian, kedua garis

perkembangan ini saling bertemu, maka terjadilah secara serempak

pikiran berbahasa dan bahasa berpikir. Dengan kata lain, pikiran

dan bahasa pada tahap permulaan berkembang secara terpisah, dan

tidak saling mempengaruhi. Jadi, mula-mula pikiran berkembang

tanpa bahasa, dan bahasa mula-mula berkembang tanpa pikiran.

Lalu, pada tahap berikutnya, keduanya bertemu dan bekerja sama,

serta saling mempengaruhi. Begitulah, kanak-kanak berpikir dengan

menggunakan bahasa dan berbahasa dengan menggunakan pikiran.

Menurut Pigotsky pikiran berbahasa (verbal thought) berkembang

melalui beberapa tahap. Mula-mula kanak-kanak harus

mengucapkan kata-kata untuk dipahami. Kemudian bergerak ke

arah kemampuan mengerti atau berpikir tanpa mengucapkan kata-

kata itu. Lalu, dia mampu memisahkan kata-kata yang berarti dan

yang tidak berarti.

31
Selanjutnya Pigotsky menjelaskan bahwa hubungan antara pikiran

dan bahasa bukanlah merupakan satu benda, melainkan merupakan

satu proses, satu gerak yang terus-menerus dari pikiran ke kata

(bahasa) dan dari kata (bahasa) ke pikiran. Pikiran itu tidak hanya

disampaikan dengan kata-kata, tetapi lahir dengan kata-kata itu.

Tiap pikiran cenderung untuk menghubungkan sesuatu dengan

sesuatu yang lain, dan mendirikan satu hubungan di antara benda-

benda. Tapi pikiran bergerak, tumbuh, dan berkembang

melaksanakan setu fungsi dan memecahkan satu masalah.

3.2.2. Analisis Peranan Orang Tua, Guru dan Lingkungan

Sampai sekarang belum diketahui secara pasti mekanisme

bagaimana seorang anak belajar bahasa sehingga bahasa dapat

dikuasainya. Dengan mengacu pada teori Bruner, jelaslah guru dan

orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam

perkembangan pembelajaran bahasa dan perkembangan kognitif

anak. Keith (undate) menyatakan bahwa belajar bahasa merupakan

proses rumit yang melibatkan berbagai faktor seperti faktor biologis,

mental dan sosial.

Namun, pada saat yang bersamaan bahasa juga berperan sebagai

piranti pembentuk proses mental dan berpikir anak. Berdasarkan

32
pengamatan dan hasil penelitian yang dilakukan di luar negri,

perkembangan pembelajaran bahasa usia dini dapat ditandai

dengan perkembangan penguasaan kemampuan berbahasa baik

unsur kemampuan bahasa seperti kosa kata dan tata bahasa

maupun keterampilan berbahasa sesuai dengan perkembangan usia

kalendernya.

Orang tua maupun guru dapat mengidentipikasi kelebihan serta

kekurangan keterampilan bahasa sesuai dengan perkembangan usia

kalendernya sebagai landasan untuk menciptakan konteks kondusif

yang akan lebih mengoptimalkan pembelajaran bahasa anak-anak.

Selain itu, orang tua atau guru dapat menggunakan informasi

perkembangan bahasa anak sebagai dasar mengidentifikasi

kelebihan serta kekurangan penguasaan ranah isi yang dikuasai

anak-anak.

Hal lain yang harus menjadi kesadaran orang tua atau guru tentang

perkembangan bahasa anak ialah bahwa bahasa anak adalah

bahasa yang terus bergulir mengalami perkembangan menuju

kemempuan berbahasa orang dewasa. Berawal dari periode diam

(silent period), anak mulai menanamkan hipotesa tentang cara

menggunakan bahasa berdasarkan input bahasa dari lingkungannya.

33
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan

meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu

memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini

sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan

memberi contoh yang baik, memberikan motivasi untuk belajar dan

sebagainya. Orang tua sangat bertanggungjawab atas kesuksesan

belajar anak dan seyogianya selalu berusaha meningkatkan potensi

anak agar dapat berkembang secara maksimal. Pada gilirannya anak

akan dapar berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia

karena dengan mulai berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia

memberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di

lingkungannya.

Organisasi, Struktur, dan Imbauan Pesan

Organisasi Pesan

Dalam kajian ilmu retorika ada beberapa cara menyusun pesan

–mengikuti pola yang disarankan Aristoteles. Retorika mengenal

enam macam organisai pesan, yaitu: deduktif, induktif,

34
kronologis, logis, spasial, dan topikal. Urutan deduktif dimulai

dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian

memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan,

dan bukti. Sebaliknya, dalam urutan induktif kita mengemukakan

perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan.

Dengan urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan

waktu terjadinya peristiwa; dengan urutan logis, pesan disusun

berdasarkan sebab ke akibat atau akibat ke sebab; dengan

urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat; sedangkan

urutan topikal, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan:

klasifikasinya, dari yang penting kepada yang kurang penting,

dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang dikenal kepada

yang asing.[1]

Sesudah urutan pesan-pesan di atas, psikologi komunikasi

menambahkan lagi satu urutan yang boleh disebut sebagai

urutanpsikologis. Urutan yang paling terkenal dan yang paling

dahulu dikemukakan oleh Alan H. Monroe. Urutan ini kemudian

disebut“motivated sequence”, menyarankan lima langkah dalam

penyusunan pesan; 1) attention (perhatian),

35
2) need (kebutuhan), 3)statisfaction (pemuasan),

4) visualization (visualisasi), dan 5) action (tindakan).

Struktur Pesan

Dengan mengutip hasil penelitian dari J.W. Koehler, ada

beberapa tahapan untuk meminimalisir problematika yang

dialami mubaligh tersebut, yaitu:

1. Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan (yang pro

dan kontra), tidak ada keuntungan untuk berbicara yang

pertama, karena berbagai kondisi (waktu, khalayak, tempat dan

sebagainya) akan menentukan pembicara yang paling

berpengaruh.

2. Bila pendengar secara terbuka memihak satu sisi

argumen, sisi yang lain tidak mungkin mengubah posisi

mereka. Sikap nonkompromistis ini mungkin timbul karena

kebutuhan untuk mempertahankan harga diri. Mengubah posisi

akan membuat orang kelihatan tidak konsisten, mudah

dipengaruhi dan bahkan tidak jujur.

36
3. Jika pembicara menyajikan dua sisi persoalan, kita

biasanya lebih mudah dipengaruhi oleh sisi yang disajikan

terlebih dahulu. Jika ada kegiatan di antara penyajian, atau jika

kita diperingatkan oleh pembicara tentang kemungkinan

disesatkan orang, maka apa yang dikatakan terakhir lebih

banyak memberikan efek. Jika pendengar tidak tertarik pada

subjek pembicaraan kecualisetelah menerima informasi

tentang hal itu, mereka akan sukar mengingat dan menerapkan

informasi tersebut. sebaliknya, jika mereka sudah tertarik pada

suatu persoalan, mereka akan mengingatnya baik-baik dan

menerapkannya.

4. Perubahan sikap lebih sering terjadi jika gagasan yang

dikehendaki atau yang diterima disajikan sebelum gagasan

yang kurang dikehendaki. Jika pada awal penyajian,

komunikator menyampaikan gagasan yang menyenangkan kita,

kita akan cenderung memperhatikan dan menerima pesan-

pesan berikutnya. Sebaliknya, jika ia memulai dengan hal-hal

yang tidak menyenangkan kita, kita akan menjadi kritis dan

cenderung menolak gagasan berikutnya, betapapun baiknya.

37
5. Urutan pro-kon lebih efektif daripada urutan kon-pro bila

digunakan oleh sumber yang memiliki otoritas dan dihormati

oleh khalayak.

6. Argumen yang terakhir didengar akan lebih efektif bila

ada jangka waktu cukup lama di antara dua pesan, dan

pengujian segera terjadi setelah pesan kedua.

Imbauan Pesan

Imbauan Rasional; didasarkan pada anggapan bahwa manusia

pada dasarnya mahluk sosial yang baru bereaksi pada imbauan

emosional, apabila imabauaan rasional tidak ada. Menggunakan

imbauan rasional artinya meyakinkan orang lain dengan

pendekatan logis atau penyajian bukti-bukti. Imbauan rasional

ini berhubunga dengan strategi framing. Kekuatan pesan dalam

memilih fakta-fakta yang dipahami oleh khalayak

Imbauan Emosional; menggunakan pernyataan-pernyataaan

atau bahasa yang menyentuh emosi komunikate. Sudah lama

diduga bahwa kebanyakan tindakan manusia lebih berdasarkan

38
emosi daripada sebagai hasil pemikiran. Misalnya, bila mubaligh

atau da’i ingin menjelaskan kekuatan di dalam diri seseorang

lemah, maka mad’u diajak bernyanyi.[5]

Imbauan Takut; menggunakan pesan yang mencemaskan,

mengancam, atau meresahkan. Da’i atau mubaligh mengajak

orang tua agar anaknya dilatih keuatan komunikasi di dalam diri,

sehingga kemanapun ia pergi memiliki akar dan fondasi di dalam

diri. Anak tersebut tidak mudah diajak orang lain. Imbauan pesan

melatih takut kepada Allah swt. Apalagi kekuatan

dakwah fardiyah di keluarga berjalan baik.

Imbauan Ganjaran; menggunakan rujukan yang menjanjikan

komunikan pada sesuatu yang mereka perlukan atau yang

mereka inginkan. Mubaligh atau da’i memberikan manfaat-

manfaat kekuatan dakwah dzatiyah dan manfaat

dakwah fardiyah sehingga, orang tua menerapkan di rumahnya

masing-masing.

Imbauan Motivasional; mengguanakan imbauan motif (motif

appeals) yang menyentuh kondisi intern dalam diri manusia.

Dengan menggunakan berbagai mazhab psikologi, kita dapat

39
mengklasifikasikan motif pada dua kelompok besar: motif

biologis dan motif psikologis. Manusia bergerak bukan saja

didorong oleh kebutuhan biologis seperti lapar dan dan dahaga,

tetapi juga karena dorongan psikologis seperti rasa ingin tahu,

kebutuhan akan kasih sayang, dan keinginan untuk memuja.

40

Anda mungkin juga menyukai