Anda di halaman 1dari 5

Jarak pagar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Jarak pagar

Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
Divisi: Embryophyta
Kelas: Spermatopsida
Ordo: Malpighiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Jatropha
Spesies: J. curcas
Nama binomial
Jatropha curcas
Linnaeus 1753.

Jarak pagar

Jarak pagar (Jatropha curcas L., Euphorbiaceae) merupakan tumbuhan semak berkayu
yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan
mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan pengobatan dan
racun, saat ini ia makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin
diesel karena kandungan minyak bijinya. Peran yang agak serupa sudah lama dimainkan oleh
kerabatnya, jarak pohon (Ricinus communis), yang bijinya menghasilkan minyak campuran
untuk pelumas.

Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di Indonesia: jarak kosta, jarak budeg (Sunda);
jarak gundul, jarak pager (Jawa); kalekhe paghar (Madura); jarak pager (Bali); lulu mau,
paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman nema (Alor); jarak kosta, jarak wolanda,
bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi); ai huwa kamala, balacai, kadoto
(Maluku).lulang(karo[1])

Daftar isi
 1 Botani
 2 Penggunaan
o 2.1 Minyak biji jarak pagar
o 2.2 Sisa ekstraksi
 3 Budidaya
 4 Hama dan Penyakit
 5 Referensi
 6 Pranala luar

Botani
Berdasarkan pengamatan terhadap keragaman di alam, tumbuhan ini diyakini berasal dari
Amerika Tengah, tepatnya di bagian selatan Meksiko, meskipun ditemukan pula keragaman
yang cukup tinggi di daerah Amazon. Penyebaran ke Afrika dan Asia diduga dilakukan oleh
para penjelajah Portugis dan Spanyol berdasarkan bukti-bukti berupa nama setempat.

Ke Indonesia, tumbuhan ini didatangkan oleh Jepang ketika menduduki Indonesia antara
tahun 1942 dan 1945. Tumbuhan ini direncanakan sebagai sumber bahan bakar alternatif bagi
tank dan pesawat perang sewaktu Perang Dunia II.

Kemampuan untuk diperbanyak secara klonal menyebabkan keanekaragaman tumbuhan ini


tidak terlalu besar. Walaupun demikian, karena ia termasuk tumbuhan berpenyerbukan silang
maka mudah terjadi rekombinasi sifat yang membawa pada tingkat keragaman yang cukup
tinggi.

Biji (dengan cangkang) jarak pagar mengandung 20-40% minyak nabati, namun bagian inti
biji (biji tanpa cangkang) dapat mengandung 45-60% minyak kasar.

Penggunaan
Minyak biji jarak pagar

Jarak pagar dipandang menarik sebagai sumber biodiesel karena kandungan minyaknya yang
tinggi, tidak berkompetisi untuk pemanfaatan lain (misalnya jika dibandingkan dengan kelapa
sawit atau tebu), dan memiliki karakteristik agronomi yang sangat menarik.
Tumbuhan ini diintroduksi ke Indonesia oleh administrasi pendudukan Jepang dengan
maksud sebagai sumber bahan bakar murah. Minyak dari bijinya dapat diolah menjadi
biodiesel. Seusai kemerdekaan, pemanfaatannya terbengkalai.

Kandungan minyak bijinya dapat mencapai 63%[2], melebihi kandungan minyak biji kedelai
(18%), linseed (33%), rapa (45%), bunga matahari (40%) atau inti sawit (45%). Minyaknya
didominasi oleh asam oleat (44.7%) dan asam linoleat (32.8%) sementara asam palmitat
(14.2%) dan asam stearat (7%) adalah tipe asam lemak jenuhnya.

Sebagai biodiesel, minyak biji jarak pagar perlu diproses dengan metilasi terlebih dahulu,
sebagaimana minyak nabati lain. Selanjutnya, ia dapat digunakan tersendiri atau, yang lebih
umum, dicampurkan dengan minyak diesel dari sumber mineral dengan komposisi 30:70.

Pengembangan pemanfaatan minyak jarak pagar sebagai bahan bakar melalui pendekatan
ilmiah di Indonesia dimulai sejak tahun 1997 di ITB dengan fokus ekstraksi minyak. BPPT
kemudian juga terlibat.

Minyak jarak pagar mulai menjadi sorotan dunia semenjak melonjaknya harga minyak
mineral dan isu lingkungan diangkat dalam pemanfaatan biodiesel karena sumber-sumbernya
banyak yang kurang mempertimbangkan keseimbangan ekosistem dan, khususnya pada
kelapa sawit, keberlanjutan (sustainability).

Pertamina telah menyatakan siap menampung biodiesel. DaimlerChrysler, perusahaan


otomotif dunia terkemuka, sejak 2004 merilis bahan bakar biodiesel "SunDiesel" dan
memproduksi Mercedes-Benz seri C yang disesuaikan dengan biodiesel.

Negara-negara dengan kesadaran lingkungan tinggi bahkan telah mewajibkan penjualan


biodiesel di stasiun pengisian bahan bakar, seperti negara-negara Eropa Barat dan Jepang.

Sisa ekstraksi

Fasa padatan setelah ekstraksi minyak dari biji dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan pupuk organik.

Produk sampingan dari proses trans-esterifikasi (metilasi) dapat diperdagangkan sebagai


bahan baku industri yang memanfaatkan asam lemak, seperti kertas berkualitas tinggi (high
quality paper), pil energi, sabun, kosmetik, obat batuk, dan agen pelembab pada tembakau.

Budidaya
Tanaman jarak mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya, dapat tumbuh baik pada
tanah yang kurang subur asalkan memiliki drainase baik (tidak tergenang) dengan pH tanah
optimal 5.0–6.5. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan jika dipelihara dengan
baik dapat hidup lebih dari 20 tahun. Ia sanggup menghasilkan secara ekonomis pada tempat
dengan curah hujan hanya empat bulan, berbeda dari kelapa sawit yang memerlukan curah
hujan konstan untuk hasil terbaiknya.
Bahan tanaman dapat berasal dari stek cabang atau batang, maupun benih. Jika menggunakan
stek dipilih cabang atau batang yang telah cukup berkayu. Untuk benih dipilih dari biji yang
telah cukup tua yaitu diambil dari buah yang telah masak biasanya berwarna hitam.

Pembibitan dapat dilakukan di polibag atau di bedengan yang diberi naungan. Setiap polibag
diisi media tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) dan dapat dicampur pupuk kandang.
Setiap polibag ditanami satu bibit Lama pembibitan 2–3 bulan. Penanaman dapat juga
dilakukan secara langsung di lapangan (tanpa pembibitan) dengan menggunakan stek cabang
atau batang.

Kegiatan persiapan lahan meliputi pembukaan lahan, pengajiran, dan pembuatan lubang
tanam. Penanaman dengan kerapatan 1600 sampai 3400 pohon per ha (jarak tanam 2 m × 3 m
sampai 1.5 m × 2 m). Pada areal yang miring sebaiknya digunakan sistem kontur. Lubang
tanam dibuat biasanya dengan ukuran 40 cm × 40 cm × 40 cm.

Penanaman bibit sehat dengan ketinggian melebihi 50 cm dilakukan pada awal atau selama
musim penghujan sehingga kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia. Pemupukan dapat
dilakukan sesuai tingkat kesuburan tanah setempat. Pemberian pupuk organik disarankan
untuk memperbaiki struktur tanah. Perawatan mencakup pengairan, pemangkasan, dan
pembersihan dari gulma. Perlindungan dari hama dan penyakit dilakukan bila terjadi
serangan besar. Jarak pagar relatif tidak memiliki pengganggu.

Bunga terbentuk setelah umur 3 – 4 bulan, sedangkan pembentukan buah mulai pada umur 4
– 5 bulan. Pemanenan dilakukan jika buah telah masak, dicirikan kulit buah berwarna kuning
dan kemudian mulai mengering. Biasanya buah masak setelah berumur 5 – 6 bulan. Produksi
maksimum baru tercapai pada usia tanam enam tahun, dan akan terus menghasilkan secara
ekonomis sampai 20 tahun.

Cara pemanenan dengan memetik buah yang telah masak dengan tangan atau gunting.
Produktivitas per pohon jarak pagar berkisar antara 3.5 – 4.5 kg biji per tahun. Dengan
tingkat populasi tanaman antara 2500 – 3300 pohon / ha, dapat dihasilkan 10 ton buah per
tahun. Dengan rendemen rata-rata minyak sebesar 35% maka setiap ha lahan dapat diperoleh
2.5 – 5 ton minyak per tahun.

Untuk mengganti 20% diesel dengan biodiesel dari jarak pagar diperlukan sekitar 3,5 juta
hektare luas penanaman.

Hama dan Penyakit


Hama yang ditemukan pada lahan jarak pagar antara lain Chrysocoris javanus,
Tetranychussp., Selenothrips rubrocinctus,Ferissia virgata,Chalcocelis albiguttata,Leptocorisa
oratorius,Valanga nigricornis,Nezara viridula,Parasa lepida, Gryllidae, Mollusca, Dyscheres
curtus, Coreidae, Pyrochroidae, Amatidae, Empoascasp., Liriomyzasp.. Hama yang
berpotensi menimbulkan kerusakan pada tanaman jarak adalah Ferrisia viirgata, ulat kantung,
dan Chrysochoris javanus.[3] Gejala penyakit berupa bercak daun kuning yang tidak beraturan
oleh Xanthomonas ricinicola, barcak coklat/daun seperti terbakar oleh Helminthosporiumsp.,
busuk bunga/buah oleh Botrytis ricini, embun tepung oleh Oidiumsp., bercak hitam/busuk
batang oleh Fusarium sp..[4] Beberapa cendawan terbawa benih yang dapat menyebabkan
penyakit antara lain Chrysosporium sp., Fusarium solani, Aspergillus flavus, dan PeniciIlium
sp.. Chvsosporium sp. merupakan cendawan yang paling dominan terbawa benih jarak pagar.
Chlysosporium sp. hanya ditemukan pada kulit, ha1 ini mungkin dikarenakan cendawan
Chrysosporium sp. bersifat saprofit.[5] Penyakit- bercak daun yang disebabkan patogen
Pestalotia sp. berpotensi menimbulkan kerusakan oada tanaman. Penyakit lain yang
ditemukan adaiah mosaik yang disebabkan oleh virus. Serangan virus dapat menyebabkan
tanaman tidak dapat menghasilkan atau berproduksi.[3]

Referensi
1. ^ Kabupaten Karo
2. ^ Akbar, Yaakob, Kamarudin, Ismail, Salimon. 2009. Characteristic and Composition
of Jatropha Curcas Oil Seed from Malaysia and its Potential as Biodiesel Feedstock.
Eur.J.Sci.Res. 29:396-403
3. ^ a b http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/50638 Inventarisasi hama dan
penyakit tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) di Bogor
4. ^ http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1606
5. ^ http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/50711

Pranala luar
 "Jatropha Curcas Plantation", situs promosi penanaman jarak pagar
 Inventarisasi Hama dan Penyakit pada Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas
Linn.) di Lampung dan Jawa Barat [1]
 Hama dan penyakit benih dan tanaman pembibitan tanaman jarak pagar (Jatropha
Curcas L.) di kebun bibit Indonesia Center For Biodiversity and Biotechnology
(ICBB) [2]

Anda mungkin juga menyukai