Bab Ii
Bab Ii
28
Gambar 4.2. Lokasi Perencanaan Agroindustri
29
C. Analisis
Dalam penelitian ini, analisis yang di gunakan ialah analisis SWOT, dimana
analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang
membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). SWOT
akan lebih baik dibahas dengan menggunakan tabel yang dibuat dalam kertas besar,
sehingga dapat dianalisis dengan baik hubungan dari setiap aspek.
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang
tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara
menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya,
kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, di mana aplikasinya adalah
bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang
mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya
bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan
terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu
membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
1. produk turunan kelapa sawit memiliki prospek cerah 1. Fluktuasi harga karena resesi global
2. Permintaan akan CPO tinggi mempengaruhi harga CPO
3. Pemerintah daerah mendukung industri kelapa sawit 2. Tingginya pajak untuk perkebunan
4. Tidak ada pesaing dalam memasarkan produk 3. Adanya serangan hama dan pencurian
5. Terbuka kesempatan untuk ekspor CPO dan PK TBS
30
D. Konsep Perencanaan
Jalan diperkebunan kelapa sawit sangat diperlukan sejak pembukaan lahan hingga
tanaman menghasilkan. Jalan merupakan sarana penghubung untuk pengangkutan
Tandan Buah Segar , pupuk serta untuk kegiatan lain. Jalan di buat dengan daya dukung
tertentu sehingga dapat dilalui setiap waktu oleh kendaraan. Sarana jalan tersebut harus
dikelola dan dipelihara dengan baik sehingga semua kegiatan perusahaan dapat berjalan
dengan lancar. Jalan diklasifkasikan menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan kelas,
ukuran, ketahanan dan fungsi serta kapasitasnya masing-masing. Berikut adalah tabel
klasifikasi jalan yang akan dijadikan sarana pengangkutan dan berbagai aktivitas
pemeliharaan Kegiatan Agro Indudtri kelapa sawit di Kelurahan Andabia Kecamatan
Anggaberi
Jalan primer (main road) adalah jalan yang menghubungkan divisi dengan divisi
emplasment keluar dari lingkungan kebun. Jalan sekunder (secondary road) merupakan
jalan penghubung dengan areal produksi dan berfungsi sebagai jalan pengumpulan hasil,
umumnya arah utara sampai dengan selatan. Jalan tersier (tertiary road) merupakan jalan
didalam areal produksi/ blok yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil, dengan
arah timur- barat.
31
Pemeliharaan jalan dilakukan secara manual tetapi diusahakan menggunakan alat
grader dan compactor. Permukaan jalan diusahakan cembung sehingga pada saat hujan
turun air tidak menggenang, pemeliharaan jalan dilakukan setiap enam bulan sekali,
sementara parit drainase dibangun untuk mengeluarkan kelebihan air agar areal tanamn
kelapa sawit tidak tergenang dengan cara mengangkat/ menggali tanah yang menutup
parit.
Pabrik kelapa sawit ( PKS ) adalah tempat pengolahan tandan buah sawit menjadi
minyak sawit (CPO) dan kernel (inti) sawit. Pembangunan pabrik kelapa sawit
memerlukan berbagai sumber daya termasuk dana dalam jumlah yang besar. Oleh karena
itu,perlu penelitian dan pengkajian yang seksama dan sistematis, terutama segi finansial
sebelum terlanjur menanam modal untuk membangun pabrik kelapa sawit.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk penentuan lokasi PKS, antara lain
adalah kondisi tanah, lokasi pabrik dekat dengan sumber air, pengendalian limbah cair,
letaknya di potensi TBS, akses jalan , dan lingkungan.
32
1. Kondisi Tanah
Biaya pondasi pabrik bisa sampai 30% dari jumlah investasi, tergantung daya
dukung tanahnya. Untuk mengurangi biaya pondasi, sebaiknya daya dukung tanah
sekurang kurangnya 1kg/cm².
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan tekanan atau beban
bangunan pada tanah dengan aman tanpa menimbulkan keruntuhan geser dan penurunan
berlebihan. Untuk tapak pabrik, dipilih tanah yang mempunyai sifat mekanik-fisik tanah
yang sesuai untuk tempat berdirinya pabrik. Biasanya dipilih tempat yang tinggi dengan
tujuan agar terhindar dari banjir dan pengaturan drainase yang lebih mudah. Jika ada
bagian berbukit untuk tempat pelataran bongkar-pindah buah, akan sangat menghemat
biaya. Sebaliknya, untuk jaringan rel sistem transportasi lori rebusan, diperlukan tempat
yang datar. Dalam kondisi areal tidak memungkinkan, misalnya lokasi kebun di areal
basah gambut atau rawa, harus dilakukan pemancangan.
Air merupakan bahan yang sangat penting dalam pengoperasian pabrik sebagai
umpan boiler untuk pembangkit tenaga, air pengolahan, dan perumahan. Air tersebut
harus cukup baik dan bersih (memenuhi syarat) sehingga biaya water treathment rendah.
Oleh sebab itu, perencanaan pembangunan PKS perlu mempertimbangkan ketersediaan
air, mutu air , dan jarak dari lokasi pabrik. Untuk keperluan pabrik besar , diperlukan air
sebanyak 1,5 m³/ton TBS.
Pabrik kelapa sawit banyak menggunakan air pengolah dan air umpan boiler yaitu
1500/liter/ton TBS. Artinya, membutuhkan 900m³/hari dengan 360-400m³ air limbah tiap
hari untuk pabrik yang mengolah 30 Ton TBS/jam. Pengendalian limbah pabrik minyak
sawit harus dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan, pengurangan volume limbah, dan
pengawasan mutu limbah. Sebaiknya letak pabrik ditempat datar untuk kolam-kolam
pengendalian air limbah pabrik dan dekat dengan sungai yang deras.
Penentuan pabrik di areal potensi TBS dapat mengurangi biaya angkut panen.
5. Akses Jalan
33
Harus di perhatikan juga akses jalan untuk pengiriman hasil produksi berupa
minyak dan inti sawit. Sebaiknya menghindari pemakaian jalan yang bukan milik
perusahaan. Tujuannya untuk menghindari berbagai konflik yang mungkin terjadi.
6. Faktor Lingkungan
PKS sebaiknya dekat dari prasarana yang sudah ada, seperti pemukiman, pasar,
dan fasilitas lainnya. Umumnya jarang semua faktor tersebut dapat terpenuhi, tetapi
prioritas harus di berikan kepada sumber air dan jalan masuk.
b.Rancangan
Selain faktor selera pemilik , ada faktor – faktor yang menjadi pertimbangan
dalam menentukan rancangan bangun pabrik kelapa sawit . Salah satunya adalah material
handling dalam transfer TBS saat perebusan . Ada yang menggunakan lori sehingga
proses perebusan nya menggunakan type horizontal sterilizer . Ada yang menggunakan
scrapper chain conveyor sehingga proses perebusannya menggunakan type vertical
sterilizer atau tipe continous sterilizer . Untuk feeding TBS masak ke mesin thresher
(penebah / perontokan), ada yang menggunakan tippler atau hoisting crane . Namun ,
penggunaan hoisting crane saat ini sudah jarang di gunakan.
Hal terpenting dari rancang bangun PKS adalah cara mengoperasikan atau
menjalankannya . Dengan demikian , hasil produksi tidak melebihi dari parameter yang
telah ditentukan , baik untuk CPO maupun kernel . Selain itu operasional mesin berjalan
dengan baik dan kebersihan PKS terjaga .
c.Tata Letak
d. Perizinan
Memulai usaha perkebunan kelapa sawit dan membangun pabrik kelapa sawit
memerlukan berbagai macam persiapan, selain faktor kesiapan awal usaha didirikan,
keberlangsungan suatu usaha PKS dipengaruhi juga oleh keberadaan unsur legalitas
(diakui secara hukum) berwujud kepemilikan izin. Dengan memiliki izin, perusahaan
PKS lebih nyaman beroperasi karena sebagai sarana perlindungan hukum.
34
Aspek perizinan sangat menentukan keberhasilan pembangunan pabrik kelapa
sawit. Sebelum melakukan pembangunan PKS, perusahaan melakukan permohonan izin
dari Bupati/Walikota setempat dan koordinasi dengan pemerintah setempat
(desa/kecamatan) mengenai rencana pembangunan PKS. Berikut jenis-jenis perizinannya
1.Izin prinsip
2.Izin lokasi
10.RKL-RPL/amdal
Setelah penentuan lokasi, kapasitas olah, rancagan, dan tata letak, dilakukan
penentuan tata letak mesin dan pemilihan serta perencanaan mesin yang sesuai. Dalam
hal ini, pemikiran dasar dalam tata letak dan pemilihan mesin pabrik adalah fleksibilitas
operasi, perawatan, dan keandalan pabrik.
Mata rantai pengolahan dalam pabrik kelapa sawit terdiri dari delapan bagian
atau stasiun sebagai berikut :
b. Stasiun rebusan.
c. Stasiun penebah.
d. Stasiun kempa.
35
e. Stasiun pemisah serabut.
Mesin pembangkit tenaga listrik digerakkan oleh tenaga uap, yaitu turbin atau
mesin uap. Stasiun pembangkit tenaga listrik letaknya bersebelahan dengan stasiun ketel
uap. Pemakaian uap pemanas terbanyak berturut - turut, yaitu stasiun rebusan, stasiun
kempa, stasiun pengeringan biji dan inti, serta stasiun pengutipan minyak.
Uap pemanas adalah uap bekas dari turbin atau mesin uap yang dikumpulkan dan
disalurkan dari bejana tekan yang letak di kamar mesin. Dengan demikian, letak stasiun
pemakai pemanas tersebut harus sedekat mungkin dengan kamar mesin. Sementara itu,
ketel uap memakai bahan bakar serabut sehingga letaknya harus sedekat mungkin dengan
stasiun pemisah serabut.
Stasiun penebah harus berdampingan dengan stasiun rebusan dan stasiun kempa
berdampingan dengan stasiun penebah.
2. Pemilihan mesin
Pabrik harus fleksibel dan andal, tetapi harus pula effisien dan mampu
menghasilkan produk dengan mutu yang tinggi. Aliran proses di PKS merupakan suatu
rantai yang berkesinambungan mulai dari awal sampai akhir. Dengan demikian, mata
rantai yang sering aus atau rusak perlu mendapat perhatian dengan diberi kapasitas yang
berlebih atau diberi cadangannya. Jika tidak, akan terjadi penumpukan buah yang tidak
36
habis terolah. Padahal, TBS yang dipanen harus habis diolah pada hari yang sama agar
kadar ALB minyak dapat di pertahankan rendah.
a. Jaminan keandalan
Stasiun terpenting yang harus mendapat perhatian utama adalah stasiun kempa.
Untuk menjamin pencapaian kapasitas olah yang maksimal, di perlukan penambahan satu
kempa cadangan untuk tiap alur produksi (production line). Kemacetan untuk
penggantian suku cadang bisa memakan waktu yang lama. Investasi penambahan kempa
cadangan tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan investasi keseluruhan pabrik.
Ularan pemecah bongkah ampas kempa dan stasiun penghembus serabut perlu
diberi kapasitas maksimum 120% dari kapasitas normal. Silo pengering biji juga perlu
diberi kapasitas penyangga yang cukup besar. Tujuan agar dapat terus menampung biji
jika terjadi kemacetan pada stasiun - stasiun sebelumnya, stasiun biji silo tetap dapat
memberikan umpan penuh untuk stasiun berikutnya. Kapasitas stasiun pengutipan inti
juga perlu cukup longgar agar dapat memberi hasil optimum.
1. Loading ramp berada pada suatu ketinggian dengan salah satu sisinya dilengkapi
sejumlah ruang timbun berlantai miring. Masing-masing dapat memuat 25 ton
TBS yang dilengkapi dengan pintu hydroulic. Ketinggian pelataran diatur agar
bibir talang tepat pada ketinggian sedikit diatas pinggir dinding keranjang
rebusan. Jika pintu dibuka muatan dari masing-masing ruangan, TBS akan
tercurah kedalam keranjang rebusan yang berada tepat dibawah pintu (system
cage and bogi). Jumlah ruang timbun yang disediakan sebanyak 16 ruangan untuk
37
menampung panen 9 jam olah. Jadi, kapasitas timbun pabrik 45 ton/jam, yaitu
400 ton TBS.
2. Untuk stasiun kempa yang dianggap sebagai jantung pabrik, dipasang screw press
(mesin pemisah minyak dari biji dan kulit) sebanyak 4 unit termasuk 1 unit
sebagai cadangan. Kapasitas 15 ton/jam/unit screw press. Dengan demikian,
kapasitas olah 45 ton TBS/jam tetap tercapai.
3. Bejana tekan dibuat cukup besar untuk menyimpan uap keperluan 45 ton
TBS/jam,yaitu kapasitas akhir pabrik, termasuk ukuran pipa masuk dan keluar
sudah di sesuaikan.
4. Penyediaan 2 Unit tangki timbun CPO dengan kapasitas 2000 ton/unit dilengkapi
dengan koil pemanas (1 tangki untuk pengiriman dan 1 tangki lagi untuk
penerimaan hasil produksi). Tujuannya agar saat pengiriman CPO tidak
mengganggu hasil proses sehingga perhitungan rendemen CPO bisa lebih baik.
Kedua tangki timbun tersebut dapt digunakan untuk menampung hasil produksi
selama 3 minggu.
5. Terminal pengiriman minyak dirancang untuk dapat melayani 2 truk tangki
pengangkut CPO pada waktu yang sama. Oleh karena itu, disediakan 2 pompa
pemindahan positif dengan kapasitas minimum 50 ton/jam. Stasiun ini diberi atap
cukup luas.
a. Hasil yang diproduksi oleh tanaman itu sendiri cukup tinggi. Produksi FFB / Ha
TBS antara 20 – 30 ton .
b. Keterlambatan pengangkutan / transportasi akan mempengaruhi proses
pengolahan dan kapasitas pabrik, bila proses pengolahannya terlambat karena
buah yang akan diolah tidak up-to date pemasukannya maka mutu hasil minyak
yang dihasilkan di pabrik akan menurun .
c. Keterlambatan pengangkutan akan menyulitkan kontrol terhadap ekstraksi
minyak, karena kadar air didalam buah tersebut akan turun, yang
mengakibatkan BJR dan ekstrasinya turun, disamping peluang untuk hilangnya
brondolan dan buah dari TPH akan lebih besar .
d. Untuk mempertinggi produksi Kelapa Sawit, dibutuhkan pupuk dalam jumlah
yang besar.
38
Kondisi jalan dan jembatan
Kapasitas truk,
Kecepatan kendaraan
Jarak lokasi panen
Lamanya muat buah di lapangan
Lamanya pembongkaran buah di pabrik
Dump truk
(kap. 5 – 6 ton)
Tergantung jarak
> 12 Tidak langsung Truk biasa
(kap.7 – 10 ton) Tergantung jarak
39
Gambar 4.3 Peta Perencanaan Agroindustri
40