Anda di halaman 1dari 4

Nama : Josua Fernandes

NIM : 1674201378
HUKUM KETENAGAKERJAAN

Aspek Hukum Ketenagakerjaan Sebelum Hubungan Kerja (Pra Employment)


Bidang hukum ketenagakerjaan sebelum hubungan kerja adalah bidang hukum yang
berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga kerja sehingga memiliki keterampilan
yang cukup untuk memasuki dunia kerja, termasuk upaya untuk memperoleh/mengakses
lowongan pekerjaan baik di dalam maupun di luar negeri mekanisme yang harus dilalui oleh
tenaga kerja sebelum mendapatkan pekerjaan. Bidang – bidang tersebut meliputi :
1. Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) atau Penempatan Tenaga Kerja di dalam Negeri
a. Maksud Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri
Antar kerja adalah mekanisme pelayanan kepada pencari kerja untuk memperoleh
pekerjaan, baik untuk sementara waktu maupun tetap kepada pemberi kerja untuk
memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhannya. AKAD adalah antar kerja yang
dilaksanakan antar kantor – kantor wilayah Departement Tenaga Kerja yang satu dengan
yang lainnya dalam suatu wilayah/provinsi. Pengisian lowongan kerja melalui mekanisme
AKAD tersebut merupakan upaya ke arah penyebaran tenaga kerja yang merata dalam
rangka pelaksanaan pembangunan di daerah – daerah yang potensial dengan sumberdaya
alamnya akan tetapi kekurangan dalam sumber daya manusianya.
Program AKAD juga menunjang pelaksanaan transmigrasi untuk membuka lahan
– lahan pertanian maupun pemukiman baru serta sarana dan prasarana transmigrasi
lainnya. Program ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan Pemerintah Daerah setempat
serta instansi – instansi yang ada kaitannya dengan kegiatan tersebut. Istilah Antar Kerja
Antar Daerah (AKAD) kini sudah tidak berlaku lagi dan diganti dengan istilah
Penempatan Tenaga Kerja di dalam Negeri.
b. Persyaratan AKAD/Penempatan Tenaga Kerja di Dalam Negeri
Setiap penempatan tenaga kerja di dalam negeri harus dilaksanakan dengan Surat
Persetujuan Penempatan (SPP). Penggunaan jasa pelaksana penempatan ditetapkan untuk
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Mampu membuat dan menandatangani perjanjian kerja dengan tenaga kerja
 Mempunyai alamat dan nama penanggung jawab yang jelas
 Sanggup dan mampu memenuhi serta melaksanakan keseluruhan isi
perjanjian kerja yang berlaku secara sah.
Setiap calon tenaga kerja yang mempersiapkan untuk dipekerjakan di dalam
negeri harus memenuhi persyaratan umum sebagaimana tersebut di bawah ini :
 Berusia minimal 18 tahun dan memiliki KTP
 Sehat secara mental dan fisik
 Berpendidikan tertentu, memiliki keterampilan atau keahlian sesua dengan
persyaratan jabatan atan pekerjaan yang diperlukan.
 Terdaftar pada Kantor Departement Tenaga Kerja di wilayah tempat
tinggalnya.
Penempatan tenaga kerja lokal antar daerah dilaksanakan secara tertib, efisien,
efektif, dan diberikan kemudahan serta diharapkan mampu memenuhi permintaan pasar
kerja yang sesuai dengan perkembangan kesempatan kerja di dalam Negeri.

2. Antar Kerja Antar Negara (AKAN) atau Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri
a. Lahirnya UU no.39 tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia ke Luar Negeri
Melalui UU no.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Ordonansi tentang
Pengerahan Orang Indonesia untuk Melakukan Pekerjaan di Luar Negeri dinyatakan
tidak berlaku lagi dan diamanatkan penempatan tenaga kerja ke luar negeri di atur
dengan UU tersendiri. Peraturan penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri sudah
seharusnya diatur dengan UU karena :
 Bekerja merupakan hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi,
dihormati, dan dijamin penegakannya
 Hak setiap warga negara untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan
yang layak baik di dalam maupun d luar negeri sesuai dengan keahlian,
keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan
 Dalam kenyataan selama ini tenaga kerja Indonesia yang bekerja diluar
negeri sering dijadikan objek perdagangan manusia, kerja paksa, korba
kekerasan, kesewenang – wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat
manusia serta perlakuan lain yang bertentangan dengan hak asasi manusia
 Negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya baik
yang bekerja di dalam negeri maupun di luar negeri berdasarkan prinsip
persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan gender dan anti
diskriminasi
 Penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri perlu dilakukan secara
terpadu antara instansi pemerintah baik pusat maupun daerah dan peran
serta masyarakat dalam suatu produk hukum yang memadai guna
memberikan perlindungan yang maksimal.
b. Pelaksanaan dan Prosedur Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri
UU no.39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar
Negeri mengenai Pelaksanaan Penempatan TKI dan Prosedur Penempatan ini diatur
sebagai berikut :
1. Lembaga Penempatan Tenaga kerja
Dalam pasal 10 UU no.39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
TKI di Luar Negeri menetapkan pelaksana penempatan TKI di luar negeri yakni :
 Pemerintah
 Pelaksanaan penempatan TKI swasta
Perusahaan yang akan menjadi pelaksana penempatan TKI swasta wajib
mendapat izin tertulis berupa Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI (SIPPTKI) dari
menteri Tenaga Kerja (Pasal 12)
Selain oleh Pemerintah dan pelaksana penempatan TKI swasta, perusahaan
dapat menempatkan TKI di luar negeri untuk kepentingan perusahaannya sendiri atas
dasar izin tertulis dari Menteri (Pasal 26 UU no.39 tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan TKI di Luar Negeri). Penempatan TKI ke luar negeri untuk kepentingan
perusahaan sendiri, harus memenuhi persyaratan :
 Perusahaan yang bersangkutan harus berbadan hukum yang berbentuk
hukum yang dibentuk berdasarkan hukum Indonesia.
 TKI yang ditempatkan merupakan pekerja perusahaan itu sendiri
 Perusahaan memiliki bukti hubungan kepemilikan atau perjanjian pekerjaan
yang diketahui oleh Perwakilan Republik Indonesia
 TKI telah memiliki perjanjian kerja
 TKI telah diikutsertan dalam program jaminan sosial tenaga kerja dan/atau
memiliki polis asuransi
 TKI yang ditempatkan wajib memiiki kartu Tenaga Kerja Luar Negeri
(KTKLN)
2. Tata Cara Penempatan
Kegiatan penempatan TKI ke luar negeri disebutkan dalam Pasal 31 meliputi :
a) Pengurusan surat izin penyerahan
b) Perekrutan dan seleksi
c) Pendidikan dan pelatihan kerja
d) Pemeriksaan kesehatan dan psikologi
e) Pengurusan dokumen
f) Uji kompetensi
g) Pembekalan akhir pemberangkatan
h) pemberangkatan

3. Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan


UU no7 Tahun 1981 tentang wajib lapor tenaga kerja diperusahaan.

4. Wajib Lapor Lowongan


Keputusan Presiden no 4. tahun 1980 tentang wajib lapor lowongan pekerjaan.
Setiap pengusaha atau pengurus perusahaan wajib melaporkan secara tertulis setiap ada
atau akan ada lowongan pekerjaan kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk, yang
memuat:
 Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
 Jenis pekerjaan dan syarat-syarat jabatan yang digolongkan
 Jenis kelamin
 Usia
 Pendidikan, keterampilan, keahlian atau pengalaman.
 Syarat-syarat lain yang dipandang perlu.

5. Pelatihan Kerja
Tugas, wewenang dan tanggung jawab penyelenggaraan latihan kerja diatur
didalam keputusan presiden no 34 tahun 1972 dan instruksi presiden no. 15 tahun
1974.Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja adalah melalui latihan
keja baik yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta. Dengan latihan kerja
dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga kerja dengan memberikan serta meningkatkan
keterampilan dan keahlian guna membentuk sikap kerja, mutu kerja dan produktivitas
kerja.

Pengangguran di Indonesia
Banyaknya jumlah penduduk di Indonesia dan terbatasnya lapangan pekerjaan yang
memadai membuat masalah pengangguran di Indonesia menjadi masalah yang sulit untuk
diatasi oleh pemerintah untuk mengurangi dan menekan angka pengangguran di Indonesia.
Langkah awal untuk mengurangi pengangguran di Indonesia adalah pemerintah perlu
meningkatkan perhatian terhadap pendidikan pada masyarakat. Tingkat pendidikan
pengangguran yang didominasi oleh tamatan SMU kebawah mengindikasi sulitnya
penyerapan angkatan kerja. Tindakan yang dapat dilakukan misalnya perbaikan layanan
pendidikan khususnya pendidikan formal, dan mengurangi angka siswa putus sekolah.
Selain itu penciptaan lapangan pekerjaan sebagai salah satu prioritas dalam
membangun perekonomian adalah tepat dan pemerintah harus konsisten dan pelaksanaanya
atau pencapaian Dalam GBHN bahwa perluasan dan pemerataan tenaga kerja, peningkatan
mutu dan perlindungan tenaga kerja adalah kebijaksanaan yang menyeluruh disemua sektor,
sasaran utama meningkatkan perluasan tenaga kerja, diarahkan pada usaha penanggulangan-
penanggulangan. Pengngguran sebagai akibat tingkat pertumbuhan tenaga kerja cukup tinggi
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang masih belum seimbang atas dasar
masalah penanganan tenaga kerja dititik beratkan pada upaya penempatan tenaga kerja
melalui jalur-jalur kesempatan kerja yang sudah dijelaskan sebelumnya yaitu antara lain :
 Penempatan tenaga kerja dalam negeri
 Penempatan tenaga kerja di luar negeri
 Wajib lapor lowongan
 Wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan
 Pelatihan kerja

Anda mungkin juga menyukai