I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawat-daruratan dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Kegawat-
daruratan merupakan suatu kondisi di mana harus dilakukan tindakan yang cepat dan tepat
karena apabila tidak dilakukan dengan segera dapat menyebabkan kematian. Saat ini
penanganan awal terhadap kegawatdaruratan sudah menjadi hal yang harus diketahui dan
dipelajari oleh setiap orang dan instansi pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah
Sakit. Kegawatan yang sering terjadi diantaranya adalah karena penyakit jantung. Penyakit
jantung merupakan penyakit yang meyebabkan kematian nomor satu di dunia. Lebih dari
17,2 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap harinya akibat penyakit jantung (AHA,
2010). Di Indonesia sendiri belum ada data resmi yang dipublikasikan terkait angka
kematian di Rumah Sakit pertahunnya, namun angka kejadiannya diperkirakan tertinggi
penyakit yang menyebabkan kematian.
Upaya mengatasi kegawatdaruratan pada penyelamatan jiwa (life saving) adalah dengan
mempertimbangkan waktu, karena tantangannya adalah nyawa. Kecepatan pemberian
pertolongan akan sangat berpengaruh kepada keselamatan jiwa korban, atau dengan kata
lain, apabila pertolongan terlambat diberikan maka akan berakibat kematian. Di dalam
Rumah Sakit, upaya untuk menurunkan atau mengurangi angka kejadian Mortality (cardiac
arrest) adalah dengan melakukan pencegahan dan tatalaksana kegawat daruratan baik
tingkat dasar (basic) maupun tingkat lanjut (advance). Pencegahan dapat dilakukan karena
penurunan kondisi pasien dapat terlihat sebelum pasien tersebut mengalami henti nafas
dan jantung, sehingga dibutuhkan Suatu sistem yang terstandar agar sistem deteksi
perburukan kondisi pasien dapat dilakukan oleh setiap petugas kesehatan yaitu dengan
menggunakan Early Warning Scoring System (EWSS).
EWSS adalah sebuah sistem skoring untuk mendeteksi perubahan fisiologis pasien yang
umumnya digunakan di unit rawat inap sebelum pasien mengalami kondisi perburukan,
walaupun saat ini EWS juga dikembangkan untuk area lain seperti di Ruang IGD. Skoring
EWSS juga disertai dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil skoring dari pengkajian
pasien. (Duncan & McMullan, 2012). Early warning score lebih berfokus kepada mendeteksi
kegawatan sebelum hal tersebut terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang
lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat
dihindari, sehingga output yang dihasilkan lebih baik. Di dalam standar akreditasi Rumah
Sakit SNARS, EWS masuk kedalam standar PAP 3.1. Elemen penilaiannya berupa adanya
regulasi pelaksanaan EWS, terdapat bukti bahwa staf klinis sudah dilatih dan mampu
melaksanakan EWS serta tersedianya pencatatan hasil dari EWS. Sehingga staf yang bekerja
di RS mampu melakukan deteksi dini perubahan kondisi pasien sebelum pasien tersebut
mengalami kegawatdaruratan. Upaya selanjutnya dalam mengurangi angka kematian
adalah dengan melakukan tindakan kegawat daruratan medis. Henti jantung dapat terjadi di
mana saja dan kapan saja, sehingga sangat dibutuhkan kemampuan dalam melakukan
pertolongan pertama dan lanjutan. Pertolongan pertama merupakan pertolongan dasar
yang seharusnya dapat dilakukan oleh siapa saja petugas yang ada di Rumah sakit.
Pertolongan lanjutan membutuhkan keahlian yang lebih sehingga dibutuhkan tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan tingkat lanjut (advance). Kemampuan individu dalam
penanganan kegawatdaruratan harus didukung juga oleh kemampuan dari infra struktur
dari lingkungan kerja itu sendiri, sehingga akan terbentuk sistem penanganan kegawat
daruratan yang baik di Rumah Sakit yaitu dengan Code Blue System maupun Triage IGD.
Code Blue merupakan kode panggilan keadaan darurat yang menandakan adanya pasien
yang mengalami henti jantung atau henti napas. Di dalam standar akreditasi Rumah Sakit
SNARS, Code blue system masuk kedalam standar PAP 3.2. Code Blue system adalah sebuah
sistem komunikasi dan koordinasi yang diaktifkan saat terjadi Code Blue. Saat ini mulai
berkembang bahwa Code Blue System diaktifkan juga pada saat mengidentifikasi
perburukan kondisi klinis pasien sebelum terjadinya henti jantung dan henti nafas. Tujuan
dari dibentuknya Code Blue System adalah agar saat terjadi perburukan kondisi pasien
khususnya kegawatan jantung, semua sumber daya yang ada dapat digunakan untuk
memberikan dukungan langsung maupun tidak langsung. Code blue system ini
membutuhkan beberapa aspek infra struktur agar dapat berjalan dengan baik, seperti ;
jumlah dan kompetensi sumber daya manusia (SDM), peralatan, sistem komunikasi dan
sistem transportasi.
Saat ini, sudah banyak pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan untuk memenuhi tuntutan
dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Seperti pelatihan basic life support
(BLS), BTCLS, SPGDT (Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu atau lainnya yang sejenis.
Namun, kegiatan tersebut hanya fokus kepada kemampuan atau keterampilan individu
semata. Pertanyaannya adalah bagaimana selanjutnya, apakah mereka yang sudah
mengikuti pelatihan dapat bekerja secara tim atau bekerja di dalam sebuah sistem? apakah
pelatihan tersebut dapat mengurangi angka kejadian kegawatan dan kematian di RS? dan
apakah sistem penanganan kegawatan itu sendiri sudah ada? Dengan Code Blue System ini
maka semua unsur sumber daya yang ada di Rumah Sakit dapat dikerahkan dan digunakan
untuk memberikan pertolongan kepada pasien yang mengalami kegawatan.
Triage system adalah suatu proses memilah dan memilih pasien berdasarkan beratnya
penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik berdasarkan prioritas dan penyebab
ancaman hidup. Triase dilakukan di ruang IGD RS untuk mengidentifikasi korban dengan
kondisi yang mengancam jiwa untuk kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau
dievakuasi ke fasilitas kesehatan. Berbagai macam metode system triase yang berlaku
diantaranya adalah system triase dengan menggunakan system Australian Triage Scale (ATS)
yang banyak digunakan oleh RS di Indonesia. Di dalam standar akreditasi Rumah Sakit
SNARS, sistem Triase masuk ke dalam standar Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas
Pelayanan (ARK) yang menyebutkna bahwa Rumah Sakit mampu menetapkan regulasi
tentang penerimaan pasien di rawat inap atau pemeriksaan pasien di rawat jalan sesuai
dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini sistem triase masuk kedalam standar
ARK 1.1 yang mengatakan bahwa Rumah Sakit mampu melaksanakan tindakan prioritas
untuk assesment dan tindakan pada pasien dengan kebutuhan darurat, sangat mendesak
atau yang membutuhkan pertolongan segera termasuk bagaimana melakukan evakuasi dan
transfortasi.
B. Filosofi Pelatihan
Live – bahwa agar suatu pengetahuan bisa diserap dan diinternalisasi oleh orang dewasa
yang menjadi peserta belajar, maka pengetahuan tersebut perlu memiliki nilai praktis bagi
kehidupan mereka. Lewat prinsip ini, pelatih membantu peserta untuk menemukan sendiri
kebutuhan belajarnya, hambatan-hambatan internal yang menyebabkan ‘mental block’,
masalah yang ingin dipecahkan, keterampilan yang ingin dikuasai, serta kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari peserta.
Learn – Setelah peserta belajar menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, dan sikap
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi mereka dalam kehidupan sehari-hari,
maka mereka perlu diberikan kesempatan berlatih. Oleh karena itu, peran pelatih adalah
memastikan adanya pengalaman praktek dan proses “menemukan sendiri” lewat berbagai
kegiatan seperti diskusi, praktek lapangan. Proses belajar yang efektif tidak hanya menyasar
area kognitif, melainkan menyentuh area afektif serta mengembangkan seperangkat
ketrampilan dasar yang memampukan perubahan-perubahan lebih lanjut terjadi pada
peserta.
Laugh –Manusia tidak bisa belajar bila merasa tegang atau di bawah tekanan. Oleh karena
itu, pelatih selalu memastikan bahwa proses belajar berlangsung santai dan menyenangkan.
Lewat berbagai permainan, peserta diajak untuk tertawa dan menikmati proses belajarnya
sehingga pelatihan bisa benar-benar menjadi kesempatan bagi peserta untuk berlajar,
menyeimbangkan proses kognitif dan berpikir logis dengan proses intuitif serta kreativitas,
sekaligus beristirahat sejenak dari rutinitas mereka.
C. Landasan Hukum
1. UU Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. UU RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. UU RI Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
5. Permenkes No. 17 Tahun 2013 tentang Perubahan Permenkes No 148 tahun 2010
tentang Praktik Perawat
B. Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan dalam mengidentifikasi kondisi pasien
yang akan mengalami kegawatdaruratan di Rumah Sakit dengan Early Warning Scoring
Score (EWSS)
2. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan mengenai konsep dasar code blue dan
triase system dalam penanganan kegawat-daruratan pasien di rumah sakit
3. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan mengenai bantuan hidup dasar
(BHD/BLS) sesuai rekomendasi AHA 2015
4. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan mengenai bantuan hidup lanjut
(BHL/ACLS) sesuai rekomendasi AHA 2015 : Management Aritmia, obat-obatanan
emergency, defibrilasi dan kardioversi.
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan mengenai tatalaksana
awal pasien dengan kasus trauma
6. Meningkatkan keterampilan peserta pelatihan mengenai code blue system melalui
simulasi code blue system di Rumah Sakit
7. Meningkatkan keterampilan peserta pelatihan mengenai Triage system melalui simulasi
Triage system di IGD Rumah Sakit
8. Melakukan rancangan pembentukan sistem dan sumber daya yang ada di Rumah Sakit
untuk mendukung proses pelaksanaan sistem EWS, Triage dan Code Blue system di RS
IV. Struktur Program
Materi Jumlah JPL
Total
T P PL
Konsep Pencegahan dan penatalaksanaan ke gawatdaruratan 1 1
di RS menurut standar akreditasi Rumah sakit ( versi SNARS )
Tiage System 1 1
Code blue system di RS 1 1
EWSS 1 1
Materi Inti
Tatalaksana dasar penanganan pasien dengan trauma 2 2
stabilisasi evakuasi dan transfort
Bantuan hidup dasar / BLS ( AHA 2015 ) 1 1 2
Bantuan Hidup Lanjut / ACLS ( AHA 2015 ) 1 1 2
Simulasi Penggunaan EWSS 1 1 2
Simulasi triage IGD system dikelas 2 2
Simulasi code blue system dikelas 2 2
Simulasi triage IGD system diruangan 2 2
Simulasi code blue system di ruangan 2 2
Catatan: T: Teori, P: Penugasan, PL: Praktik Lab & Lapangan.
(1 Jpl = 45 menit di Kelas, dan 60 menit Praktik Lab & Lapangan)
mengalami 5. Oksigen
Portable
kegawatdaruratan
di Rumah Sakit 6. Set
Intubasi
dengan Early
Warning Scoring 7. Set Infus
Score (EWSS) 8.
Defibrilator
9. Monitor
dan
2. Meningkatkan
Assesories
pengetahuan Lengkap
peserta pelatihan 10. set
mengenai konsep pemberian
obat dan
dasar code blue Obat-obatan
dan triase system emergency
5. Meningkatkan
pengetahuan dan
keterampilan
peserta pelatihan
mengenai
tatalaksana awal
pasien dengan
kasus trauma
6. Meningkatkan
keterampilan
peserta pelatihan
mengenai code
blue system
melalui simulasi
code blue system
di Rumah Sakit
7. Meningkatkan
keterampilan
peserta pelatihan
mengenai Triage
system melalui
simulasi Triage
system di IGD
Rumah Sakit
8. Melakukan
rancangan
pembentukan
sistem dan
sumber daya yang
ada di Rumah
Sakit untuk
mendukung
proses
pelaksanaan
sistem EWS,
Triage dan Code
Blue system di RS
X. Susunan Acara
Jum’at/30
november Konsep EWSS 1 1 Jam Ns. Yudi Elyas, S.Kep
2018/09.0
0-10.00
Jum’at/30
november Simulasi Penggunaan EWSS 2 1 Jam Ns. Yudi Elyas, S.Kep
2018/10.1 45
5-12.00 Menit
Jum’at/30
november Konsep code blue System di 1 2 jam Puji Raharja Santoso,
2018/13.0 RS Skep., Ns., Mkep., Sp
0-15.00 KMB
Jum’at/30 Review BLS dan ACLS AHA 1 45 Ns. Yudi Elyas, S.Kep
november 2015 menit
2018/15.1
5-16.00
Jum’at/30 simulasi BLS dan ACLS AHA 2 45 Ns. Yudi Elyas, S.Kep
november 2015 oleh tim code blue menit
2018/16.0 dikelas
0-16.45
workshop / briefing 15 TIM
Jum’at/30 pembentukan tim code blue menit
november RS
2018/16.4
5- 17.00
Sabtu/1 Konsep triage system di RS ( 1 30 Puji Raharja Santoso,
Desember system ATS ) menit Skep., Ns., Mkep., Sp
2018/08.0 KMB
0-08.30
Sabtu/1 1 30
Desember Evaluasi simulasi dan menit TIM
2018/16.3 penutupan
0-17.00
XI. Penutup
Lampiran:
CV Narasumber
IDENTITAS DIRI
NIRA : 31720177465
Agama : Islam
Alamat : Balai Pustaka III No04 A RT/RW 004/010 Rawamangun Pulo Gadung Jakarta
Timur
Telepon : 081315437329
Email :-
1 SDN 1998
2 SLTP 1991
3 SMU 1994
5 S1 Keperawatan 2008
PENGALAMAN KERJA
MASA
NO JABATAN TEMPAT KERJA
KERJA
Perawat
2 Pelaksana di Kalba Hospital, UAE 2 th
Kalba Hospital,
UAE
Kepala
Ruangan IGD
Coordinator
4 RSUP Persahabatan 1 th
pelayanan
Keperawatan
IGD
5 RSUP Persahabatan 3 th
PENGALAMAN ORGANISASI
MASA
NO JABATAN NAMA ORGANISASI
KERJA
IDENTITAS DIRI
NIRA : 31730118302
Agama : Islam
Telepon : 081316006831
Email : yudielyas@gmail.com
1 SDN 1993
2 SLTP 1996
3 SMU 1999
5 S1 Keperawatan 2013
7 Magister Keperawatan -
8 Spesialis Keperawatan -
dst -
RIWAYAT PENDIDIKAN NON FORMAL KEPERAWATAN
IDI RSCM
PENGALAMAN KERJA
MASA
NO JABATAN TEMPAT KERJA
KERJA
PJ mutu PJT
2 RSCM RSCM
Supervisor
Rawat inap PJT
3 RSCM RSCM
PENGALAMAN ORGANISASI
MASA
NO JABATAN NAMA ORGANISASI
KERJA
No : Jakarta, 01 November
2018
Lamp : 1 ( Satu )
Prihal : Permohonan
Kepada Yth
Ketua DPW PPNI JAKARTA
Di
Tempat:
Assalamu’alaikum Wr, Wb
Dengan hormat,
Puji syukur kita panjatkan dengan teriring do’a semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat melaksanakan aktivitas
sebagaimana mestinya.
Sehubungan akan dilaksanakannya kegiatan pelatihan dengan tema PELATIHAN EWS,
CODE BLUE SYSTEM & TRIAGE IGD SYSTEM yang akan dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Jum’at dan Sabtu, 30 November dan 1 Desember 2018
Waktu : 08.00 s/d 17.00 WIB
Tempat : Aula RSUD Tugu Koja
Maka kami selaku panitia bermaksud memohon kepada bapak / ibu untuk memberikan
Standar Kredit Point ( SKP ). Demikian surat permohonan ini kami sampaikan, atas
perhatian dan kerjasama Saudara kami ucapkan terima kasih.
PANITIA PELAKSANA
No : Jakarta, 01 November
2018
Lamp : 1 ( Satu )
Perihal : Permohonan
Kepada Yth
Ketua DPD PPNI JAKARTA UTARA
Di
Tempat:
Assalamu’alaikum Wr, Wb
Dengan hormat,
Puji syukur kita panjatkan dengan teriring do’a semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat melaksanakan aktivitas
sebagaimana mestinya.
Sehubungan akan dilaksanakannya kegiatan pelatihan dengan tema PELATIHAN EWS,
CODE BLUE SYSTEM & TRIAGE IGD SYSTEM yang akan dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Jum’at dan Sabtu, 30 November dan 1 Desember 2018
Waktu : 08.00 s/d 17.00 WIB
Tempat : Aula RSUD Tugu Koja
Maka kami selaku panitia bermaksud memohon kepada bapak / ibu untuk memberikan
rekomendasi ke DPW untuk mendapatkan Standar Kredit Point ( SKP ). Demikian surat
permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama Saudara kami ucapkan terima
kasih.
PANITIA PELAKSANA