Anda di halaman 1dari 6

NAMA : PUJI WIRANTI

NIM : D 1051151002
MATA KULIAH : EKONOMI LINGKUNGAN

“DAMPAK PENCEMARAN AIR SUNGAI KAPUAS TERHADAP USAHA


BUDIDAYA IKAN DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG
(KJA) DI SUNGAI KAPUAS, KALIMANTAN BARAT”

Indonesia memiliki sungai yang sangat banyak dimana sungai di Indonesia


banyak dijadikan sebagai sumber kehidupan dan juga sumber aktifitas
perekonomian di era modern ini.Selain sebagai sarana irigasi dan juga sumber air
minum, kegiatan seperti adanya pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pariwisata,
dan juga kegiatan perekonomian yang lainnya menunjukkan betapa vital peranan
sungai untuk kehidupan masyarakat dan juga makhuk hidup lainnya yang tinggal
di sungai. Salah satu sungai yang menjadi sumber aktifitas perekonomian yaitu
sungai Kapuas.

Sungai Kapuas merupakan aliran sungai yang bermula dari aliran hulu di
daerah Kapuas Hulu yang mengalir dan bermuara di daerah sekitar kota Pontianak
dengan panjang aliran 1.143 Km. Sungai ini dinamakan sungai Kapuas karena
memang diambil dari nama daerah hulunya yaitu Kapuas Hulu, seiring dengan
perkembangannya nama sungai ini menjadi sungai Kapuas. Sungai Kapuas ini
menjadi rumah bagi sekitar 700 habitat ikan dimana 12 jenis diantaranya
merupakan jenis ikan langka. Sungai Kapuas merupakan sumber kehidupan bagi
masyarakat terutama yang tinggal di sekitar aliran sungai Kapuas itu sendiri salah
satunya dengan budidaya ikan dengan keramba jaring apung. Efek ekonomi dari
kegiatan budidaya ikan air tawar ini juga sangat membantu perekonomian
masyarakat di sepanjang aliran sungai Kapuas.

Pencemaran air di sungai Kapuas bukan hanya disebabkan adanya KJA


(keramba jaring apung) yang menyebabkan TDS tinggi akibat pakan ikan dan
kotoran ikan, pencemaran juga disebabkan karena Sungai Kapuas dijadikan
pembuangan limbah industri, penggunaan pupuk dan pestisida kimia pada
pertanian di hulu Kapuas, serta tempat pembuangan limbah pemukiman. Dampak
pencemaran air pada sungai Kapuas dirasakan pada sektor perikanan yaitu
menurunnya produktivitas ikan pada KJA. Penurunan produktivitas KJA
dirasakan oleh pembudidaya ikan dengan meningkatnya FCR (Feed Convertion
Ratio) dari 1,5 menjadi 2. Peningkatan FCR menyebabkan penurunan keuntungan
budidaya ikan sistem KJA sehingga memberikan dampak secara ekonomi pada
sektor perikanan.

Hubungan ekonomi dengan lingkungan yaitu terjadi kesejajaran antara


pemeliharaan yang diperlukan untuk aset material dan pemeliharaan aset
lingkungan. Perlindungan aset lingkungan, sebagai suatu masukan untuk
pertumbuhan, diperlukan untuk penghasilan ekonomi yang berkelanjutan dan
keberlanjutan ekonomi jangka panjang. Implikasi dari peran tersebut adalah
bahwa lingkungan merupakan komponen penting dari sistem ekonomi. Artinya
bahwa tanpa adanya lingkungan maka sistem ekonomi tidak akan berfungsi. Ini
menyiratkan bahwa dalam sistem ekonomi, nilai lingkungan harus diperlakukan
sama, seperti halnya perlakuan terhadap nilai aset yang lain (tenaga kerja dan
modal) yakni sebagai aset ekonomi. Ini berarti pula bahwa jika ekonomi ingin
diperbaiki, maka kualitas sumberdaya alam dan lingkungan perlu dipertahankan.
Pembangunan ekonomi saling berkaitan satu sama lain sehingga kebijaksanaan-
kebijaksanaan pertanian dapat berakar pada degradasi lahan, air, dan hutan. Juga
ekonomi dan ekologi harus dipadukan dalam proses pengambilan keputusan dan
pembuatan hukum tidak hanya untuk melindungi lingkungan, namun juga untuk
melindungi dan meningkatkan pembangunan.

Permasalahan pencemaran tersebut belum dapat diselesaikan dengan


kebijakan pengelolaan sungai yang ada. Dengan demikian perlu adanya penelitian
mengenai dampak ekonomi pencemaran air terhadap budidaya ikan sistem KJA
serta solusi kebijakan penanganan pencemaran air untuk pengelolaan sungai
Kapuas yang lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian berupaya
untuk memecahkan permasalahan tersebut dengan tujuan: (1) mengidentifikasi
faktor-faktor pencemaran air apa saja yang mempengaruhi kegiatan perikanan
budidaya, (2) menganalisis pengaruh pencemaran air terhadap kegiatan perikanan
budidaya, (3) mengestimasi nilai kerugian akibat pencemaran air terhadap
kegiatan perikanan budidaya di sungai Kapuas, (4) mengkaji perbaikan kebijakan
pengelolaan air di sungai Kapuas secara lestari.

Faktor –faktor yang mempengaruhi budidaya ikan terdiri dari fisika,


kimia, dan biologi. Faktor fisika yang mempengaruhi antara lain temperatur,
residu terlarut, zat tersuspensi, transparansi, kekeruhan, kedalaman, dsb. Faktor
fisika ini mempengaruhi keberlangsungan hidup ikan , seperti contohnya air
dengan TDS yang tinggi. TDS yang tinggi diakibatkan oleh sisa – sisa pakan yan
tidak termakan dan kotoran ikan serta faktor dari luar seperti pada musim kemarau
membuat TDS sungai kapuas tinggi dan dari kegiatan lainnya. TDS yang tinggi
mengakibatkan kekeruhan dan mengurangi trasnparasi pada air. Hal ini dapat
menyebabkan ikan kekurangan cahaya dan stress.

Faktor yang mempengaruhi kondisi kimia perairan antara lain pH, H2S,
amonia, oksigen terlarut, COD, BOD, logam berat, dsb. Faktor yang
mempengaruhi kondisi biologi perairan merupakan jumlah bakteri, virus, atau
plankton yang hidup diperairan seperti bakteri E. coli, Coliform, dan lain-lain.
Toksisitas logam-logam berat yang melukai insang dan struktur jaringan luar
lainnya, dapat menimbulkan kematian terhadap ikan yang disebabkan oleh proses
anoxemia, yaitu terhambatnya fungsi pernapasan yakni sirkulasi dan eksresi dari
insang. Oksigen diperlukan ikan untuk melakukan pernapasan yang digunakan
sebagai bahan bakar pembakaran makanan untuk menghasilkan energi. Oleh
karena itu ketersediaan oksigen akan menentukan aktivitas ikan.
Pengaruh pencemaran air terhadap perikanan budidaya yaitu semakin
banyak beban pencemar akan semakin tidak bagus kualitas air . Kualitas air yang
tidak bagus dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan budidaya. Semakin
jelek air sungai kapuas maka akan semakin banyak ikan yang mati. Hal ini tentu
akan merugikan pemilik keramba karena akan menurunkan produktifitas ikan.
Penurunan produktifitas ikan ini akan berdampak pada ekonomi sektor perikanan
seperti mahalnya harga ikan dan sebagainya. Selain iu juga kualitas air yang tidak
bagus akan mempengaruhi kualitas ikan. Hal ini dikarenakan ikan yang
terkontaminasi logam ataupun pestisida yang terdapat pada air sungai Kapuas.

Valuasi kerusakan air, nilai ekonomi total merupakan konsep yang sesuai
untuk memperhitungkan biaya atau kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu
kegiatan. Nilai kerusakan pada perikanan budidaya sistem KJA diestimasi dengan
menggunakan metode pendekatan produktivitas dan Economic Loss. Pengaruh
pencemaran air akan berdampak pada keberlangsungan hidup ikan budidaya
dalam jangka panjang sehingga penting untuk mengetahui kerugian yang
ditimbulkan. Kehilangan sumberdaya air yang bersih berdampak pada kerugian
ekonomi pengguna air tersebut. Kerugian tersebut dapat dilihat dari jumlah
produksi yang dihasilkan (produktivitas) yang berkurang akibat pencemaran air.
Oleh karena itu pentingnya menjaga kualitas air agar tetap terjaga dan tidak
menimbulkan kerugian pada budidaya ikan.

Masalah yang ditimbulkan dari tercemarnya sumberdaya air sungai


Kapuas dapat menimbulkan kerugian bagi pengusaha budi daya ikan di sekitar
sungai Kapuas. Oleh karena itu harus adanya solusi atau penangan dari masalah
kerusakan air sungai Kapuas ini. Solusi yang dapat dilakukan untuk penanganan
pencemaran yaitu :

1. Adanya peraturan mengenai larangan membuang limbah


domestik langsung pada sungai.
2. Adanya hukuman bagi pelanggar untuk efek jera

3. Penguunaan pestisida organik

4. Adanya upaya perbaikan kualitas air

Sedangkan solusi untuk budidaya ikan dapat dilakukan dengan cara


sebagai berikut :

 Adanya pembatasan jumlah KJA ( Keramba Jaring Apung )

 Adanya pemungutan pajak pada setiap pengusaha budidaya ikan.

 Pembentukan payung hukum yang melandasi pemungutan pajak


progresif oleh BPWC dalam membatasi jumlah KJA serta
dilakukan pengawasan secara berkala.

 Pembentukan peraturan yang melarang penggunaan pelampung


KJA yang terbuat dari styrofoam serta dilakukan pengawasan
secara berkala.

 Pemasangan penyaring sampah

 Pembersih biologis dengan restocking ikan yang memakan kotoran


dan lumut

 Penarikan Keramba Jaring Apung yang tidak ramah lingkungan


(pelampung terbuat dari styrofoam) dan Keramba Jaring Apung
yang sudah tidak terpakai.

 Sosialisasi penggunaan kincir air pada setiap KJA untuk


meningkatkan kadar DO perairan sungai Kapuas.

Anda mungkin juga menyukai