Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Ilmu Sosial Budaya Dasar

MATERI :
FAKTOR SOSIAL BUDAYA TERHADAP KEKERASAN PADA PEREMPUAN
FAKTA KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN YANG TERJADI
DI MASAYARAKAT

DOSEN PENGAMPU : SURIYATI, S.ST, M.keb

DISUSUN OLEH :
RIADELA NUR AMANAH F0G017038

PRODI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TA.2017/2018
RANGKUMAN

Kekerasaan terhadap perempuan menurut Deklarasi penghapusan segala bentuk


kekerasaan terhadap perempuan, segala bentuk tindakan kekerasaan yang berbasis gender,
akan mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan terhadap perempuan ,termasuk ancaman
,paksaan , pembatasaan kebebasan ,baik yang terjadi diarea public maupun domestic
Di Indonesia masih banyak terjadi masalah kekerasan terhadap perempuan berbagai kasus
yang mengakibatkan terjadinya kekerasan terhadap perempuan yaitu kekerasan Fisik maupun
mental kekerasan ini biasanya disebabkan banyak faktor ekonomi, hubungan keluarga yang
tidak harmonis dan sebagainya.
Menurut Evanrisan, Direktur Legal Resource Center untuk keadilan Gender dan Hak
Asasi Manusia (LRC – KJHAM) kekerasan terhadap perempuan justru dilakukan oleh orang-
orang terdekatnya dimana peristiwa ini telah menyimpang dari budaya karena angka
kekerasan menunjukan suatu kondisi yang benar-benar memprihatinkan.
Kekerasan terhadap perempuan sebagai masalah global, sudah mencemaskansetiap
negara di dunia, tidak saja negara-negara yang sedang berkembang tetapi juga termasuk
negara-negara maju yang dikatakan sangat menghagai dan peduli terhadap HAM seperti
Amerika Serikat. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, menyandang
predikat buruk dalam masalah pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM yang salah
satu diantaranya pelanggaran HAM perempuan.
Pelanggaran HAM perempuan tersebut dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan terhadap
perempuan .Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi di mana saja (di tempat umum, di
tempat kerja, dilingkungan keluarga (rumah tangga) dan lain-lainnya.Dapat dilakukan oleh
siapa saja (orang tua, saudara laki-laki ataupun perempuandan lain-lainnya dan dapat terjadi
kapan saja (siang dan malam). Kekerasan terhadap perempuan yang menjadi sorortan tulisan
ini yakni kekerasan terhadap perempuan yang lokusnya dala rumah tangga.Dewasa ini
kekerasan terhadap perempuan sangat mencemaskan banyak kalangan terutama kalangan
yang peduli terhadap perempuan.

A. FAKTOR SOSIAL BUDAYA TERHADAP KEKERASAN PADA PEREMPUAN


2.1 Pengertian
Kekerasaan terhadap perempuan , yaitu setiap tindakan kekerasaan berdasarkan
gender yang menyebabkan atau dapat menyebabkan kerugian atau penderitaan fisik ,seksual
atau psikolog terhadap perempuan ,termasuk ancaman untuk melaksakan tindakan tersebut
dalam khidupan masyarakat dan pribadi (Beijing platform of action no.113 dalam herlina.
Apong: 2012)
1. Kekerasaan terhadap perempuan menurut Deklarasi penghapusan segala bentuk
kekerasaan terhadap perempuan, segala bentuk tindakan kekerasaan yang berbasis gender,
akan mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan terhadap perempuan ,termasuk ancaman
,paksaan , pembatasaan kebebasan ,baik yang terjadi diarea public maupun domestic (pasal 1
Deklarasi).
2. Menurut Komnas Perempuan (2001) menyatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan
adalah segala tindakan kekerasan yang dialkukan terhadap perempuan yang berakibat atau
kecenderungan untuk mengakibatkan kerugian dan penderitaan fisik, seksual, amupun
psikologis terhadap perempuan, baik perempuan dewasa atau anak perempuan dan remaja.

2.2 Kekerasan Berbasis Pada Gender


Kekerasan ini berakar pada nilai-nilai social yang berkembang di dalam masyarakat
yang menempatkan perempuan pada posisi subordinat terhadap laki-laki. Oleh karena itu
Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP) disebut juga Kekerasan Berbasis Gender (KBG).
1. Pengertian Gender
Suatu presepsi masyarakat yang membedakan peran dan posisi perempuan dan laki-laki di
dalam keluarga dan masyarakat yang diturunkan seacra cultural dan menjadi kepercayaan
turun temurun yang diyakini sebagai ideologi.
2. Kaitan Ideologi Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan
Ideologi Gender adalah perbedaan posisi perempuan dan laki-laki yang diyakini sebagai
kodrat dari Tuhan. Ideologi ini mempengaruhi keyakinan bagaimana seharusnya perempuan
dan laki-laki berpikir dan bertindak. Perbedaan ini menciptakan ketidak adilan bagi
perempuan dalam bentuk subordinasi, dominasi, diskriminasi, marginalisasi yang merupakan
sumber utama tindak kekerasan pada perempuan. Kecenderungan ini terjadi karena:
· Posisinya dibawah laki-laki
· Bukan kepala Rumah Tangga (RT)

· Kodrat perempuan halus


· Melayani
· Menjadikan perempuan sebagai property barang milik laki-laki
2.3 Bentuk- Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan
a. Bentuk kekerasan secara umum
Bentuk kekerasan terhadap perempuan dapat dibedakan sebagai kekerasan fisik, kekerasan
emosional, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi.
· Kekerasan fisik
Berupa tindakan pemukulan, penyiksaan yang menimbulkan deraan fisik bagi perempuan
yang menjadi korban.
· Kekerasan emosional
Berupa tindakan pencemoohan, pengucilan, tidak memberikan nafkah (bagi istri) serta
tindakan-tindakan yang lain bertujuan untuk merendahkan martabat perempuan dan
menelantaran atau mengabaikan kepentingan.
· Kekerasan seksual
Berupa tindakan agresi seksual berupa perkosaan, pencabulan, maupun pelecehan seksual.
· Kekerasan ekonomi
Adalah pengabaian hak ekonomi, tidak member nafkah padahal istri tidak mempunyai
peluang untuk mencari nafkah sendiri, atau justru melakukan pemerasan dan eksploitasi
ekonomi.

2.4 Penyebab Kekerasan Terhadap Perempuan


Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan suami terhadap istri, antara
lain:
1) Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa anak
laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran.
2) Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.
3) Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus ditutup karena
merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial.
4) Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri, kepatuhan
istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi bahwa laki-laki boleh
menguasai perempuan.
5) Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.
6) Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.
7) Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak.
8) Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.
9) Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang sering
melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.

2.5 DAMPAK KEKERASAN PADA PEREMPUAN


Dampak kekerasan pada perempuan cukup serus baik buat perempuan itu sendiri
maupun bagi anak-anaknya. Secara psikologis, korban akan diliputi oleh perasaan
tertekan,depresi dan hilangnya rasa percaya diri secara fisik, berupa luka-luka, cacat
permanen, hingga kematian. Dampak kekerasan dapat dibedakan menurut sifat dan waktu.
1. Dampak menurut sifat
a. Dampak fisik
Dampak fisik menurut kekerasan terhadap perempuan dapat berupa luka-luka, cacat
permanen hingga kematian
Benturan berakibat memar luar /dalam, patah tulang maupun cacat fisik secara permanen)
Gangguan pada sistem saraf pusat,
Gangguan alat reproduksi, gangguan kehamilan
penyakit menular seksual termasuk HIV-AIDS

b. Respon fisik yang menyertai pnyerangan seksual


1. Kehilangan nafsu makan
2. Gangguan tidur (insomnia, mimpi buruk, sulit tidur)
·
c. Dampak psikologis
Berupa trauma yang dialami sebagian besar korban. Bentuk trauma berbeda antara
satu korban dengan korban lainnya. Trauma ini tergantung dari usia korban serta bentuk
kekerasan yang dialami korban. Trauma dapat berupa ketakutan bertemu dengan orang lain,
mimpi buruk atau ketakutan saat sendiri.
Gangguan emosional, gangguan tidur atau makan, mimpi buruk, ingat kembali kejadian
lampau
ketidakpercayaan terhadap laki-laki
Ketakutan pada hubungan intim
Perasaan sangat marah
perasaan bersalah
Malu dan terhina.
Dampak lebih lanjutan perilaku anti sosial, perasaan tidak berdaya, perilaku bunuh diri, harga
diri rendah, kecemasan, depresi, sulit tidur atau makan. Sebagai cara untuk menghadapi
situasi kekerasan, perempuan dapat menunjukkan perilaku seperti minum alcohol, merokok,
penyalahgunaan obat-obatan, mempunyai banyak pasangan atau upaya bunuh diri.
– Dampak lebih besar terjadi apabila lingkungan korban tidak mendukung korban.
Akibatnya, korban menjadi malu dan rendah diri.Banyak korban yang akhirnya harus pindah
dari sekolah karena selalu menjadi bahan perbincangan guru dan teman di
sekolahnya.Bahkan ada keluarga korban yang harus pindah tempat tinggal karena dianggap
telah membuat cemar lingkungan tempat tinggalnya.
Dampak jangka panjang terjadi jika korban kekerasan tidak mendapat penanganan dan
bantuan (konseling psikologis) yang memadai, misal munculnya sikap atau persepsi negatif
terhadap laki-laki atau terhadap seks. Dampak yang lain adalah trauma, yaitu “luka jiwa”
yang disebabkan karena seseorang mengalami sesuatu diluar batas normal(berdasarkan
standar dirinya sendiri).
– Dapat juga muncul mimpi-mimpi buruk(nightmares)

d. Dampak sosial
Dampak sosial kekerasan terhadap perempuan dapat berupa dikucilkan dari
masyarakat.

2. Dampak menurut waktu


a. Dampak jangka pendek
Dampak jangka pendek biasanya dialami beberapa saat hingga beberapa hari.
Secarafisik muncul dalam bentuk gangguan pada organ reproduksi (infeksi, kerusakan
selaput darah, dsb) dan luka-luka pada bagian tubuh yang lain,akibat perlawanan atau
penganiayaan fisik. Secara psikologis, biasanya korban merasa sangat marah, jengkel, merasa
bersalah, malu dan terhina. Gangguan ini biasanya menyebabkanbkesulitan tidur (insomnia)
dan kehilangan nafsu makan.
b. Dampak jangka panjang
Dampak jangka panjang berupa sifat atau persepsi yang negatif terhadap terhadap diri
sendiri maupun terhadap laki-laki. Dampak jangka panjangdapat terjadi apabila korban tidak
mendapatkan penanganan dan bantuan yang menadai.

B. FAKTA KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN YANG TERJADI


DI MASAYARAKAT
Kekerasan yang terjadi pada perempuan tidak memandang usia. Kekerasan ini dapat
menimpa anak-anak, remaja dan dewasa.
Beberapa contoh kasus yang ditemukan:
· Seorang perempuan berusia 25 tahun, hamil 5 bulan, sering dipukuli suaminya. Saat
dating ke PKT, kornea mata kanan robek ditusuk dengan gunting. Suami lari meninggalkan
rumah kontrakan. Pada investigasi selanjutnya ternyata nikah dibawah tangan dengan surat
nikah palsu. Di Jakarta tidak punya sanak saudara, juga tidak ada penghasilan.
· Seorang perempuan dating ke PKT dengan luka memar di sekitar mulut dan hidung
akibat ditinju suami. Menurut klien yang sudah empat hari tinggal dengan suami, klien kesal
dan menyuruh suami untuk memulangkan anak-anak. Klien marah mendengarkan kata-kata
pelaku dan balas memaki. Suami naik pitam dan akhirnya meninju wajah klien.sejak
mengandung anak kedua kliean mulai sering mendapatkan kekerasan dari suami, mulai
diusir, caci maki sampai dianiaya secara fisik.

B. 9 FAKTA KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN YANG TERJADI


DI MASAYARAKAT
9 Fakta Kekerasan yang Masih Mengancam Perempuan di Dunia
Jakarta, IDN Times - Kekerasan terhadap perempuan masih marak terjadi, tak hanya di
Indonesia, tapi juga di negara-negara lain. Di Indonesia sendiri ada 348.446 kasus kekerasan
terhadap perempuan sepanjang 2017.
Angka dari Komnas Perempuan ini naik sekitar 25 persen bila dibandingkan jumlah kasus
kekerasan yang terjadi pada 2016, yakni 259.150 kasus. Tak mengejutkan jika kekerasan
terhadap perempuan menjadi salah satu isu yang diangkat dalam peringatan Hari Perempuan
Internasional yang jatuh hari ini, Kamis (8/3).
Situs unwomen.org mencatat setidaknya ada 9 jenis kekerasan yang menimpa perempuan di
dunia, mulai dari kekerasan fisik sampai kekerasan psikologis. Berikut adalah catatan hitam
kekerasan terhadap perempuan dunia.
1. Sebanyak 35 persen perempuan di dunia mengalami kekerasan seksual
ada 35 persen wanita di seluruh dunia mengalami kekerasan seksual. Kekerasan
tersebut dilakukan oleh pasangannya maupun orang lain. Wanita yang telah dianiaya secara
fisik atau seksual oleh pasangannya berpotensi dua kali lipat lebih besar melakukan aborsi
atau mengalami depresi.
Di sejumlah wilayah, perempuan yang mendapatkan kekerasan seksual 1,5 kali lebih rentan
tertular HIV, dibandingkan dengan wanita yang belum pernah melakukan aborsi.\
2. Pembunuh wanita hampir 50 persen orang terdekatnyaIDN Times/Sukma Shakti
mencatat jika perempuan masih sering menjadi objek kekerasan, bahkan sampai
harus kehilangan nyawa. Ironisnya pelaku adalah orang-orang terdekatnya sendiri.
Selama tahun 2012 tercatat wanita yang menjadi korban pembunuhan, hampir 50 persen
pelakunya adalah pasangannya, bahkan anggota keluarganya.

3. Hampir 750 juta perempuan menikah di bawah umurSukma Shakti


Selain itu unwomen.org juga mencatat hampir 750 juta perempuan dan anak perempuan
di dunia menikah sebelum umur 18 tahun. Perkawinan anak ini terjadi di sejumlah wilayah di
dunia, misalnya di Afrika.
Di Afrika Barat dan Tengah, tercatat setidaknya 4 dari 10 anak perempuan menikah
sebelum usia 18 tahun. Bahkan sekitar 1 dari 7 di antaranya menikah atau berkeluarga
sebelum umur 15 tahun.
Akibat pernikahan dini itu, wanita berpotensi keguguran di awal kehamilan, dikucilkan
di masyarakat, dan putus sekolah. Dengan begitu mereka juga sangat berpotensi mengalami
kekerasan dalam rumah tangga.
4. 1 dari 10 anak perempuan dipaksa berhubungan seksual
IDN Times/Sukma Shakti
Anak-anak juga masih rentan menjadi objek kekerasan seksual di seluruh dunia. Dalam situs
ini juga disebut bahwa ratusan juta anak dipaksa berhubungan seksual.
Setidaknya 1 dari 10 atau sekitar 120 juta anak perempuan dipaksa berhubungan seksual atau
tindakan pelecehan seksual lainya. Ironisnya pelaku kekerasan tersebut adalah pacar atau
mantan pasangannya.

4. Sekitar 200 juta perempuan disunatIDN Times/Sukma Shakti


Sejumlah negara melakukan kekerasan terhadap perempuan dengan melakukan pemotongan
kelamin perempuan. Hal itu dilakukan berdasarkan adat istiadat setempat.
Sunat kelamin yang dialami perempuan pun berada di angka yang memprihatinkan, yakni
sekitar 200 juta wanita di dunia kelaminnya telah disunat.
Peristiwa ini menimpa perempuan di 30 negara. Di sebagian besar negara ini, mayoritas anak
perempuan disunat sebelum usia 5 tahun.

5. Masih banyak perempuan menjadi korban perdagangan manusia


IDN Times/Sukma Shakti
Unwomen.org jug mencatat sekitar 51 persen atau lebih dari setengah korban perdagangan
manusia di dunia adalah perempuan.
Yang mengerikan adalah dari 51 persen itu, 71 persen korban masih anak-anak. Tidak hanya
itu, hampir tiga dari empat korban perdagangan manusia adalah anak perempuan.
Ditambah lagi dari semua perempuan yang menjadi korban perdagangan manusia, hampir
tiga dari setiap empat perempuan dan anak perempuan diperdagangkan untuk tujuan
eksploitasi seksual.

6. Perempuan kerap mengalami pelecehan di dunia maya


Ilustrasi oleh Rappler
Pelecehan perempuan tidak hanya terjadi secara fisik dan psikologis saja. Di Uni Eropa
perempuan juga mengalamai kekerasan dan pelecehan seksual saat berinteraksi melalui
internet ataupun media sosial.
Setidaknya satu dari 10 wanita di laporan Uni Eropa mengalami pelecehan sejak usia 15
tahun. Bentuk pelecehannya seperti menerima email yang berbau seksual, SMS atau pesan
yang menyinggung, yang tidak tepat, dan komentar tidak pantas di situs jejaring sosial.
Resikonya paling tinggi di kalangan wanita muda berusia antara 18 dan 29 tahun.

8. Sebanyak 23 persen mahasiswi mengalami kekerasan


IDN Times/Sukma Shakti
Di dunia pendidikan pun perempuan masih menjadi sasaran kekerasan. Di Amerika, 23
persen mahasiswi pernah mengalami kekerasan seksual. Hal itu dicatat dalam sebuah survei
di 27 universitas di Amerika Serikat pada tahun 2015.
Ironisnya korban yang mengalami kekerasa seksual itu enggan melapor, baik melapor
kepada pejabat kampus ataupun penegak hukum. Dari semua korban kekerasan seksual itu,
yang melapor hanya 5 sampai 28 persen.

9. 82 persen anggota parlemen perempuan mengalami kekerasan psikologis


kupasbengkulu.com
Tak hanya di dunia pendidikan, di Gedung Parlemen perempuan tidak bisa bebas dari
kekerasan. Sekitar 82 persen perempuan di parlemen dilaporkan mengalami kekerasan
psikologis saat menjalani proses persyaratan.
Hal itu tercatat dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Uni Antar Parlemen yang meneliti
anggota parlemen wanita di 39 negara di 5 wilayah di dunia.
Kekerasan psikologis didefinisikan sebagai ucapan, isyarat dan gambar tentang sifat seksual
yang memalukan yang dibuat terhadap mereka atau ancaman.
Mereka menyebut para pelaku menggunakan media sosial untuk melancarkan aksinya. Dari
survei tersebut sekitar 44 persen melaporkan telah menerima ancaman kematian,
pemerkosaan, penyerangan, atau penculikan terhadap mereka atau keluarga mereka.

2.7 UPAYA MENGHENTIKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN


Upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan dengan cara:
Preventif
Merupakan upaya stuktural untuk menghilangkan akar penyebab kekerasan terhadap
perempuan yang berasal dari pembakuan nilai-nilai biasa gender yang ada dalam keluarga,
masyarakat maupun Negara, maka perlu dilakukan deskontruksi (pembongkaran) nilai-nilai
tersebut melalui poses penyadaran masyarakat dan perubahan kebijakan Negara.
Interventif
Adalah uapaya memberikan bantuan dan dampingan langsung kepada korban agar tidak
mengalami dampak panjang.
Menurut rekomendasi WHO, sector kesehatan masyarakat harus bekerja sama dengan
kepolisian, sistem itu hukum pidana, pendidikan, kesejahteraan sosial, ketenagakerjaan, dan
sector lain untuk menghadapi persoalankekerasan terhadap perempuan. Dukungan
pemerintah sangat diperlukan untuk member landasan hukkum dan operasional serta alokasi
anggaran untuk memastikan layanan bagi perempuan korban kekerasan dapat berjalan.

Poligami merupakan suatu jalan yang diambil perempuan karena keterpaksaan.


Poligami menjadi suatu dilema, diterima ataupun tidak tetap memiliki konsekuensi terjadinya
kekerasan terhadap perempuan. Istri pertama maupun kedua, sama sama terjerat dan tertindas
dalam sistem kemasyarakatan yang dikuasai oleh sistem masyarakat patriarkhi. Berangkat
dari analisa tersebut, maka segala argumen yang menyatakan bahwa poligami telah
menyelamatkan perempuan tidak benar sama sekali. Praktek perkawinan poligami lebih
berdampak kemadharatan daripada kemaslahatan. Dalam perkawinan poligami banyak terjadi
pengabaian hak-hak kemanusiaan yang semestinya didapatkan oleh seorang istri dan anak
dalam keluarga. Hal ini yang kemudian sering muncul adalah adanya permusuhan diantara
keluarga para istri dalam perkawinan poligami. Realitasnya banyak kasus poligami yang
memicu bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) lainnya, meliputi kekerasan
fisik, psikis, seksual dan ekonomi dan sebagainya yang dialami oleh perempuan dan anak-
anak menjadi bukti bahwa semestinya ada peninjauan dan pertimbangan kembali tentang
adanya praktek perkawinan poligami. Kata Kunci: poligami, fakta, kekerasan, perempuan.

Poligami adalah masalah yang serius dan karena itu wajar saja bila banyak kaum
perempuan yang meributkannya. Karena kita tahu bahwa separuh lebih penduduk Indonesia
(51% data BPS 2000) adalah perempuan. Oleh sebab itu kepentingan perempuan mayoritas
ini menjadi kepentingan yang patut didengarkan. Suara menentang poligami telah secara
lantang disuarakan perempuan sejak tahun 1911 dimulai dengan Kartini, seorang pahlawan
nasional. Tahun 1928 Kongres Perempuan pertama menuntut larangan poligami, tahun 1930
Kelompok Federasi Asosiasi Perempuan Indonesia menyerukan hal yang sama, dan sampai
sekarang masih terus diperjuangkan karena poligami berdampak pada kekerasan terhadap
perempuan dan anak, sehingga poligami tidak dapat ditolerir karena lebih banyak merugikan
kaum perempuan. Tulisan ini bermaksud menggambarkan bagaimana budaya patriarkhi dapat
mendukung suburnya poligami, bagaimana ketidakadilan yang

Akar Poligami Akar Poligami Akar Poligami Poligami dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah istilah untuk menyebut tindakan seorang laki-laki yang menikah dengan
perempuan lebih dari satu dalam waktu yang sama. Sebagai sistem perkawinan sendiri
poligami lebih dikenal dengan istilah “poligini” perilaku ini telah ada berabad-abad. Kisah-
kisah kehidupan nabi dalam kitab suci Taurat pun telah menggambarkan perilaku poligami
sebagai kebiasaan yang diterima masyarakat pada saat itu. Menurut Hasan Halthout3 , Nabi
Sulaiman a.s. mempunyai 700 orang istri yang merdeka dan 300 orang istri berasal dari
budak. Perkembangan wacana feminisme dan analisa gender kemudian melahirkan cara
pandang baru terhadap tata hubungan laki-laki dan perempuan. Analisa gender memberikan
pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan itu sama, yang membedakan ialah jenis
kelaminnya. Sedang perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan dikonstruksi melalui
proses sosial dan kultural yang panjang dan dapat berubah-ubah.

Fakta Poligami sebagai Kekerasan Fakta Poligami sebagai Kekerasan Fakta Poligami
sebagai Kekerasan terhadap terhadap terhadap Perempuan Perempuan Perempuan Menurut
LBH APIK, poligami merupakan bentuk penampakan konstruksi kuasa laki-laki yang
superior dengan nafsu menguasai perempuan, disisi lain faktor biologisseksual juga
mempengaruhi bahkan demi prestise tertentu. Namun yang nampak dari kesemuanya itu
adalah poligami telah menambah beban kesengsaraan perempuan terhadap sekian banyak
beban

Introspeksi terhadap Dukungan Poligami Introspeksi terhadap Dukungan Poligami


Poligami telah ada dan dipraktikan jauh sebelum Islam datang. Bukan Islam yang membawa
poligami. Sebaliknya, Islam melalui AlQur’an dan Hadits yang mengkritik poligami. Kritik
inilah yang harus diteruskan terhadap praktik-praktik poligami yang marak akhir-akhir ini.27
Marilah kita berfikir sejenak dan mengintrospeksi diri, apakah kita benar-benar menghormati
dan menghargai perempuan ketika kita mempraktekkan poligami atau ketika membenarkan
praktek-praktek poligami yang marak terjadi dalam masyarakat kita sekarang. 28 Kita perlu
mempertanyakan apakah mereka yang berpoligami melakukannya karena kepentingan sosial
seperti yang didakwakan oleh rasul, untuk mengimbangi kepentingan jumlah perempuan
yang lebih banyak dari laki-laki, untuk membantu dan mengentaskan perempuan dari
keterpurukan, untuk menyelesaikan persoalan peperangan dan membantu para janda dan anak
yatim? ataukah sebenarnya mereka berpoligami untuk kepentingan dirinya dengan berlindung
pada kepentingan-kepentigan sosial, untuk menaikkan prestise sosialnya sebagai pria macho
yang sanggup menaklukan banyak perempuan, untuk memanfaatkan tubuh perempuan
sebagai pemuas nafsunya atau memanfaatkan tenaganya dengan bayaran murah atau sekedar
memuaskan keinginanya untuk menjelajah pengalaman dengan banyak perempuan? 29 Bila
poligami dilakukan dengan memilih mengawini perempuanperempuan muda atau menarik,
alasannya tempaknya jelas. Alasannya bukan ingin berbuat baik atau menolong orang lain.
Yang berbicara sesunguhnya adalah hasrat seksual dan egosentrisme, alias keberpusatan pada
diri sendiri. Tetapi hasrat seksual dan egosentrisme tersebut kemudian diselubungi atau
dipayungi alasan-alasan lain termasuk alasan keagamaan yang membuat pihak lain takut dan
bungkam.

Tinjauan Pustaka Psikologi Perkembangan Bijou dan Baer merumuskan psikologi


perkembangan sebagai lapangan khusus yang mempelajari “peningkatan-peningkatan yang
terjadi oleh interaksi antara tingkah laku dengan hal-hal yang timbul di lingkungan”. Dengan
kata lain, psikologi perkembangan berhubungan dengan variable-variabel yang secara historis
mempengaruhi tingkah laku, akibat, atau pengaruh dari interaksi yang sudah lewat terhadap
interaksi yang sekarang sedang dialami.

Bijou dan Baer mengkategorikan asal usul rangsangan-rangsangan yang sampai pada
anak dan mempengaruhi perkembangannya, yakni :
a. Fisik: meliputi keadaan-keadaan alam yang bebas seperti : pegunungan dan pepohonan,
serta benda buatan manusia seperti : meja, kursi, rumah dan sebagainya.
b. Kimiawi: gas dan larutan yang mempengaruhi jarak tertentu seperti bau panggang ayam,
parfum, asap dan yang langsung mengena pada permukaan tubuh seperti sabun, obat-
obatan antiseptik, asam belerang.
c. Organismik: struktur biologis dan fungsi-fungsi kefaalan pada organisme seperti
rangsangan dari alat-alat pernapasan, pencernaan, kardiovaskuler, kelenjar buntu,
persyarafan dan system otot-otot.
d. Sosial: penampilan, perbuatan dan interaksi antar orang-orang, ibu, ayah, saudara, guru,
teman dan dirinya sendiri. Harold Stevenson, dahulu Direktur Institut Perkembangan
Anak, Universitas Minnesota, merumuskan bahwa “psikologi perkembangan
berhubungan dengan studi mengenai perubahan tingkah laku sepanjang hidup”.
Sedangkan, Richard M. Lerner merumuskan psikologi perkembangan sebagai
pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi psikologis
sepanjang hidup. Psikolog perkembangan, misalnya mempelajari bagaimana proses
berpikir pada anak-anak umur satu, dua atau lima tahun menunjukkan persamaan atau
perbedaan. Atau, bagaimana kepribadian seseorang berubah dan berkembang dari anak-
anak, remaja sampai dewasa.

Psikologi Anak Sejak lahir sampai saat kematian, manusia itu tumbuh mekar, mengalami
banyak proses perubahan dan perkembangan. Karena itu prinsip perkembangan itu sifatnya
progresif. Lagipula prinsip perkembangan tersebut ada di dalam diri anak itu sendiri. Proses
perkembangan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Hereditas/warisan sejak lahir Misalnya: bakat, pembawaan, konstitusi, potensi-potensi


psikis dan fisik.
b. Faktor-faktor lingkungan Ada hukum konvergensi, dimana faktor intern dan ekstern
saling bertemu dan saling mempengaruhi. Tujuan dari perkembangan adalah menjadi
manusia dewasa yang sanggup bertanggung jawab sendiri dan mandiri. Oleh karena
individualitas anak adalah unik (bakat pembawaan, potensialitas dan sifat-sifat yang
karakteristik), maka setiap perkembangan individu itu punya pola yang khas; tidak pernah
ada yang identik sama. Masing-masing anak akan tumbuh berkembang menjadi pribadi
yang unik. Lagipula setiap anak yang tumbuh berkembang itu selalu mengalami
perubahan pada setiap tingkat perkembangannya.
KESIMPULAN
Kekerasan terhadap perempuan akan menimbulkan kerugian pada perempuan tersebut
dan pada seorang anak. Kekerasan pada perempuan tidak memandang usia, dari mulai anak-
anak, remaja, dewasa, dan lansia. Banyak dampak yang akan terjadi pada kekerasan terhadap
perempuan baik dari segi fisik, psikologis , dan sosial, dan tidak hanya itu saja akan
berdampak pada waktu jangka panjang dan jangka pendek.
Upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dapat dilakukan dengan cara preventif dan
interpreventif.
Kesimpulan Kesimpulan Kesimpulan Poligami merupakan suatu jalan yang diambil
perempuan karena keterpaksaan. Poligami menjadi suatu dilema, diterima ataupun tidak tetap
memiliki konsekuensi terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Istri pertama maupun
kedua, sama sama terjerat dan tertindas dalam sistem kemasyarakatan yang dikuasai oleh
sistem masyarakat patriarkhi. Berangkat dari analisa tersebut, maka segala argumen yang
menyatakan bahwa poligami telah menyelamatkan perempuan tidak benar sama sekali.
Praktek perkawinan poligami lebih berdampak kemadharatan daripada kemaslahatan. Dalam
perkawinan poligami banyak terjadi pengabaian hak-hak kemanusiaan yang semestinya
didapatkan oelh seorang istri dan anak dalam keluarga. Hal ini yang kemudian sering muncul
adalah adanya permusuhan diantara keluarga para istri dalam perkawinan poligami.
Realitasnya banyak kasus poligami yang memicu bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT) lainnya, meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi dan
sebagainya yang dialami oleh perempuan dan anak-anak menjadi bukti bahwa semestinya ada
peninjauan dan pertimbangan kembali tentang adanya praktek perkawinan poligami.3

Kesimpulan Dari uraian di atas dapat disimpulan:


1. Psikologi perkembangan berhubungan dengan bagaimana kepribadian seseorang berubah
dan berkembang dari anak-anak, remaja sampai dewasa (sepanjang hidup). Proses
perkembangan dipengaruhi oleh hereditas (warisan sejak lahir) dan faktor–faktor
lingkungan.
2. Setiap anak mempunyai keunikannya masing–masing dan merupakan subyek aktif yang
bebas menentukan tujuan hidupnya. Untuk itu tugas utama setiap orang tua ialah memberi
fasilitas bagi perkembangan anak dan membantu memperlancar perkembangan anak,
karena keluarga merupakan lembaga pertama sebagai dasar dalam kehidupan anak, maka
segala perbuatan orang tua sangat menentukan kehidupan anak. Dr. Halim G. Ginott
mengatakan “Kasih sayang orang tua terhadap anak sangat dibutuhkan”.
3. Kehidupan anak hendaknya tidak diatur oleh kebutuhan orang tua dan jangan menjadikan
sebagai objek untuk kepentingan orang tua.
4. Hasil kasih sayang orang tua yang dirasakan anaknya akan membuat anak dapat bersikap
baik selama hidupnya.
5. Orang tua yang sangat dominan di rumah akan terlihat bagaimana sikap orang tua yang
tidak dapat menerima tingkah laku anaknya yang menyimpang dari keyakinan orang
tuanya. Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / Th.III / Desember 2004 139 Tindakan
Kekerasan

SARAN
Sebaiknya seorang perempuan harus berani bersikap tegas dan tidak bersikap lemah agar
laki-laki tidak memperlakukan seorang perempuan dengan semena-mena dan tidak
memandang lemah perempuan, berani mengambil langkah dan tindakan tegas jika terjadi
permasalahan kekerasan. Seorang laki-laki baiknya harus bisa mengontrol emosi dan tidak
berlaku kasar, karna seorang perempuan itu harus di perlakukan dengan lembut dan di
lindungi.

Anda mungkin juga menyukai