Sumber : http://najib.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/30/materi-kuliah-online-pajak-kini-dan-pajak-tangguhan/
Pendahuluan
Pada dasarnya, antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan memiliki kesamaan tujuan,
yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan pengakuan penghasilan
serta biaya. Namun ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian bahwa instrumen
peraturan pajak mempengaruhi perilaku kewajiban wajib pajak, investasi, kesejahteraan dan
lain-lain.
Perpajakan yang merupakan instrumen sumber daya dana (budgetair) bagi Pemerintah,
mengharuskan Wajib Pajak menyerahkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) . Pada
umumnya bentuk dan isi SPT tidak jauh berbeda dengan bentuk dan isi yang terdapat pada
Laporan Keuangan untuk kepentingan fiskal. Penghasilan kena pajak (PKP – Taxable Income)
dihitung berdasarkan Ketentuan Peraturan Perpajakan, sedangkan Penghasilan sebelum pajak
Komersil (Accounting Income) dihitung berdasarkan standar yang disusun oleh para
profesional yang dituangkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Oleh karena basis pengenaan penghasilan dan biaya untuk keperluan perhitungan Pajak
Penghasilan berbeda dengan basis perhitungan untuk keperluan komersil, maka akan terdapat
perbedaan yang cukup signifikan antara kedua basis tersebut.
Beban Pajak Kini adalah jumlah Pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak yang dihitung
dari Penghasilan Kena Pajak hasil rekonsiliasi fiskal yang dikalikan tarif pajak.
Beban Pajak Komersil adalah jumlah beban pajak yang dihitung oleh Wajib pajak dari
Penghasilan Sebelum pajak dalam laporan Keuangan Komersil dikalikan dengan tarif pajak.
Berdasarkan PSAK No. 46, Selisih antara Beban Pajak kini dan dan beban pajak komersil
adalah Beban Pajak Tangguhan. Apabila diformulasikan , maka Beban Pajak Komersil adalah:
Telah disebutkan diatas, laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan komersil, masing-
masing menggunakan pedoman yang berbeda. Sehingga, beban Pajak tangguhan disebabkan
adanya aturan yang berbeda dalam penyusunan laporan keuangan. Perbedaan –perbedaan
tersebut seperti : penerapan beban penyusutan yang berbeda antara komersil dan fiskal, dll.
Perbedaan Tetap adalah : Perbedaan yang disebabkan oleh adanya perbedaan pengakuan
pendapatan dan beban antara Standar Akuntansi dan Peraturan Perpajakan. Perbedaan ini akan
mengakibatkan perbedaan besarnya laba bersih sebelum pajak dengan laba fiskal atau
penghasilan kena pajak.
• Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh Badan Amil Zakat atau
Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima zakat yang berhak.
• Harta hibahan
• Warisan, dll.
Dalam pelaporan SPT PPh Badan, Penghasilan ini tidak dilaporkan sebagai penghasilan Kena
Pajak.
Begitu juga dalam Pasal 9 ayat (1) Undang Undang yang sama menyebutkan terdapat biaya
yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak, diantaranya adalah :
• Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh Perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
• Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan Pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota.
• Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura, dll.
Dalam pelaporan SPT PPh Badan, biaya-biaya ini ini tidak boleh dibebankan dalam
menghitung besarnya penghasilan Kena Pajak.
Beda Tetap atau Beda Permanen yang disebabkan oleh point-point seperti diatas, tidak
mengakibatkan timbulnya pajak tangguhan.
Perbedaan Temporer adalah : Perbedaan yang disebabkan oleh adanya perbedaan waktu
dan metode pengakuan pendapatan dan beban antara Standar Akuntansi dan Peraturan
Perpajakan. Perbedaan ini akan mengakibatkan perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan
beban antara tahun pajak yang satu ke tahun pajak yang lain (Interperiod).
Hal – hal tersebut diatas, boleh dibebankan dalam menghitung besarnya laba komersial
maupun besarnya Penghasilan Kena Pajak, hanya saja ada perbedaan pengakuan diantara
keduanya.
Secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi maupun beban atau pendapatan
perpajakan yang disebabkan oeleh perbedaan temporer, sebenarnya sama hanya berbeda
alokasi setiap tahunnya . Beda waktu dapat berasal dari perbedaan accrual dan realisasinya,
penyusutan, amortisasi dan kompensasi kerugian fiskal antara akuntansi dan perpajakan. Beda
waktu akan menimbulkan asset atau kewajiban pajak tangguhan, sementara beda tetap
tidak.
Pengakuan aktiva atau kewajiban Pajak Tangguhan didasarkan fakta bahwa adanya
kemungkinan pemulihan aktiva atau pelunasan kewajiban yang mengakibatkan pembayaran
pajak periode mendatang menjadi lebih kecil atau lebih besar.
Apabila akan terjadi pembayaran pajak yang lebih besar dimasa yang akan datang, maka
berdasarkan standar akuntansi keuangan, harus diakui sebagai suatu kewajiban. Kewajiban
didefinisikan sebagai suatu kemungkinan adanya pengorbanan ekonomi pada masa yang akan
datang.
Atau dengan kalimat yang sederhana : Apabila kemungkinan pembayaran pajak dimasa
yang akan datang LEBIH BESAR akan dicatat sebagai KEWAJIBAN PAJAK
TANGGUHAN.
Sebagai contoh : Perusahan menggunakan metode penyusutan yang berbeda antara akuntansi
dan fiskal. Jika beban penyusutan aset tetap yang diakui secara fiskal lebih besar daripada
beban penyusutan komersil, pajak kini akan menjadi lebih kecil dari Beban Pajak Komersil ,
maka selisih tersebut akan mengakibatkan pengakuan beban pajak yang lebih besar di masa
yang akan datang. Dengan demikian, akan menghasilkan kewajiban pajak tangguhan.
Pajak Kini < Beban Pajak Komersil ; sehingga dimasa yang akan datang akan ada pengakuan
beban pajak yang lebih besar → Timbul Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax
Liabilities/DTL)
Apabila ada kemungkinan pembayaran pajak yang lebih kecil pada masa yang akan datang,
maka berdasarkan standar akuntansi keuangan, harus diakui sebagai suatu asset. Asset
didefinisikan sebagai suatu kemungkinan akan adanya manfaat ekonomi pada masa yang akan
datang.
Atau dengan kalimat yang sederhana : Apabila kemungkinan pembayaran pajak dimasa
yang akan datang LEBIH KECIL akan dicatat sebagai AKTIVA PAJAK
TANGGUHAN.
Sebagai contoh : Perusahan menggunakan metode penyusutan yang berbeda antara akuntansi
dan fiskal. Jika beban penyusutan aset tetap yang diakui secara fiskal lebih kecil daripada
beban penyusutan komersil , pajak kini akan menjadi lebih besar dari Beban Pajak Komersil,
maka selisih tersebut akan mengakibatkan pengakuan beban pajak yang lebih kecil di masa
yang akan datang. Dengan demikian, akan menghasilkan aktiva pajak tangguhan.
Pajak Kini > Beban Pajak Komersil ; sehingga dimasa yang akan datang akan ada beban pajak
yang lebih kecil (manfaat ekonomi) → Timbul Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax
Asset/DTA)
Kesimpulan untuk Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabilities /DTL) dan
Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset/DTA)
1. Apabila Penghasilan Sebelum Pajak (PSP komersil ) lebih besar dari Penghasilan Kena
Pajak (PKP Fiskal), akan mengakibatkan Beban Pajak Komersil (BPK/Tax Expense)
akan lebih besar dari Pajak Terhutang/Pajak Kini (PT/Tax payable). Sehingga, akan
menghasilkan Kewajiban Pajak Tangguhan (KPT/Deferred Tax Liabilities).
Kewajiban ini dapat dihitung dengan mengalikan jumlah perbedaan temporer dengan
tarif pajak.
2. Apabila Penghasilan Sebelum Pajak (PSP- komersil ) lebih kecil dari Penghasilan
Kena Pajak (PKP – Fiskal), akan mengakibatkan Beban Pajak Komersil (BPK /Tax
Expense) akan lebih kecil dari Pajak Terhutang/Pajak Kini (PT/Tax payable).
Sehingga, akan menghasilkan Aktiva Pajak Tangguhan (KPT/Deferred Tax Asset). Aktiva ini
dapat dihitung dengan mengalikan jumlah perbedaan temporer dengan tarif pajak. Atau
dengan rumus dapat dituliskan sebagai berikut :
PPh :
xxx
Laba sebelum pajak tahun 2008 Rp 900.000.000,-. Koreksi fiskal atas laba tersebut adalah :
Beda Tetap :
Beda Temporer :
Pertanyaan :
Jawab :
Rp 880.000.000,-
(Ingat Penghasilan Sebelum Pajak Rp 880 juta lebih kecil dari Penghasilan Kena Pajak Rp
880 juta, maka akan timbul Asset Pajak Tangguhan sebesar 25 % x perbedaan temporer/beda
waktu atau 25 % x Rp 15 juta)
(Rp 220.000.000,-)
Laba sebelum pajak tahun 2008 Rp 700.000.000,-. Koreksi fiskal atas laba tersebut adalah :
Beda Tetap :
Beda Temporer :
Kredit Pajak :
Pertanyaan :
Jawab :
(Ingat Penghasilan Sebelum Pajak Rp 685 juta lebih besar dari Penghasilan Kena Pajak Rp
680 juta, maka akan timbul Kewajiban Pajak Tangguhan sebesar 25 % x perbedaan temporer)
(Rp 171.250.000,-)
SOAL :
PT. GEMAH RIPAH memperoleh laba sebelum pajak tahun 2008 Rp 1.200.000.000,-.
Koreksi fiskal atas laba tersebut adalah :
Pertanyaan :
— Selamat Mengerjakan —
Jawaban dikumpulkan paling lambat 7 April 2012 di dalam blog masing-masing dan upload
melalui hybrid learning