Catatan Gizi
Catatan Gizi
ANAMNESIS
Riwayat makanan:
- Jangka pendek sebelum sakit
- Jangka panjang sejak bayi
Nafsu makan: baik/kurang/buruk
Masukan makanan: jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
dapat menilai/kesan tentang:
- Kualitas baik/kurang berdasarkan:
Jenis makanan
Komposisi nutrien
Distribusi kalori
- Kuantitas cukup/kurang/lebih terhadap
RDA energi/protein/vitamin/mineral dll
PEMERIKSAAN FISIS
1. Tanda/gejala penyakit gizi:
- MEP: wajah, rambut, otot, jaringan lemak subkutis,
edema, dsb.
- Defisiensi vitamin A (Xerophthalmia): bercak Bitot,
xerosis konjungtiva, ulkus kornea, dsb
- Anemia defisiensi: pucat (organomegali (-))
- GAKI: pembesaran kelenjar tiroid, kretin, dll
- Defisiensi vitamin B1: beri-beri/edema, polineuritis,
refleks fisiologis ↓
- Defisiensi vitamin B2: stomatitis angularis
- Defisiensi vitamin C: skorbut
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratoris:
- Hb, protein serum, albumin, globulin
- Profil lipid (lipid total, trigliserida, kolesterol, LDL, HDL)
- BUN, dll
2. Pemeriksaan radiologis: usia tulang, osteoporosis /
osteomalsia
3. Pemeriksaan antropometris: BB, BB/TB, LLA, LK
DIAGNOSIS
1. Sehat: Status gizi baik, tumbuh kembang normal/optimal
dan ditambah kriteria sehat lain
2. Penyakit gizi:
- Defisiensi: MEP, vitamin dan mineral
- Kelebihan: Obesitas, Intoksikasi vitamin dan mineral
TERAPI
1. Terapi nutrisi:
- Oral/enteral/parenteral
- Dukungan terhadap penyakit utama: ginjal, saluran
cerna, DM, dsb
2. Menentukan dosis obat
3. Pemantauan respon terapi keseluruhan
PROGNOSIS
1. Perbaikan/kemunduran:
- Perbaikan penyembuhan: nafsu makan ↑, BB ↑
- Kemunduran perburukan: nafsu makan ↓, BB ↓
2. Memperkirakan (berdasarkan status gizi):
- Daya tahan tubuh
- Kemungkinan komplikasi/penyembuhan
1 g Protein = 4 kalori
Protein dalam aminofusin 5% = 5 g / 100 cc
1 g Nitrogen = 6,25 g protein
1 g Asam amino = 0,833 g protein 1 g protein = 1,2 g asam amino
BMR SCHOFIELD
Laki-laki
Umur (thn) Rumus
0–3 0,167W + 15,174H – 617,6
3 – 10 19,49W + 1,303H + 414,9
10 – 18 16,25W + 1,372H + 515,5
> 18 15,057W + 1,004H +
705,8
Perempuan
Umur (thn) Rumus
0–3 16,252W + 10,232H – 413,5
3 – 10 16,969W + 1,618H + 371,2
10 – 18 8,365W + 4,65H + 200
> 18 13,623W + 23,8H + 98,2
Rumus BMR
Umur (thn) Rumus
0–3 ♀: (0,249 x BB) – 0,127
♂: (0,244 x BB) – 0,13
3 – 10 ♀: (0,095 x BB) + 2,110
♂: (0,085 x BB) + 2,033
10 – 18 ♀: (0,074 x BB) + 2,754
♂: (0,056 x BB) + 2,808
BMR = (X . 1000) : 4,2 kal
Kecukupan Kalori
Umur (thn) Laki-laki perempuan
0–1 110 – 120 110 – 120
1–3 100 100
4–6 90 90
7–9 80 – 90 60 – 80
10 – 14 50 – 70 40 – 65
14 – 18 40 – 50 40
BMI = BB / TB2
Energi
Basal metabolism = 50 – 70%
Termogenesis = 10%
Aktivitas spontan = 20 – 40%
Jadwal pemberian makanan dan minuman pada bayi yang
mendapat ASI
Makanan 2 mg–2 bl 2-4 bl 4-6 bl 6-8 bl 8-10 bl 10-12 bl
ASI On demand On demand On demand On demand On demand On demand
Buah 2x 2x 2x 2x
11.00 11.00 11.00 11.00
15.00 15.00 15.00 15.00
Bubur susu 1x 1x 1x
09.00 09.00 09.00
Nasi Tim 1x 2x 3x
17.00 13.00 09.00
***) 17.00 13.00
17.00
***) sudah dapat diberikan telur.
Buah dapat diberikan pada usia 2 bulan bila anak lapar dan sulit BAB
Diet Khusus
1. Sesak nafas (Frekuensi < 60 x/mnt)
2. Kesadaran menurun
menggunakan NGT
Untuk < 1 tahun
Susu (SGM) frekuensi 6 kali
Misalnya: bayi usia 8 bulan dengan ensefalitis, BB = 9 kg.
Kebutuhan cairan: 150 x 9 = 1350 ml
SGM 6 x 225 ml per NGT
Untuk > 1 tahun
Makanan cair (MC) atau formula seperti Pediasure (1 ml = 1 kal)
Misalnya: anak, 2 thn, BB = 14 kg
Kebutuhan: 14 x 100 = 1400 kal
MC 6 x 259 ml
Kalau gizi buruk frekuensi 7-8 kali
Bahan makanan yang tidak boleh diberikan pada diet jantung adalah
makanan yang merangsang saluran pernafasan dan makanan yang
mengandung gas.
Parenteral Nutrition
Definisi: pemberian nutrisi termasuk air, karbohidrat, protein, lemak
elektrolit, vitamin, mineral dan trace elemen melalui vena yang
utuh.
Tujuan: untuk memberikan nutrien yang dibutuhkan agar anak
dapat tumbuh kembang seperti anak lain yang mendapat dukungan
nutrisi enteral.
PN diberikan sebagai dukungan nutrisi bagi pasien yang tidak dapat
mengkonsumsi atau menyerap sejumlah makanan secara adekuat
melalui traktus gastrointestinal selama paling sedikit 5-7 hari.
Kebutuhan protein
Golongan umur (tahun) Protein (g/kg/hari)
0 – 1 (+BBLR) 2,0 – 3,5
1–7 2,0 – 2,5
7 – 12 2,0
12 – 18 1,5
> 18 1,0
Akses Vaskular
Bergantung lamanya terapi, kebutuhan nutrisi dan volume cairan
yang akan diberikan.
- Akses vena perifer
Maksimal konsentrasi dextrose 12,5%, osmolaritas <900
mOsm/L. Lama pemakaian < 2 minggu. Komplikasi flebitis (bila
osmolaritas >900 mOsm/L)
- Akses vena sentral
Indikasi: terapi nutrisi jangka panjang atau home PN. Sangat
aman untuk TPN karena high blood flow rapidly dilutes the
hypertonic solution. Komplikasi berhubungan dengan letak
Lipid
Nutrisi dengan densitas kalori tinggi (9 kal/g), pada PN
memasok 30-50% energi non nitrogen.
Sebagai sumber asam lemak esensial yaitu asam linoleat dan
asam linolenat (minimal 1% energi total).
Emulsi lipid 20% lebih dianjurkan dibandingkan 10%, karena:
o Volume cairan yang lebih sedikit
o Kalori lebih besar yaitu 2 kal/ml sedang emulsi lipid 10%
mengandung 1,1 kal/ml
o Mengandung fosfolipid yang lebih rendah, sehingga
risiko hiperkolesterolemia dan hiperfosfolipidemia menjadi
lebih rendah. Fosfolipid menghambat enzim lipoprotein
lipase yang berfungsi dalam clearance lipid intravena
Dimulai dengan dosis rendah yang dinaikkan bertahap.
Pemberian terus menerus 24 jam atau 18 jam istirahat 6 jam
untuk proses clearance
Dosis lipid parenteral 2,5 – 3 g/kg/hr hanya memberikan 25 –
30% total energi dalam lemak, tetapi dosis yang lebih besar
sulit ditoleransi terutama pada prematur atau kecil masa
kehamilan.
Anak > 2 tahun pembatasan lemak sampai 30% dari total
kalori (umumnya 1,5 – 2,5 g/kg/hr) sesuai AAP
Lemak tidak boleh > 60% total kalori bisa terjadi
ketoasidosis.
Efek samping pemberian lemak intravena, jika diberikan bolus
atau melebihi dosis 3,6 g/kg/hr antara lain perubahan fungsi
paru, terganggunya fungsi netrofil dan peningkatan risiko
kernikterus pada bayi dengan peningkatan kadar bilirubin.
Komplikasi PN dapat dikategorikan:
o Pemberian nutrisi tidak adekuat over/undernutrition
o Metabolik gangguan elektrolit, hipoglikemia,
hiperglikemia, jaundice, defisiensi vitamin, asam lemak,
asidosis metabolik
o Mekanik pneumotoraks, hematotoraks, emboli udara
dall.
o Infeksi sepsis dan flebitis
Contoh TPN:
Kasus: An. ♀, 9 bulan, BB = 7 kg, BB ideal = 8,4 kg
1. Kebutuhan kalori An. ♀, 9 bulan 110 - 120 kal/kg/hr 1000
kal
2. Kebutuhan protein 1 g/kg/hr 7 g/hr
3. Kebutuhan cairan = 7 X 100 = 700 cc
4. Kebutuhan elektrolit:
Na 2 mEq/kg/hr 14 mEq
K 2 mEq/kg/hr 14 mEq
Gizi Buruk
Tata laksana gizi buruk di ruangan perawatan meliputi 10 langkah
utama (WHO) yaitu:
1. Pengobatan dan pencegahan hipoglikemia
Bila kadar GDS < 54 mg/dL atau < 3 mmol/L pada pemeriksaan
dextrostick, maka:
- Diberikan sesegera mungkin cairan F75 dan dilanjutkan
pemberian tiap 2 – 3 jam
- Jika sulit mendapatkan cairan F75 dalam waktu singkat,
maka dapat diberikan 50 ml cairan D 10% atau sukrosa (1
sendok teh gula dalam 3,5 sendok teh air) diberikan secara
oral atau melalui NGT dan kemudian dilanjutkan dengan
pemberian makanan sesegera mungkin.
- Pemantauan dilakukan dengan melakukan:
Pengukuran kadar GDS kembali setelah 30 menit.
Bila terdapat hipoglikemia tata laksana diatas dapat
diulang.
Pengukuran suhu rektal. Bila < 35,5 0C dan terdapat
penurunan kesadaran, maka harus diwaspadai adanya
hipoglikemia.
- Untuk anak yang mengalami penurunan kesadaran
diberikan terapi IV D 10% 5 ml/kg atau dapat diberikan D
10% atau sukrosa per NGT.
- Sebagai pencegahan berulangnya hipoglikemia, pemberian
makanan dilakukan tiap 2 – 3 jam baik siang hari maupun
malam hari paling tidak pada hari pertama.
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (Suhu rektal <
350C)
Berikan makanan cair sesegera mungkin
Beri selimut / pakaian tebal dan lampu pemanas
Koreksi Bicnat
Anak = 0,3 x BB x BE 0,3 berasal dari volume cairan tubuh = 30%
RTA
Koreksi :
∆HCO3 x BB x 0,3
∆HCO3 = 26 - X
Evaluasi AGD dan anion gap
Evaluasi ½ jam sebelum BicNat
Koreksi Albumin
Kebutuhan albumin = ∆Albumin x BB x 0,8
Aminofusin L-600 Protein 5%
Aminofusin Paed Protein 4%
Aminoleban Protein 7,9%
Trophic Feeding
Trophic feeding:
- Cara pemberian asupan nutrisi dalam jumlah yang sangat
sedikit kepada neonatus sebagai sumber nutrisi dan secara
langsung akan merangsang dan mengembangkan sistem saluran
cerna tanpa memperberat penyakit.
- Untuk mengatasi efek yang terjadi akibat kelaparan usus.
Termasuk didalam trophic feeding adalah nutrisi enteral dini,
pemberian awal asupan pada usus, dan asupan hipokalori dini.
Bayi preterm yang sulit menerima asupan nutrisi enteral dan harus
mendapat nutrisi parenteral dalam jangka waktu lama, ternyata
ditemukan bahwa vili-vili ususnya menjadi lebih pendek, deoxy
ribonucleic acids (DNA) mukosa menghilang, jumlah protein dan
aktifitas enzim berkurang.
Pemberian trophic feeding pada bayi berat lahir rendah (BBLR)
menggunakan ASI yang telah dimodifikasi atau formula khusus bayi
berat badan lahir rendah dengan kecepatan pemberian 0,1
ml/kg/jam, dan dapat ditingkatkan secara bertahap.
Hal ini tidak meningkatkan risiko terjadi NEC. Pemberian nutrisi pada
BBLR dianjurkan secara bolus kecil setiap 3-8 jam. Jika tidak bisa,
dapat diberikan secara kontinu.
Obesitas
Batasan dan uraian umum
Obesitas adalah keadaan penimbunan jaringan lemak tubuh yang
berlebihan dan ditandai dengan adanya gambaran klinis yang khas.
Overweight adalah BB lebih dari rata-rata, tapi tidak ada deposisi
jaringan lemak yang berlebihan.
Penyebab obesitas multifaktorial dan berdampak terhadap tumbuh
kembang anak. Berisiko terjadi obesitas pada dewasa dan
berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian
seperti penyakit kardiovaskuklar, DM dan sebagainya.
Komplikasi: hiperlipidemia, hipertensi, obstructive sleep apnea
syndrome (OSAS), non alcoholic steato-hepatic (NASH), Blount
disease.
Tujuan tatalaksana: mencapai BB sesuai dengan usia rata-rata dan
status perkembangan.
Manifestasi klinis
Anamnesis:
- Riwayat pertumbuhan / pertambahan berat badan, kapan mulai
gemuk.
- Riwayat masukan makanan
- Riwayat penyakit keluarga obesitas, penyakit koroner, DM,
hipertensi, hiperlipidemia
- Tidur mengorok
- Aktifitas sehari-hari
- Berat lahir
- Perkembangan terlambat
Pemeriksaan fisis:
- Pengukuran BB, BB/TB (>120%), BMI > P97, tekanan darah
- Trisep skinfold ≥ P85
- Distribusi lemak dengan pola tertentu : waist – hip ratio
- Muka tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek
- Tanda retardasi mental
- Pseudoakantosis nigrikans (hiperpigmentasi leher, aksila, bawah
payudara)
- Hipertrofi adenoid/tonsil
Gagal Tumbuh
Batasan dan uraian umum
Gagal tumbuh (failure to thrive, FTT):
- Bayi/anak tidak tumbuh sesuai kurva pertumbuhan normal
- Merupakan tanda/gejala dan masalah pada pasien dan bukan
merupakan diagnosis/derajat penyakit
- Bila BB/U dibawah P3 atau BB/TB dan TB/U dibawah P10 kurva
CDC 2000
- Memotong 2 titik kurva
Manifestasi Klinis
Anamnesis:
- Masa neonatal: manajemen ASI yang salah, cara pemberian
susu formula yang salah, kelainan metabolik, kelainan
kromosom dan kelainan anatomis (jarang)
- Usia 3 – 6 bulan: kemungkinan penyebab antara lai
underfeeding (karena kemiskinan), cara pembuatan formula
yang salah, intoleransi protein susu, disfungsi motorik oral,
refluks gastrointestinal dan penyakit jantung bawaan
- Usia 7 – 12 bulan: keterlambatan pemberian makanan padat,
intoleransi makanan, disfungsi motorik oral, orangtua protektif
- > 12 bulan: sama seperti diatas ditambah faktor psikososial
Pemeriksaan fisis:
- Dilakukan pengukuran BB, TB dan lingkar kepala tentukan
status gizi
- Pada gizi cukup gejala khas (-), gizi kurang tampak kurus
tanpa kelainan fisis lain.
- Gizi buruk cengeng, kurus sekali, wasting, ekstremitas
hipo/atrofi, crazy pavement dermatosis
- Akibat kelainan kromosom atau genetik dismorfik
- Perhatikan kemungkinan child abuse
Pemeriksaan penunjang
- DPL, UL, FL
- Tes Mantoux
Tatalaksana
1. Mencari dan mengobati penyakit dasarnya, apakah merupakan
kelainan organik atau non organik
2. Asupan kalori dapat mencapai 150% diatas kebutuhan harian
(RDA). Kebutuhan harian dihitung berdasarkan berat badan
yang diharapkan (BB/TB)
3. Asupan vitamin dan mineral yang berlebihan tidak terindikasi
4. Pasien gizi buruk dirawat dan ditata laksana sesuai pedoman gizi
buruk
Pencegahan dan pendidikan
- Pemantauan pertumbuhan secara teratur
- Pemberian nutrisi yang sesuai
Alergi Makanan
Pencegahan sensitisasi dini terbagi 3 tahap:
1. Pencegahan primer untuk mencegah sensitisasi
2. Pencegahan sekunder untuk mencegah manifestasi klinis alergi
3. Pencegahan tersier untuk mengurangi gejala klinis dan derajat
berat penyakit alergi