Anda di halaman 1dari 38

CATATAN GIZI

Penerapan Ilmu Gizi Klinik


Pada setiap tahap penanganan pasien:
1. Mengerjakan ANAMNESIS
2. Mengerjakan PEMERIKSAAN FISIS
3. Menentukan PEMERIKSAAN PENUNJANG
4. Menegakkan DIAGNOSIS
5. Memberikan TERAPI
6. Mempertimbangkan PROGNOSIS
7. Mengusahakan PREVENSI

ANAMNESIS
 Riwayat makanan:
- Jangka pendek  sebelum sakit
- Jangka panjang  sejak bayi
 Nafsu makan: baik/kurang/buruk
 Masukan makanan: jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
 dapat menilai/kesan tentang:
- Kualitas  baik/kurang berdasarkan:
 Jenis makanan
 Komposisi nutrien
 Distribusi kalori
- Kuantitas  cukup/kurang/lebih terhadap
RDA energi/protein/vitamin/mineral dll

PEMERIKSAAN FISIS
1. Tanda/gejala penyakit gizi:
- MEP: wajah, rambut, otot, jaringan lemak subkutis,
edema, dsb.
- Defisiensi vitamin A (Xerophthalmia): bercak Bitot,
xerosis konjungtiva, ulkus kornea, dsb
- Anemia defisiensi: pucat (organomegali (-))
- GAKI: pembesaran kelenjar tiroid, kretin, dll
- Defisiensi vitamin B1: beri-beri/edema, polineuritis,
refleks fisiologis ↓
- Defisiensi vitamin B2: stomatitis angularis
- Defisiensi vitamin C: skorbut

Created by Dedy Rahmat


- Dan lain-lain
2. Membuat kesan klinis tentang status gizi: Gizi lebih, baik,
kurang, dan buruk
 Kesan dibuat berdasarkan tanda/gejala klinis
3. Menentukan status gizi secara antropometris: BB/U, TB/U,
BB/TB, LLA, dsb

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratoris:
- Hb, protein serum, albumin, globulin
- Profil lipid (lipid total, trigliserida, kolesterol, LDL, HDL)
- BUN, dll
2. Pemeriksaan radiologis: usia tulang, osteoporosis /
osteomalsia
3. Pemeriksaan antropometris: BB, BB/TB, LLA, LK

DIAGNOSIS
1. Sehat: Status gizi baik, tumbuh kembang normal/optimal
dan ditambah kriteria sehat lain
2. Penyakit gizi:
- Defisiensi: MEP, vitamin dan mineral
- Kelebihan: Obesitas, Intoksikasi vitamin dan mineral

TERAPI
1. Terapi nutrisi:
- Oral/enteral/parenteral
- Dukungan terhadap penyakit utama: ginjal, saluran
cerna, DM, dsb
2. Menentukan dosis obat
3. Pemantauan respon terapi keseluruhan

PROGNOSIS
1. Perbaikan/kemunduran:
- Perbaikan  penyembuhan: nafsu makan ↑, BB ↑
- Kemunduran  perburukan: nafsu makan ↓, BB ↓
2. Memperkirakan (berdasarkan status gizi):
- Daya tahan tubuh
- Kemungkinan komplikasi/penyembuhan

Created by Dedy Rahmat


PREVENSI
1. Keadaan defisiensi
2. Penyakit gizi iatrogenik

Pengkajian Status Nutrisi Anak


Status nutrisi merupakan aspek penting dan perlu diperhatikan pada
individu sakit dan sehat. Penilaian status nutrisi menunjukkan
keadaan gizi (baik/kurang/buruk). Status nutrisi berperan dalam
mempengaruhi perjalanan dan prognosis penyakit.
Keadaan gizi juga berpengaruh terhadap status imunologi, misalnya
pada malnutrisi energi protein sedang/berat terdapat defisiensi /
defek imunologi seluler maupun humoral.
Hospital malnutrition sering terjadi akibat asupan nutrisi yang tidak
memadai dan akhirnya akan memperlambat proses penyembuhan
penyakit.
Langkah-langkah penilaian status gizi:
1. Pemeriksaan klinis
2. Analisis diet
3. Pemeriksaan antropometri
4. Pemeriksaan laboratorium
Pendekatan dalam mengidentifikasi masalah gizi
Tujuan Klinik Antropometri Laboratorik Analisis diet
Screening Anamnesis, PF, BB, TB, LK, BB/TB Hb, Ht Pola makan,
maturasi seksual, suplementasi
penggunaan obat vitamin, mineral
Midlevel, PF lebih ekstensif LLA, lipatan kulit MCV, albumin, Recall diet 24 jam
tambahkan: (kulit, rambut, triseps, taksiran TB protein total, dan 3-7 hari
kuku dsb) dewasa limfosit total pencatatan makan,
evaluasi
perkembangan
ketrampilan makan
In depth, Mineralisasi tulang Usia tulang, laju Vitamin dan Rawat di RS
tambahkan: (pelebaran epifisis, pertumbuhan TB mineral serum,
cranial bassing, delayed
dsb) hypersensitivity
test

Penilaian status nutrisi secara klinis


Dimulai dari anamnesis, PF serta pemeriksaan antropometri. MEP
berat mudah dikenali secara klinis, tetapi MEP ringan/sedang atau
borderline tidak mudah dikenali dan memerlukan pemeriksaan
antropometri, laboratorium serta analisis diet yang teliti.
Anamnesis ditanyakan tentang riwayat masukan dan keluaran
makanan serta penggunaan energi. Energi digunakan untuk

Created by Dedy Rahmat


memenuhi metabolisme basal (50-70%), termogenesis (10%),
aktifitas spontan dan aktifitas lain tak terbatas (20-40%) serta untuk
pertumbuhan.

Penilaian status nutrisi secara analisis diet


Merupakan pelengkap dari pemeriksaan lainnya. Penilaian kualitas
dan kuantitas makanan melalui metode wawancara dan food models
serta pencatatan yang teliti tentang makanan sehari-hari, kesulitan
makan, kebiasaan makan yang abnormal, alergi makanan dan
hambatan perkembangan keterampilan makan.

Penilaian status nutrisi secara antropometri


Antropometri adalah pengukuran berbagai dimensi fisik tubuh
manusia pada berbagai usia.
Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai/data mentah pada
seorang individu, misalnya umur, BB, TB, LLA, LK dan sebagainya.
Indeks merupakan kombinasi hasil pengukuran, misalnya BB/U,
TB/U dan sebagainya.
Indikator adalah cut-off points untuk suatu indeks.

Berat badan (BB)


BB merupakan parameter pertumbuhan yang paling sederhana,
mudah dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status
nutrisi sesaat. Pengukuran dilakukan tanpa pakaian atau pakaian
seminim mungkin dan tanpa sepatu. Keakuratan penimbangan pada
anak besar 0,5 kg dan anak kecil/bayi 0,1 kg. Untuk
mengevaluasinya diperlukan data umur yang tepat, jenis kelamin
dan acuan standar.
Interpretasi:
1. BB/U diplot pada kurva:
BB < persentil 10  defisit
BB > persentil 90  kelebihan
2. BB/U dibandingkan standar yang diacu, dalam
persentase:
80-120%  Gizi baik
60-80%  Gizi kurang (tanpa edema), gizi buruk bila disertai edema.
< 60%  Gizi buruk
Kehilangan BB:
∆BB (%) = [∆BB / BB awal] x 100%
Penilaian:
 5-10%  kehilangan BB ringan
 15-25%  kehilangan BB sedang
 > 25%  kehilangan BB berat

Created by Dedy Rahmat


Penilaian kehilangan BB dihubungkan dengan jangka waktu
Kehilangan BB dalam (%)
Jangka waktu
Bermakna Berat
1 minggu 1-2 >2
1 bulan 5 >5
3 bulan 7,5 > 7,5
6 bulan 10 > 10

Tinggi badan (TB)


TB merupakan parameter sederhana, mudah dilakukan dan diulang
serta bila dihubungkan dengan BB akan memberikan informasi yang
bermakna.
Cara pengukuran: anak berdiri tegak dan mata menatap lurus ke
depan, punggung menempel pada alat pengukur panjang pada
tembok/dinding tegak lurus. Untuk bayi atau anak yang belum bisa
berdiri, pengukuran dilakukan dalam posisi terlentang.
Interpretasi:
1. TB/U pada kurva:
 < persentil 5  defisit berat
 Antara persentil 5 dan 10  perlu
evaluasi lebih lanjut, untuk membedakan antara perawakan pendek
sebagai akibat defisiensi nutrisi kronik atau karena faktor genetik
2. TB/U dibandingkan pada standar
baku (%):
 90-110%  tinggi baik/normal
 70-90%  tinggi kurang
 < 70%  tinggi sangat kurang

Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)


Rasio BB/TB sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian status
nutrisi karena mencerminkan proporsi tubuh serta dapat
membedakan antara wasting dan stunting atau perawakan pendek.
Indeks pada anak perempuan hanya sampai 135 cm dan anak laki-
laki sampai TB 145 cm dan setelah itu rasio BB/TB tidak begitu
banyak berarti karena adanya percepatan tumbuh. Indeks ini tidak
memerlukan faktor umur.
BB/TB (%) = [BB aktual/BB menurut TB aktual] x 100%
Interpretasi:
1. Jika BB/TB (%):
 > 120%  Obesitas
 110-120%  Overweight
 90-110%  Normal
 70-90%  Gizi kurang
 <70%  Gizi buruk

Created by Dedy Rahmat


2. Nilai BB/TB di sekitar persentil 50 menunjukkan normal. Makin jauh deviasi
yang terjadi makin besar pula kelebihan atau kekurangan gizi pada individu
tersebut.

Lingkar lengan atas (LLA)


Digunakan pada anak 1-5 tahun, dan sudah dapat menunjukkan
status gizi anak. Pengukuran dilakukan pada lengan kiri,
pertengahan akromion dan olekranon, menggunakan pita pengukur
yang tidak melar atau pita khusus (WHO/CARE) yang diberi warna
hijau (> 12,5 cm), kuning (11,5-12,5 cm) dan merah (<11,5 cm).
Interpretasi:
 <11,5 cm  Gizi buruk (merah)
 11,5-12,5 cm  Gizi kurang (kuning)
 >12,5 cm  Gizi baik (hijau)
Interpretasi LLA/U:
 85-10%  Gizi baik/normal
 70-85%  Gizi kurang
 < 70%  Gizi buruk
Interpretasi LLA/TB:
 >85%  Gizi baik/normal
 80-85%  Borderline / KKP-I
 75-80%  Gizi kurang / KKP-II
 < 75%  Gizi buruk / KKP-III

Lingkaran kepala (LK)


LK dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan.
Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya
penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak.
Pengukuran dilakukan dengan pita pengukur yang tidak melar, tepat
diatas supra orbita pada bagian yang paling menonjol dan melalui
oksiput sehinggaa didapat nilai lingkar kepala yang maksimal.
Interpretasi:
 LK < persentil 5 atau < -2SD menunjukkan kemungkinan malnutrisi kronik pada
masa intrauterin atau masa bayi/anak dini.

Hasil interpretasi status nutrisi


Indeks
Hasil interpretasi status nutrisi
BB/TB BB/U TB/U
Normal Rendah Rendah Normal dengan riwayat malnutrisi
Normal Normal Normal Normal
Normal Normal Tinggi Tinggi, status nutrisi normal
Rendah Rendah Tinggi Kurang gizi, baru terjadi
Rendah Rendah Normal Kurang gizi, baru terjadi
Rendah Normal Tinggi Kurang gizi, baru terjadi
Tinggi Tinggi Rendah Kelebihan gizi tetapi belum tentu obese
Tinggi Normal Rendah Kelebihan gizi dengan riwayat malnutrisi
Tinggi Tinggi Normal Obese/kegemukan

Created by Dedy Rahmat


Berat otak pada anak:
 Saat lahir: ± 350 g
 1 tahun: ± 1000 g
 2 tahun: ± 1200 g
 Pria dewasa: ± 1400 g
 Wanita dewasa: ± 1250 g
 Pertumbuhan otak dimulai bulan ke 2 s/d 4 tahun

Pertambahan lingkar kepala:


 0 – 3 bulan = 2 cm
 4 – 6 bulan = 1 cm
 6 – 12 bulan = 0,5 cm
 1 – 3 tahun = 1 cm/tahun

Kebutuhan cairan (Darrow):


BB s/d 10 kg = BB x 100 cc
BB 10 – 20 kg = 1000 + (BB x 50) cc
BB > 20 kg = 1500 + (BB x 20) cc

Kebutuhan cairan untuk:


- Prematur / BLR (< 2 kg) = 150 cc/kg
- Neonatus dan bayi 2 – 10 kg = 10 cc/kg
Kebutuhan cairan per oral  150 – 200 cc/kg

Perhitungan kebutuhan kalori:


Kalori = BB ideal x Kalori pada usia ~ BB ideal
Contoh: An. ♂, 3 tahun, BB = 8,5 kg; TB = 81 cm
BB ideal = 10,8 kg  ~ usia 15 bulan
 Kebutuhan kalori = 10,8 x 100 kal = ~ 1000 kal

Perhitungan kalori karbohidrat dari cairan infus:


Kalori = Σ cairan / 24 jam x [cairan] x 4
1 g KH = 4 kalori

Perhitungan kalori protein dari aminofusin:


g/hari x 4
Kalori =
1,2

1 g Protein = 4 kalori
Protein dalam aminofusin 5% = 5 g / 100 cc
1 g Nitrogen = 6,25 g protein
1 g Asam amino = 0,833 g protein  1 g protein = 1,2 g asam amino

Perhitungan GIR cairan infus:

Created by Dedy Rahmat


(cc/jam) X [cairan] X 0,167
GIR = BB

BMR SCHOFIELD
Laki-laki
Umur (thn) Rumus
0–3 0,167W + 15,174H – 617,6
3 – 10 19,49W + 1,303H + 414,9
10 – 18 16,25W + 1,372H + 515,5
> 18 15,057W + 1,004H +
705,8
Perempuan
Umur (thn) Rumus
0–3 16,252W + 10,232H – 413,5
3 – 10 16,969W + 1,618H + 371,2
10 – 18 8,365W + 4,65H + 200
> 18 13,623W + 23,8H + 98,2

Rumus BMR
Umur (thn) Rumus
0–3 ♀: (0,249 x BB) – 0,127
♂: (0,244 x BB) – 0,13
3 – 10 ♀: (0,095 x BB) + 2,110
♂: (0,085 x BB) + 2,033
10 – 18 ♀: (0,074 x BB) + 2,754
♂: (0,056 x BB) + 2,808
BMR = (X . 1000) : 4,2 kal

Kecukupan Kalori
Umur (thn) Laki-laki perempuan
0–1 110 – 120 110 – 120
1–3 100 100
4–6 90 90
7–9 80 – 90 60 – 80
10 – 14 50 – 70 40 – 65
14 – 18 40 – 50 40

Kecukupan Protein sehari untuk bayi dan anak menurut umur


Golongan umur (tahun) Kecukupan protein (g/kg)
0–1 2,5
1–3 2
4–6 1,8
6 – 10 1,5
10 – 18 1 – 1,5

BMI = BB / TB2

Created by Dedy Rahmat


< P5  underweight
> P85  at risk of overweight
> 95  overweight

Energi
Basal metabolism = 50 – 70%
Termogenesis = 10%
Aktivitas spontan = 20 – 40%
Jadwal pemberian makanan dan minuman pada bayi yang
mendapat ASI
Makanan 2 mg–2 bl 2-4 bl 4-6 bl 6-8 bl 8-10 bl 10-12 bl
ASI On demand On demand On demand On demand On demand On demand
Buah 2x 2x 2x 2x
11.00 11.00 11.00 11.00
15.00 15.00 15.00 15.00
Bubur susu 1x 1x 1x
09.00 09.00 09.00
Nasi Tim 1x 2x 3x
17.00 13.00 09.00
***) 17.00 13.00
17.00
***) sudah dapat diberikan telur.
Buah dapat diberikan pada usia 2 bulan bila anak lapar dan sulit BAB

Jadwal pemberian makanan dan minuman pada bayi yang


mendapat PASI
Makanan 2 mg–2 bl 2-4 bl 4-6 bl 6-8 bl 8-10 bl 10-12 bl
ASI 6x 5x 4x 3x 2x 2x
100-120 120-160 160-200 200-220 200-250 200-250
06.00 06.00 06.00 06.00 06.00 06.00
09.00 09.00 13.00 13.00 20.00 20.00
12.00 13.00 17.00 20.00
15.00 17.00 20.00
18.00 20.00
21.00
Buah 2x 2x 2x 2x 2x
11.00 11.00 11.00 11.00 11.00
15.00 15.00 15.00 15.00 15.00
Bubur susu 1x 1x 1x
09.00 09.00 09.00
Nasi Tim 1x 2x 3x
17.00 13.00 09.00
***) 17.00 13.00
17.00
***) sudah dapat diberikan telur.

Kalori dan Protein Bahan Makanan


Nama Kalori (kal) Protein (gram)
ASI 65 – 70 1,1 – 1,4/100 cc
LLM 66,6 1,7/100 cc
SGM 66,6 2,8/100 cc
Susu sapi 61 3,1/100 cc
BB 80 3
BS 217 7
NT I 155 8
NT II 155 12
Breda 267 10,2
MC (LLM) 1000 33

Created by Dedy Rahmat


MC (Nabati) 1000 32
MC 2000 88
Pepti Junior 66,9 2
Enfalac 81 2,4
Pediasure 5 takar = 225 kal, 1 takar = 45 cc
Nutrilon Soya 66
Isomil 280/100 cc
SGM BBLR 81

Kenaikan BB untuk bayi (< 1 thn) berdasarkan BB increment:


 0 – 3 bln : 750 – 1000 g/bln
 3 – 6 bln : 600 – 750 g/bln
 6 – 9 bln : 400 – 500 g/bln
 9 – 12 bln : 200 – 300 g/bln
Pertumbuhan
 Increment first year:  Preschool: stable for 4-5 year
BB = + 200%  3 x BL Increment:
TB = + 55%  1,5 x PL Ht = + 6 – 8 cm/year
 Second year: Wt = + 2 – 4 kg/year
BB = + 3,5 kg  Middle childhood
TB = + 12 cm Increment:
Ht = + 5 – 6 cm/year
Wt = + 2 kg/year

Makanan Cair (2000 kal)


Bahan:
 Susu full cream 120 g  Tepung beras 20 g
 Susu skim 90 g  Minyak jagung 20 cc
 Gula pasir 100 g  Jumlah cairan 2000 cc
 Glukosa 25 g  Sari buah ekstra 100 cc
 Telur 3 butir
Nilai gizi:
 Energi 2000 kal
 Protein 83,2 g
 Lemak 74,2 g
 Karbohidrat 235,7 g
Makanan Cair (LLM)
Bahan:
 Susu LLM 135 g  Maizena 10 g
 Gula pasir 50 g  Minyak jagung 5 cc
 Telur 1 butir  Jumlah cairan 1000 cc
Nilai gizi:
 Energi 1000 kal
 Protein 33 g
 Lemak 20 g
 Karbohidrat 64 g
 Laktosa 9,5 g
Makanan Cair (Nabati)
Bahan:

Created by Dedy Rahmat


 Telur ayam 1 butir  Tepung beras 10 g
 Kacang hijau 100 g  Minyak jagung 10 cc
 Wortel 50 g  Gula pasir 100 g
 Sari jeruk 50 cc  Jumlah cairan 2000 cc
Nilai gizi:
 Energi 1000 kal
 Protein 32 g
 Lemak 18 g
 Karbohidrat 172 g

Bubur susu (per oral)


Bahan:
 Tepung 1,5 sdm/15 g
 Susu cair 1 gelas/200 g
 Gula pasir 1 sdm/10 g
Nilai gizi:
 Energi 217 kal
 Protein 7g
 Lemak 7g
Bubur susu bahan dasar LLM
Bahan:
 Tepung 20 g
 LLM 1 gelas/200 cc
 Gula pasir 1 sdm/10 g
Nilai gizi:
 Energi 238,2 kal
 Protein 4,8 g
Nasi Tim / Bubur Campur
Untuk membuat satu porsi nasi tim / bubur campur, berikut ini
disajikan bahan yang diperlukan dan banyaknya:
Banyaknya
Bahan
Ukuran rumah tangga Berat (gr)
Beras 2 sdm 20
Ikan 1 potong kecil 25
Tahu / tempe 1 potong kecil 10
Sayur ½ gelas 25
Air 3 – 4 gelas 800
 pilih salah satu atau dua macam sayuran seperti bayam, kangkung, daun
singkong muda, wortel, labu kuning atau sayuran lain yang tersedia setempat.
Nilai gizi:
 Energi 155 kal  Besi 2,2 mg
 Protein 8g  Vitamin A 1895 SI
 Lemak 4g  Tiamin 0,1 mg
 Karbohidrat 22 g  Vitamin C 11,6 mg
 Kalsium 47,4 g
Air Tajin

Created by Dedy Rahmat


Bahan:
 Tepung beras 8 g/2 sdm
 Air 1 L/5 gelas
 Garam dapur 4 – 5 g (1 sdt)
Cara membuat:
Campur semua bahan dan aduk sampai rata. Masak bahan tersebut
sampai mendidih dan teruskan masak sampai 45 – 60 menit.
Larutan Gula Garam
Bahan:
 Garam dapur 1 g (1/4 sdt)
 Gula pasir 5 g (1 sdt munjung)
 Air matang 200 ml (1 gelas)
Cara membuat:
Masukkan gula pasir dan garam ke dalam 1 gelas air matang,
kemudian aduk sampai gula dan garam larut.
Bubur Breda
Bahan:
 Tepung beras 15 g/1,2 sdm
 Tepung maizena 15 g/ 1,2 sdm
 Daging ayam tanpa kulit 50 g/1 potong paha
 Minyak kelapa 1 g /0,5 sdm
 Minyak kacang 1 g /0,5 sdm
 Garam meja 0,35 g
 Tambahan vitamin B kompleks 1 tab + vitamin C 25 mg
Nilai gizi:
 Energi 267,4 kal
 Protein 10,2 g
 Lemak 14,6 g
 Karbohidrat 24,8 g
Cara membuat:
1. Rebus daging ayam sampai empuk dan potong kecil-kecil
2. Daging ayam dan kuahnya sebanyak 200 cc diblender bersama
minyak kelapa dan minyak kacang
3. Campuran ayam tersebut dibuat bubur bersama tepung beras
dan tepung maizena sampai masak
4. Tambahkan garam, kemudian angkat dari api
Hepatosol
- Protein BCAA  6,12 g/100 g
- Trigliserida (MCT)  3,6 g/100 g
- Cara menyajikan: 4 sendok takar = 60 g = 250 ml ~ 230 kal, mengandung 2,2 g
MCT dan 3,672 g BCAA.
1 ml = 0,92 kal
Aminoleban
- Protein  13,5 g

Created by Dedy Rahmat


- Energi  210 kal
 1 sachet = 50 g, ditambahkan 180 ml air hangat air hangat jadi 200 ml larutan ~
210 kal
Vitaplus
- Lemak  8 g
- Laktosa  10,5 g
- DHA  12,6 g
- L-Karnitin  3,4 g
- Energi  197,8 kal
 4 sendok takar = 42 g, ditambah 180 ml air jadi 200 ml larutan ~ 198 kal. 1 ml =
0,99 kal
Vitalac BL
- Lemak  5,38 g
- Fruktooligosakarida  500 g
- Energi  520 kal/100 g

Diet Khusus
1. Sesak nafas (Frekuensi < 60 x/mnt)
2. Kesadaran menurun
 menggunakan NGT
Untuk < 1 tahun
Susu (SGM) frekuensi 6 kali
Misalnya: bayi usia 8 bulan dengan ensefalitis, BB = 9 kg.
Kebutuhan cairan: 150 x 9 = 1350 ml
 SGM 6 x 225 ml per NGT
Untuk > 1 tahun
Makanan cair (MC) atau formula seperti Pediasure (1 ml = 1 kal)
Misalnya: anak, 2 thn, BB = 14 kg
Kebutuhan: 14 x 100 = 1400 kal
MC 6 x 259 ml
Kalau gizi buruk  frekuensi 7-8 kali

Diet pada gangguan pencernaan


Anak dengan diare, BB = 14 kg
 MC bahan dasar LLM 6 x 250 cc per NGT  LLM: protein non
hidrolisat, non laktosa, MCT
Bila masih mencret  MC Nabati 6 x 250 cc/NGT
Bila masih mencret juga  Pepti Junior/Pregestimil: protein
hidrolisat, lemak MCT, glukosa polimer
Misalnya: anak 7 bulan, BB = 8 kg dengan diagnosis diare akut
 Diet:
- ASI on demand

Created by Dedy Rahmat


- LLM 3 x 175 ml
- BS 2x (bahan dasar LLM)
- BB 2x (pisang, biskuit)

Diet pada diare akut


- Diare akut  terjadi kurang dari 7 hari. Diet normal dapat
dilanjutkan selama sakit.
- The American Academy of Pediatrics merekomendasikan anak-
anak dengan dehidrasi ringan sampai sedang (mild sampai
moderat) membutuhkan rehidrasi dalam 4-6 jam, dilanjutkan
dengan makanan yang sesuai dengan usianya, dengan tetap
memberikan ASI pada bayi.
- Bila diare anak memburuk setelah minum susu formula yang
mengandung laktosa, formula bebas laktosa diperlukan sampai
sembuh dari sakitnya. Protein kedelai, formula bebas laktosa
dengan tambahan kedelai serat polisakarida dapat digunakan
dalam menangani diare akut.

Tabel 1. Komposisi cairan elektrolit-glukosa oral


Solution Na (mEq/l) K Cl Karbohidrat Osmolalitas
(mEq/l) (mEq/l) (g/l) (mOsm/l)
Rehidrasi
WHO-ORS 90 20 80 20 310
Rehidralyte 75 20 65 25 310
Rumatan
Infalyte 50 25 45 0 200
Ricelyte 50 25 45 20 290
Pedialyte 45 20 35 25 270
Resol 50 20 50 20 269
Sumber: AAP News vol. 5, p. 5, 1989

Diet pada diare kronik


- Diare kronik pada bayi merupakan kondisi klinis yang reversibel.
Dipertimbangkan sebagai gangguan nutrisi.
- Diare kronik berbahaya bila tidak diobati dengan segera dan
sesuai, karena dapat menyebabkan dehidrasi dan malnutrisi
berat.
- Paling sering tampak dalam 6 bulan pertama kehidupan dan
terjadi tipikal setelah diare akut. Diare kronik menyebabkan
malnutrisi dengan karakteristik volume yang banyak, asidosis,
sering disertai gas.
- Pada diare kronik terdapat kerusakan enterocyte dan gangguan
kemampuan absorbsi usus. Intake oral menurun dan bayi

Created by Dedy Rahmat


menjadi lebih dehidrasi dan malnutrisi, enterocyte tidak dapat
sembuh.
- Pengobatan diare kronik pada bayi adalah dengan memelihara
nutrisinya. Langkah pertama adalah resusitasi cairan yang
sesuai. Kemudian refeeding melalui nutrisi enteral maupun
parenteral, dimulai perlahan-lahan agar tidak terjadi syndrome
refeeding. Hal ini dapat menyebabkan hipofosfatemia,
hipokalemia, dan hipomagnesia. Dapat terjadi kegagalan nafas
dan kolaps sirkulasi.
- Kebutuhan kalori yang dibutuhkan untuk kejar tumbuh adalah
antara 140-200 kkal/kg/hari. Sereal dan makanan bayi lainnya
dapat dilanjutkan sesuai dengan toleransi bayi, jus sebaiknya
dihindari karena osmolalitasnya yang tinggi.
- Selain ASI dapat diberikan beberapa formula yaitu: Formula
bebas laktosa, Formula semi elemen protein hidrolisa seperti
alimentum (Ross) atau pregestimil (mead johnson), Formula
elemen asam amino seperti neocate (Scientific Hospital Supply)
- Untuk memenuhi tujuan diet pada penderita diare, diperlukan
syarat-syarat sebagai berikut :
- Pasien tidak dipuasakan. Setelah terjadi rehidrasi, segera
diberikan makanan per oral.
- Pemberian ASI diutamakan, terutama pada bayi.
- Cukup energi dan protein.
- Cukup cairan dan elektrolit, sesuai dengan kebutuhan
menurut berat badan dan umur.
- Cukup mineral dan vitamin.
- Makanan tidak merangsang saluran pencernaan
- Makanan diberikan secara bertahap
- Makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi yang
sering.

Diet pada intoleransi laktosa


 Intoleransi laktosa merupakan sindrom malabsorbsi karbohidrat
yang paling sering muncul.
 Karakteristik kelainan ini adalah bloating, buang-buang angin,
dan diare setelah mencerna makanan yang mengandung
laktosa. Test hidrogen merupakan diagnosa test untuk
menentukan intoleransi laktosa.
 Diet rendah laktosa diperlukan untuk 2 alasan, yaitu :
- primer akibat defisiensi laktosa (alaktasia kongenital)

Created by Dedy Rahmat


- sekunder akibat intoleransi (komplikasi dari gastroenteritis,
penyakit celiac atau fibrosis kistik)
 Prinsip dasar diet kedua kelainan di atas adalah sama, yaitu
pemberian makanan rendah atau bebas laktosa, namun pada
alaktasia primer, diet bebas laktosa diberikan seumur hidup
sedangkan pada intoleransi, misalnya pada gastroenteritis, diet
hanya bersifat sementara.
 Laktosa diproduksi oleh sel-sel mukosa usus halus sehingga
gangguan pada mukosa akan menurunkan produksi laktase
yang menimbulkan diare akibat tidak tercernanya laktosa saat
melewati usus. Intoleransi laktosa ditandai dengan
berkurangnya ampas pada feses. Sebagai akibat sekunder dari
penyakit primernya, intoleransi laktosa dapat menghilang seiring
dengan sembuhnya penyakit primer, sehingga diet yang
diperlukan hanya beberapa saat.

Diet pada konstipasi


 Konstipasi biasa terjadi pada masa anak-anak.
 Pengobatan jalur pertama adalah dengan memberikan cairan.
 Pada anak diatas 2 tahun, diet tinggi serat sering
direkomendasikan, bila gagal, dibutuhkan lubricant dan laksatif.
 Program yang dapat dilakukan untuk mencegah konstipasi
adalah diet tinggi serat, cairan adekuat, dan peningkatan
aktivitas fisik.

Diet untuk penderita penyakit jantung


Tujuan pemberian diet pada penderita penyakit jantung adalah:
 Memberikan makanan secukupnya agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara normal tanpa membebani kerja jantung
 Mencegah retensi garam atau air dalam tubuh sehingga dapat
menurunkan tekanan darah
 Menyiapkan anak dengan penyakit jantung bawaan sehingga
dalam keadaan baik untuk dioperasi.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam diet jantung:
 Energi cukup sesuai kebutuhan. Kecukupan energi pada bayi
dengan kelainan jantung bawaan adalah 175-180 kal/kg.
 Protein tinggi yaitu 3-4 g/kg. bila terdapat kegagalan jantung,
untuk mengurangi beban ginjal, maka protein dibatasi menjadi
1-2 g/kg
 Lemak sedang’mineral dan vitamin cukup

Created by Dedy Rahmat


 Natrium dan cairan dikurangi bila terdapat edema atau
hipertensi
 Mudah dicerna
 Rupa makanan menarik dan rasa harus diperhatikan
 Cara saji yang menarik
Diet jantung I
Diberikan pada pasien dengan kegagalan jantung. Konsumsi protein
dibatasi 1-2 g/kg. Konsumsi natrium juga dibatasi, pada bayi 150-
180 mg/hari, sedangkan untuk anak 40 mg/hari. Bahan makanan
yang diberikan harus dalam bentuk cair.
Diet jantung II
Diberikan pada pasien dengan kemampuan jantung menurun.
Protein yang diberikan 3-4 g/kg. Untuk bayi konsumsi natrium
dibatasi 200-400 mg/hari, sedang pada anak 600-800 mg/hari.
Bentuk makanan adalah lunak.
Diet jantung III
Diberikan pada anak tanpa kegagalan jantung. Seperti pada
penyakit jantung rematik dan demam rematik. Makanan yang
diberikan adalah makanan biasa.

Bahan makanan yang tidak boleh diberikan pada diet jantung adalah
makanan yang merangsang saluran pernafasan dan makanan yang
mengandung gas.

Diet untuk penderita penyakit ginjal


Diet yang diberikan adalah diet rendah protein dan rendah garam.
Diberikan pada pasien dengan glomerulonefritis dan kegagalan faal
ginjal.
Tujuan pemberian diet ini adalah:
 Memberi makanan secukupnya tanpa membebani kerja ginjal
 Membantu menurunkan kadar ureum dan kreatinin darah
 Mengurangi retensi natrium dalam tubuh
 Mengusahakan agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal
Syarat-syarat:
 Energi harus lebih tinggi dari kecukupan energi normal.
Kecukupan energi anak < 3 tahun adalah 150 kal/kg, sedangkan
anak > 3tahun adalah 100 kal/kg.
 Jumlah protein sesuai dengan faal ginjal.
 Lemak lebih tinggi dari kecukupan normal

Created by Dedy Rahmat


 Hidrat arang diberikan lebih tinggi sehingga mencukupi
kebutuhan energi
 Natrium dibatasi bila ada edema atau hipertensi
 Banyaknya cairan disesuaikan dengan faal ginjal, umur dan
berat badan anak.
 Bila ada anuria, makanan diberikan secara parenteral
 Mineral dan vitamin diberika cukup keuali natrium
 Rasa makanan bitingkatkan dengan bumbu yang tidak
mengandung natrium.
Diet Nefritis I
Diberikan pada: CCT < 19 ml/mnt, Cr serum 4 – 6 mg%, Ur >
60 mg%.
Komposisi:
- Protein 1 g/kg/hr
- Na 200 – 400 mg/hr
- Energi: < 3 tahun = 150 kal/kg ; > 3 tahun = 100 kal/kg
Diet Nefritis II
Diberikan pada: CCT 20 – 30 ml/mnt, Cr serum 2 – 4 mg%, Ur
40 – 60 mg%.
Komposisi:
- Protein 1,5 – 2 g/kg/hr
- Na 600 – 800 mg/hr
- Garam 1 gr
Diet Nefrotik
Diberikan pada Sindrom Nefrotik
Komposisi:
- Protein 2 g/kg/hr
- Energi sesuai umur dan BB
- Rendah garam

Parenteral Nutrition
Definisi: pemberian nutrisi termasuk air, karbohidrat, protein, lemak
elektrolit, vitamin, mineral dan trace elemen melalui vena yang
utuh.
Tujuan: untuk memberikan nutrien yang dibutuhkan agar anak
dapat tumbuh kembang seperti anak lain yang mendapat dukungan
nutrisi enteral.
PN diberikan sebagai dukungan nutrisi bagi pasien yang tidak dapat
mengkonsumsi atau menyerap sejumlah makanan secara adekuat
melalui traktus gastrointestinal selama paling sedikit 5-7 hari.

Created by Dedy Rahmat


Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pasien yang karena
sesuatu sebab atau keadaan tidak dapat, tidak boleh atau tidak mau
makan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan bila hanya
mendapat masukan peroral.
Kontra indikasi pemberian PN adalah pasien yang dapat
mengkonsumsi nutrisi enteral sesuai atau melebihi kebutuhan atau
pemberian nutrisi parenteral memberikan efek samping yang lebih
berbahaya dibandingkan penyakit dasarnya.
Keadaan yang kemungkinan memerlukan PN:
1. Pasien tidak mampu mentoleransi nutrisi enteral karena
disfungsi traktus GI:
- Pasca bedah neonatus: gastroskizis, atresia esofagus,
atresia intestinal multipel, ileus mekonium dengan
peritonitis, malrotasi dan volvulus, MH + enterokolitis,
hernia diafragmatika
- Reseksi usus yang panjang
- Fistula gastrointestinal yang panjang
- Penyakit GI yang berat: EKN, IBD, pankreatitis
- Malabsorbsi berat
- Diare intraktabel pada bayi
- Pemberian kemoterapi dengan atau tanpa iradiasi
- Transplantasi tulang atau organ lain
- BBLSR dengan penyakit saluran nafas atau penyakit lain
yang berat
- Chilotoraks atau chiloasites
2. Pasien dengan kebutuhan metabolisme meningkat yang
kemungkinan tidak adekuat dengan pemberian PN:
- Luka bakar hebat dan trauma
- Fibrosis kistik
- Sepsis berat
- Gagal ginjal
- Gagal jantung berat

Langkah-langkah pada tatalaksana PN:


 Penentuan status nutrisi
 Perhitungan kebutuhan nutrisi (energi, cairan, nutrien)
Rumus Harris-Benedict:

Created by Dedy Rahmat


- Laki-laki: kal/24 jam = 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) +
(6,76 x Umur)
- Perempuan: kal/24 jam = 65,51 + (9,57 x BB) + (1,85 x
TB) – (4,86 x Umur)
- Bayi: kal/24 jam = 22,10 + (31,05 x BB) + (1,16 x TB)
Tergantung pada stres yang diderita, maka kebutuhan energi
akan meningkat = BEE x faktor stres, yaitu menjadi 1,25 x pada
stres ringan, 1,5 x pada stres sedang dan 2 x pada stres berat.
 Pemilihan dan perhitungan cairan yang akan digunakan serta
cara pemberiannya
 Penentuan akses PN
 Pelaksanaan pemberian PN
 Pemantauan:
o Keadaan klinis dan laboratoris
o Komplikasi (mekanik, septik dan metabolik)

Kondisi yang dapat meningkatkan kebutuhan energi


Kondisi Kenaikan kalori
Demam 12% untuk setiap kenaikan suhu 10C diatas 370C
Gagal jantung 15-25%
Bedah mayor 20-30%
Luka bakar Sampai 100%
Sepsis (berat) 40-50%
Gagal tumbuh (kronik) 50-100%
MEP Sampai 2x BEE

Kebutuhan protein
Golongan umur (tahun) Protein (g/kg/hari)
0 – 1 (+BBLR) 2,0 – 3,5
1–7 2,0 – 2,5
7 – 12 2,0
12 – 18 1,5
> 18 1,0

Akses Vaskular
Bergantung lamanya terapi, kebutuhan nutrisi dan volume cairan
yang akan diberikan.
- Akses vena perifer
Maksimal konsentrasi dextrose 12,5%, osmolaritas <900
mOsm/L. Lama pemakaian < 2 minggu. Komplikasi flebitis (bila
osmolaritas >900 mOsm/L)
- Akses vena sentral
Indikasi: terapi nutrisi jangka panjang atau home PN. Sangat
aman untuk TPN  karena high blood flow rapidly dilutes the
hypertonic solution. Komplikasi berhubungan dengan letak

Created by Dedy Rahmat


akses, infeksi dan trombosis. Fungsinya untuk PN, kemoterapi,
prolonged antibiotic therapy dan komponen darah. Akses vena
sentral permanen bila > 3 minggu.

Lipid
 Nutrisi dengan densitas kalori tinggi (9 kal/g), pada PN
memasok 30-50% energi non nitrogen.
 Sebagai sumber asam lemak esensial yaitu asam linoleat dan
asam linolenat (minimal 1% energi total).
 Emulsi lipid 20% lebih dianjurkan dibandingkan 10%, karena:
o Volume cairan yang lebih sedikit
o Kalori lebih besar yaitu 2 kal/ml sedang emulsi lipid 10%
mengandung 1,1 kal/ml
o Mengandung fosfolipid yang lebih rendah, sehingga
risiko hiperkolesterolemia dan hiperfosfolipidemia menjadi
lebih rendah. Fosfolipid  menghambat enzim lipoprotein
lipase yang berfungsi dalam clearance lipid intravena
 Dimulai dengan dosis rendah yang dinaikkan bertahap.
 Pemberian terus menerus 24 jam atau 18 jam  istirahat 6 jam
untuk proses clearance
 Dosis lipid parenteral 2,5 – 3 g/kg/hr hanya memberikan 25 –
30% total energi dalam lemak, tetapi dosis yang lebih besar
sulit ditoleransi terutama pada prematur atau kecil masa
kehamilan.
 Anak > 2 tahun  pembatasan lemak sampai 30% dari total
kalori (umumnya 1,5 – 2,5 g/kg/hr) sesuai AAP
 Lemak tidak boleh > 60% total kalori  bisa terjadi
ketoasidosis.
 Efek samping pemberian lemak intravena, jika diberikan bolus
atau melebihi dosis 3,6 g/kg/hr antara lain perubahan fungsi
paru, terganggunya fungsi netrofil dan peningkatan risiko
kernikterus pada bayi dengan peningkatan kadar bilirubin.
 Komplikasi PN dapat dikategorikan:
o Pemberian nutrisi tidak adekuat  over/undernutrition
o Metabolik  gangguan elektrolit, hipoglikemia,
hiperglikemia, jaundice, defisiensi vitamin, asam lemak,
asidosis metabolik
o Mekanik  pneumotoraks, hematotoraks, emboli udara
dall.
o Infeksi  sepsis dan flebitis

Created by Dedy Rahmat


 Pemberian emulsi lipid harus hati-hati bila diberikan pada:
o Neonatus dengan hiperbilirubinemia
o Neonatus yang sedang fototerapi
o Mengalami gagal nafas
o Sepsis berat
o Trombositopenia
 Komplikasi yang terjadi akibat pemberian emulsi ini antara lain
reaksi hipersensitivitas akut,bradikardia transient, TPN related
cholestasis, risiko kolelitiasis, pankreatitis, gangguan pertukaran
gas pernafasan, gangguan fungsi imun, trombositopenia,
lepasnya ikatan bilirubin dari albumin.

Formula All In One


Formula all in one adalah pemberian PN yang mengandung
dekstrosa, asam amino, dan emulsi lipid dalam satu wadah.
Keuntungannya adalah lebih nyaman, pemberian infus lipid dapat
lebih lambat, disamping lebih hemat karena penggunaan pompa dan
pipa makanan menjadi berkurang. Lebih lanjut emulsi lipid yang
isotonus menjadikan campuran larutan lebih rendah osmolalitasnya.
Tetapi formula ini juga mempunyai kelemahan yaitu sulit memantau
bila terjadi presipitasi pada larutan, disamping itu penelitian
menunjukkan bahwa formula ini lebih berisiko untuk terjadinya
pertumbuhan bakteri dibandingakan formula biasa.
Komplikasi PN:
1. Pemberian nutrisi tidak adekuat: under/over nutrition
2. Metabolik: gangguan elektrolit, hipoglikemia, hiperglikemia,
cholestatic jaundice, defisiensi vitamin, asam lemak, asidosis
metabolik, dan lain-lain
3. Mekanik: pneumotoraks, hemitoraks, emboli udara dan lain-lain
4. Infeksi: sepsis, flebitis dan lain-lain
Penghentian PN
Bila nutrisi enteral sudah dapat diberikan dan ditoleransi, maka PN
secara bertahap dapat dikurangi seiring bertambahnya jumlah
nutrisi enteral. Sebaiknya PN tidak dihentikan secara mendadak,
tetapi dalam 24 jam, bahkan pada neonatus harus dilakukan dalam
2-3 hari. PN baru dihentikan seluruhnya bila asupan nutrisi enteral
sudah mencapai 2/3 kebutuhan.

Kebutuhan lipid untuk PN


Dosis Prematur/KMK Aterm Anak
Inisial 0,5 – 1 1–2 1

Created by Dedy Rahmat


5 ml/kg/h 10 ml/kg/h 10 ml/kg/h
Peningkatan/hari 0,25 – 1 0,5 – 1 0,5 – 1
2,5 ml/kg/h 5 ml/kg/h 5 ml/kg/h
Maksimum 3–4 4 2
30 ml/kg/h 40 ml/kg/h 20 ml/kg/h

Cara pembuatan cairan TPN dengan KaEN 1B:


1. Konsentrasi 15%
V1M1 = V2M2 + V3M3
15 x 500 = 40 X + (500-X) x 3,75
X = 155 cc ~ 160 cc
 KaEN 1B (340) + D 40% (160) + KCl 10 mEq/kolf
2. Konsentrasi 17,5%
V1M1 = V2M2 + V3M3
17,5 x 500 = 40 X + (500-X) x 3,75
X = 189 cc ~ 190 cc
 KaEN 1B (310) + D 40% (190) + KCl 10 mEq/kolf

Cara pembuatan cairan untuk TPN:


1. Hitung kebutuhan kalori (BB ideal)
2. Hitung kebutuhan protein (mulai 1 g/kg/hari)
3. Hitung kebutuhan cairan (BB aktual, ~ Darrow)
4. Hitung kebutuhan Na dan K
5. Hitung kebutuhan cairan asam amino (sesuaikan dengan
kebutuhan protein)
6. Hitung sisa cairan
7. Tentukan konsentrasi glukosa yang akan digunakan, mulai
10% sampai maksimal 12,5%
8. Hitung komposisi cairan yang akan digunakan
9. Hitung kembali total kalori
10. Hitung persentase terhadap BMR

Contoh TPN:
Kasus: An. ♀, 9 bulan, BB = 7 kg, BB ideal = 8,4 kg
1. Kebutuhan kalori An. ♀, 9 bulan  110 - 120 kal/kg/hr  1000
kal
2. Kebutuhan protein 1 g/kg/hr  7 g/hr
3. Kebutuhan cairan = 7 X 100 = 700 cc
4. Kebutuhan elektrolit:
Na  2 mEq/kg/hr  14 mEq
K  2 mEq/kg/hr  14 mEq

Created by Dedy Rahmat


5. Kebutuhan asam amino  dalam cairan Aminofusin L-600
(Protein 5%  5 g/100 cc)
7 g protein = 7/5 x 100 = 140 cc
6. Sisa cairan = 700 – 140 = 560 cc
7. Konsentrasi cairan yang diinginkan  12,5%
8. Komposisi cairan: KaEN 1B + D40%
V1M1 = V2M2 + V3M3
12,5 x 560 = 40 X + (560-X) x 3,75
X = 135 cc
Jadi cairan yang diberikan:
 KaEN 1B = 560 – 135 = 425 cc
 D40% = 135 cc
9. Buat cairan dalam 1 kolf (500 cc)
KaEN 1B = 425 / 560 x 500 = 380 cc
D40% = 135 / 560 x 500 = 120 cc
 KaEN 1B (380) + D 40% (120) + KCl 10 mEq/kolf
Kalori cairan yang diberikan:
 KaEN 1B = 425 cc  64 kal
 D40% = 135 cc  216 kal
 Aminofusin L-600 = 140 cc  84 kal
 Total kalori = 364 kal
10. BMR = 0,244 x 8,4 – 0,13 = 1,9 / 4 x 1000 = 480 kal
TPN = 76% BMR
Contoh perhitungan Ivelip:
Ivelip 20% (dalam 100 cc)
Misalnya: BB = 12 kg  Kebutuhan lipid diawali dengan 0,5 g/kg/hr
Jadi kebutuhan lipid = 6 g
Jumlah Ivelip = 6/20 x 100 = 30 cc
Kalori lipid = Σcairan x [cairan] x 9 = 30 x 20% x 9 = 54 kal
Aminofusin ped  Protein 4%
Aminofusin L-600  Protein 5%
1 g Nitrogen = 6,25 g protein
1 g Asam amino = 0,833 g protein

Proporsi keseimbangan gizi:


 Karbohidrat : 50 – 60%
 Protein : 12 – 22%
 Lemak : 38%

Klasifikasi status antropometri


Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk

Created by Dedy Rahmat


BB / U 80 – 100% 60 - < 80% < 60%
TB / U 95 – 100% 85 - < 95% < 85%
BB / TB 90 – 100% 70 - < 90% < 70%
LLA / U 85 – 100% 70 - < 85% < 70%
LLA / TB 85 – 100% 70 - < 85% < 70%

Penentuan status gizi anak


Status gizi Klinis Antropometri
Gizi buruk Tampak sangat kurus dan atau edema pada < -3 SD
kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh > -3 SD (dengan edema berat)
Gizi kurang Tampak kurus ≥ -3 SD s/d < -2 SD
Gizi baik -2 SD s/d +2 SD
Gizi lebih > +2 SD

Gizi Buruk
Tata laksana gizi buruk di ruangan perawatan meliputi 10 langkah
utama (WHO) yaitu:
1. Pengobatan dan pencegahan hipoglikemia
Bila kadar GDS < 54 mg/dL atau < 3 mmol/L pada pemeriksaan
dextrostick, maka:
- Diberikan sesegera mungkin cairan F75 dan dilanjutkan
pemberian tiap 2 – 3 jam
- Jika sulit mendapatkan cairan F75 dalam waktu singkat,
maka dapat diberikan 50 ml cairan D 10% atau sukrosa (1
sendok teh gula dalam 3,5 sendok teh air) diberikan secara
oral atau melalui NGT dan kemudian dilanjutkan dengan
pemberian makanan sesegera mungkin.
- Pemantauan dilakukan dengan melakukan:
 Pengukuran kadar GDS kembali setelah 30 menit.
Bila terdapat hipoglikemia tata laksana diatas dapat
diulang.
 Pengukuran suhu rektal. Bila < 35,5 0C dan terdapat
penurunan kesadaran, maka harus diwaspadai adanya
hipoglikemia.
- Untuk anak yang mengalami penurunan kesadaran
diberikan terapi IV D 10% 5 ml/kg atau dapat diberikan D
10% atau sukrosa per NGT.
- Sebagai pencegahan berulangnya hipoglikemia, pemberian
makanan dilakukan tiap 2 – 3 jam baik siang hari maupun
malam hari paling tidak pada hari pertama.
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (Suhu rektal <
350C)
 Berikan makanan cair sesegera mungkin
 Beri selimut / pakaian tebal dan lampu pemanas

Created by Dedy Rahmat


 Dapat diberikan antibiotik yang sesuai
3. Pengobatan dan pencegahan dehidrasi
Bila didapatkan tanda-tanda dehidrasi diberikan cairan ReSoMal
5 ml/kg setiap 30 menit selama 2 jam pertama, selanjutnya
diberikan 5 – 10 ml/kg/jam untuk 4 – 10 jam berikutnya.
Bila dalam 6 – 10 jam telah tercapai rehidrasi, maka dapat
diberikan F75.
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
 Kalium: 3 – 4 mmol/kg/hr
 MgSO4: 0,25 cc/kg/hr, maksimal 2 cc IM
 Cairan rendah natrium (Resomal)
5. Pengobatan dan pencegahan infeksi
Pilihan antibiotik adalah yang berspektrum luas.
Untuk pasien tanpa komplikasi diberikan Kotrimoksasol 5
mg/kg/hr dalam 2 dosis, selama 5 hari.
Bila terdapat komplikasi dapat diberikan Ampicillin 50 mg/kg/hr
IV, diberikan tiap 6 jam selama 7 hari dan Gentamisin 7,5
mg/kg/hr IV, 1 kali/hr selama 7 hari
6. Pemberian makan dilakukan melalui 3 fase:
- Stabilisasi:
 Kalori 80 – 100 kal/kg/hr
 Protein 1 – 1,5 g/kg/hr
 Cairan 130 cc/kg/hr (untuk pasien dengan edema
100 cc/kg/hr)
- Transisi:
 Kalori 100 – 150 kal/kg/hr
 Protein 1,5 – 4 g/kg/hr
 Cairan 150 cc/kg/hr
- Rehabilitasi:
 Kalori 150 – 200 kal/kg/hr
 Protein 4 – 6 g/kg/hr
 Cairan 150 – 200 cc/kg/hr
7. Memperhatikan tumbuh kejar
Pemantauan dilakukan pada:
- Makanan yang disediakan dan jumlah makanan yang dapat
dihabiskan.
- Adanya muntah dan frekuensi defekasi dan konsistensi tinja
- Berat badan setiap hari. Pada fase rehabilitasi pencapaian
BB yang dikategorikan dalam poor  < 5 g/kg/hr ;
moderate  5 – 10 g/kg/hr dan baik bila > 10 g/kg/hr.

Created by Dedy Rahmat


8. Koreksi mikronutrien
9. Stimulasi sensorik dan dukungan emosional
10. Mempersiapkan tindak lanjut di rumah
Indikasi transfusi pada gizi buruk:
- Hb < 4 g/dL
- Hb 4 – 6 g/dL dan anak dengan respiratory distress
Komponen darah yang diberikan berupa PRC 10 cc/kg. Bila
pemeriksaan darah rutin pasca transfusi menunjukkan Hb tetap < 4
g/dL atau 4 – 6 g/dL maka transfusi darah tidak boleh diulang dalam
waktu 4 hari.
Kriteria pemulangan anak gizi buruk dari ruang rawat inap:
1. Balita:
- Nafsu makan sudah baik
- Perbaikan kondisi mental
- Anak sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak,
berdiri atau berjalan, sesuai dengan umurnya
- Suhu tubuh 36,5 – 37,50 C
- Tidak ada muntah atau diare
- Tidak ada edema
- Terdapat ↑ BB > 5 g/kg/hr selama 3 hari berturut-
turut atau kenaikan sekitar 50 g/kg/minggu, selama 2
minggu
- Sudah berada dalam kondisi gizi kurang
2. Ibu/pengasuh:
- Sudah dapat membuat makanan yang diperlukan
untuk tumbuh kejar di rumah
- Sudah mampu merawat serta memberikan makanan
dengan benar pada anak
3. Institusi lapangan:
- Telah siap menerima rujukan pasca rawat
Pasien gizi buruk yang menolak rawat inap, maka harus dilakukan:
 Membuat jadwal kunjungan sampai tercapainya tahap
rehabilitasi
 Menghubungi institusi lapangan terdekat (RS setempat,
puskesmas setempat atau Balkesmas setempat atau pekerja
sosial di bidang nutrisi dan kesehatan setempat.
Minimal lama perawatan pada gizi buruk 16 minggu (sampai tahap
transisi selesai) dimana pasien dalam fase rehabilitasi.
Pemakaian mikronutrien pada gizi buruk:
 Asam folat 5 mg/hari, pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hr

Created by Dedy Rahmat


 Zn 2 mg/kg/hr
 Cu 0,2 mg/kg/hr
 Preparat besi diberikan dalam bentuk ferrosulfat dengan dosis 3
mg/kg dan hanya diberikan setelah BB tercapai (biasanya dalam
waktu 2 minggu)
Asam folat, Zn dan Cu umumnya diberikan setiap hari selama 2
minggu.
Vitamin A diberikan pada hari I, II dan XIV, dengan dosis:
- < 6 bulan : 50000 IU
- 6 bulan – 1 tahun : 100000 IU
- > 1 tahun : 200000 IU
Penggunaan Vitamin A untuk terapi:
 Hari I: 200000 IU IM/oral
 Hari II: 200000 IU IM/oral
 Hari XIV: 200000 IU IM/oral  perburukan atau sebelum
pulang
Pada gizi buruk, selalu periksa adanya gejala defisiensi mikro
nutrien:
- Xeroptalmia (defisiensi vitamin A)
- Anemia (defisiensi Fe, Cu, vitamin B12, asam folat)
- Stomatitis (vitamin B, C)

Ulserasi mata, ditatalaksana dengan:


- Tetes mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin setiap 2-3
jam selama 7-10 hari.
- Teteskan tetes mata atropin 1 tetes, 3 x sehari selama 3-5 hari.
- Tutup mata dengan kassa yang dibasahi larutan fisiologis.
Dermatosis ditandai dengan:
- Hipo/hiperpigmentasi
- Deskuamasi (kulit mengelupas)
- Lesi ulserasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai
infeksi sekunder antara lain oleh kandida.
Tatalaksana yang diberikan:
- Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan K-
permanganat 1% selama 19 menit
- Beri salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
- Usahakan agar daerah perineum tetap kering

Created by Dedy Rahmat


- Umumnya terdapat defisiensi Zn, jadi berikan preparat Zn per
oral
Parasit/cacing
 Mebendazol 100 mg per oral, 2 x sehari, selama 3 hari atau
preparat antihelmintik lain.
Diare melanjut
Tatalaksana tergantung etiologi. Bla akibat intoleransi laktosa
berikan formula bebas laktosa atau rendah laktosa. Bila
penyebabnya giardiasis berikan Metronidazol 7,5 mg/kg setiap 8 jam
selama 7 hari.
Tuberkulosis
Lakukan Mantoux test, bila sesuai dengan tuberkulosis berikan OAT.
Penilaian kenaikan berat badan:
- Baik bila ≥ 50 g/kg/mgg
- Kurang bila < 50 g/kg/mgg
Atau
- Buruk : < 5 g/kg/hari
- Sedang : 5-10 g/kg/hari
- Baik : > 10 g/kg/hari
Penyebab kenaikan BB < 50 g/kg/mgg:
- Intake tidak adekuat
- Defisiensi nutrien tertentu berupa vitamin dan mineral
- Infeksi yang tidak terdeteksi, sehingga tidak diobati
- Masalah psikologik

Koreksi Bicnat
Anak = 0,3 x BB x BE  0,3 berasal dari volume cairan tubuh = 30%

RTA
 Koreksi :
∆HCO3 x BB x 0,3
∆HCO3 = 26 - X
 Evaluasi AGD dan anion gap
 Evaluasi ½ jam sebelum BicNat

Koreksi Albumin
Kebutuhan albumin = ∆Albumin x BB x 0,8
Aminofusin L-600  Protein 5%
Aminofusin Paed  Protein 4%
Aminoleban  Protein 7,9%

Created by Dedy Rahmat


RDA Vitamin dan Mineral
0 – 6 bl 6 bl – 1 th 1 – 3 th 4 – 6 th 7 – 10 th
Vit. A (μg) 375 375 400 500 700
Vit. D (μg) 7,5 10 10 10 10
Vit. E (mg) 3 4 6 7 7
Vit. C (mg) 30 35 40 45 45
Vit. B12 (μg) 0,3 0,5 0,7 1 1,5
Tiamin (mg) 0,3 0,4 0,7 0,9 1
Riboflavin (mg) 0,4 0,5 0,8 1,1 1,2
Niacin (NE) 5 6 9 12 13
Vit. B6 (mg) 0,3 0,6 1 1,1 1,4
Biotin (μg) 10 15 20 25 30
Asam 2 3 3 3-4 4-5
Pantotenat
(mg)
Asam Folat 25 35 50 75 100
(μg)
Vit. K (μg) 5 10 15 20 30
Calcium (mg) 400 600 800 800 800
Fosfor (mg) 300 500 800 800 800
Magnesium 40 60 80 120 170
(mg)
Fe (mg) 6 10 10 10 10
Zn (mg) 5 5 10 10 10
Na (mg) 115-350 250-750 325-975 450-1350 600-1800
K (mg) 350-925 425-1275 550-1650 775-2325 1000-3000
Cl (mg) 275-700 400-1200 500-1500 700-2100 925-2775
Iodium (μg) 40 50 70 90 120
Selenium 10 15 20 30 30

Trophic Feeding
Trophic feeding:
- Cara pemberian asupan nutrisi dalam jumlah yang sangat
sedikit kepada neonatus sebagai sumber nutrisi dan secara
langsung akan merangsang dan mengembangkan sistem saluran
cerna tanpa memperberat penyakit.
- Untuk mengatasi efek yang terjadi akibat kelaparan usus.
Termasuk didalam trophic feeding adalah nutrisi enteral dini,
pemberian awal asupan pada usus, dan asupan hipokalori dini.
Bayi preterm yang sulit menerima asupan nutrisi enteral dan harus
mendapat nutrisi parenteral dalam jangka waktu lama, ternyata
ditemukan bahwa vili-vili ususnya menjadi lebih pendek, deoxy
ribonucleic acids (DNA) mukosa menghilang, jumlah protein dan
aktifitas enzim berkurang.
Pemberian trophic feeding pada bayi berat lahir rendah (BBLR)
menggunakan ASI yang telah dimodifikasi atau formula khusus bayi
berat badan lahir rendah dengan kecepatan pemberian 0,1
ml/kg/jam, dan dapat ditingkatkan secara bertahap.
Hal ini tidak meningkatkan risiko terjadi NEC. Pemberian nutrisi pada
BBLR dianjurkan secara bolus kecil setiap 3-8 jam. Jika tidak bisa,
dapat diberikan secara kontinu.

Created by Dedy Rahmat


Peningkatan volume pemberian sebanyak 10-20 ml/kg/hari sampai
volume optimal dapat dicapai. Peningkatan volume secara cepat
akan meningkatnya risiko terjadinya NEC.
Pemberian nutrisi dinyatakan optimal bila mencapai 80% dari
kebutuhan gizi atau mencapai 150 mI/kg/hr dan 120 kkal/kg/hr.
Jumlah susu yang diberikan adalah 12-24 mI/kg/hari. Pada BBLR,
nutrisi enteral dini dapat diberikan dalam waktu 24-72 jam setelah
bayi lahir dengan pemberian secara kontinu.
Pada anak atau bayi dengan risiko malnutrisi yang disebabkan
penyakit kronis, pemberian nutrisi dapat dimulai segera setelah
risiko malnutrisi terdiagnosis. Pada bayi BBLR yang disertai dengan
sindrom distress pernafasan, pemberian nutrisi dapat diberikan 48
jam setelah lahir.
Komplikasi pemberian trophic feeding pada gastrointestinal lebih
sedikit dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi asupan.
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain distensi abdomen, mual
akibat stasis empedu, dan aspirasi lambung.

MCT (Middle Chain Triglycerides)


Merupakan asam lemak dengan jumlah rantai karbon 6-12.
Karakteristik MCT:
 Digesti/absorpsi: tidak memerlukan garam empedu, tidak
memerlukan lipase pankreas.
 Tidak mengalami reesterifikasi
 Ditranspor langsung ke hepar melalui vena porta
 Tidak menyebabkan hipertrigliseridemia
 Tidak disimpan sebagai lemak

Perbedaan fisiologis LCT dengan MCT


Karakteristik LCT MCT
Digesti / Absorpsi
Hidrolisis lipase ludah Lebih cepat
Absorpsi di lambung Tidak ada Sebagian kecil masuk V. porta
Absorpsi tanpa garam empedu Minimal Bermakna
Absorpsi tanpa lipase pankreas Minimal Bermakna
Penglepasan gastric inhibitory Distimulasi LCT Tidak ada stimulasi penglepasan
peptide
Difusi pada lapisan air Minimal Bermakna
Dalam sel
Bentuk tidak dihidrolisis masuk ke Tidak ada Bermakna, terutama bila dengan
sel mukosa LCT
Reesterifikasi asam lemak Penting untuk transport Tidak mengalami reesterifikasi
intraselular
Pembentukan kilomikron Penting untuk transport Tidak penting untuk transport,
lebih penting bila diet mengandung
LCT
Transport
Rute transport Saluran limfe usus Terutama melalui V. Porta, tetapi

Created by Dedy Rahmat


sebagian melalui saluran limfe
tergantung pada LCT dalam diet
Metabolisme
Hipertrigliseridemia Ada Tidak ada
Efek ketogenesis Meningkat Meningkat, dewasa > bayi
Efek terhadap metabolisme Glukoneogenesis Glukoneogenesis (bayi),
glukosa hipoglikemia oleh karena insulin
(dewasa)
Metabolisme Dioksidasi sebagian Seluruhnya dioksidasi di hati,
metabolic rate dan termogenesis
(-)
Disimpan sebagai lemak Di jaringan lemak dan hati Tidak disimpan

Kelebihan MCT atau campuran MCT / LCT dibandingkan


LCT:
 MCT atau campuran MCT / LCT dioksidasi dan dibersihkan dari
darah lebih cepat dibanding LCT saja.
 MCT mengandung sumber energi yang lebih cepat dan tidak
mengalami reesterifikasi dan tidak disimpan di dalam hepar.
 Oksidasi MCFA tidak bergantung pada sistem karnitin-asil
transferase.
 MCT merangsang ketogenesis dan meningkat suplai energi.
 Oksidasi MCT lebih besar dibandingkan LCT pada keadaan
hiperinsulinemia yang berkaitan dengan stress katabolik dan
tidak menyebabkan hipertrigliseridemia seperti yang terlihat
pada LCT.
 MCT memiliki “protein sparring effet” yang leih besar dibanding
LCT
 MCT tidak menekan sistem pertahanan tubuh (mengganggu
sistem retikuloendotelial dan faktor-faktor lain pada sistem
imun).

Branched-Chain Amino Acids


Sebagian besar asam amino dimetabolisme di dalam hepar, namun
BCAA diutilisasi oleh otot rangka. Pada otot, pemecahan BCAA akan
menyediakan nitrogen dan pemecahan glukosa akan menyediakan
karbon yang dibutuhkan untuk pembentukkan alanin dan glutamin.
Glutamin sangat dibutuhkan untuk kerja sel dalam proses
penyembuhan luka, memperbaiki retensi nitrogen, meningkatkan
sintesis protein, menurunkan degradasi protein pada keadaan
katabolis, menjaga konsentrasi glutamin intraseluler (otot, usus),
memperbaiki dan menjaga keutuhan mukosa usus, dan menurunkan

Created by Dedy Rahmat


translokasi bakteri serta sebagai bahan bakar untuk sel-sel usus dan
pembentukkan amonia di dalam ginjal.
Jumlah BCAA berkurang di dalam tubuh pada penderita yang
mengalami trauma maupun sepsis. Secara klinis, larutan yang
diperkaya dengan BCAA berkaitan dengan:
 Perbaikan retensi nitrogen
 Perbaikan sintesis protein hepatik
 Penurunan degradasi protein
Pemberian larutan yang diperkaya dengan BCAA sebanyak 0,5 – 1,2
g/kg/hr dapat:
 Memperbaiki retensi nitrogen
 Pengurangan ureagenesis
 Meningkatkan sintesis protein

Obesitas
Batasan dan uraian umum
Obesitas adalah keadaan penimbunan jaringan lemak tubuh yang
berlebihan dan ditandai dengan adanya gambaran klinis yang khas.
Overweight adalah BB lebih dari rata-rata, tapi tidak ada deposisi
jaringan lemak yang berlebihan.
Penyebab obesitas multifaktorial dan berdampak terhadap tumbuh
kembang anak. Berisiko terjadi obesitas pada dewasa dan
berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian
seperti penyakit kardiovaskuklar, DM dan sebagainya.
Komplikasi: hiperlipidemia, hipertensi, obstructive sleep apnea
syndrome (OSAS), non alcoholic steato-hepatic (NASH), Blount
disease.
Tujuan tatalaksana: mencapai BB sesuai dengan usia rata-rata dan
status perkembangan.

Evaluasi obesitas serta dampaknya


 Pastikan apakah kriteria obesitas telah terpenuhi secara klinis
maupun antropometris.
 Telusuri faktor risiko obesitas serta dampak yang mungkin
terjadi, riwayat obesitas dalam keluarga serta pola makan dan
aktifitas.
 Dampak obesitas yang dievaluasi adalah faktor risiko
kardiovaskular, OSAS, gangguan fungsi hati, masalah ortopedik,
kelainan kulit serta potensi gangguan psikiatri.

Created by Dedy Rahmat


 Faktor risiko kardiovaskular antara lain riwayat anggota keluarga
dengan penyakit jantung vaskular atau kematian dini (<55
tahun), dislipidemia (LDL > 160 mg/dL, HDL < 35 mg/dL),
hipertensi, merokok, DM, dan rendahnya aktifitas. Bila terdapat
3 faktor risiko dianggap berisiko tinggi.
 OSAS sering terjadi pada obesitas dengan gejala mengorok
sampai mengompol. Penyebabnya adalah penebalan jaringan
lemak di daerah faringeal yang seringkali diperberat oleh adanya
hipertrofi adenotonsilar. Obstruksi saluran nafas intermiten di
malam hari menyebabkan tidur gelisah serta menurunkan
oksigenasi. Gejala akan berkurang seiring dengan penurunan BB
dan atau adenotonsilektomi serta pemakaian CPAP.
 Non alcoholic steatohepatitis (NASH) ditemukan pada anak
obesitas melalu skring USG hati. Kadar SGOT dan SGPT dapat
meningkat.
 Kelebihan BB dapat berisiko terhadap gangguan ortopedik yaitu
torsi tibial dan kaki pengkar, tergelincirnya epifisis kaput femoris
dan gejala tekanan BB pada persendian di ekstremitas bawah.

Manifestasi klinis
Anamnesis:
- Riwayat pertumbuhan / pertambahan berat badan, kapan mulai
gemuk.
- Riwayat masukan makanan
- Riwayat penyakit keluarga obesitas, penyakit koroner, DM,
hipertensi, hiperlipidemia
- Tidur mengorok
- Aktifitas sehari-hari
- Berat lahir
- Perkembangan terlambat
Pemeriksaan fisis:
- Pengukuran BB, BB/TB (>120%), BMI > P97, tekanan darah
- Trisep skinfold ≥ P85
- Distribusi lemak dengan pola tertentu : waist – hip ratio
- Muka tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek
- Tanda retardasi mental
- Pseudoakantosis nigrikans (hiperpigmentasi leher, aksila, bawah
payudara)
- Hipertrofi adenoid/tonsil

Created by Dedy Rahmat


- Payudara membesar mengandung jaringan lemak dan perut
membuncit, disertai dinding perut yang berlipat-lipat
- Kaki bentuk X atau O
- Genitalia: burried penis
- Bentuk fisik obesitas dibedakan menurut distribusi lemak:
o Lebih banyak lemak pada bagian atas tubuh (dada dan
pinggang) disebut apple shape body (android). Lebih
berisiko mengalami penyakit kardiovaskular, hipertensi dan
DM.
o Lebih banyak lemak di bagian bawah tubuh (pinggul dan
paha) disebut pear shape body (gynoid).
o Bentuk intermediates
Pemeriksaan penunjang:
- Darah perifer lengkap
- Profil lipid: kolesterol total, trigliserida, LDL, HDL
- Fungsi hati: SGOT, SGPT, gamma GT
- Fungsi ginjal: ureum, kreatinin, asam urat
- Gula darah puasa dan 2 jam post prandial
- Atas indikasi: Ro orofaring AP/Lat, USG hati, lain-lain sesuai
komplikasi yang ada
Tata laksana
- Prinsip utama adalah mengurangi asupan energi serta
meningkatkan keluaran energi. Caranya dengan pengaturan
diet, peningkatan aktifitas fisik, mengubah pola hidup dan yang
terpenting adalah keterlibatan keluarga dalam proses terapi.
- Pengaturan diet dengan penurunan kalori 200-500 kal/hari,
target penurunan BB 0,5 kg/minggu.
- Konsumsi lemak < 3%. Lemak jenuh hanya 10% dari total
kalori.
- Diet tinggi serat.
- Karbohidrat tidak boleh > 48%. Kolesterol < 300 mg. Garam 5
gr/hari.

Pendidikan dan pencegahan


- Pemantauan pertumbuhan
- Pendidikan / penjelasan bahaya dan komplikasi obesitas
Gizi lebih – obesitas:
- Super : > 200%
- Berat : > 150 – 200%

Created by Dedy Rahmat


- Sedang : > 135 – 150%
- Ringan : > 120 – 135%
Gizi lebih : > 110 – 120%

Gagal Tumbuh
Batasan dan uraian umum
Gagal tumbuh (failure to thrive, FTT):
- Bayi/anak tidak tumbuh sesuai kurva pertumbuhan normal
- Merupakan tanda/gejala dan masalah pada pasien dan bukan
merupakan diagnosis/derajat penyakit
- Bila BB/U dibawah P3 atau BB/TB dan TB/U dibawah P10 kurva
CDC 2000
- Memotong 2 titik kurva
Manifestasi Klinis
Anamnesis:
- Masa neonatal: manajemen ASI yang salah, cara pemberian
susu formula yang salah, kelainan metabolik, kelainan
kromosom dan kelainan anatomis (jarang)
- Usia 3 – 6 bulan: kemungkinan penyebab antara lai
underfeeding (karena kemiskinan), cara pembuatan formula
yang salah, intoleransi protein susu, disfungsi motorik oral,
refluks gastrointestinal dan penyakit jantung bawaan
- Usia 7 – 12 bulan: keterlambatan pemberian makanan padat,
intoleransi makanan, disfungsi motorik oral, orangtua protektif
- > 12 bulan: sama seperti diatas ditambah faktor psikososial
Pemeriksaan fisis:
- Dilakukan pengukuran BB, TB dan lingkar kepala  tentukan
status gizi
- Pada gizi cukup  gejala khas (-), gizi kurang  tampak kurus
tanpa kelainan fisis lain.
- Gizi buruk  cengeng, kurus sekali, wasting, ekstremitas
hipo/atrofi, crazy pavement dermatosis
- Akibat kelainan kromosom atau genetik  dismorfik
- Perhatikan kemungkinan child abuse

Pemeriksaan penunjang
- DPL, UL, FL
- Tes Mantoux

Created by Dedy Rahmat


- Pemeriksaan lain diperiksa atas indikasi sesuai penyakit dasar
yang dicurigai (AGD, elektrolit dll)

Tatalaksana
1. Mencari dan mengobati penyakit dasarnya, apakah merupakan
kelainan organik atau non organik
2. Asupan kalori dapat mencapai 150% diatas kebutuhan harian
(RDA). Kebutuhan harian dihitung berdasarkan berat badan
yang diharapkan (BB/TB)
3. Asupan vitamin dan mineral yang berlebihan tidak terindikasi
4. Pasien gizi buruk dirawat dan ditata laksana sesuai pedoman gizi
buruk
Pencegahan dan pendidikan
- Pemantauan pertumbuhan secara teratur
- Pemberian nutrisi yang sesuai

Alergi Makanan
Pencegahan sensitisasi dini terbagi 3 tahap:
1. Pencegahan primer untuk mencegah sensitisasi
2. Pencegahan sekunder untuk mencegah manifestasi klinis alergi
3. Pencegahan tersier untuk mengurangi gejala klinis dan derajat
berat penyakit alergi

Pencegahan sensitisasi dini meliputi:


 Diet restriksi ibu sejak trimester 3 dan selama menyusui
(terutama riwayat atopi). Diet restriksi dilakukan tanpa telur,
susu, ikan, daging dan kacang sejak kehamilan trimester 3 dan
selama menyusui serta dapat ASI eksklusif selama 5-6 bulan
atau diet bebas.
 ASI eksklusif selama 6 bulan. Kolostrum ASI mengandung TGF-β
yang memicu sel B dalam jaringan limfoid saluran cerna
memproduksi IgA yang mempunyai efek protektif terhadap
alergen. Ibu tetap harus menghindari makanan alergenik seperti
susu dan telur.
 Formula hipoalergenik atau semi elemental  untuk
kemungkinan intoleransi protein susu sapi. Fraksi protein susu
sapi terdiri dari whey dan kasein. Tiga protein yang mempunyai
alergenisitas tinggi pada susu sapi adalah kasein, β-
laktoglobulin, α-laktalbumin
 Pemberian makanan padat ditunda sampai 6 bulan

Created by Dedy Rahmat


 Pembeian makanan padat awal secara bertahap 1 kali/minggu
kemudian 2 kali/minggu
 Pemberian telur dan produk susu setelah 1 tahun serta
pemberian kacang, ikan dan kerang setelah 3 tahun
Uji imunologi
 Identifikasi makanan yang diduga menyebabkan reaksi alergi
dan memastikan keterlibatan sistem imun
 Meliputi uji kulit, RAST, Elisa
 Anak > 3 tahun dengan uji kulit (+) merupakan prediktor yang
baik untuk hasil (+) pada uji provokasi.
 Anak < 3 tahun uji kulit diperiksa setelah ada hasil (+) pada uji
provokasi atau ada riwayat reaksi alergi yang jelas.
 Reaksi pada makanan untuk anak < 3 tahun tidak berhubungan
dengan hasil uji kulit (+)
Uji provokasi
 Dilakukan setelah anak-benar-benar bebas gejala
 Makanan diuji satu persatu dan diobservasi ada atau tidak
gejala.

Perbandingan komposisi susu


Energi Osmolaritas
Protein (g) Laktosa (g) Lemak (g) MCT (g)
(kal/100 cc) (mOsm/L)
F 75 75 0,9 1,3 413
F 100 100 2,9 4,2 419
Pepti 67 2 0,1 3,7 1,85 190
Junior
BBLR 81 2,2 5,5 4,3 5,4
Pediasure 100 3 4,98
LLM 67 1,7 0,9 2,8 0,8
SGM 1 67 1,7 3,3
SGM 2 67 2,8 2,5
Isomil 67 1,8 3,7
Bebelac FL 72 1 3,1
NAN 67 1,5 3,4
Lactogen 2 67 3,1 2,7
Vitalac 68 1,56 3,64
Vitalac 2 66 2,6 2,6
ASI 65-70 1,1-1,4 3-5,5
S26 70 1,6 3,7
Nenatal 76 1,7 4,5

Created by Dedy Rahmat

Anda mungkin juga menyukai