PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2013) ISPA disebabkan
oleh virus / bakteri yang diawali dengan panas dengan disertai salah satu atau
lebih gejala (tenggorokan sakit , nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak)
(Kemenkes RI , 2013) .
bagian bawah. ISPA yang mengenai jaringan paru paru atau ISPA berat dan dapat
kematian khususnya pada balita diantaranya penyakit ISPA lainnya yaitu sekitar
80-90 % (Depkes RI, 2013). Menurut WHO tahun 2013 di dunia angka kematian
anak akibat pneumonia atau infeksi saluran pernafasan akut yang mempengaruhi
paru paru dinyatakan menjadi penyebab kematian sekitar 1,2 juta anak setiap
tahun. Dapat dikatakan setiap jam ada 230 anak di dunia yang meninggal karena
mencapai 120 juta jiwa setiap tahunnya dan sekitar 1,4 juta orang meninggal.
Sekitar 95% kematian yang disebabkan ISPA terjadi di negara- negara dengan
setiap tahunnya dan sebagian besar terjadi pada anak dengan usia di bawah 5
tahun. Sementara itu, prevalensi terjadinya ISPA di Propinsi Jawa Tengah pada
ISPA disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur. ISPA akan menyerang host
kebakaran hutan, polusi udara dan asap rokok, perilaku yang kurang baik terhadap
kesehatan diri serta rendahnya gizi pada masyarakat (Daroham dan Mutiatikum, 2009).
antibiotik yang tidak tepat, dapat menimbulkan bakteri yang resisten terhadap
dengan cara mengubah sistem enzim atau dinding selnya menjadi resisten
tidak diperlukan, dan peningkatan biaya pengobatan (Llor and Bjerrum, 2014).
Kabupaten Blora menunjukan bahwa dari 110 sampel pada anak usia 0-12 tahun
dilakukan oleh Aprilia pada Tahun 2013 pasien ISPA non-pneumonia anak di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Demak dari 100 kasus ditemukan 75% tidak
sesuai dengan pedoman pengobatan berdasarkan acuan standar WHO (2001) dan
ketepatan indikasi, ketepatan dosis, ketepatan pasien dan ketepatan obat diperoleh
hasil ketepatan indikasi sebesar 100%, ketepatan obat sebesar 25%, ketepatan
penderita ISPA di daerah lain. Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional
pasien anak penderita ISPA di Puskesmas karang kitri margahayu, Bekasi Timur
sangat tinggi sehingga penelitian ini menjadi penting untuk meningkatkan kualitas
B. Rumusan Masalah
antara lain:
2. Seperti apa pola penggunaan antibiotika pasien anak dengan diagnosis Infeksi
Timur meliputi sub golongan dan jenis antibiotika, serta durasi antibiotika?
3. Obat antibiotik apakah yang sering diberikan pada pasien infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) pada usia anak di Puskesmas karang kitri margahayu,
Bekasi Timur?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Bekasi Timur.
D. Manfaat Penelitian
1. IPTEK
2. Bagi Institusi
kerasionalannya yang meliputi tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, dan
Timur .
3. Bagi Peneliti
di lapangan.