Anda di halaman 1dari 16

BAB VII

LINGKUNGAN, KESEHATAN, DAN KESELAMATAN KERJA

VII.1 Lingkungan
Pertambangan berpotensi besar membantu mengurangi angka
kemiskinan dan mempercepat pembangunan manusia, melalui peningkatan
pendapatan pemerintah dan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan
menyediakan infrastruktur fisik dan manusia. Meskipun penting secara
ekonomi, dampak kegiatan pertambangan terhadap lingkungan hidup adalah
masalah yang mendesak.
Pertambangan bahan galian batu kali dengan metode tambang
permukaan, memerlukan lahan yang luas untuk dibuka dan selama kegiatan
untuk sementara terganggu. Kegiatan tersebut menimbulkan sejumlah
degradasi lingkungan seperti erosi tanah, debu, kebisingan dan polusi air,
serta dampaknya terhadap keanekaragaman hayati. Sehingga tantangan
perusahaan tambang kedepan adalah mencegah ancaman degradasi
lingkungan yang serius atau tidak dapat diperbaiki.
Dengan tidak meninggalkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan
hidup, diharapkan kegiatan pertambangan kepemilikan perusahaan A.n. Ade
Sutarde akan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan masyarakat
sekitar, serta ikut andil dalam pembangunan daerah dan nasional

A. Dampak Kegiatan
Kegiatan pertambangan batu kali akan menimbulkan berbagai
dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif terhadap
komponen lingkungan. Dampak kegiatan tersebut berpotensi
diakibatkan oleh aktivitas pertambangan, baik itu kegiatan tambang,
proses pengolahan batu kali, maupun aktivitas yang dilakukan di sarana
penunjang tambang.

VII - 1
1. Tambang

Kegiatan tambang pada umumnya akan menimbulkan dampak


negatif berupa penurunan kualitas udara ambien yang diakibatkan
oleh debu dan emisi gas buang.
Debu – debu tambang dapat menimbulkan berbagai dampak
buruk bagi kesehatan para pekerja tambang, antara lain penyakit
pernafasan, paru-paru berdebu, keracunan, dan peradangan pada
mata. salah satu jenis debu yang berbahaya adalah jenis debu
pulmonary. Debu pulmonary adalah debu-debu tambang yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit gangguan pernafasan dan penyakit
paru-paru berdebu. Debu pulmonary yang berukuran 0,25 –
5 mikron adalah yang paling berbahaya, karena debu – debu dengan
butiran sedemikian kecil itu mengambang di udara dan mudah
terhisap ketika bernafas, dan selanjutnya debu-debu itu akan
mengendap di paru – paru. Dari segi pengaruh terhadap peralatan,
debu tambang dapat menimbulkan kerusakan alat atau mesin – mesin
tambang.
Selain debu, dampak negatif dari kegiatan tambang adalah
dihasilkannya emisi gas buang. emisi gas buang adalah sisa hasil
pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran dalam maupun
mesin pembakaran luar. komposisi gas buang ini merupakan sisa
hasil pembakaran berupa air (H2O), gas CO atau disebut juga karbon
monoksida yang beracun, CO2 atau disebut juga sebagai karbon
dioksida yang merupakan gas rumah kaca,
NOx senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa hidrat arang
sebagai akibat ketidaksempurnaan proses pembakaran serta partikel
lepas. Dampak yang ditimbulkan dari emisi gas buang diantaranya
adalah sebagai pemicu hipertensi, penyebab iritasi mata, serta
tenggorokan gatal dan batuk-batuk. Lebih dari itu dalam tingkatan
yang lebih signifikan emisi gas buang dapat menyebabkan
penurunan kecerdasan.

VII - 2
Disamping debu dan emisi gas buang, aktivitas tambang juga
menimbulkan kebisingan. Kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber pada alat-alat produksi dan atau alat – alat kerja
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Kebisingan di tambang dapat menimbulkan gangguan pendengaran
dan gangguan sistemik yang dalam jangka waktu panjang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan penurunan produktivitas
tenaga kerja.

2. Pengolahan

Kegiatan penimbunan batu kali di stockpile merupakan bagian


dari kegiatan pengolahan yang dapat menghasilkan debu, butiran
batu kali halus, serta kebisingan.
Debu pada proses pengolahan ditimbulkan dari proses
penumpukan batu kali di stockpile. Debu pada proses pengolahan ini
dapat menimbulkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan para
pekerja, antara lain penyakit pernafasan, paru – paru berdebu,
keracunan, dan peradangan pada mata.
Dalam jumlah yang cukup besar debu dan/atau batu kali
berukuran halus dapat menyebabkan penurunan kualitas air
permukaan pada lokasi di sekitar pengolahan.
Secara umum, kegiatan pengolahan bahan galian batu kali
akan memberikan dampak negatif penting terutama terhadap
penurunan kualitas udara, tingkat kebisingan dan kualitas air.
Dengan tercemarnya komponen tersebut maka aktivitas kehidupan
masyarakat akan terganggu sehingga akan timbul persepsi negatif
masyarakat terhadap kegiatan ini.

3. Sarana Penunjang

VII - 3
Sarana penunjang pada kegiatan pertambangan sangat
dibutuhkan untuk mendukung dan menjamin keberlangsungan
kegiatan tambang sesuai dengan yang direncanakan. Sarana
penunjang yang berada pada lokasi tambang diantaranya adalah
bengkel, sarana perkantoran, mess, pos keamanan, tempat parkiran
serta sarana ibadah.
Walaupun diperuntukkan untuk mendukung kegiatan
penambangan, aktivitas kegiatan pada sarana penunjang juga dapat
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Hal ini disebabkan
karena efek dari kegiatan penunjang seperti limbah domestik yang
dihasilkan oleh kantor dan mess, serta limbah pelumas dan BBM
pada lokasi bengkel.
Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat
rumah tangga, kantin, limbah padat kegiatan perkantoran, serta dari
tempat-tempat umum. Limbah domestik dapat berupa sampah, air
kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas
domestik lainnya (grey water). Limbah domestik yang dibuang
secara sembarangan dalam jangka pendek dapat menyebabkan bau
busuk, saluran drainase tersumbat, dan genangan air yang dapat
menjadi tempat penyebaran jentik nyamuk. Bau busuk akibat
pembuangan limbah domestik yang sembarangan terjadi karena
adanya proses pembusukan sampah organik oleh bakteri yang terjadi
di sungai atau saluran pembuangan. Akibatnya akan terjadi
pendangkalan pada permukaan sungai atau saluran pembuangan.
Jenis limbah lain yang dapat dihasilkan dari sarana penunjang
tambang adalah limbah pelumas dan BBM. Limbah ini merupakan
jenis limbah yang dominan dari berbagai macam kegiatan antara lain
perbengkelan, mesin/alat berat dan kegiatan tambang lainnya. Sesuai
dengan Tabel 1 Lampiran I Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 1999, pelumas bekas termasuk Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) dari sumber yang tidak

VII - 4
spesifik. Limbah B3 dari kegiatan tambang yang terbuang ke
lingkungan akhirnya akan berdampak pada kesehatan manusia.
Dampak itu dapat langsung dari sumber ke manusia, misalnya
meminum air yang terkontaminasi atau melalui rantai makanan,
seperti memakan ikan yang telah menggandakan (biological
magnification) pencemar karena memakan mangsa yang tercemar.
Secara garis besar dampak penting lingkungan yang terjadi
akibat kegiatan kepemilikan perusahaan A.n. Ade Sutarde dapat
dilihat pada Gambar 7.1.

Data Komponen Lingkungan


Potensi Sumberdaya Batu kali
Iklim Mikro
Cadangan
Flora
Geologi Lokal
Fauna
Hidrogeologi
Kualitas Air

Aspek Teknis Aspek Lingkungan

Pembuatan jalan dari font Dampak


penambangan ke stockpile

Penentuan titik penggalian Bentang Alam


Sifat fisik dan Kimia Tanah
Erosi dan Sedimentasi

Bentang Alam
Penambangan Bahan Galian Batu kali Erosi dan Sedimentasi

Pengangkutan menuju Stockpile Debu, Kebisingan, Vegetasi dan


Pengolahan Satwa Liar, Biota Akuatik

GAMBAR 7.1
BAGAN ALIR KEGIATAN PERTAMBANGAN BATU KALI
BESERTA DAMPAK YANG TERJADI

Selanjutnya, uraian lengkap mengenai dampak kegiatan


tambang terhadap lingkungan akan dijabarkan secara rinci pada
dokumen penglolaan likungan dan upaya pemantauan lingkungan
(UKL dan UPL).

VII - 5
B. Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan sebagai upaya
terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Dalam
konteks kegiatan penambangan, pelaksanaan pengelolaan lingkungan
dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan dengan memperhatikan
keterpaduan perencanaan dan kebijakan nasional pengelolaan
lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup kegiatan penambangan
batu kali kepemilikan perusahaan A.n. Ade Sutarde mempunyai tujuan
yang selaras dengan UU 32 tahun 2009 Pasal 3 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu:
a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem;
d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan
hidup;
f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi
masa depan;
g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup
sebagai bagian dari hak asasi manusia;
h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. Mengantisipasi isu lingkungan global.

1. Pengelolaan Limbah

VII - 6
Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi
kegiatan pengurangan (minimization), segregasi (segregation),
penanganan (handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah.
Dengan demikian untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatan-
kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan dan
bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja.
Apabila pengelolaan limbah hanya diarahkan pada kegiatan
pengolahan limbah maka beban kegiatan di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) akan sangat berat, membutuhkan lahan yang lebih
luas, peralatan lebih banyak, teknologi dan biaya yang tinggi. Oleh
karena itu, kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah
(pengurangan, segregasi dan penanganan limbah) akan sangat
membantu mengurangi beban pengolahan limbah di IPAL.
Pengelolaan limbah di industri tambang adalah menjalankan secara
terintergrasi kegiatan pengurangan, segregasi dan handling limbah
sehingga menekan biaya dan menghasilkan output limbah yang lebih
sedikit serta minim tingkat pencemarnya.
a. Tambang
Secara umum, dampak yang harus dikelola akibat aktivitas
tambang secara langsung adalah pengelolaan debu dan emisi gas
serta kebisingan.
Upaya pengelolaan dampak lingkungan yang akan dilakukan
untuk meningkatkan kualitas udara dan menurunkan tingkat
kebisingan pada proses pertambangan kepemilikan perusahaan
A.n. Ade Sutarde adalah:
1) Perkerasan badan jalan utama dan jalan penghubung dengan
menggunakan pasir dan batu koral;
2) Memasang rambu batas kecepatan pada jalan tambang dan
jalan desa di sekitar daerah pertambangan batu kali;

VII - 7
3) Penggunaan sarana K3 berupa masker bagi karyawan
khususnya yang terkena dampak langsung seperti operator dan
supir;
4) Penanaman tanaman tinggi di sekitar areal tambang untuk
mengurangi tingkat kebisingan dan dapat juga berfungsi
sebagai buffer (penyangga) cemaran debu ke areal perkantoran
dan perumahan karyawan, selain itu juga berfungsi sebagai
taman habitat burung;
5) Penggunaan peralatan dan permesinan yang memenuhi
standard emisi yang berlaku;
6) Mengatur dan memperlambat laju kendaraan angkut tidak
lebih dari 30 – 40 km/jam
b. Pengolahan
Pengolahan lingkungan untuk mengendalikan dampak negatif
akibat aktivitas pengolahan batu kali atas nama Ade Sutarde akan
dilakukan dalam beberapa bentuk pekerjaan, diantaranya adalah:
1) Melakukan penyiraman secara berkala pada lokasi stockpile
pengolahan.
2) Dampak kualitas udara dan kebisingan terhadap karyawan
tambang dapat dilakukan dengan penggunaan peralatan K3
(masker dan ear plug), khususnya kepada pengawas stockpile,
dan operator alat berat;
3) Melakukan pengurasan secara berkala pada KPL untuk
mencegah batu kali halus yang terbawa mengendap dalam
jumlah yang signifikan.
c. Sarana Penunjang
Pengelolaan lingkungan untuk mengendalikan dampak negatif
akibat aktivitas sarana penunjang kegiatan penambangan batu kali
yang dilakukan oleh pemilik atas nama Ade Sutarde dilakukan
dalam beberapa bentuk, diantaranya adalah:

VII - 8
1) Pemisahan limbah domestik sesuai dengan sifatnya. Sampah
dapat diipisahkan sesuai klasifikasi organik, non-organik dan
sampah bahan berbahaya dan beracun (B3).
2) Sampah organik dapat dijadikan kompos, sebagai pupuk
tanaman. Sisa dari sampah organik yang tidak dapat diolah
dibuang ke tempat penimbunan sampah (landfill).
3) Limbah B3 akan dikelola agar jumlah yang dihasilkan
seminimal mungkin.
Selanjutnya, limbah B3 ini akan dikelola sesuai dengan peraturan
perudang-undangan yang berlaku.

2. Rencana Reklamasi dan Pemanfaatan Lahan Pascatambang


a. Rencana Reklamasi
Program reklamasi adalah bagian integral dari rencana
penambangan. Reklamasi akan dilaksanakan secara progresif
selama umur tambang. Setiap lima tahunan dibuat dokumen
rencana reklamasi sebagai acuan bagi pelaksanaan reklamasi
tambang. Reklamasi dilakukan terhadap lahan yang terganggu
akibat kegiatan suatu tambang. Kegiatan reklamasi secara garis
besar meliputi pengelolaan tanah pucuk, penimbunan tanah
punutup, penyiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan serta
pemantauan atas kegiatan yang telah dilakukan.
Lahan bekas tambang kepemilikan perusahaan A.n. Ade
Sutarde yang terbentuk selama lima tahun diperkirakan sekitar 2
ha yang terdiri dari lubang bekas tambang dan lahan yang siap
direklamasi/revegetasi. Lahan bekas tambang yang bisa dilakukan
program reklamasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020
adalah seluas 0,034 ha dengan rincian reklamasi akan dilakukan
revegetasi tanaman, baik itu berupa tanaman penutup (legume
cover crops) maupun tanaman pokok tahunan. Luas lahan 0,034
ha yang siap di revegetasi dalam periode tersebut merupakan

VII - 9
lahan area penambangan yang tidak digali sehingga hanya perlu
ditataguna lahan agar bisa langsung untuk dilakukan program
reklamasi tanpa harus melakukan penyebaran top soil.
Kepemilikan perusahaan A.n. Ade Sutarde belum
melakukan kegiatan penatagunaan lahan pada lahan bekas
tambang tahun 2016. Hal ini dikarenakan, Sdr. Ade Sutarde masih
fokus pada penggalian bahan galian tambang di awal lokasi.
Program penatagunaan lahan dimulai pada tahun 2017 sampai
dengan akhir umur tambang secara bertahap disesuaikan dengan
keadaan lahan galian tambang yang tidak aktif lagi . Target
penataan lahan program reklamasi adalah pembuatan kolam
pemeliharaan ikan dan revegetasi di satu sisi pinggir kolam
pemeliharaan.
Penatagunaan lahan bekas tambang dengan cara berikut :
• Pengaturan geometri kolam (pembuatan jenjang/dinding,
kemiringan jenjang dan dimensi kolam) sehingga mengurangi
erosi;
• Pembuatan saluran drainase;
• Persiapan lahan revegetasi legume cover crops dan tanaman
pokok di pinggir kolam pemeliharaan ikan.
Adapun sumber material untuk penatagunaan lahan dan
perapian jenjang kolam berasal dari sisa bahan galian tidak
tertambang dilokasi penambangan.
Lubang bekas tambang yang terbentuk dari periode tahun
2016 sampai dengan tahun 2019 adalah seluas 1,554 ha yang akan
dimanfaatkan untuk pembuatan kolam pemeliharaan ikan dengan
dimensi kedalaman adalah 5 meter dan terdiri dari 2
kompartemen. Sedangkan lahan bukaan bekas tambang tahun
2020 belum bisa di lakukan pemanfaatan lubang bekas tambang,
dikarenakan lahan yang dimaksud tersebut masih aktif ditambang

VII - 10
sampai akhir tahun 2020. Luas lahan bahan galian yang masih
aktif tersebut adalah 0,386 ha.
Teknik yang akan digunakan dalam pemanfaatan lubang
bekas tambang oleh Perusahaan A.n. Ade Sutarde adalah :
1. Penataan lahan dengan cara :
• Perapihan jenjang/dinding dari lubang bekas tambang untuk
dijadikan kolam pemeliharaan ikan.
• Pemasangan pagar pengaman disekeliling area lubang bekas
tambang.
• Pengaturan drainase di sekeliling area kolam pemeliharaan
ikan.
• Controling parameter kualitas air dan pengaturan ph air.
• Pemasangan jaring/jerambah di kolam lubang bekas
tambang.
2. Revegetasi dengan jenis tanaman legume cover crops
(centrosema pusbescens dan calopogonium mucunoides) serta
tanaman bambu (bambusa) di sepanjang lahan tersisa di sisi
pinggir kolam sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab
revegetasi diatas. Untuk permukaan air di kolam bekas lubang
bukaan tambang, akan di revegetasi dengan tanaman teratai
(Nymphaea).
3. Ikan yang dipilih untuk dilepas di kolam bekas lubang tambang
adalah ikan-ikan lokal yang biasa hidup di perairan sungai
lematang. Ada banyak jenis ikan disungai lematang
diantaranya ikan seluang, lambak, lampam, baung, juare,
dalong, tapah dan lain sebagainya. Namun dalam program
pemanfaatan lubang bekas tambang batu kali ini, Sdr. Ade
Sutarde merencakan untuk melepas ikan baung (hemibagrus
nemurus) sebagai program reklamasi pemanfaatan lubang
bukaan bekas tambang.

VII - 11
Uraian mengenai rencana reklamasi secara lengkap akan
dijabarkan pada dokumen Rencana Reklamasi.
b. Pemanfaatan Lahan Pascatambang
Perencanaan penutupan tambang sesungguhnya adalah
suatu proses panjang dan kompleks. Dalam beberapa hal bahkan
sama kompleksnya dengan proses uji kelayakan. Waktu
perencanaan dalam jangka panjang. Perencana harus berhadapan
dengan perubahan-perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan
selama bertahun-tahun. Karena itu, perencanaan penutupan
tambang yang sesuai kiranya adalah sebuah perencanaan yang
berkelanjutan, yaitu suatu proses perencanaan yang meluas
seiring dengan masa hidup tambang.
Program penutupan tambang di wilayah IUP kepemilikan
perusahaan A.n. Ade Sutarde disusun berdasarkan ketentuan
dalam peraturan pemerintah mengenai penutupan tambang dan
hasil konsultasi dengan pemangku kepentingan. Hasil konsultasi
dengan pemangku kepentingan terutama mengatur penatagunaan
lahan pascatambang dan pengalihan fasilitas tambang.
Uraian mengenai rencana pascatambang secara lengkap akan
dijabarkan pada dokumen Rencana Pascatambang.

C. Pemantauan Lingkungan
Telah diuraikan di atas bahwa kegiatan penambangan akan
menimbulkan dampak bagi lingkungan. Khususnya terhadap dampak
negatif yang akan timbul, kepemilikan perusahaan A.n. Ade Sutarde
menyusun program pemantauan lingkungan. Pemantauan lingkungan
dilakukan untuk menilai efektivitas kegiatan pengelolaan yang telah
dilakukan dan sebagai sarana untuk terus meningkatkan kualitas
pengelolaan lingkungan dalam rangka menciptakan penambangan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

VII - 12
Program pemantauan lingkungan dilalakukan dengan tujuan
untuk menjaga dan mempertahankan keseimbangan komponen
lingkungan di wilayah penambangan A.n. Ade Sutarde, sehingga
kegiatan penambangan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap
menjaga daya dukung lingkungan.
Kegiatan pemantauan dilakukan pada lokasi kegiatan tambang,
pengolahan, dan sarana penunjang kegiatan tambang, dimana aktivitas
pada lokasi-lokasi tersebut berpotensi menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan.

VII.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal,
padat teknologi dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam
rangka menjamin kelancaran kegiatan tambang, menghindari terjadinya
kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka
diperlukan implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada
kegiatan pertambangan. Sesuai dengan tujuan perusahaan dalam bidang K3
yaitu menghindarkan karyawan dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
meminimalkan kerugian biaya dan material serta membangun suasana
lingkungan kerja yang sehat dan aman maka perushaan atas nama Ade
Sutarde meletakkan pengelolaan K3 dalam prioritas yang utama.
A. Peralatan
Untuk mendukung terlaksananya program-program K3, pemilik
perusahaan atas nama Ade Sutarde akan menyediakan peralatan di
berbagai lokasi kegiatan penambangan, pemuatan, pengangkutan, dan
pengolahan bahan galian minral batuan.
Jenis peralatan kesehatan dan keselamatan kerja diberikan sesuai
dengan kebutuhan seperti: pakaian keselamatan, alat pelindung telinga
(ear plug), alat pelindung pernapasan (dust masker), pelindung kaki
(safety shoes), sarung tangan dan lain sebagainya. Secara lengkap
peralatan tersebut dapat dilihat pada Tabel VII.1.

VII - 13
TABEL VII.1
PERALATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

No. Lokasi Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Tambang dan a. Helm pengaman
Pengolahan b. Sepatu pengaman
c. Kacamata pelindung
d. Masker debu dan earplug
e. Reflector vest
f. Alat pemadam api dan
perlengkapan K-3 di kendaraan pengangkutan personil dan
alat-alat tambang
g. Rambu lalu lintas batas
kecepatan
2 Gudang suku a. Masker debu
cadang b. Perlengkapan P3K
c. Alat pemadam kebakaran
d. Helm pengaman
e. Sepatu pengaman
f. Sarung tangan

B. Langkah – Langkah Pelaksanaan K3 Pertambangan


Kegiatan pelaksanaan K3 mengacu pada Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja pertambangan. Berikut beberapa program K3
kepemilikan perusahaan A.n. Ade Sutarde, yaitu :
1. Program Tahunan K3 yang akan dibuat berdasarkan pada
kebutuhan tiap tahun
2. Realisasi program per triwulan
3. Pelatihan fire rescue
4. Pelatihan K3
5. Melakukan induksi K3 pada setiap karyawan maupun tamu
6. Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) bagi semua pekerja
disesuaikan dengan tingkat resiko pekerjaan dan menekankan
pemakaian APD pada saat bekerja.
7. Menyiapkan fasilitas peralatan keselamatan kerja, misalnya APAR
(Alat Pemadam Api Ringan), safety belt.
8. Mengadakan penyuluhan K3.

VII - 14
9. Pembuatan JSA (Job Safety Analysis) dan SOP (Standart
Operation Procedure).
10. Melaksanakan safety campaign dengan memasang slogan – slogan
mengenai keselamatan kerja.
11. Melaksanakan safety patrol secara rutin
12. Melaksanakan safety talk di kalangan karyawan sesuai jadwal.
13. Memasang tanda – tanda lalu lintas dan tanda peringatan lainnya di
tempat-tempat tertentu.

TABEL VII.2
LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN K3 PERTAMBANGAN

No Kegiatan Uraian
1 Patroli keamanan a. Implementasi peninjauan/pengecekan untuk mengantisipasi
kekurangan dan kondisi yang tidak aman
b. Melakukan tindakan pencegahan dengan pemberhentian dan
peringatan atau menyarankan jika terdapat hal-hal yang
bertentangan dengan peraturan K-3
c. Melaporkan secara lisan/tertulis ke supervisor dari pelanggar
peraturan
d. Batas kecepatan truk bermuatan < 40 km/jam dan kendaraan
personil < 60 km/jam
2 Inspeksi a. Cek kondisi dari alat pemadam api, buat inventaris
keamanan b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi
c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel
d. Cek kondisi dan penataan dari gedung
e. Cek kondisi dan penataan dari camp utama dan lokasi kerja
3 Diskusi masalah a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam kerja
keselamatan b. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu dan memonitor
realisasi dari diskusi pagi
4 Kampanye a. Implementasi pengutamaan keselamatan pada setiap tingkat
keselamatan pekerjaan dilakukan sistem pendekatan pribadi, pemberian
pelajaran yang
diedarkan
b. Evaluasi kontes keselamatan
5 Pelindung a. Inventarisasi alat pencegahan sendiri
keamanan b. Melengkapi kekurangan
c. Memonitor pemakaian
d. Cek dan melengkapi pelindungan keselamatan pada alat-alat
e. Cek dan melengkapi rambu-rambu
6 Pemilihan a. Cek jenis peralatan
operator
7 Laporan a. Laporan kecelakaan
keselamatan kerja b. Laporan bulanan
c. Laporan pelatihan

VII - 15
8 Pengendalian a. Cek kesehatan karyawan secara rutin
Kesehatan b. Penangan permasalahan kesehatan karyawan secara dini
c. Program pengobatan gratis bagi karyarwan

VII - 16

Anda mungkin juga menyukai