Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengetahuan atau Ilmu Geologi didasarkan kepada studi terhadap batuan.

Diawali dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian

bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan,

dataran-dataran di benua hingga di dalam cekungan dibawah permukaan laut.

Batuan dapat dijumpai dimana saja. Sebut saja batuan di halaman rumah,

kemudian di jalan yang landasannya atau bagian tepinya terbuat dari batu, dan di

dasar atau tebing sungai.

Batuan adalah kumpulan-kumpulan atau agregat dari mineral-mineral yang

sudah dalam kedaan membeku/keras. Batuan adalah salah satu elemen kulit bumi

yang menyediakan mineral-mineral anorganik melalui pelapukan yang selanjutnya

menghasilkan tanah. Batuan mempunyai komposisi mineral, sifat-sifat fisik, dan

umur yang beraneka ragam. Jarang sekali batuan yang terdiri dari satu mineral,

namun umumnya merupakan gabungan dari dua mineral atau lebih. Salah satu

jenis batuan yang dapat kita jumpai yaitu batuan beku.

Berdasarkan hal tersebut maka praktikum petrologi tentang batuan beku

basa dan ultrabasa ini dilakukan untuk mengenalkan batuan beku basa dan

ultrabasa kepada praktikan. Selain itu, praktikan diharapkan mampu mendeskripsi

sampel batuan dan menentukan nama batuan yang dideskripsi berdasarkan

klasifikasi yang digunakan.


1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengenalkan batuan beku basa dan

ultrabasa kepada praktikan. Adapun tujuan dalam praktikum ini antara lain :

1. Untuk mengetahui sifat fisik batuan.

2. Untuk menentukan nama batuan yang telah dideskripsi berdasarkan

klasifikasi Fenton 1940.

3. Untuk mengetahui kegunaan dari batuan yang telah dideskripsi.

1.3. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu.

1. Penuntun

2. LKP

3. Lap kasar dan lap halus

4. Pensil warna

5. Komperator

6. Rocks and Mineral

7. Lup

8. Sampel batuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Batuan Beku

Batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma yang

mengalami pembekuan. Batuan beku ini juga disebut dengan batuan ignesius.

Magma yang membeku ini merupakan magma yang mendingin dan mengeras,

dengan atau tanpa proses kristalisasi, yang terjadi baik di bawah permukaan

sebagai jenis batuan intrusif atau plutonik, maupun di atas permukaan sebagai

batuan ekstrusif atau vulkanik.

2.2. Proses Pembentukan Batuan Beku

Batuan beku ini terbentuk karena adanya magma yang mengeras atau

mengalami pembekuan. Magma ini berasal dari batuan setengah cair ataupun oleh

batuan yang sudah ada sebelumnya, baik yang berada di mantel maupun di kerak

bumi. Secara umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada salah satu proses dari

kenaikan temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan komposisi.

Selanjutnya untuk proses pembentukan batuan beku ini juga terkadang tergantung

pada jenis batuan bekunya masing- masing. Beberapa jenis batuan beku dan

proses pembentukannya antara lain:

1) Batuan beku dalam atau batuan plutonik terbentuk karena pembekuan

yang terjadi di dalam dapur magma secara perlahan- lahan sekali sehingga

tubuh batuan terdiri dari kristal- kristal besar. Contoh dari batuan ini

adalah batuan granit, batuan peridotim, dan juga batuan gabro.


2) Batuan beku gang atau korok, proses terjadi batuan ini pada celah- celah

antar lapisan di dalam kulit bumi. Proses pembekuan ini berjalan lebih

cepat sehingga di samping kristal besar terdapat pula banyak kristal kecil.

Contoh dari batuan jenis ini antara lain batu granit porfiri.

3) Batuan beku luar atau batuan lelehan, proses terbentuknya batuan ini

adalah ketika gunung api menyemburkan lava cair pijar. Pembekuan ini

terjadi tidak hanya di sekitar kawah gunung api saja, namun juga di udara.

Proses pembekuan ini berlangsungsingkat dan hampir tidak mengandung

kristal (amorf).

2.3. Struktur Batuan Beku

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi

batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan

perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan

beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan.

Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku.

2.3.1. Struktur Batuan Beku Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang

memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi

pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

a. Kompak, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang

terlihat seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan

c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah

poligonal seperti batang pensil.

d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-

gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan

beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral

lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.

g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran

mineral pada arah tertentu akibat aliran.

2.3.2. Struktur Batuan Beku Intrusif

Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap

perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi

menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

a. Konkordan

Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya,

jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :

a) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan

batuan disekitarnya.

b) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana

perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat


penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar.

Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan

meter.

c) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith,

yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki

diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan

kilometer dengan kedalaman ribuan meter.

d) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang

telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan

sampai ribuan kilometer.

b. Diskordan

Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan

disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu :

a) Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan

memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa

sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.

b) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu

> 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.

c) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya

lebih kecil.

2.4. Tekstur Batuan Beku

Magma merupakan larutan yang kompleks karena terjadi penurunan

temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma


ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat

pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur

yang berbeda.

Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang

tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka mineral-

mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu

dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi pembekuan

dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-mineral

penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal tertentu, sehingga

terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang

terbentuk biasanya berukuran relatif kecil. Berdasarkan hal di atas tekstur batuan

beku dapat dibedakan berdasarkan :

1) Tingkat kristalisasi

a. Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh

kristal

b. Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas

c. Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas

2) Ukuran butir

a. Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh

mineral-mineral yang berukuran kasar.

b. Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh

mineral berukuran halus.


c. Porphyritic, yaitu batuan beku yang tersusun atas mineral yang berukuran

kasar serta mineral yang berukuran halus (gelas).

3) Bentuk kristal

Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali

biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya

mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang

terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:

a. Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

b. Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna

c. Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

4) Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya, kristalinitas terbagi menjadi :

a. Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh

bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)

b. Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk

euhedral dan subhedral.

c. Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal

yang berbentuk anhedral.

5) Berdasarkan keseragaman antar butirnya, relasi terbagi menjadi dua yaitu :

a. Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama.

b. Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama.

2.5. Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna,

kimia, tekstur, dan mineraloginya.


1. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan atas :

a. Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut

bumi.

b. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari

permukaan bumi.

c. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan

bumi.

Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu

mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan mineral

felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.

2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya yaitu:

a. Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%

b. Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%

c. Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%

d. Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%

3. Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO2-nya batuan beku

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Batuan beku asam (felsic), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit,

Ryolit.

b. Batuan beku menengah (intermediet), kandungan SiO2 65% - 52%.

Contohnya Diorit, Andesit.

c. Batuan beku basa (mafic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya

Gabbro, Basalt.
d. Batuan beku ultra basa (ultra mafic), kandungan SiO2 < 30%

Tabel 2.1 Klasifikasi batuan beku menurut Fenton

2.6. Bowen’s Reaction Series

Gambar 2.1 Bowen’s Reaction Series

Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan

kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.

Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu:


1. Golongan mineral berwarna gelap atau mafic mineral.

2. Golongan mineral berwarna terang atau felsic mineral.

Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung

semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan

bahkan mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan

dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya

Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun

oleh Bowen.

Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk

dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut

jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan

Piroksan merupakan pasangan ”Incongruent Melting”, dimana setelah

pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen.

Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan

temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam

temperatur yang rendah.

Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas,

karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah

mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat

pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu

menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang

terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan

asam seperti granit atau Rhyolite. Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini
merupakan deret “Solid Solution” yang merupakan reaksi kontinue, artinya

kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan

menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering

disebut juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na

(Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas).

Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium

Feldspar ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kuarsa, maka mineral

Kuarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral felsic atau

mineral mafic, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral

yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Sampel Batuan Beku

Dalam praktikum yang telah dilakukan, terdapat empat sampel batuan

beku yang telah dideskripsi.

3.1.1. Sampel 1

Foto 3.1 Basalt Porphyri

Sampel nomor urut 1 dengan nomor peraga BB1 10 merupakan batuan

beku, dalam keadaan segar berwarna hitam sedangkan dalam keadaan lapuk

berwarna Putih keabuan. Sampel 1 memiliki kristalinitas hipokristalin atau

sebagian batuan tersusun atas Kristal dan sebagian tersusun atas gelas,

granulanularitas porfiroafanitik dimana mineral-mineralnya berukuran kecil dan

tidak dapat dibedakan satu dengan yang lain (massa dasar) dan terdapat fenokris

dalam massa dasar. Karena hal tersebut, maka bentuknya adalah subhedral-

anhedral atau bidang batas mineral ada yang lumayan jelas dan teratur, namun

adapula yang tidak. Adapun relasinya yaitu inequigranular. Adapun strukturnya

yaitu vesikuler atau terdapat lubang-lubang hasil pelepasan gas. Pada sampel 1
dijumpai mineral kuarsa dengan warna transparan dan bentuk prismatik dengan

persentase sebesar 10%, plagioklas berwarna putih susu dan dengan persentase

sebesar 30%, serta massa dasar berwarna hitam dengan persentase sebesar 45 %.

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa sampel 1 adalah Basalt Porphyry.

(Fenton, 1940)

Menurut Wilson (1991) basalt dapat terbentuk pada posisi tektonik

konvergen, divergen, di tengah lempeng samudera ataupun di tengah lempeng

benua dengan kenampakan volkanik dan karakteristik seri magma yang berbeda-

beda. Sedangkan menurut Best (1982) posisi tektonik yang berbeda akan

menghasilkan batuan dengan afinitas/seri yang berbeda-beda pula. Middlemost

(1975) dalam Wilson (1991) membagi basalt berdasarkan perbandingan antara %

K2O dan Na2O dengan % SiO2 menjadi alkalic basalt dan sub alkalic basalt. Sub

alkalic basalt secara umum dapat dibagi lagi menjadi high alumina atau calc-alkali

dan low K atau tholeiitic basalt. Berdasarkan diagram AFM, maka dapat

dipisahkan antara seri tholeiitic dengan seri calk-alkali. Basalt tholeit umumnya

memperlihatkan kecenderungan pengkayaan unsur Fe pada awal diferensiasi,

sementara itu calc alkali cenderung memotong diagram dalam kaitannya dengan

penekanan pengkayaan Fe pada awal kristalisasi oksida Fe-Ti.

Basalt kerap digunakan sebagai bahan baku dalam industri poles, bahan

bangunan / pondasi bangunan (gedung, jalan, jembatan, dll) dan sebagai agregat.
3.1.2. Sampel 2

Foto 3.2 Granit Pegmatite


Sampel nomor urut 2 dengan nomor peraga BB 28 merupakan batuan

beku, dalam keadaan segar berwarna abu-abu kehitaman sedangkan dalam

keadaan lapuk berwarna cokelat. Sampel 2 memiliki kristalinitas holokristalin

atau seluruh batuan tersusun atas kristal, granulanularitas faneritik dimana

mineral-mineralnya berukuran besar dan dapat dibedakan satu dengan yang lain.

Karena hal tersebut, maka bentuknya adalah euhedral-subhedral atau bidang batas

mineral ada yang jelas dan teratur, namun adapula yang tidak. Adapun relasinya

yaitu equigranular. Batuan ini berstruktur massive karena susunan mineralnya

yang padat. Pada sampel 2 dijumpai mineral kuarsa dengan warna transparan dan

bentuk prismatik dengan persentase sebesar 15%, ortoklas berwarna putih susu

dan dengan persentase sebesar 50%, serta piroksen berwarna hitam dan bentuk

prismatik dengan persentase sebesar 35%. Berdasarkan hal tersebut, diketahui

bahwa sampel 2 adalah Granit Pegmatite. (Fenton, 1940)

Granit merupakan batuan terobosan yang terjadi melalui proses

pembekuan magma di permukaan bumi dengan temperatur yang stabil. Granit

memiliki sifat asam, berbutir kasar hingga sedang, serta bewarna terang keabuan,
kecoklatan, dan kemerahan. Selain itu, granit merupakan jenis batuan intrusif,

felsik, igneus yang umum dan banyak ditemukan. Granit umumnya besar, keras

dan kuat, oleh karena itu banyak digunakan sebagai batuan untuk konstruksi.

Dalam bidang industri dan rekayasa, granit banyak dipakai sebagai bidang acuan

dalam berbagai pengukuran dan alat pengukur.

Sifat batuan granit yang keras dan kuat membuat batuan tersebut banyak

dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Masyarakat sering melakukan

penambangan batu granit. Bahkan batu granit menjadi salah satu dari jenis jenis

batuan yang paling sering dicari sebagai batuan dimensi, yaitu potongan batu alam

berbentuk lembaran tebal atau balok dengan panjang dan lebar tertentu. Saat ini

batuan granit dapat ditemukan dengan mudah oleh para penambang, padahal

letaknya jauh di dalam kerak bumi. Hal tersebut menunjukkan bahwa lapisan

bumi terutama lapisan batuan sedimen sudah mengalami pengikisan yang parah.

Batuan granit diketahui mempunyai kualitas yang lebih baik dari batuan lain

seperti pasir dan marmer. Sifat asam dari batuan granit membuat batuan ini tahan

terhadap hujan asam sehingga banyak dimanfaatkan di bidang konstruksi

bangunan.

3.1.3. Sampel 3

Foto 3.3 Rhyolite


Sampel nomor urut 3 dengan nomor peraga BB1 06 merupakan batuan

beku, dalam keadaan segar berwarna abu-abu sedangkan dalam keadaan lapuk

berwarna kecokelatan. Sampel 3 memiliki kristalinitas hipokristalin atau sebagian

batuan tersusun atas kristal dan sebagian lainnya tersusun atas massa dasar,

granulanularitas porfiroafanitik dimana mineral-mineralnya berukuran kecil dan

tidak dapat dibedakan satu dengan yang lain (massa dasar) dan terdapat fenokris

dalam massa dasar. Karena hal tersebut, maka bentuknya adalah subhedral-

anhedral atau bidang batas mineral ada yang lumayan jelas dan teratur, namun

adapula yang tidak. Adapun relasinya yaitu inequigranular. Pada sampel 3

dijumpai mineral kuarsa dengan warna transparan dan bentuk prismatik dengan

persentase sebesar 20%, plagioklas berwarna putih susu dan dengan persentase

sebesar 10%, biotit berwarna hitam berbentuk melembar dengan persentase

sebesar 20 %, ortoklas berwarna putih dengan persentase sebesar 10 %, serta

massa dasar berwarna abu-abu dengan persentase sebesar 40 %. Sampel 3

berstruktur massive karena susunan mineral-mineralnya padat. Berdasarkan hal

tersebut, diketahui bahwa sampel 3 adalah Ryholite. (Fenton, 1940)

Berdasarkan kandungan K2O terhadap SiO2, maka batuan Riolit yang

bersifat High Calk Alcaline terbentuk pada daerah Convergent Plate Margin yang

erat kaitannya dengan proses subduksi. Pada suatu kedalaman yang tinggi, maka

eklogit akan mengalami peleburan sebagian yang akan memproduksi material

H2O dan yang kaya akan material intermediet hingga material yang bersifat asam,

material inilah yang akan membentuk magma calk-alkaline. Material-material ini

kemudian naik menuju selubung (Wilson, 1989).


Riolit kerap digunakan sebagai bahan baku beton ringan, isolasi bangunan,

plesteran, isolator temperatur tinggi/rendah, bahan penggosok, saringan/filter,

bahan pembawa (media) dan campuran makanan ternak.

3.1.4. Sampel 4

Foto 3.4 Dacite

Sampel nomor urut 4 dengan nomor peraga BB1 03 merupakan batuan

beku, dalam keadaan segar berwarna abu-abu sedangkan dalam keadaan lapuk

berwarna cokelat. Sampel 4 memiliki kristalinitas hipokristalin atau sebagian

tersusun atas kristal dan sebagian yang lain tersusun atas gelas, granulanularitas

porfiroafanitik dimana mineral-mineralnya berukuran kecil dan sulit dibedakan

satu dengan yang lainnya (massa dasar), serta terdapat fenokris dalam massa dasar

tadi. Karena hal tersebut, maka bentuknya adalah euhedral-subhedral atau bidang

batas mineral ada yang jelas dan teratur, namun adapula yang tidak. Adapun

relasinya yaitu inequigranular. Pada sampel 4 dijumpai mineral kuarsa tidak

berwarna dan berbentuk prismatik dengan persentase sebesar 10%, plagioklas

berwarna putih susu dan dengan persentase sebesar 40%, serta massa dasar

berwarna abu-abu dengan persentase sebesar 50%. Sampel 4 berstruktur massive


karena susunan mineral-mineralnya padat. Berdasarkan hal tersebut, diketahui

bahwa sampel 4 adalah Dacite. (Fenton, 1940)

Dasit adalah salah satu jenis batuan beku yang terbentuk karena

pembekuan magma secara cepat. Dasit terbentuk pada suhu 900-1200oC. Karena

terbentuk pada permukaan bumi maka batu ini termasuk golongan batuan beku

ekstrusif.

Dasit biasanya digunakan untuk bahan bangunan, pengaspal jalan,

jembatan, bendungan, serta dapat pula digunakan sebagai perhiasan.


BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

1. Batuan yang telah dideskrispsi rata-rata berwarna hampir gelap sampai

gelap menandakan bahwa batuan yang dideskripsi merupakan batuan beku

intermediet sampai batuan beku basa, namun adapula yang termasuk

dalam batuan beku asam. Semua batuan yang dideskripsi mengandung

kuarsa, adapula yang mengandung plagioklas, piroksen, biotit, dan massa

dasar. Dari batuan yang telah dideskripsi, granularitas yang dijumpai

adalah faneritik, porfiroafanitik, dan faneroporfiritik. Hal ini menandakan

bahwa batuan yang dideskripsi ada yang termasuk batuan beku intrusif dan

ada yang merupakan batuan beku korok.

2. Berdasarkan deskripsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa sampel 1

adalah Basalt porphyri, sampel 2 merupakan Granit pegmatite, sampel 3

adalah Rhyolite, dan sampel 4 adalah Dacite.

3. Batuan yang telah dideskripsi digunakan dalam industri poles, bahan

bangunan / pondasi bangunan (gedung, jalan, jembatan, dll) dan sebagai

agregat.

4.2. Saran

Praktikum yang telah dilakukan telah berjalan sebagaimana mestinya.

Hanya saja waktu yang disediakan kurang banyak sehingga pendeskripsian


mineral juga kurang maksimal. Selain itu, asisten sebaiknya selalu mendampingi

praktikan agar praktikum berjalan dengan lancar.


DAFTAR PUSTAKA

Amijaya, Hendra. 2007. Pengantar Ilmu Kebumian. Yogyakarta: Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan.

Anshori, Chusni. 2007. Petrogenesa Basalt Sungai Medana Karangsambung,


Berdasarkan Analisis Geokimia. Jurnal Ruset Gelogi dan Pertambangan.

Noor, Djauhari. 2009. Geologi Dasar. Bogor: Universitas Pakuan.

Nirmala, Gita. 2016. Analisa Geokimia Riolit Kubah Lava Daerah Bulu Batuara
Kecamatan Watangpulu Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan.

Rezki Maulana, Baso. Geochemical Dacite of Barru Area South Sulawesi.

Usman, Baso. 2017. Identifikasi Batuan Granit Kecamatan Sendana Kota Palopo
Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivity). Seminar
Nasional Teknologi Informasi dan Komputer FTKOM UNCP.

Anda mungkin juga menyukai