Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rahim merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor
diantara kandung kemih dan rectum. Dinding belakang dan dinding depan
rahim dan bagian atas rahim tetutup peritonium. Sedangkan bagian bawahnya
berhubungan dengan kandung kemih. Untuk mempertahankan posisinya
rahim disangga oleh beberapa ligamentum, jaringan ikat dan parametrium.
Dinding rahim terdiri dari tiga lapisan :

a Peritonium

Peritonium meliputi dinding rahim bagian luar dan menutupi


bagian uterus peritonium merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat
dan pembuluh darah limfe serta urat syaraf.

1. Tonjolan yang tepat diatas tulang selangka di dekat kemaluan wanita;


2. Bibir besar pada alat kelamin wanita bagian luar
3. Bibir kecil pada alat kelamin wanita bagian luar
4. Organ erektil kecil pada amniota betina
5. Bagian luar alat kelamin wanita
6. Jaringan konektif yang menguatkan tulang
7. Jaringan ikat penyangga.

b Lapisan otot

Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan, yaitu : lapisan luar,
dalam, dan tengah. Lapisan luar berbentuk cup melengkung dari fundus
uteri menuju ligamentum. Lapisan dalam berasal dari osteum tuba uteri
sampai osteum uteri internum. Lapisan tengah terletak diantara ke-2
lapisan tersebut, membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah ateri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan, sehingga saat
terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian
pendarahan dapat terhenti.

c Endometrium (selaput lendir kavum uteri)

Endometrium Pada endometrium terdapat lubang kecil yang


merupakan muara dari kelenjar endometrium. Variasi tebal tipisnya, fase
pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal
dalam siklus menstruasi.
Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh otot
rahim sendiri, otot tonus ligamentum yang menyangga dan tonus otot-otot
dasar panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah ligamentum
latum, ligamentum rotundum, dan ligamentum infundibulopelvikum.
Histerektomi berasal dari bahasa yunani yakni hystera yang berarti
“rahim” dan ektmia yang berarti “pemotongan”. Histerektomi berarti
operasi pengangkatan rahim. Beberapa keadaan yang memerlukan
pengangkatan rahim :

1. Mioma uteri
2. Endometriosis berat dan Adenomiosis
3. Kanker mulut rahim dan badan rahaim
4. Kanker indung telur

Pelaksanaan histerektomi dengan pendekatan vaginal sebagai cara


pengangkatan kandungan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan
dianggap lebih baik dibanding dengan teknik yang lain. Para dokter bedah
ginekologi mempunyai kewajiban memberikan akses cara operasi yang
paling baik yang bisa dilakukan dalam suasana klinis yang ada. (Prof Dr
dr H Ibnu Pranoto SpOG(K) SpAnd
‘Histerektomi Vaginal sebagai Cara Pengangkatan Kandungan
untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Wanita’. dalam histerektomi maka
jalan yang paling baik pendekatan vaginal atau histerektomi vaginal yang
merupakan rute primer paling baik.
Pelaksanaan itu dilanjutkan dengan kolporafi anterior,
perineoplasti yang merupakan operasi vaginoplasti dan memberikan
kepuasan seksual bagi pasangan yang masih aktif. Penggunaan metode
histerektomi abdominal masih lebih banyak dibandingkan dengan
histerektomi vaginal, namun saat ini penggunaan metode histerektomi
vaginal meningkat karena beberapa keuntungan.
Histerektomi abdominal merupakan tindakan operasi yang invasif
pada perempuan dengan kelainan ginekologik. Prosedur terbaru yaitu
histerektomi laparoskopik memerlukan kemampuan operasi yang tinggi,
sedang histerektomi vaginal tidak memiliki luaran yang lebih buruk dan
dinilai lebih aman.

2. Tujuan
Berdasar kan latar belakang di atas, maka tujuan dari penyususnan
makalah ini adalah untuk membahas tentang Histerektomo (Operasi
Pengangkatan Rahim). Yang bertujaun untuk :
a. Mengetahui Anatomi Rahim Wanita
b. Mengetahui Pngertian Histerektomi
c. Mengetahui Etiologi dari Operasi Histerektomi
d. Mengetahui Klasifikasi Histerektomi
e. Agar mahasiswi dapat Mengetahui dan memahami dengan lebih jelas
tentang cara melakukan Opeasi Histerektomi
f. Agar Mahasiswi Mengetahui dan Memahami dengan lebih jelas Teknik
Operasi Histerektomi
g. Dan mengetahui apa efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi
pada pasien setelah melakukan Operasi Histerektomi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Rahim

Rahim atau uterus adalah organ reproduksi betina yang utama pada
kebanyakan mamalia, termasuk manusia. Salah satu ujungnya adalah serviks,
membuka ke dalam vagina, dan ujung satunya yang lebih luas, yang dianggap
badan rahim, disambung di kedua pihak dengan tabung Fallopian. Rahim
terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran di organisme yang berbeda. Pada
manusia adalah berbentuk buah pir. Beberapa organisme seperti kelinci,
kambing dan kuda mempunyai rahim bipartite atau "bertanduk".
Rahim ditempatkan di pelvis dan dorsal (dan biasanya agak kranial) ke
kandung kemih dan ventral ke rektum. Rahim ditahan pada tempatnya oleh
beberapa ligamen. Di luar kehamilan, ukuran garis tengahnya adalah beberapa
sentimeter. Rahim kebanyakan terdiri dari otot. Lapisan permanen jaringan itu
yang paling dalam disebut endometrium. Pada kebanyakan mamalia, termasuk
manusia, endometrium membuat lapisan pada waktu-waktu tertentu yang, jika
tak ada kehamilan terjadi, dilepaskan atau menyerap kembali.
Lepasnya lapisan endometrial pada manusia disebabkan oleh
menstruasi (dikenal dengan istilah "datang bulan" seorang wanita) sepanjang
tahun-tahun subur seorang wanita. Pada mamalia lain mungkin ada siklus
yang panjang selama enam bulan atau sesering beberapa hari saja. Fungsi
utama rahim menerima pembuahan ovum yang tertanam ke dalam
endometrium, dan berasal makanan dari pembuluh darah yang berkembang
secara khusus untuk maksud ini. Ovum yang dibuahi menjadi embrio,
berkembang menjadi fetus dan gestates sampai kelahiran.
Karena rintangan anatomis seperti pelvis, rahim didorong sebagian ke
dalam perut sampai perluasannya selama kehamilan. Di kehamilan pun rahim
manusia beratnya hanya sekitar sekilogram (2.2 pon)

B. Pengertian Histerektomi

1. Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus)


seorang wanita. Dengan demikian, setelah menjalani histerektomi seorang
wanita tidak mungkin lagi untuk hamil dan mempunyai anak.
Histerektomi biasanya dilakukan karena berbagai alasan. Penyebab yang
paling sering dilakukan histerektomi adalah adanya kanker mulut rahim
atau kanker rahim.
2. Operasi pengangkatan kandungan (histerektomi) merupakan pilihan berat
bagi seorang wanita. Pasalnya, tindakan medis ini menyebabkan
kemandulan dan berbagai efek lainnya. Oleh karena itu, histerektomi
hanya dilakukan pada penyakit-penyakit berat pada kandungan (uterus).
3. Banyak hal yang dapat 'memaksa' praktisi medis dan pasien untuk
memilih tindakan pengangkatan kandungan. Fibroid atau mioma
merupakan salah satu penyebab tersering. Penyebab lainnya adalah
endometriosis, prolapsus uteri (uterus keluar melalui vagina), kanker
(pada uterus, mulut rahim, atau ovarium), perdarahan per vaginam yang
menetap, dan lain-lain.

C. Etiologi

1. Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan
perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan
pada kandung kencing.
2. Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya
tumbuh di rahim saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium),
tuba Fallopi, atau organ perut dan rongga panggul lainnya.
3. Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina.

D. Indikasi & Kontra Indikasi

Indikasi:
a. Ruptur uteri
b. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada,
misalnya pada :
1) Atonia uteri
2) Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia pada solusio plasenta
dan lainnya.
3) Couvelaire uterus tanpa kontraksi.
4) Arteri uterina terputus.
5) Plasenta inkreta dan perkreta.
6) Hematoma yang luas pada rahim.
c. Infeksi intrapartal berat.
d. Pada keadaan ini biasanya dilakukan operasi Porro, yaitu uterus dengan
isinya diangkat sekaligus.
e. Uterus miomatosus yang besar.
f. Kematian janin dalam rahim dan missed abortion dengan kelainan
darah.
g. Kanker leher rahim.
Kontra Indikasi
a. Atelektasis
b. Luka infeksi
c. Infeksi saluran kencing
d. Tromoflebitis
e. Embolisme paru-paru.
f. Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial pada
adneksa
g. Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan
abses pada cul-de-sac Douglas karenadiduga terjadi pembentukan
perlekatan.

E. Klasifikasi

1. Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, kandungan


diangkat tetapi mulut rahim (serviks) tetap ditinggal. Oleh karena itu,
penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim, sehingga masih perlu
pemeriksaan Pap smear secara rutin.
2. Histerektomi total, yaitu mengangkat kandungan termasuk mulut rahim.
3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral, yaitu pengangkatan
uterus, mulut rahim, kedua tuba fallopi, dan kedua ovarium. Pengangkatan
ovarium menyebabkan keadaan seperti menopause.
4. Histerektomi radikal, dimana histerektomi diikuti dengan pengangkatan
bagian atas vagina serta jaringan dan kelenjar limfe di sekitar kandungan.
Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu.
5. Selain itu, histerektomi dapat dilakukan melalui irisan di perut atau
melalui vagina. Pilihan teknik ini tergantung pada jenis histerektomi yang
akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari, dan berbagai
pertimbangan lain.

F. Cara Melakukan Operasi Histerektomi


Sedangkan cara operasi histerektomi juga terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Histerektomi abdominal, dimana pengangkatan kandungan dilakukan
melalui irisan pada perut, baik irisan vertikal maupun horisontal
(Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini adalah dokter yang melakukan
operasi dapat melihat dengan leluasa uterus dan jaringan sekitarnya dan
mempunyai cukup ruang untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara ini
biasanya dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau terdapat
kanker pada uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan
rasa nyeri yang lebih berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih
panjang, serta menimbulkan jaringan parut yang lebih banyak.

2. Histerektomi vaginal, dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas


vagina. Melalui irisan tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari
jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui
vagina. Prosedur ini biasanya digunakan pada prolapsus uteri. Kelebihan
tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada
jaringan parut yang tampak.

3. Histerektomi laparoskopi. Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi


vagina yang dibantu laparoskop (laparoscopically assisted vaginal
hysterectomy, LAVH) dan histerektomi supraservikal laparoskopi
(laparoscopic supracervical hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan
histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan
melalui irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya
serta untuk membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak
menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada
perut. Melalui irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian
dipotong-potong menjadi bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang
laparoskop. Kedua teknik ini hanya menimbulkan sedikit nyeri,
pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut.
Setelah histerektomi, siklus haid atau menstruasi akan berhenti dan
wanita tidak dapat lagi hamil. Jika pada histerektomi juga dilakukan
pengangkatan ovarium (indung telur), maka dapat timbul menopause dini.
Pada umumnya tindakan pengangkatan rahim ini dilakukan
menggunakan teknik open surgery, dengan membuat sayatan sekitar 15 cm
pada dinding perut. Namun saat ini tindakan tersebut dapat dilakukan dengan
cara yang lebih baik, yakni melalui vagina atau menggunakan laparoskopi.
Kedua tindakan ini lebih baik dibandingkan dengan open surgery karena
waktu penyembuhan yang lebih cepat, nyeri pasca operasi lebih ringan, serta
tidak meninggalkan jaringan parut (bekas luka) besar di peut. Pada operasi
pengangkatan rahim melalui vagina bahkan tidak ada luka sama sekali di
perut. Laparoskopi memberi keuntungan dapat melihat keadaan organ di
sekitar rahim sehingga apabila didapatkan perlengketan atau kelainan pada
organ di sekitar rahim, lebih mudah untuk melakukan tindakan untuk
memperbaikinya.

G. Teknik Operasi
Tindakan pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi dilakukan
menggunakan anestesi (pembiusan) umum atau total. Waktu yang diperlukan
bervariasi tergantung beratnya penyakit, berkisar antara 40 menit hingga tiga
jam. Pada kasus keganasan stadium awal, tindakan histerektomi radikal dapat
pula dilakukan menggunakan laparoskopi. Untuk ini diperlukan waktu
operasi yang relatif lebih lama.
Apabila dilakukan histerektomi subtotal, maka jaringan rahim
dikeluarkan menggunakan alat khusus yang disebut morcellator sehingga
dapat dikeluarkan melalui llubang 10 mm. Apabila dilakukan histerektomi
total, maka jaringan rahim dikeluarkan melalui vagina, kemudian vagina
dijahit kembali. Operasi dilakukan umumnya menggunkan empat lubang kecil
berukuran 5‐ 10 mm, satu di pusar dan tiga di perut bagian bawah.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. USG
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan
keadaan adnexa dalam rongg apelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan
CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak
memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya leiomiosarkoma sangat
jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan
konfirmasinya membutuhkan diagnose jaringan.
2. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter
3. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis
5. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah.
6. Tes kehamilan
7. D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk
menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia atau
adenokarsinoma endometrium).

I. Persiapan Pasien dan Instrumen Oprasi


a. Persiapan Pre Operasi 1 hari sebelum operasi
1. Persiapan urogenital
Dilakukan pengosongan kandung kemih dengan kateterisasi nkandung kemih.
2. Obat-obat Premedikal
Yaitu penyuntikan pengantar pada pendrita yang sudah ditentukan oleh ahli
bius
3. Bahan yang harus dibawa bersama pasien ke kamar operasi
a. Status klien
b. Hasil-hasil laboratorium
4. Persiapan psikologis
a. Pasien dan keluarga perlu diberi kesempatan bertanya mengenai fungsi
reproduksi dan seksnya.
b. Beri penjelasan tentang operasi histerektomi yang akan dilakukannya.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Cek gelang identitas
b. Lepas tusuk konde, wig, tutup kepala dengan mitella.
c. Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan.
d. Bersihkan cat kuku
e. Lepaskan kontak lens
f. Alat bantu pendengaran dapat dipasang bila pasien tidak dapat
mendengarkan tanpa alat.
g. Pasang kaos kaki anti emboli bila pasien resiko tingi terhadap syok.
h. Ganti pakaian operasi
6. Transportasi ke kamar operasi
Perawat menerima status pasien, memeriksa gelang pengenal,
menandatangani inform concent, pasien dilindungi dari kedinginan
dengan memberi selimut katun.
b. Persiapan Operasi
1. Inform Concent
Surat persetujuan kepada pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan sebelum
operasi, alasan, tujuan, jenis operasi, keuntungan dan kerugian operasi.
2. Puasa
Pada operasi kecil, tidak perlu ada perawatan khusus. Hanya perlu puasa
beberapa jam sebelum operasi dan makan makanan ringan yang mudah dicerna
malam hari sebelumnya. Pada operasi besar, pada hari akan dilakukan operasi,
pasien hanya mendapatkan terapi cairan saja. Pada persiapan praoperatif
penderita malnutrisi, juga diberikan hiperalimentasi per oral atau intravena.
3. Persiapan usus, persiapan usus praoperatif berguna untuk hal-hal berikut:
a. Pengurangan isi gastrntestinal memberi ruang tambahan pada pelvis dan
abdomen sehingga memperluas lapangan operasi.
b. Pengurangan jumlah flora patgen pada usus menurunkan resiko infeksi
pascaoperasi
Cedera usus saat pembedahan tidak selalu berhasil untuk dihindari,
terutama sering terjadi pada pasien yang menjalani operasi karsinoma,
endometriosis, penyakit peradangan pelvis, pasien dengan prosedur
pembedahan berulang atau penyakit peradangan usus.
4. Persiapan kulit
Persiapan kulit disarankan untuk dilakukan pada area pembedahan, bukan
karena takut terjadi kontaminasi, akan tetapi lebih karea alasan teknis. Pasien
dicukur hanya pada area disekitar insisi. Pencukuran sebaiknya dilakukan
segera sebelum operasi, untuk mengurangi resiko infeksi pasca perasi.
Membersihkan kulit dengan sabun antiseptic pada malam hari sebelum operasi
atau pagi hari dapat mengurangi frekuensi infeksi luka pascaoperasi.
5. Persiapan vagina
Apabila terdapat infeksi vagina, sebaiknya diterapi sebelum operasi. Vaginosis
bacterial dapat diterapi dengan metrodinazole atau krim klindamisin 2%. Pada
wanita pasca menopause dengan atrofi mucosa vagina, krim estrogen
meningkatkan penyembuhan luka setelah operasi vagina. Segera sebelum
operasi, vagina dibersihkan dengan larutan antisepsis, seperti iodine PVB,
chlorhexidine atau octenidindil-hydricloride.
6. Persiapan kandung kencing dan ureter
Segera sebelum pemeriksaan di bawah anestesi,kandung kencing dikosngkan
dengan kateterisasi. Jik akan dilakukan operasi denga durasi lama, sebelumnya
dipasang kateter folley.

c. Persiapan Tempat & Alat


1. Persiapan alat-alat steril:
a. Alat-alat di meja linen :
Satu set linen steril terdiri atas :

 Duk besar 2 buah


 Duk sedang 1 buah
 Duk kecil 4 buah
 Jas operasi 5 buah
 Lap tangan 4 buah
 Kasa kecil 50 lembar
 Kasa besar 1 buah
 Selang suction 1 buah

b. Instrumen di Meja Mayo


Instrumen yang dibutuhkan untuk operasi Histerektomy antara lain:

Foerster Sponge Forceps Lurus 9-1/2 " 2


Allis Forceps Jaringan 5x6 Gigi 9-1/2 " 2
Mixter Rt Angle Forceps 2
Schnidt Hemostat Forceps Melengkung 2
Heaney Pemegang Jarum 2
Heaney Klem 6
Heaney-Ballentine Klem Str 2
Heaney-Ballentine Klem Melengkung 1
Rochester-Ochsner Forceps Lurus 8 " 8
` Rochester-Ochsner Tang Curved 8 " 4
Mayo Membedah Gunting Melengkung 6-3/4 " 1
Metzenbaum Gunting Melengkung 18 cm 1
rusia Jaringan Tang 6 " 1
DeBakey Jaringan Tang 1.5mm 6 " Panjang 1
pisau bedah Menangani # 3Lu 1
Deaver Retractor 1 " x 9 " 1
Deaver Retractor 1 " x 12 " 1
Deaver Retractor 1-1/2 " x 12 " 1
2. Bahan habis pakai :
a. Sarung tangan steril berbagai ukuran
b. Cairan desinfektan (betadin)
c. Cairan NaCl 0,9 %
d. Underpad
e. Benang :
 Absorbable (Monosyn) no. 0  menjahit stump portio, otot dan
fascia.
 Cromic gut no. 2/0  menjahit peritonium dan plika.
 Cromic no. 1  ligasi ligamentum rotundum dan infundibulum
 Monosyn no. 3/0  menjahit subcutis

3. Persiapan alat-alat tidak steril:


a. Meja operasi.
b. Meja linen
c. Meja mayo.
d. Mesin suction
e. Mesin electric surgery
f. Lampu operasi.
g. Plester + gunting verband.
J. Prosedur
1. Perawat instrumen cuci tangan.
2. Operator dan asisten cuci tangan.
3. Perawat instrumen memakai baju steril dan sarung tangan.
4. Berikan dan pakaikan baju operasi, sarung tangan pada asisten dan
operator.
5. Hitung dan atur instrumen di meja mayo sesuai kebutuhan.
6. Berikan klem dan deper desinfektan untuk desinfeksi lapangan operasi.
7. Lakukan drapping. Berikan doek besar untuk menutupi di bawah area
operasi dan satu doek besar untuk diatas, kemudian 2 doek kecil di kiri
kanan area operasi, dan beri doek klem untuk fiksasi.
8. Pasang kanul diathermi dan selang section, fiksasi dengan kasa dan doek
klem.
9. Dekatkan alat-alat pada pasien, informasikan instrumen sudah siap.
10. Berikan hand vat mess kepada operator untuk insisi.
11. Berikan kanul diathermi dan pincet cirurgis kepada operator untuk
memperdalam insisi, pincet cirurgis dan arteri klem pean/mosquito untuk
rawat perdarahan.
12. Berikan hak gigi untuk melebarkan lapangan operasi bagian luar sampai
fascia.
13. Berikan mess untuk membuka fascia dan 2 klem kocher untuk memegang
fascia dan dilebarkan dengan gunting metzembaum. Ganti hak gigi dengan
hak langenback.
14. Berikan pincet anatomi kepada operator untuk membuka otot secara tumpul.
15. Berikan doble pincet kepada operator dan asisten untuk membuka
peritonium, dilebarkan dengan metzembaum.
16. Berikan wound fritsch retractor untuk melebarkan lapangan operasi.
17. Berikan kasa besar basah untuk melindungi usus dan organ viseral lain.
18. Berikan tenakulum untuk memegang myoma.
19. Berikan 2 arteri klem van pean 20 cm (krom klem) untuk menjepit
infundibulum kanan, beri metzembaum untuk memotong infundibulum
diantara 2 klem. Berikan cromic no. 1 untuk ligasi yang ke arah tumor dan
ke arah pembuluh darah.
20. Lakukan hal yang sama terhadap infundibulum kiri.
21. Berikan 2 arteri klem van pean 20 cm untuk menjepit ligamen rotundum,
lakukan seperti pada infundibulum kanan dan kiri.
22. Berikan pincet anatomi dan metzembaum untuk membuka plika/blader flap.
23. Berikan arteri klem van pean untuk memegang blader flap.
24. Berikan kasa untuk melindungi blader flap.
25. Berikan 2 buah arteri klem van kocher 20 cm untuk memegang ujung portio
kanan dan kiri.
26. Berikan handvat mess untuk memotong tumor.
27. Berikan benang cromic no. 1 untuk membuat sudut pada portio, dan benang
monosyn no. 0 untuk menjahit stump portio.
28. Berikan benang cromic gut 2/0 untuk menjahit perimetrium (blader flap).
29. Kasa besar dikeluarkan, berikan 4 buah peritonium klem untuk memegang
peritonium, cuci intra abdomen dengan NaCl 0,9 %
30. Berikan arteri klem van pean 14 cm (mosquito) untuk rawat perdarahan,
hitung kasa dan alat sebelum operator menutup luka.
31. Berikan benang cromic gut 2/0 untuk menjahit peritonium.
32. Berikan benang monosyn no. 0 untuk menjahit otot, fascia.
33. Berikan benang cromic 2/0 untuk menjahit lemak.
34. Berikan benang monosyn no. 3/0 dengan jarum cutting untuk menjahit
subcutis secara kontinou (jelujur).
35. Bersihkan luka dengan kasa basah, keringkan, berikan dressing tole / kasa
desinfektan untuk menutup luka, fiksasi dengan hipapix.
K. Evaluasi
1. Melaksanakan prosedur sign out
2. Peralatan dibereskan, dilakukan prosedur dekontaminasi sampai dengan
pengepakan
3. Cuci tangan
4. Pasien dirapihkan
5. Peralatan dan lingkungan operasi dibersihkan dan dirapikan kembali
L. Efek Samping dan Komplikasi
1. Efek Samping
Efek samping yang utama dari histerektomi adalah bahwa seorang wanita
dapat memasuki masa menopause yang disebabkan oleh suatu operasi, walaupun
ovariumnya masih tersisa utuh. Sejak suplai darah ke ovarium berkurang setelah
operasi, efek samping yang lain dari histerektomi yaitu akan terjadi penurunan fungsi
dari ovarium, termasuk produksi progesterone.
Efek samping Histerektomi yang terlihat :
a. Perdarahan intraoperatif
Biasanya tidak terlalu jelas, dan ahli bedah ginekologis sering kali kurang
dalam memperkirakan darah yang hilang (underestimate). Hal tesebut dapat
terjadi, misalnya, karena pembuluh darah mengalami retraksi ke luar dari
lapangan operasi dan ikatannya lepas
b. Kerusakan pada kandung kemih
Paling sering terjadi karena langkah awal yang memerlukan diseksi untuk
memisahkan kandung kemih dari serviks anterior tidak dilakukan pada bidang
avaskular yang tepat.
c. Kerusakan ureter
Jarang dikenali selama histerektomi vaginal walaupun ureter sering kali
berada dalam resiko kerusakan. Kerusakan biasanya dapat dihindari dengan
menentukan letak ureter berjalan dan menjauhi tempat tersebut.
d. Kerusakan usus
Dapat terjadi jika loop usus menempel pada kavum douglas, menempel pada
uterus atau adneksa. Walaupun jarang, komplikasi yang serius ini dapat
diketahui dari terciumnya bau feses atau melihat material fekal yang cair pada
lapangan operasi. Pentalaksanaan memerlukan laparotomi untuk perbaikan
atau kolostomi
e. Penyempitan vagina yang luas
Disebabkan oleh pemotongan mukosa vagina yang berlebihan. Lebih baik
keliru meninggalkan mukosa vagina terlalu banyak daripada terlalu sedikit.
Komplikasi ini memerlukan insisi lateral dan packing atau stinit vaginal, mirip
dengan rekonstruksi vagina.
2. Komplikasi
a. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi
dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini diklasifikasikan
dalam sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial, venus
atau kapiler, berdasarkan waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi
cidera primer, dalam waktu 24 jam ketika tekanan darah naik reaksioner,
sekitar 7-10 hari sesudah kejadian dengan disertai sepsis sekunder, perdarahan
bisa interna dan eksterna.
b. Thrombosis vena
Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi
membahayakan jiwa adalah thrombosis vena dalam dengan emboli paru-paru,
insiden emboli paru-paru mungkin dapat dikurangi dengan penggunaan
ambulasi dini, bersama-sama dengan heparin subkutan profilaksis dosis
rendah pada saat pembedahan dan sebelum mobilisasi sesudah pembedahan
yang memadai.
c. Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya
didalam darah atau jaringan lain membentuk pus.
d. Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau menghubungkan
1 organ dengan bagian luar. Komplikasi yang paling berbahaya dari
histerektomi radikal adalah fistula atau striktura ureter. Keadaan ini sekarang
telah jarang terjadi, karena ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas
dari peritoneum parietal, yang dulu bisa dilakukan. Drainase penyedotan pada
ruang retroperineal juga digunakan secara umum yang membantu
meminimalkan infeksi.

M. Penatalaksanaan dan Pencegahan komplikasi

1. Penatalaksanaan

a. Preoperative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur dengan
sangat cermat dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa dokter bedah tidak
menganjurkan pencukuran pasien). Traktus intestinal dan kandung kemih harus
dikosongkan sebelum pasien dibawa keruang operasi untuk mencegah kontaminasi
dan cidera yang tidak sengaja pada kandung kemih atau traktus intestinal. Edema dan
pengirigasi antiseptic biasanya diharuskan pada malam hari sebelum hari
pembedahan, pasien mendapat sedative. Medikasi praoperasi yang diberikan pada
pagi hari pembedahan akan membantu pasien rileks.
b. Postoperative
Prinsip-prinsip umum perawatan pasca operatif untuk bedah abdomen
diterapkan, dengan perhatian khusus diberikan pada sirkulasi perifer untuk mencegah
tromboflebitis dan TVP (perhatikan varicose, tingkatkan sirkulasi dengan latihan
tungkai dan menggunakan stoking.

2. Pencegahan komplikasi

a. Pencegahan perlekatan
Perlekatan dapat dicegah dengn cara manipulasi jaringan secara lembut dan
hemostasis yang seksama. Untuk mempertahankan integritas serosa usus,
pemasangan tampon dgunakan apabila usus mengalami intrusi menghalangi lapangan
pandang operasi. Untuk mencegah infeksi, darah harus dievakuasi dari kavum
peritonei. Hal ini dapat dilakukan dengan mencuci menggunakan larutan RL dan
melakukan reperitonealisasi defek serosa dengan hati-hati
b. Drainase
Pada luka bersih (aseptic), pemasangan drain untuk mengevakuasi cairan yang
berasal dari sekresi luka dan darah berguna untuk mencegah infeksi. Pada luka
terinfeksi pemasangan drain dapat membantu evakuasi pus dan sekresi luka dan
menjaga luka tetap terbuka. System drainase ada yang bersiat pasif (drainase
penrose), aktif (drainase suction) da juga ada yang bersiat terbuka atau tertutup.
c. Pencegahan thrombosis vena dalam dan emboli
1) Saat praoperasi, perlu dicari faktor resiko. Usahakan menurunkan berat
badan dan memperbaiki keadaan umum pasien sampai optimal. Kontrasepsi oral
harus dihentikan minimal empat minggu sebelum operasi. Mobilisasi pasien
dilakukan sedini mungkin dan diberikan terapi fisik dan latihan paru.
2) Upaya intraoperasi, dilakukan hemostasis yang teliti san pencegahan infeksi.
Selain itu, cegah juga hipoksia dan hipotensi selama pembiusan. Hindari statis
vena sedapat mungkin, terutama dengan memperhatikan posisi kaki.
3) Pada pascaoperasi, antikoagulasi farmkologis dan fisik dilanjutkan. Upaya
fisik meliputi mobilisasi dini pada 4-6 jam pertama pascaoperasi, bersamaan
dengan fisioterapi. Disamping itu bisa juga dnegan pemakaian stocking ketat
dan mengankat kaki.
BAB III
Konsep Asuhan Keeperawatan Histerektomi
1. Pengkajian
Data dasar periode pra-operasi:
a. Riwayat atau adanya faktor-faktor yag mengharuskan pembedahan
1. Karsinoma serviks, ovarium, atau rahim.
2. Mioma uteri besar (vibroid).
3. Endometriosis berat
4. Perdarahan uterin disfungsional krisis (perdarahan pasca
menopause, metroragia
5. Gejala prolaps pada uteri
b. Pemeriksaan fisik berdasarkan pemeriksaan umum (apendiks F) untuk
menetapkan nilai dasar.
c. Kaji perasaan dan keprihatinan pasien terhadap pembedahan serta
pengetahuan mereka mengenai kejadian dalam pra-operasi dan pasca operasi.
d. Lihat perawatan pra-operasi dan pascaoperasi untuk rencana perawatan
praoperasi selanjutnya
Periode pasca operasi
Pada saat menerima pasien:
1) Laksanakan pengkajian rutin pascaoperasi (Apendiks L)
2) Periksa jumlah drainase pada balutan perineum

o Intervensi dan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa I: Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan
makna dari kehilangan
Kriteria pengkajian fokus Makna klinis
1. Pemajanan dengan orang lain yang telah 1,2 informasi ini dapat digunakan untuk
menjalani histerektomi mengukur respons dan kemajuan saat ini.
2. Kemampuan untuk mengungkapakan Diskusi dapat mendeteksi misinformasi
perasaan tentang histerektomi dan ketakutan
3. Bukti konsep diri yang negatif
4. Partisipasi dalam perawatan diri 3. klien dengan konsep diri yang negatif
sebelumnya beresiko tinggi untuk
gangguan penyesuaian
4. partisipasi dalam perawatan diri
menunjukkan untuk mnyesuaikan dengan
perubahan secara positif

No Intervensi Rasional
1 Kontak klien dengan serig dan Kontak yang sering ooleh pemberi
perlakukan klien dengan hangat, rasa perawatan menunjukkan
homat. penerimaan dan memfasilitasi rasa
percaya. Klien mungkin ragu-ragu
untuk mendekati staf karena konsep
diri yang negatif.
2 Memadukan dukungan emosional Hal ini mendorong resolusi isu-isu
kedalam sesi penyuluhan perawatan emosional sambil menyuluh
teknis (misalnya: perawatan luka dan keterampilan teknis
mandi)
3 Dorong klien untuk mengungkapkan Saling berbagi dan mengungkapkan
perasaannya tentag pembedahan dan perasaan memberikan kesempatan
persepsi tentang dampak gaya hidup. bagi perawat untuk mengkoreksi
Validasi persepsi klien dan berikan misinformasi. Melakukan validasi
ketenangan bahwa responnya adalah terhadap persepsi klien
normal dan tepat meningkatkan kewaspadaan diri
(Webb, 1983)
4 Gantikan mitos dengan kenyataan Misinformasi menunjang terjadinya
(misalnya:histerektomi biasanya tidak ansietas dan ketakutan yang tidak
mempengaruhi respon seksual fisiologis) berdasar. Memberikan informasi
yang akurat dapat membantu
mengurangi stressor emosional ini
5 Diskusikan tentang pembedahan dan Dukungan dari keluarga atau
efeknya pada fungsi dengan anggota kerabat lain sering kali penting
keluarga atau kerabat lainnya; luruskan untuk penerimaan perubahan pada
semua misinformasi. Dorong klien untuk klien dan konsep diri yang positif
berbagi perasaan dan persepsinya dengan (Webb 1983)
mereka
6 Rujuk klien yang beresiko tinggi Terapi lanjutan untuk membantu
terhadap ketidakberhasilan penyesuaian penyesuaian yang efektif dapat
untuk mendapatkan konseling profesional diindikasikan

Diagnosa II: Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapetik yang
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan insisi atau perineal,
tanda dan gejala komplikasi, pembatasan aktifitas, kehilangan menstruasi, terapi
hormon, dan perawatan lanjutan
Kriteria Pengkajian Fokus Makna Klinis
Kesiapan dan kemampuan untuk belajar Klien atau keluarga yang gagal mencapai
serta dan menyerap informasi tujuan belajar memerlukan rujukan untuk
mendapat bantuan setelah pulang

No Intervensi Rasional
1 Diskusikan perkiraan untuk Pemahaman perkiraan untuk
penyembuhan berdasarkan jenis dan penyembuhan dapat membantu klien
luasnya pembedahan. Jelaskan bahwa dan keluarga merencanakan strategi
histerektomi vaginal umumnya untuk mematuhi regimen perawatan
memberikan penyembuhn yang lebih postoperatif
cepat dan menyebabkan lebih sedikit
ketidaknyamanan postoperatif,
namun mempunyai beberapa
kerugian, seperti dibawah ini:
a. Resiko infeksi postoperatif yag lebih
besar.
b. Penurunan kemampuan
(dibandingkan dengan histerektomi
abdomen) untuk menghadapi
kesulitan pembedahan atau
komplikasi yang tidak diperkirakan.
Jelaskan bahwa histerektomi
abdomen memungkinkan visualisasi
selama pembedahan dan mempunyai
kontraindikasi yang lebih sedikit,
namun mempunyai periode
penyembuhan yang lebih lama,
penggunaan anastesia dan nyeri yang
meningkat
2 Jelaskan perawatan luka yang tidak Perawatan luka yang benar membantu
mengalami komplikasi (histerektomi mengurangi mikroorganisme pada insisi
abdomen), ajarkan klien untuk dan mencegah infeksi
melakukan hal berikut:
a. Mencuci dengan sbun dan air (mandi
bila mampu)
b. Mengeringkan dengan handuk,
menyibak lipatan kulit untuk
memastikan pengeringan yang
sempurna.
Konsul dengan dokter untuk
perawatan luka yang terkomplikasi
3 Jelaskan perawatan perineal Perawatan perineal yang benar
(histerektomi vagina); ajarkan klien mengurangi mikroorganisme disekitar
untuk melakukan hal berikut: perineum, meminimalkan
a. Mempertahankan hygien yang baik mikroorganisme memasuki vagina
b. Mencuci secara menyeluruh
menggunakan sabun dan air
c. Mengganti pembalut dengan sering
d. Setelah eliminasi, lakukan usapan
dari bagian depan ke arah belakang
gunakan tisu bersih untuk setiap kali
usapan
4 Jelaskan perlunya untuk Aktifitas fisik, khususnya ambulasi dini
meningkatkan aktifitas sesuai dengan dan sering, dapat membantu mencegah
toleransi atau meminimalkan kram abdomen,
keluhan umum selama penyembuhan
histerektomi abdomen
5 Ajarkan klien dan keluarga untuk Karena pembuluh darah yang berlimpah
memperhatikan dan melaporkan hal pada pelvis wanita, histerektomi
berikut: membawa resiko tinggi perdarahan
a. Perubahan drainase perineal postoperatif dibanding pembedahan
(misalnya drainase yang tidak seperti lain. Perdarahan seringkali terjadi dalam
biasa, perdarahan merah terang, bau 24 jam setelah operasi, namun resiko
yang tidk enak) tinggi juga terjadi pada hari ke-4, ke-9,
b. Retensi urin, rasa terbakar (panas), dan hari ke-21 postoperatif, manakala
sering berkemih jahitan bersatu. Sejumlah drainase
c. Urin keruh dan berbau tidak enak serosa yang berwarna pink, kuning,
d. Darah dalam urin coklat atauh bahkan perdarahan vaginal
e. Perubahan fungsi usus (konstipasi, minor yang nyata (tidak lebih berat dari
diare) menstruasi normal), adalah normal dan
diperkirakan terjadi (Holden, 1983)
6 Jelaskan efek pembedahan pada Pengangkatan uterus (meninggalkan
menstruasi dan ovulasi. Instruksikan ovarium secara teoritis tidak
klien untuk melaporkan gejala menghasilkan gejala menopaus; namun,
klimakterim (pengehentian klien dapat mengalaminya untuk
menstruasi sementara, rupanya karena peningkatan
a. Rasa panas kadar estrogen akibat manipulasi bedah
b. Sakit kepala pada ovarium. Pengangkatan kedua
c. Gelisah ovarium secara artivisial menginduksi
d. Palpitasi menopaus, menyebabkan gejala yang
e. Letih lebih berat daripada yang dialami pada
f. Depresi, perasaan tidak berguna, dan kelimakterium normal. Untuk
reaksi emosional lainnya membantu mengurangi gejala , bagian
ovarium seringkali dibiarkan di
tempatnya kecuali jadi
kontraindikasi.terapi estrogen
mengurangi gejala dan dapat
diindikasikan kecuali kasus-kasus
keganasan
7 Jelaskan pembatasan aktivitas; Istirahat yang cukup memungkinkan
ajarkan klien untuk melakukan hal- tubuh untuk memperbaiki jaringan
hal berikut:* akibat bedah. Berjalan meningkatkan
a. Terjadi keletihan dan kelemahan kekuatan dan daya tahan otot,
selama periode pemulihan mempercepat pemulihan. Duduk dalam
b. Delegasikan tugas kepada orang lain waktu lama dapat menyebakan
(misalnya menyapu atau kongestiv pelvik dan pembentukan
mengangkat) minimal selama 1 bulan trombosis
c. Berjalan dan sikap sedang, secara
bertahap tingkatkan jarak dan
langkah
d. Memulai mengemudi 2minggu
setelah pembedahan, jika mobil
dilengkapi dengan transmisi otomatis
e. Hindari duduk dalam waktu yang
lama
8 Galih kekhawatiran klien mengenai Pada kebanyakan kasus, histerektomi
dampak pembedahan pada perasaan tidak mempengaruhi respon atau fungsi
dan fungsi seksual. Jelaskan bahwa seksual. Selama hingga sampai 4bulan
klien harus mampu untuk memulai setelah pembedahan, hubungan seksual
kembali hubungan seksual kapan saja menimbulkan nyeri karena sakit pada
dari 3 minggu (dengan histerektomi abdomen dan menyusutan sementara
vagina untuk sampai 16 minggu vagina. Hubungan seksual membantu
setelah pembedahan; konfirmasikan meregangkan dinding vagina dan
kerangka waktu yang spesifik dengan akhirnya mengurangi ketidaknyamanan
dokter. (well, 1985)
9 Jika dilakukan histerektomi subtotal, Penjelasan apa yang diperkirakan dari
jelaskan bahwa menstruasi dapat pembedahan dapat membantu
berlanjut karena bagian uterus dan mengurangi kecemasan yang
lapisan endometrium tetap ada. berhubungan dengan ketidaktahuan dan
memungkinkan kopping yang efektif
(redman, 1992)
10 Jelaskan bahwa pengangkatan uterus
total mencegah kehamilan dan
mengakibatkan berhentinya
menstruasi, namun sela bagian
ovarium tetap ada, klien dapat
mengalami gejala premenstrual setiap
bulan seperti gembung dan kram
abdomen.
11 Jika terapi penggantian histogen Pemahaman klien tentang terapi
diindikasikan, diberikan penyuluhan. estrogen dapat mendorong kepatuhan
a. Jelaskan bahwa estrogen diberikan dengan regimen yang ditentukan
dalam dosis rendah berdasarkan (maddox, 1992)
siklus 5 hari diberikan 2 hari distop-
sampai kelien mencapai usia Sebuah penelitian tentang efek jangka
menopouse rata-rata panjang pemakaian estrogen
b. Diskusikan rasional terapi: untuk menemukan penurunan angka kematian
memberikan perasaan tenang untuk akibat infark miocard, namun
menurunkan resiko penyakit menemukan peningkatan insiden kanker
kardiovaskuler, untuk menurunkan payudara (meskipun menurun pada
osteoporosis. angka kematian yang berhubungan
c. Jelaskan resiko yang berhubungan dengan kanker payudara) dan
dengan terapi. osteoporosis. Wanita nulipara
d. Ajarkan klien untuk melaporkan hal- ditemukan berisin petinggi terhadap
hal berikut: kanker payudara selama 10tahun
1) Perubahan suasana hari, khususnya pertama terapi. Wanita berumur di atas
depresi 55 tahun dan wanita yang mengalami
2) Tanda dan gejala tromboplebitis menopause yang terlambata juga
(hangat dan nyeri pada betis, nyeri ditemukan berisikio tinggi terhadap
abdomen, dan nyeri, baal atau kanker payudara. Penelitian ini
kekakuan pada kaki dan bokong). merekomendasikan bahwa dokter
3) Retensi cairan yang berlebihan memberikan klien ini pertimbangan
4) Ikterik khusus sebelum menentukan terapi
5) Mual dan muntah yang hebat estrogen.
6) Pening, sering sakit kepala Terapi penggantian estrogen dapat
7) Rambut rontok menyebabkan efek yang merugikan
8) Gangguan penglihatan seperti hipertensi, gangguan emboli,
9) Benjolan pada payudara atau penyakit hepar dan kandung
e. Jelaskan perlunya kunjungan tindak empedu (Malseed, 1990)
lanjut (setidaknya setiap tahun dan
pemeriksaan mandiri payudara setiap
bulan
12 Diskusikan perawatan lanjutan; Perawatan lanjutan yang teratur
jelaskan bahwa pemulangan biasanya diperlukan untuk mengevaluasi hasil
dilakukan pada hari ke 5 sampai hari pembedahan dan terapi estrogen, jika
ke 7, dan pemeriksaan kontrol diindikasikan, dan untuk mendeteksi
dijadwalkan 4 sampi 6minggu setelah semua komplikasi.
pulang. Tekankan pentingnya
menepati perjanjian yang telah
ditetapkan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
a Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus)
seorang wanita. Dengan demikian, setelah menjalani histerektomi
seorang wanita tidak mungkin lagi untuk hamil dan mempunyai anak.
b Histerektomi biasanya dilakukan karena berbagai alasan. Penyebab
yang paling sering dilakukan histerektomi adalah adanya kanker mulut
rahim atau kanker rahim. Beberapa penyebab lain adalah :
c Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan
perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan
pada kandung kencing.
d Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya
tumbuh di rahim saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium),
tuba Fallopi, atau organ perut dan rongga panggul lainnya.
e Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina.
f Dan lain-lain.
B. Saran
Selain itu, histerektomi dapat dilakukan melalui irisan di perut atau
melalui vagina. Pilihan teknik ini tergantung pada jenis histerektomi yang
akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari, dan berbagai pertimbangan
lain.
Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga
enam minggu. Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak
bergerak yang dapat memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari
segi makanan,? disarankan untuk menghindari makanan yang menimbulkan
gas seperti kacang buncis, kacang panjang, brokoli, kubis dan makanan yang
terlalu pedas. Seperti setelah operasi lainnya, makan makanan yang kaya
protein dan meminum cukup air akan membantu proses pemuihan.
DAFTAR PUSTAKA

Abercrombie. 1993. Kamus Lengkap Biologi. Erlangga. Jakarta.


Bibhas, C., Paria., Ma, W., Tan, J., Raja, S., Sonjoy, K., Sudhansu, K., Dey. Brigid,
L., M., Hogan. 2000. Cellular and molecular responses of the uterus to
embryo implantation can be elicited by locally applied growth factors. J. Dev.
Bio. 98, 1047-1052.
Dey, S. K., Lim, H., Das, S. K., Reesee, J., Paria, B.C., Daikoku, T., and Wang, H.
2003. Molecular Cues to Implantation. Endocrine Reviews. 95, 7191-7196.
Hakimi, M. 1996. Fisiolgi dan Patologi Persalinan. Yayasan Essentia Medica.
Jakarta.
http://harisabdillahai.blogspot.co.id/2014/11/histerektomi-makalah.html diakses
tanggal 08 November 2017

Manuaba, I. 1998. Ilmu kebidana dan Penyakit Kandungan. EGC. Jakarta.


MecineNet: http://www.medicinenet.com/hysterectomy/article.htm . Diakses tanggal
17 oktober 2017
Sylvia, W. C., James, C., Page, M and Korach, K.S. 1999. Disruption of estrogen
signaling does not prevent progesterone action in the estrogen receptor
knockout mouse uterus. J. Biochemistry Vol. 96 3646-3651.
WikiPedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Hysterectomy. diakses tanggal 17 oktober
2017
WomensHealth:http://www.womenshealth.gov/faq/hysterectomy.cfm.Diakses
tanggal 17 oktober 2017
WomensHealthChannel:
http://www.womenshealthchannel.com/hysterectomy/index.shtml.Diakses
tanggal 17 oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai