Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi PDF
Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi PDF
Abstrak
Pasal 51 ayat (1) Peraturan Presiden nomot 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah berbinyi:
Kontrak Lump sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;
b. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa;
c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan
isi Kontrak;
d. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);
e. total harga penawaran bersifat mengikat; dan
f. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
Kata Kunci : Kontrak lump sum, kontrak harga satuan, perubahan kontrak, penambahan
pekerjaan, dan pengurangan pekerjaan.
(1) Kontrak Lump Sum merupakan kontrak yang jumlah harga (nilai kontrak) sudah pasti
dan tetap bersifat mengikat, serta tidak dimungkinkan adanya penyesuaian harga.
Kontrak jenis ini diperuntukkan untuk pekerjaan yang volume atau kuantitas
pekerjaannya sudah dapat diperkirakan dengan pasti pada saat penandatanganan
kontrak. Contohnya kontrak untuk pekerjaan pembangunan gedung kantor pada
umumnya berisi kesepakatan tentang pembangunan satu unit gedung kantor dengan
harga yang sudah pasti misalnya Rp5.000.000.000,- (lima milyar rupiah). Meskipun
perhitungan biaya pembangunan gedung tersebut terdiri dari penjumlahan banyak
komponen pekerjaan seperti pekerjaan pondasi, lantai, dinding, atap, dsb namun volume
atau kuantitas pekerjaan pondasi, lantai, dinding, atap, dsb sudah dapat diperkirakan
pada saat penandatanganan kontrak. Karena itu nilai kontrak yang nantinya dibayarkan
bersifat tetap dan mengikat.
(2) Kontrak harga satuan merupakan kontrak yang jumlah harga satuan untuk setiap satuan
atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu sudah tetap, namun volume atau
kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan. Pembayaran kontrak didasarkan pada
hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan.
Karena itu dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil
pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan. Kontrak jenis ini diperuntukkan
untuk pekerjaan yang volume atau kuantitas pekerjaannya belum dapat diperkirakan
dengan pasti pada saat penandatanganan kontrak. Contohnya kontrak untuk pekerjaan
pengadaan bahan makanan narapidana berisi kesepakatan tentang pengadaan bahan
makanan untuk nara pidana selama waktu tertentu misalnya satu tahun dengan harga
yang sudah pasti untuk setiap spesifikasi teknis tertentu seperti harga telur per butir,
harga beras per kg, harga daging per kg, harga sayur per ikat dsb. Penyedia barang/jasa
melaksanakan pemasokan barang sesuai kesepakatan dalam kontrak, misalnya PPK
menyampaikan surat pesanan per hari/minggu/bulan berdasarkan jumlah narapidana.
Pembayaran kontrak didasarkan pada hasil pengukuran bersama terhadap pekerjaan
yang benar-benar telah dilaksanakan.
(3) Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan adalah adalah Kontrak yang merupakan
gabungan Lump Sum dan Harga Satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan.
Kontrak ini diperuntukkan untuk pekerjaan yang sebagian volumenya sudah dapat
pastikan dan sebagian lainnya masih bersifat perkiraan. Contoh pekerjaan yang sebagian
volumenya sudah pasti dan sebagian pekerjaan volumenya masih bersifat perkiraan
adalah pekerjaan pembangunan gedung dengan pondasi tiang pancang di atas tanah
yang labil. Kontrak untuk pekerjaan tersebut dapat diatur sebagai berikut:
a. Untuk porsi pekerjaan pembangunan gedung menggunakan cara pembayaran
kontrak lump sum, dan
b. Untuk porsi pekerjaan pondasi tiang pancang menggunakan cara pembayaran
kontrak harga satuan.
(4) Kontrak Persentase merupakan kontrak pengadaan jasa konsultansi/jasa lainnya, dengan
ketentuan imbalan yang diterima didasarkan pada persentase dari nilai pekerjaan
tertentu. Contoh kontrak ini adalah kontrak untuk pekerjaan konsultan pengawasan
pekerjaan pembangunan gedung. Dalam kontrak ini cara penyedia jasa konsultansi
menerima imbalan berdasarkan persentasi hasil pekerjaan pembangunan gedung yang
diawasinya.
Perlunya ada kontrak lump sum dan ada kontrak harga satuan, sesungguhnya dikarenakan
memang ada jenis pekerjaan yang volume atau kuantitasnya sudah dapat dipastikan pada
saat perencaan dan ada jenis pekerjaan yang volume atau kuantitasnya tidak dapat
dipastikan pada saat perencanaan pekerjaan (masih bersifat perkiraan). Untuk pekerjaan
yang volume atau kuantitasnya sudah dapat dipastikan pada saat perencanaan harus
menggunakan kontrak lump sum, untuk pekerjaan yang volume atau kuantitasnya masih
bersifat perkiraan harus menggunakan kontrak harga satuan.
Contoh volume pekerjaan yang sudah harus dipastikan pada saat perencanaan adalah volume
pekerjaan konstruksi. Yang dimaksudkan dengan volume dalam hal ini adalah luas gedung,
rentang jembatan, panjang dan lebar jalan. Semua itu dapat dipastikan pada saat
perencanaan pekerjaan. Contoh volume pekerjaan yang belum dapat dipastikan pada saat
perencanaan pekerjaan adalah volume pekerjaan pengadaan bahan makanan untuk
narapidana. Pada saat penandatanganan kontrak jumlah narapidana yang harus diberi makan
belum diketahui.
Yang dimaksud volume atau kuantitas pekerjaan dalam pengadaan bahan makanan untuk
narapidana adalah jumlah bahan makanan yang serahkan, atau makanan yang disajikan. Jika
penyedia hanya memasok bahan makanan maka volume pekerjaan dihitung berdasarkan
jumlah bahan makanan yang diserahkan oleh penyedia seperti beras, sayuran segar, telur
ayam, ikan asin dsb. Jika pemberian makan diberikan dalam bentuk makanan seperti nasi
kotak/bungkus valumenya adalah jumlah nasi kotak/bungkus yang disediakan. Jika
pemberian makanan disajikan dalam bentuk prasmanan volumenya adalah jumlah
narapidana.
Mengizinkan penggunaan kotrak harga satuan untuk pekerjaan konstruksi akan mengurangi
arti pentingnya disain perencanaan konstruksi. Padahal dalam pekerjaan konstruksi disain
detail bangunan merupakan gambaran dari sebuah bangunan yang diinginkan. Ketika
menyusun disain perencanaan sebuah gedung, konsultan perencana sudah membayangkan
bagaimana bentuk, model, dan ukuran dari bangunan tersebut. Gambaran sebuah gedung
yang sudah ada di dalam kepala konsultan perencana itulah yang dituangkannya secara
detail ke dalam disain perencanaan bangunan. Inilah yang disebut “start from the end” oleh
Steven R Copy dalam bukunya The Seven Habits of Highly Efective People.
Kesalahan perencanaan seperti tersebut di atas seharusnya tidak boleh dibiarkan meskipun
jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum. Alasan mengapa
penambahan/pengurangan pekerjaan tersebut harus dilakukan, setidaknya dapat dikaitkan
dengan upaya menghindari kerugian negara dan untuk melaksanakan serah terima hasil
pekerjaan.
a. Upaya untuk menghindari kerugian negara jauh lebih penting dari pada sekedar
melaksanakan secara kaku pasal 51 ayat (1) huruf f. Menurut hemat penulis jika
benar-benar dibutuhkan tambahan pekerjaan yang kalau tidak dilaksanakan akan
menyebabkan kerugian negara karena hasil pekerjaan tidak berfungsi, maka
tambahan pekerjaan dapat dilakukan. Demikian juga jika diketahui bahwa terdapat
bagian pekerjaan dalam kontrak yang sebenarnya tidak perlu dilaksanakan karena
tidak bermanfaat sama sekali, maka pekerjaan tersebut tidak perlu dilaksanakan.
b. Untuk pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan, Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
(PPHP) harus memeriksa seluruh hasil pekerjaan dan memastikan bahwa seluruh
komponen pekerjaan yang terdapat dalam kontrak telah diselesaikan. Dalam hal
terdapat bagian pekerjaan yang tidak dikerjakan, baik yang disebabkan karena
memang tidak bisa dikerjakan maupun yang disebabkan karena tidak diperlukan,
maka untuk dapat dilakukan serah terima hasil pekerjaan bagian pekerjaan yang
tidak dikerjakan tersebut harus dikeluarkan dulu dari dalam kontrak. Untuk itu perlu
dilakukan perubahan kontrak. Tanpa merubah kontrak maka PPHP tidak dapat
melakukan serah terima karena terdapat bagian pekerjaan yang belum dikerjakan.
E. Contoh Kasus
Kasus 1.
Dalam kontrak lump sum pekerjaan pembangunan gedung pertemuan yang dibiayai dari
dana APBD nilai kontrak Rp7.000.000.000,- terdapat bagian pekerjaan penimbunan lahan
halaman gedung pertemuan seluas 1000 m2 . Biaya penimbunan tersebut dalam surat
penawaran tercantum Rp600.000.000,-. Pada tahapan pelaksanaan pekerjaan ternyata
sebagian lahan halaman gedung pertemuan tersebut (seluas 300 m2 ) diklaim oleh masyarakat
pemilik lahan. Dalam menghadapi kenyataan tersebut PPK harus mengambil suatu
keputusan. Alternatif putusan yang dapat dipilih oleh PPK adalah:
1) Pembangunan gedung pertemuan dikerjakan sesuai kontrak awal tanpa perubahan
berupa pengurangan pekerjaan. Di atas lahan seluas 300 m2 yang diklaim oleh
masyarakat tetap dilakukan penimbunan meskipun pada akhirnya lahan tersebut tidak
dapat digunakan sebagai halaman gedung pertemuan karena dipasang pagar pembatas
oleh masyarakat pemilik lahan. Serah terima pekerjaan dapat dilaksanakan karena
seluruh pekerjaan yang ada dalam kontrak telah dilaksanakan dan kepada penyedia
pekerjaan dibayar penuh sebesar Rp7.000.000.000,-.
Keputusan tersebut akan menyebabkan kerugian negara karena PPK melakukan
penimbunan di atas lahan yang bukan milik pemerintah yang seharusnya tidak perlu
dilakukan penimbunan.
2) Pembangunan gedung pertemuan dikerjakan sesuai kontrak tanpa perubahan berupa
pengurangan pekerjaan. Secara formal pekerjaan seluruh pekerjaan dilakukan sesuai
kontrak. Namun pada kenyataannya pekerjaan penimbunan halaman gedung pertemuan
hanya dilakukan di atas lahan milik pemerintah seluas 700 m2 . Sedangkan di atas lahan
seluas 300 m2 yang diklaim oleh masyarakat tidak dilakukan penimbunan. Pada saat
serah terima hasil pekerjaan dinyatakan bahwa pekerjaan telah selesai dikerjakan 100%.
Berdasarkan Berita acara tersebut dilakukan pembayaran penuh Rp7.000.000.000,-.
Keputusan tersebut bukan saja menyebabkan kerugian negara tetapi juga menyeret
PPK dan PPHP ke dalam kasus korupsi karena melakukan pembayaran atas pekerjaan
yang tidak dilaksanakan (piktif).
3) PPK membuat keputusan yang isinya merubah jenis kontrak yang semula kontrak lump
sum menjadi kontrak harga satuan. Perubahan tersebut hanya perubahan nama jenis
kontrak saja dengan tujuan supaya dapat dilakukan pekerjaan tambah/kurang.
Selanjutnya setelah jenis kontrak dirubah menjadi kontrak harga satuan PPK dan
Penyedia pekerjaan sepakat melakukan perubahan isi kontrak dengan mengurangi
pekerjaan penimbunan halaman semula 1000 m2 menjadi 700 m2 .
Keputusan tersebut tidak sinkron dengan proses pelelangan yang telah dilakukan oleh
Pokja ULP karena pada saat melaksanakan proses pelelangan Pokja ULP telah
melaksanakan seluruh proses dengan cara yang ditentukan untuk kontrak lump sum.
Penetapan pemenang lelang dan nilai kontrak telah ditetapkan oleh Pokja ULP
berdasarkan hasil koreksi aritmatik yang telah dilaksanakan menurut cara koreksi
untuk kontrak lump sum. Seandainya sejak awal dilakukan pelelangan dengan cara
yang ditentukan untuk kontrak harga satuan bisa jadi pemenang lelang tersebut adalah
penyedia yang lain.
Kasus 2.
Dalam kontrak lump sum pekerjaan pembangunan rumah dinas yang dibiayai dari dana
APBD nilai kontrak Rp3.000.000.000,- terdapat bagian pekerjaan penimbunan lahan
sebanyak 55 m3 . Izin mendirikan bangunan (IMB) yang diajukan kepada Pemerintah Daerah
baru terbit setelah kontrak ditandatangani. Berdasarkan IMB pembangunan rumah dinas
harus bergeser 5 m ke arah belakang menjauhi jalan raya. Akibat dari pergeseran lokasi
tersebut posisi rumah dinas tersebut berada di atas lahan yang agak rendah dan selalu
digenangi air hujan. Berdasarkan perhitungan bersama antara PPK, tim teknis, dan penyedia
pekerjaan untuk menghindari ancaman banjir diperlukan tambahan pekerjaan penimbunan
tanah sebanyak 200 m3 . Jika tidak dilaksanakan penimbunan akan menyebabkan lantai
bangunan rumah tersebut akan terendam air setiap turun hujan. Biaya penimbunan tersebut
dapat diambil dari bagian pekerjaan pembuatan garasi. Penyedia mengusulkan agar
pembuatan garasi ditiadakan diganti dengan penambahan penimbunan.
Menghadapi situasi ini PPK harus mengambil keputusan. Alternatif putusan yang dapat
ditempuh antara lain:
1) Tetap memerintahkan penyedia membangun di atas lahan yang direncanakan tanpa
memperdulikan lokasi yang diizinkan dalam IMB. Pilihan tersebut tidak memerlukan
pekerjaan tambah/kurang. Risiko putusan tersebut adalah sewaktu-waktu proses
pembangunannya dapat dihentikan oleh pihak Pemerintah Daerah karena tidak sesuai
IMB. Jika terjadi pelebaran jalan yang mengharuskan rumah dinas tersebut dibongkar,
maka pembongkaran rumah tersebut tidak dapat mengajukan klaim ganti rugi kepada
Pemerintah Daerah.
2) Tetap memerintahkan penyedia membangun di atas lahan yang diizinkan dalam IMB
tetapi tidak melakukan perubahan pekerjaan. Pilihan tersebut memang tidak
memerlukan pekerjaan tambah/kurang. Namun setiap kali turun hujan rumah dinas yang
telah dibangun tersebut akan selalu direndami air karena letaknya lebih rendah dari
permukaan tanah di sekelilingnya.
Kasus 3.
Dalam DIPA kantor X dialokasikan dana pembangunan gedung kantor dan 3 unit rumah
dinas sebesar Rp7.000.000.000,- Berdasarkan gambar disain dan engeener’s estimation
(EE) yang dibuat oleh konsultan perencana telah ditetapkan Harga Perkiraan Sendiri HPS
sebesar Rp6.900.000.000,-. Agar leluasa melakukan perubahan kontrak, PPK menetapkan
jenis kontrak yang akan digunakan adalah kontrak harga satuan. Dalam proses pelelangan
Pokja ULP telah menetapkan pemenang lelang PT. A dengan total penawaran
Rp6.250.000.000,- dan berdasarkan hasil lelang tersebut PPK dan PT. A telah
menandatangani kontrak pembangunan gedung dan 3 unit rumah dinas dengan nilai
Rp.6.250.000.000,-
Atas kontrak yang sudah ditandatangani tersebut, dengan alasan pemanfaatan sisa anggaran
maka PPK melakukan perubahan kontrak dengan cara:
1) Bersama-sama dengan PT. A menambah pekerjaan baru dalam kontrak yang telah
disepakati dengan PT.A berupa pembangunan sebuah rumah dinas senilai
Rp600.000.000,- sehingga rumah dinas yang harus dibangun oleh PT. A menjadi 4 unit
dan nilai kontrak seluruhnya menjadi Rp6.850.000.000,- atau
2) Bersama-sama dengan PT. A merubah disain, model, dan ukuran rumah dinas yang
telah dikontrakkan serta merubah nilai kontrak menjadi lebih besar dengan tujuan untuk
memanfaatkan sisa anggaran.
Jika jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak harga satuan, maka perubahan kontrak
berupa penambahan pekerjaan seperti di atas seakan-akan dibolehkan. Akan tetapi
mengingat penetapan jenis kontrak harga satuan oleh PPK ditujukan untuk memungkinkan
dilakukan penambahan pekerjaan, maka perubahan seperti ini sebenarnya tidak dibolehkan
karena tidak sesuai dengan prinsip efisien dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Prinsip
efisiensi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah menghendaki agar pencapaian sasaran
yang telah ditetapkan dapat menggunakan sumber dana seminim mungkin.
Dalam pembangunan gedung dan rumah dinas yang dicontohkan di atas, ternyata cukup
dengan dana Rp6.250.000.000,-. Karena itu tidak perlu dilakukan penambahan pekerjaan
dengan merubah kontrak.
F. Kesimpulan
1) Karena volume pekerjaan konstruksi sudah dapat dihitung sebelum penandatanganan
kontrak, maka pengadaan pekerjaan konstruksi tidak dibolehkan menggunakan kontrak
harga satuan.
2) Dalam hal terdapat bagian pekerjaan konstruksi yang volumenya masih bersifat
perkiraan, maka hanya untuk bagian pekerjaan tersebut dapat menggunakan kontrak
harga satuan. Sedangkan bagian pekerjaan lainnya harus menggunakan kontrak lump
sum. Karena itu kondisi demikian kontrak yang dapat digunakan adalah kontrak
gabungan.
3) Jika memang terdapat kebutuhan untuk melakukan penambahan dan/atau pengurangan
pekerjaan sepanjang hal tersebut memang urgen dan untuk menghindari kerugian
negara dapat dipertimbangkan untuk melakukan pekerjaan tambah/kurang sekalipun
jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak lumpsum.
Daftar Pustaka:
Peraturan perundang-undangan:
Karya ilmiah:
1. Sopian Abu, Pentingnya Memahami Jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa,
http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/pelembang/attachment/
2. Yudiyatna Heldi, Pasal 51 Penjelasan Tentang Jenis Kontrak Pengadaan,
https://www.google.com/search?q=google&ie=utf-8&oe=utf-
8#q=kontrak+lump+sum+atau+harga+satuan