NAPZA Beresss-1
NAPZA Beresss-1
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini menjelaskan tentang “Kasus Jiwa mengenai NAPZA”
makalah ini kami buat untuk memudahkan para pembaca memahami materi yang
akan disajikan.Dengan rangkuman materi yang kami dapatkan dari beberapa
sumber diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Dan tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini terdapat kekurangan-
kekurangan baik penyajian maupun teknis penyusunannya sehingga sulit untuk
dimengerti,maka dari itu sudilah kiranya memberikan kritik dan saran untuk lebih
meningkatkan mutu pembuatan makalah selanjutnya.Dan mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kami.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi, faktor predisposisi NAPZA
2. Mampu menjelaskan penatalaksanaan pada kasus
3. Mengetahui tanda dan gejala orang yang mngkonsumsi NAPZA.
4. Mengetahui farmakoterapi .
5. Mengetahui aspek etik legal .
6. Mengetahui penatalaksanaan medis pada kasus NAPZA.
7. Mengetahui etiologi NAPZA.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Faktor predispitasi
a. Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai
pengakuan (resiko relatif untuk terlibat napza: 81,3%)
b. Sebagai prinsip kesenangan, mengindari sakit/stres
c. Kehilangan seseorang atau seorang yang berarti
d. Diasingkan oleh lingkungan : rumah, teman-teman
e. Kompleksitas dari kehidupan modern
1. Alami
Adalah jenis obat atau zat yang diambil langsung dari alam, tanpa adanya
proses permentasi atau produksi, misalnya; ginjal, opium, kokain,
mescaline, psilocin, kafein, dan lain-lain.
2. Semisintesis
Adalah jenis obat atau zat yang diproses fermentasi seperti morfin, kodein,
heroin, crack dan lain sebagainya
3. Sintesis
Adalah jenis obat atau zat yang melalui di kembangkan untuk keperluan medis
dan penelitian sebagai penghilan rasa sakit (analgesik) dan penekanan batuk
(antisutif) seperti amfetamin, dekaamfetamin, peetidin, meperidin, dipipanon,
dekstropropokasifein, dan LSD. Zat-zat sintesis juga dipakai oleh dokter untuk
terapi penyembuhan kepada para pecadu.
3. Halusinogen
Zat atau obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan dan pikiran. Sering kali menciptakan daya pandang yang
berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Zat atau bahan yang
memiliki zat halusinogen antara lain ganja, kanabis, psilocybin, LSD, dan
lain-lain
2.6 Penatalaksanaan
Sesudah pasien penyalahagunaan/ ketergantungan NAPZA menjali program
terapi (detoksifiksi) dan komplikasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan
dengan program pemantapan (pasca detoksifitasi) selama 2 (dua) minggu, maka
yang bersangkutan dapat melanjutkan program berikutnya yaitu rehabilitasi
(Hawari, 2000).
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpandu
melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar penggunaan
NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan
fungsional seopatimal mungkin.
Tujuannya pemulihan dan pengmbangan pasien baik fisik, mental sosial, dan
spritual. Sarana rehabilitasi yang di sediakan harus memiliki tenaga kesehan sesuai
dengan kebutuhan (DepKep., 2002).
Lama riwayat unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena
tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasibilitas dan sarana
panunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit.
Menurut hewari (2000) bahwa setelah pasien mengalami perawatan selama satu
minggu menjalani programterapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama
2 minggu maka pasien tersebut akan di rawat di unit rehabilitas (rumah sakit, pusat
rehabilitasi dan unit lainya) selama 3-6 bulan.
Sedangkan lama rawat unit rehabilitasi berdasarkan primer sembuh menurut medis
bisa beragam 6 dan 1 tahun, mungkin bisa sampai 2 tahun (Wigun. 2003)
Kenyataan menunjukan bahwa mereka yang telah sesui menjalani deteksilikasi
sebagai besar akan mengurangi kebiasaan menggunakan NAPZA, oleh karena rasa
rindu (carving) terhadap NAPZA yang selalu terjadi (DepKes., 2001)
9
2.7 Farmakoterapi
Pengobatan
Menurut Copel, Carman, Linda. 2007. Dalam Buku Kesehatan Jiwa & Psikiatri
Pedoman Klinis Perawat
Diazepam (Valium) Putus Alkohol 5-20 mg tiap 3-4 jam pm Pantau tanda-tanda vital dan
pengkajian global untuk
keefektifannya : dapat
menyebabkan pusing/ ngantuk
Klordiazepoksid (Librium) Putus Alkohol 50-100 mg, diulangi dalam 2-4 Pantau tanda-tanda vital dan
jam apabila perlu : tidak lebih pengkajian global untuk
dari 300 mg/hari keefektifan : dapat menyebabkan
pusing atau mengantuk
Disulfiram (Antabuse) Mempertahankan abstinensi 500 mg/hari selama 1-2 minggu, Ajarkan klien membanca label
alkohol kemudian 250 mg/hari untuk menghindari produk yang
mengandung alkohol
Metadon (Dolophine) Mempertahankan abstinensi Mencapai 120 mg/hari untuk Dapat menyebabkan mual dan
heroin rumatan muntah
Levometadil (ORLAAM) Mempertahankan abstinensi 60-90 mg tiga kali seminggu Jangan mengkonsumsi obat pada
opiat untuk rumatan hari yang berurutan : tidak
11
12
Asam lofat (folat) Menangani defiensi nutrisi 1-2 mg/hari Ajarkan klien tentang nutrisi
yang tepat; urine dapat berwarna
kuning pekat
Sianarkobalamin (vitamin B12) Menangani defiensi nutrisi 25-250 mcg/hari Ajarkan klien tentang nutrisi
yang tepat
2.8 Aspek Etik Legal
1. Hak dan tanggung jawab perawat
Perawat sebagai
Hak – hak pasien
pelayanan
14
15
16
TELAAH JURNAL
3. Kartinah A.Kep.,S.Kep
Tahun : 2011
Penelaah : Kelompok 6
Metode IMRAD
17
18
T Dalam jurnal ini tidak disebutkan waktu pembuatan jurnal dan penelitian
hanya disebutkan tahun 2016
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Zat adiktif atau istilah yang paling dikenal kalangan masyarakat luas dengan istilah
narkoba adalah berasal dari kata narkotik dan bahan adiktif. Istilah tersebu
kemudian berkembang menjadi napza, yang merupakan kependekan dari narkotik,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Narkotik adalah obat-obatan yang
bekerja pada susunan saraf pusat dan digunakan sebagai analgesic (pengurang rasa
sakit) pada bidang kedokteran. (Yusuf,AH.Fitryasari,Rizky PK,Nihayati,Hanik
Endang 2015. Dalam Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa).
4.2 Saran
Untuk menerapkan asuhan keperawatan dengan kasus NAPZA, sebaiknya
perawat mengkaji masalah pada pasien. Disamping itu, pengetahuan, sikap, dan
keterampilan perawat juga diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai rencana dan keadaan pasien secara utuh, terencana, dan sistemati
20
DAFTAR PUSTAKA
Mulyanti, Sri & Diyono. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Jakarta: Prenada Media Group.
Menurut Videbeck, Sheila L. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Jakarta : Buku
Kedokteran ECG
21
22