Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH NAPZA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas CAM JIWA

Disusun Oleh :

Cut Afnon Zulfa R (032016061)


Agia Permata Sari (032016058)
Badriatun Naimah (032016062)
Anisa Resti Oktaviani (032016064)
Alfin Nugraha (032016034)
Fakhri Agustyosa (032016054)
Rico Nuralim (032016 )
Findi Putra Abdi (032016065)
Rai Rendra Mahardika (03201652)
Wika Puspita (032016071)

Program Studi Sarjana Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan‘Aisyiyah Bandung
Jalan KH Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung
Tahun Ajaran 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini menjelaskan tentang “Kasus Jiwa mengenai NAPZA”
makalah ini kami buat untuk memudahkan para pembaca memahami materi yang
akan disajikan.Dengan rangkuman materi yang kami dapatkan dari beberapa
sumber diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Dan tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini terdapat kekurangan-
kekurangan baik penyajian maupun teknis penyusunannya sehingga sulit untuk
dimengerti,maka dari itu sudilah kiranya memberikan kritik dan saran untuk lebih
meningkatkan mutu pembuatan makalah selanjutnya.Dan mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kami.

Bandung, 29 Maret 2018

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Definisi Napza ............................................................................................... 3

2.2 Etiologi NAPZA ............................................................................................ 3

2.3 Tanda dan Gejala ........................................................................................... 4

2.4 Faktor Predisposisi ........................................................................................ 6

2.5 Klasifikasi Narkoba ....................................................................................... 7

2.6 Penatalaksanaan ............................................................................................. 8

2.7 Farmakoterapi ................................................................................................ 9

2.8 Aspek Etik Legal ......................................................................................... 14

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN NAPZA ............................................... 16

3.1 PEMBAHASAN KASUS ........................................................................... 16

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 20

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 20

4.2 Saran ............................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Narkoba merupakan zat psikoaktif narkotika, psikotropika, dan bahan-
bahan berbahaya lainnya. Selain itu juga dapat diartikan sebagai bahan atau zat-
zat kimiawi yang jika masuk kedalam tubuh baik secara oral (dimakan, diminum,
atau ditelan) diisap, dihirup, atau disuntikan dapat mengubah suasana hati,
perasaan, dan perilaku seseorang. Hal ini dapat menimbulkan ganggun keaadan
social yang di tandai dengan indikasi negtif; waktu pemakaian yang pajang, dan
pemakaian dosis yang berlebih. (Kusmiran, Eny 2014. Dalam Buku Kesehatan
Produksi Remaja Dan Wanita).

Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1976 adalah bahan-bahan seperti


tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu,jicing,jicingko), opium
obat, morfin, tanaman koka, daun koka, kokaina mentah, kokaina, ekgonina,
anaman ganja, damar ganja.

NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lain) adalah bahan/zat/obat


yang bias masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama
otak/susunan saraf pusat,sehingga menyebabkan ganggun kesehatan fisik,
psikis, dan fumgsi sosialny karena terjadi gangguan ketergantungan
(dependensi) tehadap NAPZA.(Prabowo. Eko 2014. Dalam Buku Konsep &
Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa)

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan definisi, faktor predisposisi dan presipitasi ?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ?
3. Apa tanda dan gejala Napza?
4. Bagaimana aspek etik legal pada kasus ?
5. Bagaimana farmakoterapi?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada Napza?
7. Jelaskan etiologi NAPZA ?

1
2

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi, faktor predisposisi NAPZA
2. Mampu menjelaskan penatalaksanaan pada kasus
3. Mengetahui tanda dan gejala orang yang mngkonsumsi NAPZA.
4. Mengetahui farmakoterapi .
5. Mengetahui aspek etik legal .
6. Mengetahui penatalaksanaan medis pada kasus NAPZA.
7. Mengetahui etiologi NAPZA.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Napza


Zat adiktif atau istilah yang paling dikenal kalangan masyarakat luas dengan
istilah narkoba adalah berasal dari kata narkotik dan bahan adiktif. Istilah
tersebu kemudian berkembang menjadi napza, yang merupakan kependekan
dari narkotik, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Narkotik adalah
obat-obatan yang bekerja pada susunan saraf pusat dan digunakan sebagai
analgesic (pengurang rasa sakit) pada bidang kedokteran.
(Yusuf,AH.Fitryasari,Rizky PK,Nihayati,Hanik Endang 2015. Dalam Buku
Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa).

NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lain) adalah bahan/zat/obat


yang bias masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama
otak/susunan saraf pusat,sehingga menyebabkan ganggun kesehatan fisik,
psikis, dan fumgsi sosialny karena terjadi gangguan ketergantungan
(dependensi) tehadap NAPZA.(Prabowo. Eko 2014. Dalam Buku Konsep &
Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa).

2.2 Etiologi NAPZA


Menurut Videbeck, Sheila L. 2016. Dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa

penyebab terjadinya penggunaan NAPZA yaitu :


Penyebab yang tepat penggunaan obat, ketergantungan, dan adiksi tidak
diketahui, tetapi berbagai faktor diduga berkontribusi pada perkembangan
gangguan yang berhubungan dengan zat (Jaffe,2000c). Kebanyakan penelitin
tentng faktor biologi dan genetic telah dilakukan pada penyalahgunaan alkohol,
tetapi studi psikologis, social, dan lingkungan juga meneliti obat lain.

3
4

2.3 Tanda dan Gejala


Menurut Prabowo. Eko 2014. Dalam Buku Konsep & Aplikasi Asuhan
Keperawatan Jiwa
a. Tingkah laku pengguna zat sedative hipnotik
1) Menurunnya sifat menahan diri
2) Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang
3) Bicara cadel, bertele-tele
4) Sering dating ke dokter untuk minta resep
5) Kurang perhatian
6) Sangat gembira, berdiam, depresi, dan kadang bersikap bermusuhan
7) Gangguan dalam daya pertimbangan
8) Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan
dapat menimbulkan kematian.
9) Meningkatkan rasa percaya diri
b. Tingkah laku pasien pengguna ganja
1) Kontrol diri menurun bahkan hilang
2) Menurunnya motivasi perubahan diri
3) Euphoria ringan
c. Tingkah laku pasien ganggun alkohol
1) Sikap bermusuhan
2) Kadang bersikap murung, berdiam
3) Kontrol diri menurun
4) Suara keras, bicara cadel, dan kacau
5) Agresi
6) Minum alkohol pagi hari atau tidak kenal waktu
7) Daya pertimbangan menurun
8) Koordinasi motorik terganggu, akibat cenderung mendapati
kecelakan
9) Partisipasi di lingkungan sosial kurang
10) Dalam keadaa overdosis, kesadaran menurun bahkan sampai koma
5

d. Tingkah laku pasien pengguna opioda


1) Terkantuk-kantuk
2) Bicara cadel
3) Koordinasi motorik terganggu
4) Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian
5) Perilaku manipulate, untuk mendapatkan zat adiktif
6) Kontrol diri kurang
e. Tingkah laku pasien pengguna kokain
1) Hiperaktif
2) Euphoria, agitasi
3) Iritabilitas
4) Halusinasi dan waham
5) Kewaspadaan yang berlebihan
6) Sangat tegang
7) Gelisah, insomnia
8) Tampak membesar-besarkan sesuatu
9) Dalam keadaan overdosis, kejang, delirium, paranoid
f. Tingkah laku pasien pengguna halusinogen
1) Tangka laku tidak diramalkan
2) Tingkah laku merusakan diri sendiri
3) Halusinasi, ilusi
4) Distrosi (gangguan daam penilaian, waktu, dan jarak)
5) Sikap merasa dia benar
6) Kewaspadaan meningkat
7) Depersonalisasi
8) Pengalaman yang gaib/ajaib
6

2.4 Faktor Predisposisi


a. Faktor biologis: genetik (tendensi keluarga) , infeksi pada organ otak,
penyakit kronis
b. Faktor psikologis:
1. Gangguan kepribadian: anti sosial (resiko relatif 19,9%)
2. Harga diri rendah: depresi (resiko relatif: 18,8%), faktor social,
ekonomi.
3. Disfungsi keluarga
4. Orang/ remaja yang memiliki perasaan tidak aman
5. Orang/ remaja yang memiliki keterampilan pemecahan masalah yang
menimpang
6. Orang/ remaja yang mengalami gangguan identitas diri, kecenderungan
homoseksual, krisis identitas, menggunakan zat untuk menyatakan
kejantanannya.
7. Rasa bermusuhan dengan orang tua
c. Faktor sosial kultural
1. Masyarakat yang ambivalensi tentang pengguanan dan penalahgunaan
zat adiktif: ganja, alkohol
2. Norma kebudaayn
3. Adiktif untuk upacara adat
4. Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah yang tepat banyak
pendengar (mudah didapat: resiko relatif 80%)
5. Persepsi masyarakat terdapat penggunaan zat
6. Remaja yang lari dari luar rumah
7. Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual diri
8. Orang/ remaja yang terkait dengan tindakan kriminal
7

Faktor predispitasi
a. Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai
pengakuan (resiko relatif untuk terlibat napza: 81,3%)
b. Sebagai prinsip kesenangan, mengindari sakit/stres
c. Kehilangan seseorang atau seorang yang berarti
d. Diasingkan oleh lingkungan : rumah, teman-teman
e. Kompleksitas dari kehidupan modern

2.5 Klasifikasi Narkoba


Menurut Kusmiran, Eny. 2014. Dalam Buku Kesehatan Produksi Remaja Dan
Wanita

1. Alami
Adalah jenis obat atau zat yang diambil langsung dari alam, tanpa adanya
proses permentasi atau produksi, misalnya; ginjal, opium, kokain,
mescaline, psilocin, kafein, dan lain-lain.

2. Semisintesis
Adalah jenis obat atau zat yang diproses fermentasi seperti morfin, kodein,
heroin, crack dan lain sebagainya
3. Sintesis

Adalah jenis obat atau zat yang melalui di kembangkan untuk keperluan medis
dan penelitian sebagai penghilan rasa sakit (analgesik) dan penekanan batuk
(antisutif) seperti amfetamin, dekaamfetamin, peetidin, meperidin, dipipanon,
dekstropropokasifein, dan LSD. Zat-zat sintesis juga dipakai oleh dokter untuk
terapi penyembuhan kepada para pecadu.

MENURUT EFEK YANG DITIMBULKAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT.


1. Depresan
Jenis obat yang berfungsi untuk mengurangi aktivitas fungsional tubuh.
Obat ini dapat membuat pemakai merasa tenang dan membuat tidur atau
tidak sadarkan diri. Jenis obat ini antara lain adalah opioda, opium, morfin,
heroin, kodein, opait sintesis, dan sedatif.
2. Stimulan
Berbagai jenis yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
gairah kerja (segar dan bersemangat) serta kesadaran. Jenis zat yang
mengandung stimulus antara lain: kafein, kokain, amfetamin, dan ekstasi.
8

3. Halusinogen
Zat atau obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan dan pikiran. Sering kali menciptakan daya pandang yang
berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Zat atau bahan yang
memiliki zat halusinogen antara lain ganja, kanabis, psilocybin, LSD, dan
lain-lain

2.6 Penatalaksanaan
Sesudah pasien penyalahagunaan/ ketergantungan NAPZA menjali program
terapi (detoksifiksi) dan komplikasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan
dengan program pemantapan (pasca detoksifitasi) selama 2 (dua) minggu, maka
yang bersangkutan dapat melanjutkan program berikutnya yaitu rehabilitasi
(Hawari, 2000).
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpandu
melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar penggunaan
NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan
fungsional seopatimal mungkin.
Tujuannya pemulihan dan pengmbangan pasien baik fisik, mental sosial, dan
spritual. Sarana rehabilitasi yang di sediakan harus memiliki tenaga kesehan sesuai
dengan kebutuhan (DepKep., 2002).
Lama riwayat unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena
tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasibilitas dan sarana
panunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit.
Menurut hewari (2000) bahwa setelah pasien mengalami perawatan selama satu
minggu menjalani programterapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama
2 minggu maka pasien tersebut akan di rawat di unit rehabilitas (rumah sakit, pusat
rehabilitasi dan unit lainya) selama 3-6 bulan.
Sedangkan lama rawat unit rehabilitasi berdasarkan primer sembuh menurut medis
bisa beragam 6 dan 1 tahun, mungkin bisa sampai 2 tahun (Wigun. 2003)
Kenyataan menunjukan bahwa mereka yang telah sesui menjalani deteksilikasi
sebagai besar akan mengurangi kebiasaan menggunakan NAPZA, oleh karena rasa
rindu (carving) terhadap NAPZA yang selalu terjadi (DepKes., 2001)
9

2.7 Farmakoterapi
Pengobatan

Menurut Copel, Carman, Linda. 2007. Dalam Buku Kesehatan Jiwa & Psikiatri
Pedoman Klinis Perawat

1. Disulfiram (Antabuse) memengaruhi metabolisme alkohol. Sebelum


memberikan obat ini, klien tidak boleh minum alkohol minimal selama 12 jam.
Pemberian Antabuse dan alkohol menyebabkan kewangatan medis. Tanda-
tanda reaksi tosis meliputi meliputi mual, wajah kemerahan, pingsan, sesak
nafas, batuk, hipertensi dan, pada kasus yang ekstrim , gagal hati.
2. Dastrikson (revial dan rexsan), sebuah antagonis narkotik yang di gunakan
untuk mengatasi penyalah gunaan heroid, bekerja dengan mengikat reseptor
ofiat. Juga di gunakan untuk mengatasi alkoholisme karena dapat menurunkan
keinginan kuat (criaving) untuk minim alkohol.
3. Terapi rumatan (maintenst terapi) dengan metadon di gunakan dalam mengatasi
kecanduan opioid. Jika di brikan setiap hari, metadon mengurangi rasa
keinginan kuat terhadap heroid tanpa menyebkan klien mengalami euvoria atau
sangat gembira dari 1 sampai 10 metadol dapat di gununakan pada wanita hamil
yang mengalami kecanduan opioid.
4. Antidepresan di gunakan untuk mngatasi depresi setelah fase putus obat tuntas.
5. Selective serotonin reuptake inhibitor digunakan untuk menurunkan keinginan
kuat terhadap alkohol dan opiate.
6. Nalokson antagonis opioid (narcan) merupakan obat IV yang di gunakan untuk
mengembalikan gejala overdosis opioid. Kadang – kadang obat ini diberikan
untuk mengawali putus obat opioid sebelum mulai terapi intensif.
7. Transdermal patches, permen nikotin , spray nasal , dan inhaler digunakan
untuk membantu klien melalui periode putus obat nikotin dengan menurunkan
keinginan kuat (nagih) yang di alami klien.
transdermal nicotine patch (habitrol,nicoderm,prostep) merupakan metode yang
di pilih untuk terapi pengganti nikotin karena zat tersebut meningkatkan
pantang zat dalam jangka panjang .
10

8. Ansiolitik digunakan untuk menurunkan ansietas setelah periode putus zat.


Mereka memiliki efek yang memproduksi ketergantungan dan harus di pantau
dengan hati-hati.
Menurut Videbeck, Sheila L. 2016. Dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa

Obat Penggunaaan Dosis Pertimbangan keperawatan

Diazepam (Valium) Putus Alkohol 5-20 mg tiap 3-4 jam pm Pantau tanda-tanda vital dan
pengkajian global untuk
keefektifannya : dapat
menyebabkan pusing/ ngantuk
Klordiazepoksid (Librium) Putus Alkohol 50-100 mg, diulangi dalam 2-4 Pantau tanda-tanda vital dan
jam apabila perlu : tidak lebih pengkajian global untuk
dari 300 mg/hari keefektifan : dapat menyebabkan
pusing atau mengantuk
Disulfiram (Antabuse) Mempertahankan abstinensi 500 mg/hari selama 1-2 minggu, Ajarkan klien membanca label
alkohol kemudian 250 mg/hari untuk menghindari produk yang
mengandung alkohol
Metadon (Dolophine) Mempertahankan abstinensi Mencapai 120 mg/hari untuk Dapat menyebabkan mual dan
heroin rumatan muntah
Levometadil (ORLAAM) Mempertahankan abstinensi 60-90 mg tiga kali seminggu Jangan mengkonsumsi obat pada
opiat untuk rumatan hari yang berurutan : tidak

11
12

diizinkan untuk menggunakan


dosis obat di rumah
Naltrekson (ReVia, Trexan) Menghambat efek opiate; 350 mg/minggu, di bagi dalam 3 Klien dapat tidak merespons
mengurangi kecanduan narkoba dosis untuk efek penghambat terhadap narkotika yang
opit; 50 mg/hari sampai digunakan untuk mengobati
mencapai 12 minggu untuk batuk, diare atau nyeri; minum
kecanduan alkohol. brsama makan an atau minuman;
dapat menyebabkan sakit kepala
Klodinin (Catapres) Menekan gejala putus opiate 0,1 mg setiap 6 jam pm Ukur tekanan darah sebelum
minum tiap dosis, tunda
pemberian obat apabila klien
hipotensi
Bromokritin (Parlodel) Mengurangi kecanduan kokain 0, 5-1, 5 mg/hari Dapat menyebabkan pusing atau
mengantuk; minum bersama
makan
Tiamin (vitamin B,) Mencegah atau mengobati 100 mg/hari Ajarkan klien tentang nutrisi
sindrom Korsakoff Wernicke yang tepat
pada alkoholisme
13

Asam lofat (folat) Menangani defiensi nutrisi 1-2 mg/hari Ajarkan klien tentang nutrisi
yang tepat; urine dapat berwarna
kuning pekat
Sianarkobalamin (vitamin B12) Menangani defiensi nutrisi 25-250 mcg/hari Ajarkan klien tentang nutrisi
yang tepat
2.8 Aspek Etik Legal
1. Hak dan tanggung jawab perawat

Perawat sebagai warga


negara

Perawat sebagai pemberi


pelayanan

Perawat sebagai
Hak – hak pasien
pelayanan

Melalui gambar di atas, dapat di jelaskan bahwa perawat psikiatri


mempunyai hak dan tanggung jawab membantu tig peran legal; perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai pegawai, dan perawat
sebagai warga negara. Perawat mungkin mengalami konflik antara ketiga hak
tanggung jawabnya. Penilaian keperawatan professional memerlukan
pemeriksaan yang teliti dalam konteks suhan keperawatan, konsekuensi yang
mungkin terjadi akibat tindakan seseorang, dan alternative yang mungkin
dilakukan.
2. Malpraktik
a. Ada kewajiban legal untuk melakukan masalah
b. Perawat melakukan tugasnya dengan kelalaian
c. Terdapat kerusakan yang dialami oleh pasien sebagai akibat
d. Kerusakan bersifat subtansial
3. Tanggung jawab kriminal
Ada dua jenis pembelaan karena ketidawarasan
a. Tidak bersalah dengan alasan karena ketidakwarasan (NGBI)
b. Bersalah tetapi sakit jiwa (GBMI)
4. Standar praktik keperawatan
Standar ini ditujukan kepada perawat yang memenuhi persyaratan
pendidikan kepada perawatyang memenuhi persyaratan pendidikan dan
pengalaman praktik baik pada tingkat dasar atau tingkat lanjut keperawatan
kesehatan jiwa ( Stuart, 2016)

14
15

Aspek etik dalam keperawatan


Etika berasal dari Bahasa yunani ethos yang berarti karakter, watak
kesusilaan, atau adat kebiasaan yang etika tersebut berhubungan erat dengan
konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi
terhadap sesuatu yang dilakukan.
Beberapa hak pasien yang telah di adopsi oleh banyak negara antara lain :
1. Hak untuk berkomunikasi dengan orang di luar rumah sakit
Pasien bebas untuk mengunjungi dn berbicara melalui telepon secara
leluasa dan mengirim surat tertutup
2. Hak terhadap barang pribadi
Pasien berhak membawa barang-barang pribadi, namun bukan menjadi
keamanan petgas rumah sakit apabila kehilangan
3. Hak menjalankan keinginan
Kemampuan yang digunakan untuk menyatakan keinginannya atau
disebut surat wasiat
4. Hak terhadap ‘’ Habeas Corpus’’
Semua pasien mempunyai hak yang memperkannkan pengadilan hokum
5. Hak terhadap pemeriksaan psikitarik mandiri
Pasien bisa mnuntut pemeriksan psikiatrik oleh dokter yang dipilihnya
sendiri
6. Hak terhadap keleluasan pribadi
Individu boleh merahasiakan informasi tentang dirinya sendiri ‘’
Kerahasiaan ‘’
7. Hak persetujuan tindakan ( Informed consent )
Dokter harus menjelaskan tentang pengobatan kepada pasien, termasuk
potensial komplikasi, efek samping, dan riiko. Dokter harus
mendapatkan persetujuan pasien, yang harus kompeten, dan tanpa
paksaan
8. Hak pengobatan
Kriteria pengobatan yang adekuat antara lain : lingkungan fisik dan
psikologis manusia, staf yang berkualitas dan jumlah anggota yang
mencukupi untuk memberikan pengobatan, serta rencana pengobatan
yang bersifat individual
9. Hak untuk menolak pengobatan
Pasien dapat menolak pengobatan kecuali jika ia secara legal telah
ditetapkan sebaga tidak berkemampuan. ‘’ Ketidak mampuan ‘’untuk
mengatasi sendiri, dan ketidak mampuan hanya dapat dipulihkan
melalui siding pengadilan lain
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
NAPZA

3.1 PEMBAHASAN KASUS


Klien berinisial RB, 20 tahun, mahasiswa semester 3, anak bungsu dari tiga
bersaudara. Masuk RS dengan gejala overdosis putaw. Saat masuk rumah sakit
klien mengatakan ingin sembuh dan tidak mau lagi berhubungan dengan zat
psioaktif. Klien menggunakan putaw sudah satu tahun dengan cara disuntik dan
intravena. Pada awalnya klien menggunakan putaw dengan alasan supaya diakui
oleh gengnya, lalu akhirnya dia menjadi ketergantungan, terutama bila klien
menghadapi masalah. Klien sudah berusaha berhenti tapi gagal karena tidak dapat
mengatasi keinginan menggunakan zat yang begitu kuat. RB sering berbohong dan
mencuri di keluarganya, selain itu juga dia sering keluyuran dan jauh dari agama.
Sewaktu kelas 1 SMP, orang tua RB bercerai, dan ia tinggal dengan ibunya, tetapi
ibunya sibuk dengan karirnya dan ayahnya sibuk dengan keluarganya, dia jadi lebih
suka berkeluyuran. Keluhan yang dirasakan klien sekarang badan terasa lemas dan
merinding. Klien juga merasa kurang percaya diri, merasa tidak berguna setelah
menjadi pemakai obat, malu dengan teman-teman yang bukan pemakai dan merasa
tidak dipercaya lagi oleh keluarganya.

16
TELAAH JURNAL

Judul : Effectiveness of video and leaflet medias to change of student’s knowledge


and attitude of dangers of drugs in Mojosongo Junior High School

Penulis : 1. Arif putra purnama

2. H.M Abi muhlisin, SKM., MKep

3. Kartinah A.Kep.,S.Kep

Tahun : 2011

Penelaah : Kelompok 6

Tanggal telah : 2 April 2018

Metode IMRAD

I Mengetahui n efektivitas penggunaan media video dan media leflet


terhadap perubahan dan sikap siswa tentang bahaya NAPZA di SMP
Negeri 3 Mojosongo
Boyolali
M Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasy Experiment design dengan
rancangan pretest-posttest group design populasi penelitian ini adalah siswa
SMP Negeri 3 Mojosongo Boyolali dari kelas VII sebanyak 225
R Hasil penelitian
a. Karakteristik responden diketahui umur responden media video
banyak laki-laki (57,4%), perempuan sebanyak (54,3%)
b. Analisis univariat : pengetahuan tentang bahaya NAPZA Pretest
Pengetahuan Tabel 6 diketahui rata-rata sebelum penyuluhan
sebesar 11,34 dan meningkat menjadi 15,06 setelah responden
menerima penyuluhan dengan medi video. Terdapat kenaikan rata-
rata sebesar 3,7, sehingga hasil uji stastistik diperoleh Z = -4.954,
nilai p = 0,001. kesimpulannya adalah ada perubahan pengetahuan
responden kelompok media video antara sebelum dan sesudah
menerima penyuluhan tentang bahaya NAPZA.

A Berdasarkan hasil penelitian usia responden banyak pada usia 15 dan 16


tahun. Hal ini disebabkan usia responden pada kelas X dan kelas XI banyak
usia tersebut.

17
18

Berdasarkan hasil penelitian responden pada pretest kelompok media video,


diketahui pengetahuan terbanyak pada kategori rendah sebanyak 65,7% dan
Responden terbanyak pada kategori kurang sebesar 62,9%.

D 1. Tingkat pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya Napza sebelum


dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media video sebagian
besar masih rendah dan buruk
2. Tingkat pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya Napza sebelum
dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media leaflet video
sebagian besar masih rendah dan buruk
3. Terdapat perbedaan pengetahua dan sikap siswa sebelum dan sesudah
penyuluhan tentang bahaya Napza antara yang diberi media video
dan media leaflet.

P Populasi : Remaja smp mojosongo


Sampel : sebanyak 12 responden dan meningkat menjadi 17 responden. Hal
yang sama terjadi pada responden dengan menggunakan media leaflet yang
sebelumnya terdapat 13 responden dengan pengetahuan tinggi menjadi 15
responden.
I Penelitian ini menggunakan rancangan quasy experiment design pretest-post
test
1. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Kuesioner
mengenai pengetahuan remaja tentang NAPZA berisi tentang
pengetahuan NAPZA, jenis NAPZA, resiko penyalahgunaan NAPZA
yang
terdiri dari 20 pertanyaan
2. Kuesioner sikap dalam penyalahgunaan NAPZA pada remaja berisi
tentang penggunaan
NAPZA, resiko penggunaan NAPZA, dan cara menghindari
penggunaan NAPZA yang terdiri dari 10 pertanyaan yang disusun
sendiri oleh peneliti dan menggunakan metode likert

C Pembanding pada jurnal ini adalah dalam bentuk kelompok


O Berdasarkan hasil penelitian responden pada pretest kelompok media video,
diketahui pengetahuan terbanyak pada kategori rendah sebanyak 65,7% dan
Responden terbanyak pada kategori kurang sebesar 62,9%.
19

T Dalam jurnal ini tidak disebutkan waktu pembuatan jurnal dan penelitian
hanya disebutkan tahun 2016
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Zat adiktif atau istilah yang paling dikenal kalangan masyarakat luas dengan istilah
narkoba adalah berasal dari kata narkotik dan bahan adiktif. Istilah tersebu
kemudian berkembang menjadi napza, yang merupakan kependekan dari narkotik,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Narkotik adalah obat-obatan yang
bekerja pada susunan saraf pusat dan digunakan sebagai analgesic (pengurang rasa
sakit) pada bidang kedokteran. (Yusuf,AH.Fitryasari,Rizky PK,Nihayati,Hanik
Endang 2015. Dalam Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa).

4.2 Saran
Untuk menerapkan asuhan keperawatan dengan kasus NAPZA, sebaiknya
perawat mengkaji masalah pada pasien. Disamping itu, pengetahuan, sikap, dan
keterampilan perawat juga diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai rencana dan keadaan pasien secara utuh, terencana, dan sistemati

20
DAFTAR PUSTAKA
Mulyanti, Sri & Diyono. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Jakarta: Prenada Media Group.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa


Yogyakarta : Naha Medika.
Yusuf,AH.Fitryasari,Rizky PK,Nihayati,Hanik Endang. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa Jakarta : Salemba.
Kusmiran,Eny. 2014. Buku Kesehatan Produksi Remaja Dan Wanita
Jakarta : Salemba
Copel, Carman, Linda. 2007. Buku Kesehatan Jiwa & Psikiatri Pedoman Klinis
Perawat Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Menurut Videbeck, Sheila L. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Jakarta : Buku
Kedokteran ECG

21
22

Anda mungkin juga menyukai