Makalah Pantaiii
Makalah Pantaiii
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
Trauma adalah hal sering dikaitkan dengan tekanan emosional dan psikologis
yang besar, biasanya karena kejadian yang sangat disayangkan atau pengalaman
yang berkaitan dengan kekerasan. Namun, dalam konteks ini, yang dimaksud
dengan “trauma” adalah trauma sebagai penyakit atau trauma pada fisik seseorang.
Dalam istilah kesehatan, “trauma” adalah cedera yang parah dan sering
membahayakan jiwa yang terjadi ketika seluruh atau suatu bagian tubuh terkena
pukulan benda tumpul atau tiba-tiba terbentur. Jenis cedera yang seperti ini
berbahaya karena tubuh dapat mengalami shock sistemik, dan organ vital dapat
berhenti bekerja secara cepat. Oleh karena itu, penolongan secara medis tidak hanya
dibutuhkan, namun juga harus cepat diberikan agar dapat meningkatkan
kemungkinan pasien selamat dari trauma.
C. Gejala Utama
1. Patah tulang
2. Memar
3. Luka terbuka
4. Muntah atau mual
5. Pusing
6. Edema
7. Detak jantung yang bertambah cepat
8. Tekanan darah yang rendah
9. Demam
10. Disorientasi atau kebingungan
11. Hilangnya kesadaran
12. Merasa kedinginan seiring menurunnya suhu tubuh
13. Metabolisme yang meningkat
Salah satu bahaya terbesar dari trauma adalah trauma tidak selalu menyebabkan
gejala yang terlihat. Bisa saja seseorang terlihat baik-baik saja dari luar namun
sebenarnya ia telah mengalami pendarahan atau kerusakan organ di dalam tubuh.
Walaupun cedera traumatis terjadi secara mendadak, gejalanya bisa saja baru
terlihat setelah beberapa saat. Namun saat gejala sudah terlihat, kerusakan pada
tubuh sudah parah, sehingga proses pengobatan menjadi lebih sulit dan rumit serta
kurang efektif.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui cidera yang dialami korban.
pemeriksaan ini berprinsip pada 2 hal, yaitu menyeluruh pada semua bagian
tubuh dan dilakukan secara sistematis dan berurutan. Pemeriksaan dilakukan
dengan penglihatan (inspeksi), perabaan (palpasi), dan pendengaran
(auskultasi). Keberadaan cidera pada korban dapat diketahui melalui adanya
perubahan bentuk (berhubungan dengan cidera otot dan tulang), luka, nyeri,
atau bengkak. Pemeriksaan fisik melalui urutan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan kepala
2) Pemeriksaan mata
Periksa kondisi dan reaksi pupil terhadap rangsang cahaya.
Jika pupil mata kanan dan kiri tidak sama besar atau ukurannya lebar
sekali, ada indikasi korban mengalami gangguan syaraf/syok.
3) Pemeriksaan hidung
Periksa apakah ada darah, cairan bening, atau keduanya di
hidung korban. jika ada, kemungkinan korban mengalami benturan
kepala/gegar otak.
4) Pemeriksaan telinga
5) Pemeriksaan mulut
6) Pemeriksaan leher
Periksa apakah ada pelebaran vena atau memar di leher. Jika
ada, kemungkinan korban mengalami cidera spinal bagian tulang
leher.
7) Pemeriksaan dada
8) Pemeriksaan perut
9) Pemeriksaan panggul
10) Pemeriksaan tungkai dan kaki
Pemeriksaan ini melibatkan gerakan, sensasi, dan sirkulasi.
Pemeriksaan gerakan dilakukan dengan meminta korban
menggerakkan kaki (khusus untuk korban sadar). Jika tidak bisa,
kemungkinan ada cidera di otot tungkai dan kaki. Pemeriksaan
sensasi dilakukan dengan menekan jari kaki tertentu dan
menanyakan jari apa yang sedang ditekan (khusus untuk korban
sadar). Jika korban salah menjawab atau tidak merasakan apa-apa,
kemungkinan ada kerusakan di syaraf. Pemeriksaan sirkulasi
dilakukan dengan cara menyentuh nadi di mata kaki dan di
punggung kaki (dilakukan pada korban sadar maupun tidak sadar).
Jika tidak ada denyut nadi, kemungkinan korban mengalami
pendarahan.
11) Pemeriksaan lengan dan tangan
Pemeriksaan di lengan dan tangan sama dengan pemeriksaan
di tungkai dan kaki, yaitu pemeriksaan yang melibatkan gerakan,
sensasi, dan sirkulasi. Nadi yang diperiksa pada pemeriksaan ini
adalah nadi di pergelangan tangan.
12) Pemeriksaan punggung
Pemeriksaan punggung biasanya dilakukan teakhir, yaitu
saat korban dipindahkan ke atas tandu atau papan spinal.
13) Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan tanda vital ini meliputi:
Pemeriksaan pernafasan
Normalnya, manusia dewasa bernafas sebanyak 12 – 20 kali
per menit. Jika lebih dari 30 kali per menit, kemungkinan
korban mengalami syok.
Pemeriksaan nadi
Pemeriksaan nadi bisa dilakukan di nadi pergelangan tangan,
untuk korban sadar, atau di nadi leher, bagi korban tidak
sadar. Normalnya, denyut nadi manusia adalah 60 – 90 kali
per menit. Jika lebih dari 150 kali per menit, kemungkinan
korban mengalami syok.
Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan jika tersedia
peralatannya. Normalnya tekanan darah manusia 100 – 140
mmHg untuk sistol dan 60 – 90 mmHg untuk diastol. Jika
tekanan darah korban 50/35 mmHg (sistol/diastol),
kemungkinan korban akan meninggal dunia.
Pemeriksaan suhu tubuh
Normalnya suhu tubuh manusia 36 – 37 oC. Jika tidak ada
termometer, pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan
membandingkan suhu tubuh korban dengan penolong.
Caranya adalah dengan merasakan/menyentuh dahi korban
dan penolong secara bersamaan.
Pemeriksaan warna kulit
14) Penatalaksanaan
Yang dimaksud dengan penatalaksanaan adalah
pertolongan yang diberikan pada korban. Pertolongan diberikan
berdasarkan prioritas luka yang dialami korban. Prioritas tersebut
meliputi (urutan menunjukkan urutan penanganan):
henti jantung dan nafas, ditolong dengan resusitasi jantung
paru
pendarahan, ditolong dengan pengendalian pendarahan
luka bakar, ditolong dengan perawatan khusus luka bakar
patah tulang, dislokasi sendi dan tulang, ditolong dengan
immobilisasi dan fiksasi
tidak sadar, ditolong dengan pemberian rangsangan hingga
sadar
16) Pelaporan
Pertolongan yang telah diberikan harus dilaporkan ke
instalasi kesehatan yang menerima korban.
E. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya
pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum
mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Ini
berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan
yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara yang
dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau orang awam) yang
pertama kali melihat korban. Pemberian pertolongan harus secara cepat dan
tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat
kejadian. Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi
cacat atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian,
tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk
akibat kecelakaan bahkan menimbulkan kematian.
Pertolongan pertama pada kecelakaan sifatnya semantara. Artinya
kita harus tetap membawa korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk
pertolongan lebih lanjut dan memastikan korban mendapatkan pertolongan
yang dibutuhkan.
F. Pelaksanaan P3K
Sebelum melaksanakan Tindakan P3K maka perlu dilakukan
tahapan awal sebelum P3K yaitu:
1. Penolong mengamankan diri sendiri ( memastikan penolong telah aman
dari bahaya)
2. Amankan Korban ( evakuasi atau pindahkan korban ketempat yang
lebih aman dan nyaman.
3. Tandai tempat Kejadian jika diperlukan untuk mencegah adanya korban
baru.
4. Usahakan Menghubungi Tim Medis
5. Tindakan P3K
Teknik Dalam P3K
Urutan tindakan secara umum:
1. Amankan korban dari tempat berbahaya
2. Perhatikan keadaan umum korban gangguan pernapasan,
pendarahan dan kesadaran.
3. Segera lakukan pertolongan lebih lanjut dengan sarana yang
tersedia.
4. Apabila korban sadar, langsung beritahu dan kenalkan.
5. keterangan penyebab kecelakaan
Selain itu ada juga yang dinamakan prinsip life saving, artinya kita
melakukan tindakan untuk menyelamatkan jiwa korban (gawat darurat) terlebih
dahulu, baru kemudian setelah stabil disusul tindakan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang lain. Gawat darurat adalah suatu kondisi dimana korban dalam
keadaan terancam jiwanya, dan apabila tidak ditolong pada saat itu juga jiwanya
tidak bisa terselamatkan.
Pembalutan
Tujuan dari pembalutan adalah untuk mengurangi resiko kerusakan jaringan
yang telah ada sehingga mencegah maut, menguangi rasa sakit, dan mencegah cacat
serta infeksi.
Kegunaan pembalutan adalah:
1. Menutup luka agar tidak terkena cahaya, debu, kotoran, dll.
2. Melakukan tekanan
3. Mengurangi atau mencegah pembengkakan
4. Membatasi pergerakan
5. Mengikatkan bidai.
· Macam-macam pembalutan:
1. Pembalutan segitiga atau mitela
Pembalut segitiga dibuat dari kain putih yang tidak berkapur (mori), kelihatan tipis,
lemas dan kuat. Bisa dibuat sendiri, dengan cara memotong lurus dari salah satu
sudut suatu kain bujur sangkar yang panjang masing-masing sisinya 90 cm sehingga
diperoleh 2 buah pembalut segitiga.
2. Pembalut Plester
Digunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik (patah tulang, sendi paha/
lutut meradang), fiksasi (tulang iga patah yang tidak menembus kulit), Beuton (alat
untuk merekatkan kedua belah pinggir luka agar lekas tertutup).
3. Pembalut Pita Gulung.
4. Pembalut Cepat.
Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa steril, dan pembalut gulung.
Indikasi Pembalutan:
Menghentikan pendarahan, melindungi bakteri/kuman pada luka,
mengurang rasa nyeri.
Pembidaian
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi)
tulang yang patah. Tujuannya, menghindari gerakan yang berlebihan pada tulang
yang patah. Syarat pemasangan bidai:
1. Bidai harus melebihi dua persendian yang patah.
2. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
3. Bidai dibungkus agar empuk.
4. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan
kelonggaran.
Alat-alat bidai:
1. Papan, bamboo, dahan
2. Anggota badan sendiri
3. Karton, majalah, kain
4. Bantal, guling, selimut
Pernafasan Buatan
Sering disebut bantuan hidup dasar (BHD) atau resusitasi jantung paru
(RJP) intinya adalah melakukan oksigenasi darurat. Dilakukan pada kecelakaan:
1. Tersedak,
2. Tenggelam
3. Sengatan Listrik,
4. Penderita tak sadar,
5. Menghirup gas dan atau kurang oksigen,
6. serangan jantung usia muda, henti jantung primer tejadi.
Fase RJP:
A = Airway control (pengeuasaan jalan napas),
B = Breathing support (ventilasi buatan dan oksigenasi paru darurat)
C = Circulation (pengenalan ada tidaknya denyut nadi)
Untuk teknik RJP dapat dilihat pada lampiran gambar.
B. Saran
Agar tak melakukan kesalahan saat melakukan Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan ada beberapa kesalahan yang harus di hindari, yaitu:
1. Menoreh bekas luka gigitan hewan berbisa.
2. Mengoles mentega pada luka bakar.
3. Menghentikan pendarahan dengan membuat ikatan yang bisa dikencangkan
dan dilonggarkan (torniquet) diatas luka yang mengalami pendarahan.
4. Memberikan terapi panas pada kondisi keseleo, otot tegang, atau patah
tulang.
5. Memindahak korban tabrakan dari dalam mobil ke tempat lain.
6. Mengucek mata ketika ada benda masuk ke mata.
7. Menggunakan air panas untuk menolong mereka yang sangat kedinginan
atau tubuhnya mulai membeku. Bahkan pada kondisi dimana jari jari sudah
mulai membeku, terkadang langsung direndam pada air panas.
8. Mengosok tubuh dengan alkohol untuk mengurangi demam.
DAFTAR PUSTAKA
http://dictionary.reference.com/browse/trauma
https://ufhealth.org/acoustic-trauma
http://www.lbfdtraining.com/Pages/emt/sectionc/mechofinjury.html
http://catatandias.blogspot.co.id/2010/03/yang-dimaksud-dengan-korban-
trauma.html
http://unjakreatif.blogspot.co.id/2012/08/makalah-p3k.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Trauma
https://www.docdoc.com/id/info/condition/cedera
https://artikelbermutu.com/2014/04/trauma-pengertian-trauma-dan-jenis.html#
http://www.pengertianpakar.com/2014/11/apa-itu-penyakit-trauma.html
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=s3Z_WKTCN4PxvgSwjrIw#q=trauma
+alat+selancar