Anda di halaman 1dari 3

Tugas Forum M6 Kb 1 Fungsi Pajak dan Sistem Pemungutan Pajak

1. Mengapa pajak di Indonesia memegang peranan yang sangat penting ?


Pajak memegang peranan yang vital karena merupakan alat untuk mengatur kebijakan
sosial dan mampu memberikan manfaat maksimal bagi pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini akan terjadi apabila jumlahnya memadai, sehingga mampu menopang
berbagai kegiatan pemerintah untuk melakukan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik.
Selain jumlah yang memadai, strukturnya pun mencerminkan keadilan dalam perpajakan
artinya orang-orang yang berpendapatan lebih tinggi dikenakan beban pajak yang tinggi
dibandingkan orang-orang yang berpendapatan lebih rendah. Selanjutnya penggunaanya tepat
sasaran merupakan tugas pemerintah meyakinkan masyarakat apabila pajak yang dipungut
dari masyarakat memenuhi asas keadilan dalam perpajakan dan akan kembali kepada
masyarakat berupa sarana dan prasarana umum.
Pajak digunakan untuk:
a. Membiayai Pengeluaran Negara. Pajak memiliki manfaat dengan membiayai pengeluaran
negara yang bersifat self liquiditing, contohnya pengeluaran untuk proyek produktif barang
ekspor.
b. Membiayai Pengeluaran Produktif. Pajak dapat membiayai pengeluaran produktif dimana
pengeluaran produktif adalah pengeluaran yang memberikan keuntungan ekonomis bagi
masyarakat seperti pengeluaran untuk pengairan dan pertanian.
c. Membiayai pengeluaran yang bersifat self liquiditing dan tidak reproduktif yang contohnya
adalah pengeluaran untuk pendirian monumen dan objek rekreasi.
d. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif dimana contohnya adalah pengeluaran untuk
membiayai pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di masa
yang akan datang yaitu pengeluaran bagi yatim piatu.
2. Apa yang melatar belakangi perubahan Sistem Pemungutan Pajak dan bagaimana
menurut Saudara dengan perubahan Sistem Pemungutan Pajak tersebut?
Sejak perubahan peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983
yang merupakan mula dimulainya reformasi perpajakan Indonesia menggantikan ketentuan
perpajakan yang diciptakan oleh kolonial Belanda (misalnya: ordonansi PPs 1925 dan
ordonansi PPd 1944), Indonesia sudah mengubah sistem pengambilan pajaknya pula dari
sistem official-assessment menjadi sistem self-assessment yang masih diterapkan hingga
dengan sekarang. Sistem Self-assessment adalah sistem pengambilan pajak yang menyerahkan
kepercayaan untuk Wajib Pajak (WP) guna menghitung/memperhitungkan, membayar, dan
mengadukan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut ketentuan perundang-
undangan perpajakan.
Penerimaan pajak yang setiap tahun terus meningkat, ternyata tidak terlepas dari
masalah-masalah SPT. Hal ini salah satunya dikarenakan kurangnya pengetahuan Wajib Pajak
(WP) tentang pajak. Dengan adanya Account Representative, maka Wajib Pajak dapat
langsung bertanya tentang permasalahan pajak
Dalam praktiknya, sistem self-assessment ini masih terbentur dengan sejumlah kendala,
diantaranya sebagai berikut:
a. Kepercayaan yang diserahkan oleh pemerintah untuk masyarakat guna
menghitung/memperhitungkan, menunaikan dan mengadukan pajaknya sendiri masih
diragukan kebenarannya,oleh karena tersebut dapat memunculkan terjadinya
penyeludupan pajak sebab yang memahami kebenaran SPT yang diadukan WP melulu ia
sendiri.
b. Masih banyaknya Wajib Pajak yang kendala untuk menghitung/memperhitungkan pajak
yang terutang, sebab di dalam undang-undang tidak diterangkan secara terinci bagaimana
menghitung pajak terutang untuk sekian banyak jenis usaha, sehingga tidak sedikit
perusahaan yang kesudahannya melakukan kekeliruan dalam menghitung pajak
terutangnya. Lain halnya saat WP mesti mengerjakan rekonsiliasi laporan finansial
komersial cocok dengan peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan menjadi
laporan finansial fiskal. Seperti yang dilaksanakan di Belanda, dimana laporan finansial
fiskal adalahby product dari akuntansi komersial.
c. Kendala pun tidak hanya terjadi di pihak WP, di pihak fiskus pun terjadi masalah yakni
terbatasnya akses data Wajib Pajak yang dipunyai oleh pihak ketiga sampai-sampai
mempersulit DJP guna mendeteksi kebenaran isi SPT yang diadukan WP. Sehingga
pemantauan tidak dapat dilaksanakan secara optimal.

Menurut pendapat kami ada beberapa point yang perlu dilakukan untuk lebih
mengoptimalkan perubahan system perpajakan ini, antara lain:
1. Citra Direktorat Jendral Pajak yang harus diperbaiki dan ditingkatkan.
2. Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang harus ditingkatkan.
3. Integritas dan produktivitas sebagai pegawai yang masih harus ditingkatkan.
4. Modernisasi administrasi pajak sebagai perwujudan dari program dan kegiatan reformasi
administrasi perpajakan harus dilakukan secara komprehensif, yaitu bidang administrasi,
bidang peraturan dan bidang pengawasan.
5. Bahwa pengambilan pajak adalahperwujudan dari pengabdian keharusan dan peran serta
Wajib Pajak guna secara langsung dan bersama-sama melaksanakan keharusan perpajakan
yang dibutuhkan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
6. Tanggung jawab atas keharusan pelaksanaan pajak, sebagai pencerminan keharusan di
bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri. Pemerintah,
dalam urusan ini aparat perpajakan cocok dengan kegunaannya berkewajiban mengerjakan
pembinaan, penelitian, dan pemantauan terhadap pelaksanaan keharusan perpajakan Wajib
Pajak menurut peraturan yang digariskan dalam ketentuan perundang-undangan
perpajakan;
7. Anggota masyarakat Wajib Pajak diberi keyakinan untuk dapat mengemban
kegotongroyongan nasional melewati sistem menghitung, memperhitungkan, dan
menunaikan sendiri pajak yang terutang (self-assessment), sehingga melewati sistem ini
pengamalan administrasi perpajakan diinginkan dapat dilakukan dengan lebih rapi,
terkendali, simpel dan gampang untuk dicerna oleh anggota masyarakat Wajib Pajak.
8. Hal ini bakal berhasil bilamana memenuhi sejumlah syarat yang diinginkan ada dalam diri
Wajib Pajak terpenuhi dan diprioritaskan yaitu Kesadaran Wajib Pajak, Kejujuran Wajib
Pajak, Kemauan atau hasrat untuk menunaikan pajak, dan Kedisiplinan Wajib Pajak
dalam mengemban peraturan perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai