Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agarindividu yang
dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagaibahan, melalui interaksi, dan
pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhandan berdasarkan norma-norma yang
berlaku (Tohirin, 2011). Sedangkan konselingmerupakan sebuah proses yang dilakukan oleh
konselor untuk membantu konselidalam memecahkan masalah yang sedang dialami sehingga
menjadi pribadi yangmandiri.Bimbingan dan konseling mulai masuk ke Indonesia pada tahun
1960.Kegiatanbimbingan dan konseling atau pada saat itu dikenal dengan bimbingan
danpenyuluhan dikembangkan berdasarkan kepada kurikulum tahun 1975. Dalamkurikulum
tersebut terdapat pola awal dari bimbingan dan konseling yaitu “Pola dasarRencana dan
Pengembangan BK di PPSP”. Secara legal Bimbingan dan Konselingdiakui oleh di Negara
Indonesia dengan adanya SK Menpan No. 026/Menpan/1989.Akan tetapi, sampai pada tahun
1993 pola kegiatan atau layanan bimbingan dankonseling di sekolah masih belum mempunyai
bentuk baku. Hal ini diperparahdengan adanya anggapan dari masyarakat bahwa yang namanya
bimbingan dankonseling hanya diperuntukkan menangani siswa yang bermasalah.
Dengan demikianperanan dari masyarakat untuk dapat membantu proses konseling tidak
jalan.ketidakjelasan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh konselor berakibat denganadanya
pandangan-pandangan negatif masyarakat terhadap proses bimbingan dankonseling. Menyikapi
hal tersebut para ahli pada saat itu kemudian merumuskanbagaimana agar bimbingan dan
konseling ini tidak dipandang sebagai sebuah hal yangnegatif. Dengan demikian dikembangkan
pola dan cara bimbingan dan konselingyang dikemudian hari dikenal dengan pola 17.Pola 17
adalah sebuah terobosan dari para ahli untuk membuat masyarakatmengetahui bahwa seorang
guru BK tidak hanya menangani siswa yang bermasalahakan tetapi siswa yang tidak bermasalah
pun akan mendapatkan layanan. Di dalampola 17 secara garis besar dapat dibagi menjadi bagian
pertama wawasan, bagiankedua berupa bidang layanan yang diberikan, bagian ketiga berupa
layanan pokok dari bimbingan dan konseling, dan bagian keempat merupakan layanan
penunjanglayanan pokok.Pada saat ini pola 17 telah mengalami perkembangan yang
signifikan berdasarkandengan kondisi yang ada di lapangan. Sekarang pola 17 telah berubah
menjadi pola 17plus yang didalamnya terdapat beberapa layanan tambahan yang berguna bagi
siswadan masyarakat di lingkungan sekolah.Akan tetapi, kondisi yang ada dilapangan pada saat
ini terlihat banyak konselordan calon konselor yang kurang memahami bahkan masih banyak
yang menyelenggarakan proses layanan kepada konseli secara sembarangan. Hal ini berartidalam
hal memahami pola 17 maupun pola 17 plus masih sangat kurang. Jika kondisiini dibiarkan
maka tujuan awal dari konseling tidak akan tercapai.Melihat hal tersebut, kami dari mahasiswa
Bimbingan dan Konseling inginmemperdalam serta membagi hasil riset kepustakaan kami dalam
bentuk laporanmakalah yang berjudul “Pola 17 Plus”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimanakan sejarah berkembangnya pola 17 plus?
2. Apakah yang terdapat di dalam pola 17 plus?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan tentang sejarah berkembangnya pola 17 plus.
2. Menjelaskan hal-hal yang terdapat di dalam pola 17 plus.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang di peroleh dari penulisan makalah ini adalah:
1. Konselor dengan adanya makalah ini diharapkan akan memberikan
tambahanpengetahuan mengenai penyelenggaraan BK secara keseluruhan
2. Mahasiswa BK, makalah ini berguna untuk memperdalam mengenai pola 17
plussehingga dalam pelaksanaannya dapat dicapai hasil yang optimal.
3. Program studi BK FKIP Unlam dapat menjadi salah satu informasi
dalampenyelenggaraan BK sehingga dapat berguna dalam perkuliahan.
BAB II
TELAAH KEPUSTAKAAN
A. Sejarah Pola 17 Plus
1. Pra Pola 17
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah diselenggarakan dengan polayang tidak
jelas,ketidakjelasan pola yang harus diterapkan berdampak pada buruknyacitra bimbingan dan
konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi terhadappelaksanaan BK, munculnya persepsi
negatif terhadap pelaksanaan BK, berbagaikritikan muncul sebagai wujud kekecewaan atas
kinerja Guru Pembimbing sehinggaterjadi kesalahpahaman, persepsi negatif dan miskonsepsi
berlarut. Masalahmerajalela diantaranta: konselor sekolah dianggap polisi sekolah, Bk
dianggapsemata-mata sebagai pemberi nasehat, BK dibatasi pada penanganan masalah
yanginsidental, BK dibatasi untuk konseli tertentu saja, BK melayani “orang sakit” danatau
“kurang normal”, Bk bekerja sendiri, konselor sekolah harus aktif sementarapihak lain pasif,
adanya anggapan bahwa pekerjaan BK dapat dilakukan siapa saja,pelayanan BK berpusat pada
keluhan pertama saja, menganggap hasil pekerjaan BKharus segera terlihat, menyamaratakan
cara pemecahan masalah bagi semua konseli,memusatkan usaha BK pada penggunaan
instrumentasi BK, dan BK dibatasi untuk menangani masalah-masalah ringan saja.Pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling di sekolah diselenggarakan dengan polayang tidak
jelas, ketidakjelasan tersebut disebabkan oleh:a.

Belum adanya hukumSejak konverensi di Malang tahun 1960 sampai dengan munculnya
jurusanBimbingan dan Konseling di IKIP Bandung dan IKIP Malang tahun 1964,
fokuspemikiran adalah mendesain pendidikan untuk mencetak tenaga-tenaga BK disekolah.
Tahun 1975 Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang berhasilmenelurkan keputusan penting
diantaranya terbentuknya Organisasi Bimbingandengan nama Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI). Melalui IPBI inilahkelak yang akan berjuang untuk memperoleh Payung hukum
pelaksanaanBimbingan dan Konseling di sekolah menjadi jelas arah kegiatannya.b.

Semangat luar biasa untuk melaksanakan BK di sekolahLahirnya SK Menpan No.


026/Menpan/1989 tentang angka Kredit bagi jabatanGuru dalam lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Merupakanangin segar pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di
sekolah. Semangat yangluar biasa untuk melaksanakan ini karena dikatakan “Tugas guru adalah
mengajardan/atau membimbing.” Penafsiran pelaksanaan ini di sekolah dan didukungtenaga atau
guru pembimbing yang berasal dari lulusan Jurusan Bimbingan danKonseling atau Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (sejak tahun1984/1985) masih kurang, menjadikan
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling disekolah tidak jelas. Lebih-lebih lagi dilaksanakan oleh
guru-guru yang ditugasisekolah berasal dari guru yang senior atau mau pensiun, guru yang
kekurangan

jam mata pelajaran untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Pengakuan legaldengan SK
Menpan tersebut menjadi jauh arahnya terutama untuk pelaksanaanBimbingan dan Konseling
di sekolah.c.

Belum ada aturan main yang jelasApa, mengapa, untuk apa, bagaimana, kepada siapa, oleh siapa, kapan,
dan dimana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan juga belum jelas. Olehsiapa
bimbingan dan konseling dilaksanakan, di sekolah banyak terjadi diberikankepada guru-guru
senior, guru-guru yang mau pensiun, guru mata pelajaran yangkurang jam mengajarnya untuk
memenuhi tuntutan angka kreditnya. Guru-guruini jelas sebagian besar tidak menguasi dan
memang tidak dipersiapkan untuk menjadi Guru Pembimbing. Kesan yang ditangkap masyarakat
terutama orang tuasiswa BK tugasnya menyelesaikan anak yang bermasalah. Sehingga ketika
orangtua siswa dipanggil ke sekolah apalagi yang memanggil guru BK, orang tuamerasa malu,
dan dari rumah sudah berpikir ada apa dengan anaknya, bermasalahatau mempunyai masalah
apakah. Dari segi pengawasan, juga belum jelas arahdan pelaksanaan pengawasannya.
2.

Lahirnya Pola 17
SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan FungsionalGuru dan Angka
Kreditnya terdapat hal-hal yang substansial, khususnya yangmenyangkut bimbingan dan
konseling adalah:a.

Istilah “bimbingan dan Penyuluhan” secara resmi diganti menjadi “bimbingandan Konseling”b.
Pelaksanaan Bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru pembimbing, yaituguru yang
secara khusus ditugasi untuk melaksanakan hal tersebut. Dengandemikian bimbingan dank
konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru atausembarang guru.c.

Guru yang diangkat atau ditugasi untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dankonseling adalah
mereka yang berkemampuan melaksanakan kegiatan tersebut;minimum mengikuti penataran bimbingan
dan konseling selama 180 jam.d.

Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan pola jelas:1)

Pengertian, tujuan fungsi, prinsip dan asas-asasnya2)

Bidang bimbingan: bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier3)

Jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran,konseling individual,


bimbingan kelompok, dan konseling kelompok 4)

Kegiatan pendukung: instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus,kunjungan rumah, dan alih
tangan kasus.e.

Setiap kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui tahap:1)

Perencanaan kegiatan2)

Pelaksanaan kegiatan3)

Penilaian hasil kegiatan4)

Analisis hasil penilaian5)


Tindak lanjut

f.

Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan di dalam dan di luar jam kerjasekolahHal-hal
yang substansial di atas diharapkan dapat mengubah kondisi tidak jelasyang sudah lama
berlangsung sebelumnya, langkah konkrit diupayakan seperti:a.

Pengangkatan guru pembimbing yang berlatar belakang pendidikan bimbingandan konseling.b.

Penataran guru-guru pembimbing tingkat nasional, regional dan lokal mulaidilaksanakanc.

Penyusunan pedoman kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, seperti:1)

Buku teks bimbingan dan konseling2)

Buku panduan pelaksanaan menyeluruh bimbingan dan konseling di sekolah3)

Panduan penyusunan program bimbingan dan konseling4)

Panduan penilaiana hasil layanan bimbingan dan konseling5)

Panduan pengelolaan bimbingan dan konseling di sekolahd.

Pengembangan instrumen bimbingan dan konselinge.

Penyusunan pedoman Musyawarah Guru Pembimbing (MGP)Dengan SK mendikbud No.


025/1995 khususnya yang menyangkut bimbingandan konseling sekarang menjadi jelas: istilah
yang digunakan bimbingan dankonseling, pelaksananya guru pembimbing atau guru yang sudah
mengikuti penataranselama 180 jam, kegiatannya dengan BK pola 17, pelaksanaan kegiatan
melalui tahapperencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis penilaian dan tindak lanjut.
Pelaksanaankegiatan bisa di dalam dan diluar jam kerja. Peningkatan profesionalisme
gurupembimbing melalui musyawarah guru pembimbing, dan guru pembimbing juga
bisamendapatkan buku teks dan buku panduan.
3.

Penyempurnaan dari Pola 17 yaitu Pola 17 Plus


Pengembangan dan penyempurnaan dari pola 17 yaitu penambahan pada bidangbimbingan, jenis
layanan dan kegiatan pendukung. Pola 17 menjadi:a.

Keterpaduan mantab tentang pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas sertalandasan BK
(wawasan bimbingan dan konseling)b.

Bidang pelayanan Bk meliputi:1)

Bidang Pengembangan pribadi2)

Bidang Pengembangan Sosial3)

Bidang Pengembangan Kegiatan Belajar4)

Bidang Pengembangan Karir5)

Bidang Pengembangan Kehidupan Berkeluarga6)

Bidang Pengembangan Kehidupan Beragamac.

Jenis layanan Bk meliputi:1)

Layanan Orientasi2)
Layanan Informasi3)

Layanan Penempatan dan Penyaluran4)

Layanan Penguasaan Konten5)

Layanan Konseling Individual6)

Layanan Bimbingan Kelompok

Anda mungkin juga menyukai