Sap 11 Pi Fix
Sap 11 Pi Fix
1
mobil dinas dan sebagainya. Anggaran untuk dua komponen ini untuk 2002-
2007 (dalam miliar rupiah) adalah seperti Tabel 9.5
Tabel 9.5 Anggaran Pemerimaan Dari Pajak dan Bukan Pajak 2002-2007
Dari angka-angka dalam Tabel 9.5 ternyata bahwa baik anggaran penerimaan
Negara dari perpajakan maupun bukan pajak telah mengalami kenaikan lebih dari dua
kali lipat dalam kurum waktu enam tahun dari 2002-2007, yakni untuk penerimaan
Negara dari perpajakn telah menjadi 2,34 kali dari jumlah tahun 2002, sedangkan dari
sumber bukan pajak telah menjadi 2,24 dari jumlah tahun 2002.
Dari sudut jumlah penerimaan pajak telah terjadi kenaikan yang terus menerus
dari tahun 2002 sejumlah Rp. 210.088 miliar menjadi Rp. 492.001 miliar pada tahun
2007, sedangkan angka-angka utuk bukan pajak juga terus mengalami peningkatan dari
Rp. 88.440 miliar pada tahun 2002 menjadi Rp. 198.254 miliar pada tahun 2007.
Selanjutnya penerimaan Negara dari pajak dibedakan menjadi:
a. Pajak Dalam Negeri, yang terdiri dari komponen: Pajak Penghasilan (Pph) dari
Migas dan Nonmigas, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Cukai, Dan
Pajak Lainnya.
b. Pajak dari perdagangan internasional, pajak impor dan pungutan administrasi
ekspor.
Untuk periode 2002 sampai 2007 anggaran penerimaan pemeritah dari pajak
dalam negeri dan pajak perdagangan internasional ditunjukkan oleh table 9.6, dimana
2
ternyata bahwa lebih dari Sembilan puluh lima persen merupakan pajak dari dalam
negeri dan sisanya kurang dari lima persen berasal dari pajak perdagangan internasional.
Anggaran Pendapataan dari Perpajakan dalam Negeri untuk 2002-2007 ditunjukkan
pada Tabel 9.7, di mana sekitar 50 persen dari pajak dalam negeri dating dari pajak
penghasilan perorangan dan perusahaan, dari jumlah mana sebagian berasal sari pajak
atas migas.
Pajak Perdagangan
Pajak dalam Negeri Jumlah
Tahun Interasional
Miliar Rp. Proporsi Miliar Rp. Proporsi Miliar Rp.
2002 199.512 0,9497 10.575 0,0503 210.088
2003 230.934 0,9541 11.114 0,0459 242.048
2004 260.224 0,9561 11.951 0,0439 272.175
2005 334.403 0,9501 17.570 0,0499 351.974
2006 410.226 0,9651 14.827 0,0349 425.053
2007 474.551 0,9545 17.460 0,0355 492.011
Sumber: BPS seperti BI.LPI 2008
Pajak pertambahan nilai juga memberikan kontribusi yang cukup besar yakni
sekitar 33 persen dari jumlah penerimaan pajak dalan negeri, kemudian diikuti oleh
cukai (sekitar 12 persen).Sisanya sekitar 5 persen merupakan kontribusi dari pajak bui
dan bangunan (sekitar 3 persen) dan Bea perolehan atas tanah dan bangunan dan pajak
lainnya.
3
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Pajak Perdagangan Internasional 10.575 11.114 11.951 17.570 14.827 17.460
Bea Masuk 10.344 10.885 11.636 16.591 13.853 14.418
Pajak Ekspor 231 230 315 980 1.244 3.042
Sumber: BPS seperti pada BI.LPI 2007
Komponen Penerimaan Negara dari Bukan Pajak beserta jumlah (dalam miliar
rupiah) dapat dilihat Tabel 9.9 di bawah ini. Dari table tersebut kelihatan bahwa
komponen Penerimaan Negara Bukan Pajak yang paling besar adalah Sumber Daya
Alam, dimana Minyak Bumi mempunyai pangsa lebih dari 60 persen, kemudian diikuti
oleh Gas Alam sekitar 20 Persen dari total sumbangan sumber daya alam.
Tabel 9.9 Anggaran Pendapatan dari Bukan Pajak ( Rp. Miliar), 2002-2007
4
2002 2003 2004 2005-P 2006-P 2007-P
Belanja Negara 322.180 376.505 374.351 565.070 699.099 752.373
Pemerintah Pusat 223.976 256.191 255.309 411.667 478.250 498.172
Pemerintah Daerah 98.204 120.314 119.042 153.402 220.850 254.201
Sumber: BPS seperti pada BI.LPI 2007
Rincian Anggaran Belanja Rutin Pemerintah Pusat ditunjukan pada Tabel 9.12
berikut.Hal yang perlu mendapat perhatian disini adalah anggaran rutin untuk
pembayaran bunga hutang dalam dan luar negeri. Jumlah pembayaran bunga hutang ini
sekitar 90 triliun rupiah dari anggaran rutin sejumlah 186 triliun pada tahun 2002,
megalami penurunan untuk tiga tahhun berturut-turut (2003,2004, dan 2005) menjadi
sekitar 60an triliun rupiah dari anggaran Rutin 2005-P sekitar 326 triliun untuk
kemudian meningkat ke level semula untuk tahun 2007-P, menjadi lebih dari 83 triliun
rupiah.
Komponen lain yang perlu mendapat perhatian dalam anggaran rutin Pemerintah
Pusat adalah untuk pembayaran subsidi (BBM dan NonBBM) yang selalu mengalami
peningkatan dari sekitar 44 triliun rupiah pada anggaran 2002 menjadi sekitar 120
triliun rupiah untuk anggaran 2005-P dan terus berada diatas 100 triliun sampai 2007-P.
5
Tabel 9.12 Anggaran Belanja Pengeluaran Rutin ( Miliar Rupiah )
6
terdiri dari dana Bagi hasil, dana Alokasi umum dan dana alokasi khusus. Anggaran
untuk pembiayaan Pemerintah daerah untuk 2002-2007-P secara rinci ditunjukan pada
table 9.14
7
(marginal propensity to consume) dan kecendrungan tambah untuk menabung disebut
MPS (marginal propensity to save). MPC biasanya dinyatakan dalam proporsi terhadap
penghasilan (Y), demikian juga MPS dinyatakan dalam proporsi terhadap penghasilan
(Y), sehingga MPC+MPS=1 kali besarnya penghasilan.
Pengaruh Pajak terhadap Penghasilan nasional.Untuk membiayai
pengeluarannya, pemerintah menarik pajak dari rakyat.Pajak ini mempunyai sifat
mengurangi pendapat dari mereka yang membayar pajak itu (orang 1).Karena
pendapatannya berkurang, mereka cenderung mengurangi konsumsi (sebesar MPC kali
berkurangnya penghasilan), dan mereka cenderung untuk mengurangi menbung
(sebesar MPS kali berkurangnya penghasilan), yang mempunyai akibat lanjut terhadap
mereka yang terkena pengurangan penghasilan.
Dengan perumpamaan yang sama seperti pada pengeluaran pemerintah, factor
penggandanya dapat diperoleh dengan manipulasi aljabar dasar sebesar k = - (1/MPS -
1). Kalau setiap orang yang penghasilan berkurang sebesar tambahan pajak, mempunyai
kecendrungan untuk mengurangi menabung sebesar 20 persen dari jumlah pengurangan
penghasilannya, maka k untuk pajak = - (1/0,20 -1 ) = -4
Pengganda untuk Anggaran Berimbang. Oleh karena dalam anggaran
berimbang, contoh kita di atas, jumlah pengeluaran pemerintah sama dengan jumlah
pajak, maka akibat dari anggaran belanja yang seimbang terhadap penghasilan nasional
adalah (jumlah kenaikan penghasilan nasional karena pengeluaran pemerintah)
dikurangi (jumla pengurangan penghasilan nasional karena adanya pajak). Karena yang
pertama adalah sebesar (1/MPS) kali jumlah pengeluaran pemerintah, dan yang disebut
belakangan adalah –(1/MPS – 1), maka tambahan penghasilan neto karena anggaran
seimbang adalah (1/MPS) – (1/MPS – 1) = 1 kali anggaran berimbang tersebut.
Tabungan Pemerintah dan Pembangunan ekonomi.Pembangunan ekonomi satu
Negara dapat dibiayai oleh sumber-sumber dari dalam negeri dan dari luar
negeri.Sumber pembiayaan pembangunan ekonomi dari dalam negeri dapat berupa
tabungan perseorangan, tabungan perusahaan, dan tabungan pemerintah.Sedangkan
yang bersumber dari luar negeri bisa berupa bantuan dan pinjamanluar negeri,
penanaman modal langsung dari luar negeri atau penanaman modal tidak langsung dari
luar negeri.
8
Yang dimaksud dengan tabungan pemerintah adalah semua penerimaan dari
dalam negeri dikurangi dengan semua pengeluaran rutin.Namun untuk Indonesia masih
dikurangi lagi dengan anggaran belanja untuk daerah yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah Pusat tiap tahun (bersifat rutin). Tabungan pemerintah untuk tahun 2002-
2007 disajikan pada Tabel 9.15 yang ternyata erus mengalami peningkatan dari hanya
13,6 triliun rupiah pada tahun 2002 sampai mencapai 52,3 triliun rupiah pada tahun
2005 dan kembali mengalami penurunan menjadi 25,6 triliun pada tahun 2006 dan pada
tahun 2007 hanya 9,6 triliun. Dalam Persentase jumlah tabungan pemerintah ini berkisar
dari sedikit di bawah 5 persen pada tahun 2002, terus mengalami peningkatan sampai
menjadi 13 persen pada tahun 2004, lalu mengalami penurunan menjadi hanya 1,3
persen dari total penerimaan dalam negerinya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10