Anda di halaman 1dari 10

1.

Pola Penerimaan Negara


Kebijakan fiskal pada umumnya (juga di Indonesia) terdiri dari kebijaksanaan
penerimaan dan pengeluaran Negara atau pemerintah. Penerimaan pemerintah Indonesia
dibedakan menjadi:
a. Penerimaan dalam egeri, yang tidak lain dari pada seluruh penerimaan baik yang
berupa pajak ataupun penerimaan bukan pajak.
b. Hibah yang merupakan bantuak pihak ketiga (yang tidak mengikat) kepada
pemerintahan baik yang dating dari dalam negeri maupun yang dari luar negeri.
Anggaran untuk dua komponen ini dari 2002-2007 (dalam miliar rupiah) adalah
sebagai berikut:
Dalam mengenai penerimaan dalam negeri dan hibah disajikan dalam bentuk
yang lebih rinci pada Tabel 9.4, dimana ternyata bahwa jumlah penerimaan
Negara dari tahun 2002 selalu mengalami kenaikan dari Rp. 298.605 miliar
menjadi Rp 694.088 miliar pada tahun 2007, atau telah menjadi dua kali lipat
dalam enam tahun atau rata-rata kenaikan sebesar 50 persen.

Tabel 9.4 Anggaran Penerimaan Dalam Negeri dan Hibah, 2002-2007

Penerimaan dalam Negeri Hibah


Tahun Jumlah
Miliar Rp. Persen Miliar Rp. Persen
2002 298.528 0,9997 78 0,0003 298.605
2003 340.929 0,9986 468 0,0014 341.396
2004 349.300 0,9982 634 0,0018 349.934
2005 532.671 0,9862 7.455 0,0138 540.126
2006 654.882 0,9936 4.233 0,0064 659.115
2007 690.265 0,9945 3.823 0,0055 694.088
Sumber: BPS seperti pada BI.LPI 2007.

Penerimaan dalam negeri dibedakan menjadi:


a. Penerimaan dari perpajakan (baik pajak langsung maupun tidak langsung, baik
dalam negeri maupun pajak dari perdagangan internasional).
b. Penerimaan bukan pajak (PNBP), semua penerimaan Negara yang bukan pajak
seperti halnya uang sekolah (SPP), membuat pembibitan untuk rakyat, asset
milik pemerintahan yang dijual kepada rakyat seperti misalnya rumah dinas,

1
mobil dinas dan sebagainya. Anggaran untuk dua komponen ini untuk 2002-
2007 (dalam miliar rupiah) adalah seperti Tabel 9.5
Tabel 9.5 Anggaran Pemerimaan Dari Pajak dan Bukan Pajak 2002-2007

Dari Pajak Dari Bukan Pajak Jumlah


Tahun
Miliar Rp. Proporsi Miliar Rp. Proporsi Miliar Rp.
2002 210.088 0,7037 88.440 0,2963 298.528
2003 242.048 0,7099 98.880 0,2901 340.929
2004 272.175 0,7790 77.125 0,2210 349.300
2005 351.974 0,6608 180.697 0,3392 532.671
2006 425.053 0,6491 229.829 0,3509 654.882
2007 492.011 0,7128 198.254 0,2872 690.265
Sumber: BPS seperti pada BI.LPI 2007.

Dari angka-angka dalam Tabel 9.5 ternyata bahwa baik anggaran penerimaan
Negara dari perpajakan maupun bukan pajak telah mengalami kenaikan lebih dari dua
kali lipat dalam kurum waktu enam tahun dari 2002-2007, yakni untuk penerimaan
Negara dari perpajakn telah menjadi 2,34 kali dari jumlah tahun 2002, sedangkan dari
sumber bukan pajak telah menjadi 2,24 dari jumlah tahun 2002.
Dari sudut jumlah penerimaan pajak telah terjadi kenaikan yang terus menerus
dari tahun 2002 sejumlah Rp. 210.088 miliar menjadi Rp. 492.001 miliar pada tahun
2007, sedangkan angka-angka utuk bukan pajak juga terus mengalami peningkatan dari
Rp. 88.440 miliar pada tahun 2002 menjadi Rp. 198.254 miliar pada tahun 2007.
Selanjutnya penerimaan Negara dari pajak dibedakan menjadi:

a. Pajak Dalam Negeri, yang terdiri dari komponen: Pajak Penghasilan (Pph) dari
Migas dan Nonmigas, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Cukai, Dan
Pajak Lainnya.
b. Pajak dari perdagangan internasional, pajak impor dan pungutan administrasi
ekspor.

Untuk periode 2002 sampai 2007 anggaran penerimaan pemeritah dari pajak
dalam negeri dan pajak perdagangan internasional ditunjukkan oleh table 9.6, dimana

2
ternyata bahwa lebih dari Sembilan puluh lima persen merupakan pajak dari dalam
negeri dan sisanya kurang dari lima persen berasal dari pajak perdagangan internasional.
Anggaran Pendapataan dari Perpajakan dalam Negeri untuk 2002-2007 ditunjukkan
pada Tabel 9.7, di mana sekitar 50 persen dari pajak dalam negeri dating dari pajak
penghasilan perorangan dan perusahaan, dari jumlah mana sebagian berasal sari pajak
atas migas.

Tabel 9.6 Anggaran Penerimaan dari Pajak 2002-2007

Pajak Perdagangan
Pajak dalam Negeri Jumlah
Tahun Interasional
Miliar Rp. Proporsi Miliar Rp. Proporsi Miliar Rp.
2002 199.512 0,9497 10.575 0,0503 210.088
2003 230.934 0,9541 11.114 0,0459 242.048
2004 260.224 0,9561 11.951 0,0439 272.175
2005 334.403 0,9501 17.570 0,0499 351.974
2006 410.226 0,9651 14.827 0,0349 425.053
2007 474.551 0,9545 17.460 0,0355 492.011
Sumber: BPS seperti BI.LPI 2008

Pajak pertambahan nilai juga memberikan kontribusi yang cukup besar yakni
sekitar 33 persen dari jumlah penerimaan pajak dalan negeri, kemudian diikuti oleh
cukai (sekitar 12 persen).Sisanya sekitar 5 persen merupakan kontribusi dari pajak bui
dan bangunan (sekitar 3 persen) dan Bea perolehan atas tanah dan bangunan dan pajak
lainnya.

Tabel 9.7 Anggaran Pendapatan dari Perpajakan dalam Negeri 2002-2007

Sedangkan pajak dari perdagangan internasional adalah sebagai berikut dimana


sebagian besar karena bea masuk untuk impor, sedangkan pajak ekspornya hanyalah
sekedar bea administrasi ekspor seperti terlihat pada table 9.8 berikut.

Tabel 9.8 Anggaran Pendapatan dan Pajak Perdagangan Internasional, 2002-2007


(miliar Rp.)

3
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Pajak Perdagangan Internasional 10.575 11.114 11.951 17.570 14.827 17.460
 Bea Masuk 10.344 10.885 11.636 16.591 13.853 14.418
 Pajak Ekspor 231 230 315 980 1.244 3.042
Sumber: BPS seperti pada BI.LPI 2007

Komponen Penerimaan Negara dari Bukan Pajak beserta jumlah (dalam miliar
rupiah) dapat dilihat Tabel 9.9 di bawah ini. Dari table tersebut kelihatan bahwa
komponen Penerimaan Negara Bukan Pajak yang paling besar adalah Sumber Daya
Alam, dimana Minyak Bumi mempunyai pangsa lebih dari 60 persen, kemudian diikuti
oleh Gas Alam sekitar 20 Persen dari total sumbangan sumber daya alam.

Tabel 9.9 Anggaran Pendapatan dari Bukan Pajak ( Rp. Miliar), 2002-2007

2002 2003 2004 2005 2006 2007


Penerimaan Bukan Pajak 88.440 98.880 77.125 180.697 229.829 198.254
 Penerimaan dari SDA 64.755 67.739 47.241 144.361 165.695 115.053
 Minyak Bumi 47.686 48.871 28.248 102.196 122.964 78.235
 Gas Alam 12.325 12.631 15.754 36.364 36.825 29.484
 SDA Lainnya 4.744 6.238 3.238 5.801 5.906 7.334
 Bagian Laba BUMN 9.760 12.833 11.454 12.000 20.800 21.800
 Surplus Bank Indonesia - - - - - 13.669
 PNBP Lainnya 13.925 18.308 18.430 24.336 43.334 47.731
Sumber: BPS seperti pada BI.LPI 2007

2. Pola Pengeluaran Negara


Anggaran belanja Negara atau pemerintahan terdiri dari anggaran untuk
Pemerintah Pusatdan anggaran untuk Pemerintahan Daerah, dimana anggaran untuk
Pemerintahan Pusat sekitar dua kali dari anggaran untuk Pemerintahan Daerah, seperti
yang ditunjukkan oleh table 9.10 di bawah ini. Dalam kurun waktu enam tahun
Pemerintahan telah mampu meningkatkan anggaran belanjanya lebih dari dua kali lipat
dari sebesar Rp 322 triliun pada tahun 2002 menjadi lebih dari Rp 752 triliun pada
tahun 2007.
Table 9.10 Anggaran Belanja Pemerintahan, 2002-2007 (Miliar Rupiah)

4
2002 2003 2004 2005-P 2006-P 2007-P
Belanja Negara 322.180 376.505 374.351 565.070 699.099 752.373
 Pemerintah Pusat 223.976 256.191 255.309 411.667 478.250 498.172
 Pemerintah Daerah 98.204 120.314 119.042 153.402 220.850 254.201
Sumber: BPS seperti pada BI.LPI 2007

Anggaran belanja untuk Pemerintah Pusat, demikian juga keadaannya untuk


Pemerintahan Daerah , dibedakan menjadi untuk pengeluaran rutin (administrasi
pemerintahan) dan untuk pengeluaran pembangunan. Anggaran rutin Pemerintahan
Pusat relatif tetap untuk 2002,2003, dan 2004, sekitar 180an triliun rupiah kemudian
melonjak tajam ke tahun 2005-P (Perubahan yang telah disetujui DPR) menjadi di atas
325 triliun rupiah dan pada anggaran 2007-P menjadi di atas 426 triliun rupiah.

Tabel 9.11 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat, 2002-2007 (MIliar Rp)

2002 2003 2004 2005-P 2006-P 2007-P


Anggaran Belanja Pusat 223.976 256.191 255.309 411.667 478.250 498.172
 Rutin 186.651 186.944 184.438 326.924 408.470 426.288
 Pembangunan 37.325 69.247 70.871 84.743 69.780 71.684
Sumber: BPS seperti pada BI.LPI 2007

Rincian Anggaran Belanja Rutin Pemerintah Pusat ditunjukan pada Tabel 9.12
berikut.Hal yang perlu mendapat perhatian disini adalah anggaran rutin untuk
pembayaran bunga hutang dalam dan luar negeri. Jumlah pembayaran bunga hutang ini
sekitar 90 triliun rupiah dari anggaran rutin sejumlah 186 triliun pada tahun 2002,
megalami penurunan untuk tiga tahhun berturut-turut (2003,2004, dan 2005) menjadi
sekitar 60an triliun rupiah dari anggaran Rutin 2005-P sekitar 326 triliun untuk
kemudian meningkat ke level semula untuk tahun 2007-P, menjadi lebih dari 83 triliun
rupiah.
Komponen lain yang perlu mendapat perhatian dalam anggaran rutin Pemerintah
Pusat adalah untuk pembayaran subsidi (BBM dan NonBBM) yang selalu mengalami
peningkatan dari sekitar 44 triliun rupiah pada anggaran 2002 menjadi sekitar 120
triliun rupiah untuk anggaran 2005-P dan terus berada diatas 100 triliun sampai 2007-P.

5
Tabel 9.12 Anggaran Belanja Pengeluaran Rutin ( Miliar Rupiah )

2002 2003 2004 2005-P 2006-P 2007-P


Pengeluaran Rutin 186.651 186.944 184.438 326.924 408.470 426.488
 Belanja Pegawai 39.480 47.662 56.738 61.167 79.075 97.983
 Belanja Barang 12.777 14.992 17.280 42.312 55.992 61.824
 Pembayaran Bunga 87.667 65.351 65.651 60.982 82.495 83.555
Utang Dalam Negeri 25.406 46.356 41.276 42.307 58.155 58.803
Utang Luar Negeri 62.621 18.995 24.375 18.675 24.340 24.752
 Subsidi 43.628 43.899 26.362 119.089 107.628 105.073
BBM 31.162 30.038 14.527 89.194 80.609 55.604
Non BBM 12.466 9.901 10.995 23.643 21.367 49.469
 Pajak Ditanggung Pemerintah - 3.960 840 6.253 5.651 0
 Bantuan Sosial - - - - 41.018 52.272
 Pengeluaran Rutin Lainnya 3.099 15.042 18.407 43.374 42.262 25.781
Sumber: BPS seperti pada BI.LPI 2007

Anggaran pembagunan untuk Pemerintahan Pusat yang terdiri dari pembiayaan


rupiah dan pembiayaan proyek (dana luar negeri) ditunjukkan pada Tabel 9.13

Tabel 9.13 Anggaran Belanja Pengeluaran Pembangunan 2002-2007 (miliar Rp)

2002 2003 2004 2005-P 2006-P 2007-P


Pengeluaran Pembangunan 37.325 69.247 70.871 84.743 69.780 71.684
Pembiayaan Rupiah 25.608 47.510 50.500 54.747 55.258 70.826
Pembiayaan Proyek 11.717 21.737 20.371 29.997 25.475 23.205
Angka pengeluaran pembangunan, pembiayaan rupiah dan proyek untuk 2006 dan
2007 sudah sesuai dengan aslinya (kalau dijumlahkan tidak cocok)

Sumber: BPS seperti pada BI.LPI 2007

Anggaran belanja Negara untuk pembiayaan Pemerintah Daerah terdiri dari


Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus (+ Penyeimbang). Dana Perimbanagn

6
terdiri dari dana Bagi hasil, dana Alokasi umum dan dana alokasi khusus. Anggaran
untuk pembiayaan Pemerintah daerah untuk 2002-2007-P secara rinci ditunjukan pada
table 9.14

Tabel 9.14 Anggaran Belanja untuk Pemerintah Daerah (miliar rupiah)

2002 2003 2004 2005-P 2006-P 2007-P


Anggaran Belanja Daerah 98.204 120.314 119.042 153.402 220.850 254.201
Dana Perimbangan 94.657 111.070 112.187 146.160 216.798 244.608
 Dana Bagi Hasil 24.884 31.370 26.928 52.567 59.564 62.726
 Dana Alokasi Umum 69.159 76.978 82.131 88.766 145.664 64.787
 Dana Alokasi Khusus 613 2.723 3.128 4.828 11.570 17.094
Dana Otonomi Khusus dan
Penyeimbangan 3.548 9.244 6.855 7.243 4.052 9.593
Sumber: BPS seperti pada BI.LPI 2007

Anggaran belanja Negara untuk Pembiayaan Pemerintah Daerah diatur dalam


Undang-undang Republik Indonesia No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah. Pembiayaan ini dibicarakan dengan
rinci pada Pasal 10 sampai Pasal 42, yang pada prinsipnya menjelaskan bahwa dana
peimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

3. Kebijakan Perpajakan dan Pengeluaran Pemerintah


Sebagaimana kita ketahui bahwa anggaran belanja pemerintah (dan anggaran
untuk lembaga sosial) berbeda dengan anggaran belanja rumah tanga pribadi. Kalau
dalam anggaran untuk rumah tangga pribadi pertama-tama dtentukan penerimaan rumah
tangga tersebut sebagai dasar untuk menentukan anggaran pengeluarannya, maka
keadaan sebaliknya berlaku untuk anggaran rumah tangga pemerintah dan lembaga
social, dimana pertama-tamaditentukan jumlah pengeluaran yang diperlukan sebagai
dasar untuk menentukan berapa besar dan dari mana saja beban belanja tersebut
bersumber.
Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Penghasilan nasional.Pengeluaran
Pemerintah Rutin dan Pembangunan dibayarkan kepada masyarakat (pegawai dan
pelaksana pembangunan). Kencenderungan tambahan konsumsinya disebut MPC

7
(marginal propensity to consume) dan kecendrungan tambah untuk menabung disebut
MPS (marginal propensity to save). MPC biasanya dinyatakan dalam proporsi terhadap
penghasilan (Y), demikian juga MPS dinyatakan dalam proporsi terhadap penghasilan
(Y), sehingga MPC+MPS=1 kali besarnya penghasilan.
Pengaruh Pajak terhadap Penghasilan nasional.Untuk membiayai
pengeluarannya, pemerintah menarik pajak dari rakyat.Pajak ini mempunyai sifat
mengurangi pendapat dari mereka yang membayar pajak itu (orang 1).Karena
pendapatannya berkurang, mereka cenderung mengurangi konsumsi (sebesar MPC kali
berkurangnya penghasilan), dan mereka cenderung untuk mengurangi menbung
(sebesar MPS kali berkurangnya penghasilan), yang mempunyai akibat lanjut terhadap
mereka yang terkena pengurangan penghasilan.
Dengan perumpamaan yang sama seperti pada pengeluaran pemerintah, factor
penggandanya dapat diperoleh dengan manipulasi aljabar dasar sebesar k = - (1/MPS -
1). Kalau setiap orang yang penghasilan berkurang sebesar tambahan pajak, mempunyai
kecendrungan untuk mengurangi menabung sebesar 20 persen dari jumlah pengurangan
penghasilannya, maka k untuk pajak = - (1/0,20 -1 ) = -4
Pengganda untuk Anggaran Berimbang. Oleh karena dalam anggaran
berimbang, contoh kita di atas, jumlah pengeluaran pemerintah sama dengan jumlah
pajak, maka akibat dari anggaran belanja yang seimbang terhadap penghasilan nasional
adalah (jumlah kenaikan penghasilan nasional karena pengeluaran pemerintah)
dikurangi (jumla pengurangan penghasilan nasional karena adanya pajak). Karena yang
pertama adalah sebesar (1/MPS) kali jumlah pengeluaran pemerintah, dan yang disebut
belakangan adalah –(1/MPS – 1), maka tambahan penghasilan neto karena anggaran
seimbang adalah (1/MPS) – (1/MPS – 1) = 1 kali anggaran berimbang tersebut.
Tabungan Pemerintah dan Pembangunan ekonomi.Pembangunan ekonomi satu
Negara dapat dibiayai oleh sumber-sumber dari dalam negeri dan dari luar
negeri.Sumber pembiayaan pembangunan ekonomi dari dalam negeri dapat berupa
tabungan perseorangan, tabungan perusahaan, dan tabungan pemerintah.Sedangkan
yang bersumber dari luar negeri bisa berupa bantuan dan pinjamanluar negeri,
penanaman modal langsung dari luar negeri atau penanaman modal tidak langsung dari
luar negeri.

8
Yang dimaksud dengan tabungan pemerintah adalah semua penerimaan dari
dalam negeri dikurangi dengan semua pengeluaran rutin.Namun untuk Indonesia masih
dikurangi lagi dengan anggaran belanja untuk daerah yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah Pusat tiap tahun (bersifat rutin). Tabungan pemerintah untuk tahun 2002-
2007 disajikan pada Tabel 9.15 yang ternyata erus mengalami peningkatan dari hanya
13,6 triliun rupiah pada tahun 2002 sampai mencapai 52,3 triliun rupiah pada tahun
2005 dan kembali mengalami penurunan menjadi 25,6 triliun pada tahun 2006 dan pada
tahun 2007 hanya 9,6 triliun. Dalam Persentase jumlah tabungan pemerintah ini berkisar
dari sedikit di bawah 5 persen pada tahun 2002, terus mengalami peningkatan sampai
menjadi 13 persen pada tahun 2004, lalu mengalami penurunan menjadi hanya 1,3
persen dari total penerimaan dalam negerinya.

Table 9.15 Tabungan Pemerintah Indonesia, 2002-2007 (miliar Rp)

2002 2003 2004 2005-P 2006-P 2007-P


1. Penerimaan dalam negeri 298.528 340.929 349.300 532.671 654.882 690.265
2. Pengeluaran Rutin 186.651 186.944 184.438 326.924 408.470 426.488
3. Anggaran Belanja Untuk Daerah 98.204 120.314 119.042 153.402 220.850 254.201
4. = 2 + 3 284.855 307.258 303.480 480.326 629.320 680.689
5. Tabungan (1-4) – miliar Rp 13.673 33.671 45.820 52.345 25.562 9.576
% dari permintaan dalam negeri 4,58% 9,88% 13,12% 9,83% 3,90% 1,39%
6. Pengeluaran Pembangunan 37.325 69.247 70.871 84.743 69.780 71.684
7. = 5:7 X 100% (persen) 36,63% 48,62% 64,47% 61,18% 36,63% 13,36%
8. Pembiayaan Rupia 25.608 47.510 50.500 54.747 55.258 70.826
Pembiayaan Proyek 11.717 21.737 20.371 29.997 25.475 23.205
Sumber: Diolah dari Tabel 9.1

9
DAFTAR PUSTAKA

Nehen, I K.2012.Perekonomian Indonesia. Denpasar:Udayana University Press.


Hall Hill. 1996. Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1966. Yogyakarta: PAU
Ekonomi UGM

10

Anda mungkin juga menyukai