kolom ini. Perubahan ini diputuskan pada rapat “dewan redaksi” Berita Kontras (Jum’at pagi, 29 Juni 2001). Rapat
Redaksi kali ini menjadi “agak istimewa” karena berangkat dari keprihatinan & kegelisahan serta harapan Munarman
(yang akrab kami panggil bang Maman), Koordinator KontraS atas mandegnya penerbitan bulanan buletin KontraS.
Ketelatan ini sudah dapat diduga, karena memang tidak ada staf yang khusus bekerja menggarap buletin ini.
selama ini kawan-kawan dari berbagai divisi yang ada selalu keroyokan untuk menghadirkan Berita KontraS di
tangan anda. Persoalan yang kemudian muncul ketika kawan-kawan terkonsentrasi pada kesibukan kerja divisi dan
kesulitan meluangkan waktu untuk membantu penyelesaian buletin.
Dua hari sebelumnya, saya yang selama ini menjadi Distributor (Edwin) dipanggil oleh Koordinator dan
Dewan Redaksi, “Win, Dino udah tidak bisa aktif lagi jadi Redaktur Pelaksana. Karena kau di Divisi Opini
Publik, kau ditunjuk jadi penggantinya. Bisa…?” Dengan rasa terkejut dan gugup yang saya tutupi (karena
darurat dan tidak banyak waktu untuk menimbang-nimbang) saya jawab dengan nada datar “Bisa…”
Rapat Jum’at pagi, adalah rapat darurat yang tidak dihadiri seluruh Dewan Redaksi. Lagi-lagi karena kesibukan
Usman, dan Gian yang seharusnya hadir dalam Sidang Redaksi absen. Jadilah rapat darurat antara saya (Edwin),
bang Maman, Mouvty, dan Islah. Rapat ini intinya kembali membicarakan format dan materi buletin untuk edisi
yang terlewat. Nah, nama dapur yang di sebut diatas lahir dari pembicaraan disini. Berangkat dari ketidakakraban
bang Maman dan Redaktur Pelaksana (baru) dengan kata Selasar (mirip nama hari) dalam edisi sebelumnya yang
berarti teras, dicarilah nama baru. Sempat bolak-balik Kamus Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia, tapi kemudian
dipilihlah untuk sementara nama Dapur. Usul lain “Kompor aja…”, kata Islah berikut argumentasinya, aku pun
sempat mengusulkan nama Tungku, ujung-ujungnya karena semua masih berkaitan dengan peralatan dapur maka
dapur ditetapkan sebagai nama penggantinya. Dipilih Dapur karena dapur merupakan kata yang akrab di telinga
masyarakat kita, sehingga kami berharap buletin ini akan menjadi milik masyarakat.
Pembicaraan selanjutnya menyangkut format Berita Utama, Berita Daerah, dan Rempah-Rempah. Dua kolom
terakhir menjadi diskursus untuk ditentukan perbedaannya. Akhirnya diputuskan bahwa Berita Daerah terfokus
pada problem HAM di daerah yang tidak atau belum ter-cover secara nasional, sedangkan Rempah-rempah menjadi
catatan kelanjutan pelanggaran HAM yang masih saja terjadi atau pernah di muat dalam Berita Utama dan berita
terkait soal penegakan HAM dan Demokrasi. Kolom Amandemen diganti dengan nama yang sudah konvensional,
Artikel, untuk memberikan ruang opini yang lebih ‘bebas’ dibandingkan hanya sekedar membicarakan persoalan
perundangan-undangan. Kolom Suara Korban, diusahakan menjadi kolom yang memang benar-benar milik korban.
“Kita kan banyak terima pengaduan tuh…” ujar Koordinator, “kita harus masukkan, biar masyarakat tahu, dan
semoga aja tergerak untuk membantu”. Kami berharap kita dapat membantu, mendukung (baik materiil maupun
moril) pada korban, misalnya dengan sehelai surat atau dering telpon kepada instansi-instansi negara yang
berkewajiban memberikan rasa aman, keadilan, serta kesejahteraan bagi rakyat. Seandainya, dua ratus pembaca
Kontras mengirimkan surat kepada Kapolda (tadinya mau disebut Kapolri, tapi nggak sreg sebab lagi sensitif)
tentang penyiksaan yang dilakukan aparaturnya terhadap masyarakat sipil, bisa saja ini menjadi pressure terhadap
sang Kapolda untuk menindak bawahannya.
Semoga perubahan yang terjadi dalam Berita Kontras ini dalam jangka pendek dapat membayar hutang
ketelatan kehadiran buletin kami di meja diskusi pembaca, dan dapat menjadi media yang efektif dalam menyuarakan
penegakan Hak Asasi Manusia. Amiin…!(Edwin)
Berita KontraS
Diterbitkan oleh: KontraS ( Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan)
Penanggung Jawab : Munarman. Pemimpin Umum: Ikravany Hilman, Sidang Redaksi: Usman Hamid, Gian Moko, Mouvty. M. Al-Akhlaq
Redaktur Pelaksana: Edwin Partogi Staf Redaksi: Ali Subur, Cahyadi Satriya, Haris Azhar, Indria Fernida. A, M. Islah, Nining Nurhaya, Ori Rahman, Sri Suparyati,
Sekretaris Redaksi: M Harits, Tata Letak: M. Islah, Foto/Desain Grafis:Udi H, Bendahara: Hardini, Distributor: Lukman Amin
Alamat Redaksi Jalan Mendut 03 Menteng Jakarta Pusat, Telp: (021) 3145940-3153865, Fax:3153881, e-mail: berita_kontras@hotmail.com
KONFLIK SAMPIT :
Kegagalan Penyelenggara Pemerintahan
Peran aparat keamanan terlihat tidak maksimal dan serius dalam upaya-
upaya mengantisipasi maupun menuntaskan kasus-kasus pertikaian antar
kelompok masyarakat yang telah terjadi di Sampit dan sekitarnya
Pada 18 Februari 2001 Kota Sampit terjadi di Sampit. Selebaran dan isu dalam kekesalantanpa jawaban , sehingga
menjadi arena konflik sosial terbesar di bentuk provokasi dan ancaman terhadap masyarakat cenderung menyelesaikan
Kalimantan Tengah. Kultur pluralisme yang kelompok-kelompok masyarakat tertentu kasus-kasus tersebut dengan ‘cara’nya
terbentuk bertahun-tahun dalam waktu menunjukkan adanya upaya pengkondisian sendiri dan dengan melibatkan
singkat menjadi tidak bermakna. Hubungan masyarakat ke arah konflik. Pada awal No- kelompoknya masing-masing.
yang harmonis antar kelompok masyarakat vember 2000, beredar selebaran gelap di Satu hal dicatat Kontras, pasca
menjadi hancur, disertai hancurnya struktur Palangkaraya yang berisi ancaman kerusuhan Kereng Pangi, Yayasan
sosial masyarakat. Kondisi ini diperparah pengusiran terhadap kelompok masyarakat Pendidikan Islam bernama Al-Miftah yang
dengan buruknya penanganan berpusat di Pamekasan Madura
konflik yang berimplikasi pada dok. Hantantiring dan memiliki cabang di Kereng
terus berjatuhannya korban jiwa Pangi --yang juga menjadi
dan harta benda masyarakat di sasaran amuk massa-- telah
Sampit, terutama akibat melaporkan kejadian tersebut
panjangnya masa konflik dan dan memohon penanganan
meluasnya wilayah kerusuhan. segera serta antisipasi kepada
Tim investigasi Kontras pemerintah Pusat dan Daerah,
mencatat beberapa hal penting namun tidak mendapat respon
berkaitan dengan konflik 18 positif, sampai dengan
Februari 2001 yang kemudian terjadinya konflik 18 Februari
berlangsung selama beberapa 2001.
hari dan bergerak meluas hingga
ke daerah di sekitar wilayah KONFLIK FISIK TERBUKA
Sampit. Beberapa temuan Kontras
pada saat berlangsung konflik
PEMATANGAN SENTIMEN membuktikan adanya
Rentannya masyarakat di Sampit tertentu. Pasca peristiwa Kereng Pangi, pengorgan isiran kekerasan seperti,
terhadap konflik kekerasan, berawal dari beredar isu perluasan konflik hingga ke Mobilisasi massa untuk melakukan
kegagalan aparat keamanan dalam Palangkaraya, isu akan ada penyerangan penyerangan, perusakan dan pembakaran
menangani kriminalitas yang terjadi selama oleh kelompok masyarakat tertentu, isu rumah-rumah, disertai dengan pemilikan
ini. Terutama dalam kasus-kasus yang penyerangan terhadap kelompok senjata-senjata tradisional di kota Sampit
kerapkali melibatkan beberapa etnis masyarakat tertentu di Tangkiling malam, dan sekitarnya. Pada hari pertama dan
berbeda. isu akan terjadi kerusuhan di Sampit, dan kedua, mobilisasi terjadi terhadap massa
Sebelum meletusnya pecah konflik isu adanya ratusan bom yang dimiliki oleh yang tinggal di dalam kota. Mereka praktis
Sampit pada 18 Februari 2001, Kontras kelompok masyarakat tertentu di Sampit menguasai hampir seluruh kota. Hari-hari
mencatat beberapa kasus kriminal yang dan sekitarnya. berikutnya, terjadi pergerakan massa yang
memicu kerusuhan dan mengakibatkan Isu-isu yang berkemban g dan sistematis dan cepat menuju kota Sampit
jatuhnya korban, yaitu kerusuhan meresahkan ini sempat direspon oleh Pemda melalui Kasongan, Cempaga dan Kotabesi.
Tumbang Samba (17 September 1999), lewat media massa dalam bentuk anjuran Massa yang menguasai kota terus
kerusuhan Kumai, (5 Juli 2000) dan untuk tidak mempercayai selebaran dan isu- bergerak ke Kuala Kuayan, Samuda dan
kerusuhan Kereng Pangi (17 Desember isu yang menghasut masyarakat. Namun Parenggean. Massa berdatangan ke kota
2000). tidak ada upaya antisipasi konkret atas Sampit dengan menggunakan truk,
Setelah Kerusuhan Kereng Pangi, beredarnya isu yang berkembang luas. melakukan konvoi di pusat kota atau
hampir di seluruh wilayah Kalimantan berkumpul di pos-pos penjagaan
Tengah beredar isu-isu dan selebaran Ketidakpuasan terhadap penanganan sepanjang jalan menuju kota. Saat
berkaitan dengan kerusuhan yang akan kasus-kasus tersebut terakumulasi dalam kedatangan massa dari luar kota inilah arus
tersebut di atas dan diatur lebih lanjut pada pendatang dari Sampit. Ini dinyatakan
pasal 100 UU no. 39 tahun 1999 yang Wahyudi, Bupati Kotim kepada JPNN.
menyatakan bahwa setiap orang, kelompok, Para penyelenggara pemerintahan
organisasi politik, organisasi masyarakat, tidak melakukan tindakan preventif
Lembaga swadaya masyarakat atau mencegah meluasnya kerusuhan. Sebelum
lembaga kemasyarakatan lainnya berhak dan saat terjadinya kerusuhan, tidak ada
berpartisipasi dalam perlindungan, upaya-upaya untuk mencegah dan atau
penegakan dan pemajuan HAM. memberikan keamanan, melakukan
tindakan dan perlindungan hukum.
Fakta-fakta
Sebelum terjadinya kerusuhan di Sifat perbuatan melawan hukum
Sampit tanggal 18 Februari 2001, telah Penyelenggara pemerintahan
terjadi kerusuhan Kereng Pangi pada tersebut telah melanggar beberapa
Desember 2000. Kerusuhan itu peraturan perundang-undangan baik
menyebabkan terjadinya arus pengungsian nasional maupun internasional, seperti
yang besar dan kerugian harta benda, Universal Declaration of Human Rights,
sehingga pada sekitar bulan Januari 2001 Konvensi Hak-hak Sipil dan Politik, UU
sebuah yang mempunyai cabang di Kereng No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, UU
Pangi, Yayasan Al-Miftah telah No.5, Tahun 1998 tentang pengesahan
mengingatkan kepada para penyelenggara Konvensi Menentang Penyiksaan dan
pemerintah RI tersebut di atas untuk segera Perlakuan yang Kejam, Tidak Manusiawi berbagai konflik terjadi,
mengambil langkah-lan gkah yang atau Merendahkan Martabat Manusia, begitu banyak korban
signifikan untuk mencegah terjadinya TAP MPR no. VII/MPR/2000 tentang
konflik yang lebih besar lagi. peran TNI dan peran kepolisian RI, UU
berjatuhan
Kerusuhan yang lebih besar terjadi no. 28 tahun 1997 tentang kepolisian tak ada yang merasa
lagi pada tanggal 18 Februari 2001 yang negara RI, UU no. 8 tahun 1981 tentang bertanggungjawab
menewaskan 391 orang meninggal dunia hukum acara pidana, pasal 1365 dan 1366 dan mereka,
dan pengungsi yang berjumlah + 55.323 KUH Perdata anak-anak itu....
orang. Pecahnya kerusuhan disertai Atas akibat hukum yang ditimbulkan,
perusakan, pembakaran, penganiayaan dan maka para tergugat harus mengajukan
hanya bisa memandang dengan
pembunuhan antar penduduk satu sama permohonan maaf secara terbuka kepada tatapan kosong
lain dalam jumlah besar (massal). Arus rakyat Indonesia, memberikan biaya tidak mengerti dengan apa
pengungsian yang awalnya dilakukan pemulihan kesehatan, santunan korban yang terjadi
untuk menghindari wilayah pertikaian, yang meninggal dunia serta biaya tidak tahu harus berbuat apa
selanjutnya dilegalkan Pemda setempat pemulangan pengungsi. (BK/SPRYT)
dengan mengevakuasi terhadap warga tidak tahu mau jadi apa
mereka nanti
Rakyat menggugat
sejarah membuktikan bahwa negara yang akhirnya melayani
rakyatnya dengan baik, adalah negara yang awalnya sering
mendapat gugatan dari rakyatnya.....................
KERUSUHAN
DAN KONFLIK
Potret Indonesia....
bertanggung jawab atas konflik horizontal yang
S
Munarman, S.H. ejak empat tahun terakhir, kita banyak melihat
Koordinator KontraS berbagai peristiwa kerusuhan dan konflik di banyak terjadi sekarang ini. Dari segi bahasa Orde
negara ini. Mulai dari kerusuhan kecil yang Baru menggunakan istilah kerusuhan untuk konflik-
bersifat sporadik seperti Ketapang, Pontianak, konflik yang terjadi semasa Rezim berkuasa.
Banjarmasin, Banyuwangi, Jember, Situbondo, Ada dua hal yang harus mendapat perhatian
kasus 27 Juli 96, hingga memuncak pada kerusuhan dari kita semua, bahwa antara kerusuhan dan
Mei 1998. Tragedi Mei 98 ini merupakan puncak konflik terdapat perbedaan yang tajam. Kerusuhan
dari kerusuhan-kerusuhan sebelumnya, yang bukan berarti konflik atau penyebab konflik, tetapi
banyak menimbulkan korban jiwa dan harta benda, konflik dapat merupakan salah satu faktor
serta menyebabkan terpuruknya citra Indonesia di penyebab kerusuhan dan konflik tidak berarti harus
dunia Internasional. selalu diikuti dengan kerusuhan. Dalam konteks In-
Dalam dimensi lain berbagai bentuk kekerasan donesia kerusuhan telah digunakan oleh para elit
Hingga juga terus terjadi di berbagai wilayah Indonesia politik sebagai salah satu cara untuk mencapai
setelah Mei 98 tersebut. Sejak kerusuhan Mei 98 tujuan-tujuan politik mereka, hal inilah yang harus
saat ini tersebut karakter konflik di Indonesia bergeser dari kita sadari sebagai satu bentuk dari kesadaran kita,
konflik-
konflik yang bersifat vertikal-struktural menjadi agar tidak mudah termakan oleh jargon dan sentimen
konflik yang bersifat horizontal-struktural. Konflik- politik yang dilakukan oleh elit politik terutama sisa-
konflik in- konflik horizontal-struktural tersebut merebak di
berbagai wilayah Indonesia, mulai dari Aceh,
sisa Orde Baru yang masih bercokol di kekuasaan.
Dalam kenyataannya sekarang ini, isu-isu yang
ternal Sampit, Pangkalan Bun, Ambon, Maluku Utara,
Poso hingga Papua.
bersifat vertikal-struktural telah berhasil
dimanipulasi dan dieksploitasi oleh elit pemimpin
yang Kalau kita perhatikan dengan cermat, yang opotunistik (sisa-sisa Orde Baru di
perubahan karakter konflik tersebut ternyata pemerintahan, institusi milter, parlemen dan
terjadi di mengikuti situasi dan kondisi politik pada tingkat yudikatif) menjadi konflik horizontal dalam eskalasi
Indonesia
elit. Apa yang terjadi Ketapang, Pontianak, yang tinggi.
Banjarmasin, Banyuwangi, Situbondo dan Jember Kalau kita perhatikan dengan cermat maka ciri-
belum dan berpuncak pada peristiwa 13 –15 Mei 98 adalah
konflik-konflik yang terjadi bertepatan dengan mo-
ciri pokok dari kerusuhan adalah bersifat spontan
dan sporadis, temporer atau tidak memakan waktu
satu pun mentum Pemilu 97 hingga menjelang pergantian
Soeharto sebagai Presiden. Perkembangan libido
lama dan tidak mempunyai tujuan serta tidak
terpimpin baik secara ideologis, politis ataupun
yang politik pada level arus bawah yang begitu kuat manejerial.
melakukan penolakan terhadap rezim Orde Baru Sedangkan konflik mempunyai karakter yang
berhasil pada masa itu, telah dibelokkan dan di rekayasa lebih dalam. Sekarang marilah kita lihat akar-akar
dikelola
menjadi isu-isu yang bersifat horizontal. Kasus 27 dari konflik yang tengah terjadi saat ini. Dalam
Juli 96, penyerbuan kantor PDI di Jl. Diponegoro sejarahnya jenis-jenis konflik yang pernah ada
secara adalah bukti paling nyata dari pembelokkan isu
tersebut.
didunia adalah;
pertama; konflik antar negara dalam bentuk
positif Rezim militeristik Orde Baru dengan lihainya
telah membelokkan berbagai isu ketimpangan
perang antar negara, seperti yang pernah kita
saksikan perang besar yang terjadi adalah mulai
oleh struktural yang disebabkan dan melekat pada rezim dari perang dunia I dan perang dunia II hingga ke
menjadi isu yang bersifat horizontal, seperti etnis, perang teluk. Konflik antar negara yang mengambil
pemerintah. agama dan suku. Sekolah politik yang diberikan bentuk lain adalah perang ideologi seperti yang kita
rezim Orde Baru kepada rakyat adalah adu domba kenal dengan perang dingin, yang terjadi antara
dan pertikaian antara sesama kelompok masyarakat. tahun 1920-an hingga ke awal 1990-an.
Rezim Orde baru-lah (yang hingga saat ini masih Kedua; konflik dalam negara, yang mengambil
tersisa di tubuh pemerintahan dan parlemen bentuk perang saudara, pemberontakan bersenjata,
maupun lembaga yudikatif) yang paling gerakan separatis, dan peperangan domestik
lainnya, seperti yang pernah kita saksikan di n Fa kto r Pe m b Kedua faktor (struktural dan pembakar)
semenanjung Balkan, daratan Afrika, Fiji. g ka ra a ka tersebut apabila bertemu satu sama lainnya
Konflik jenis inilah yang sekarang ini Lin r akan menyebabkan konflik menjadi
tengah merebak di Indonesia. n an perang fisik terbuka seperti yang
i
Hingga saat ini konflik-konflik i mp dialami oleh banyak wilayah di tanah
P
internal yang terjadi di Indonesia lit o r Pro ble m Fa air dan muncul dalam berbagai
kt kto
e
Fa rS
r:
tersebut belum satu pun yang n tr bentuk baik yang kita kenal
kto
a IV
berhasil dikelola secara positif dengan konflik horizontal (karena
uk
r- a
ka
tur
g
oleh pemerintah sekarang ini. Stabilitas Stabilitas negara aktor-aktor negara
Akto
Lin
ta l
sosial sosial
Pada masa pemerintahan yang tinggi
berhasil membelokkan
rendah
lalu di bawah dan memanipulasi
rezim otoriter Negatif Positif potensi konflik),
III
Soeharto potensi II misalnya Ambon,
Konflik horizontal
masyarakat untuk mengelola menjadi manifest, Potensi konflik Sampit, Pontianak maupun
dan meyelesaikan konflik telah berlarut-larut, mulai ada konflik vertikal (karena
rumit, (isu-isu vertikal-
dimatikan dan ditutup ruang sulit dikelola struktural) kegagalan aktor-aktor negara
politiknya. membelokkan dan memanipulasi
Aparatus negara melalui konflik) seperti misalnya Aceh dan
mesin birokrasi sipil dan militer di Papua.
bawah rezim yan g lalu, selalu Apabila kita gambarkan dalam
melakukan intervensi negatif terhadap bentuk lingkaran keseluruhan faktor-
setiap konflik yang ada pada masyarakat, faktor tersebut apabila digabungkan, maka
sehingga sekarang ini masyarakat tidak terlatih akan terlihat model untuk melakukan analisis
untuk mengelola konflik. Konflik dianggap sebagai terhadap konflik. Lingkaran luar dari gambar yang
barang haram yang harus dilenyapkan. Padahal kalau berisikan faktor-faktor pembakar (baik secara
kita sadari konflik adalah keniscayaan, yang akan tetap Tidak berkeadilan keseluruhan maupun salah satu) dapat bertemu pada
ada sepanjang peradaban manusia. Bahwa konflik sampai seluruh kwadran (I,II,III,dan IV) dari lingkaran dalam yang
berdarah-darah dan mengorbankan nyawa dan harta benda, hal itulah berisi faktor-faktor struktural dari konflik. Pertemuan darai berbagai
yang harus dicegah. faktor inilah yang akan mempengaruhi tingkat kedalaman konflik.
Pada kondisi riel tentu problemnya akan jauh lebih rumit dan
Karakteristik Konflik Yang Mengakar kompleks, akan tetapi paling tidak kita dapat mengabstraksi faktor-
Kembali pada konflik, mengambil model yang dikemukakan oleh faktor yang ada dalam konflik..
David Bloomfield dan Ben Reilly, ada dua eleman kuat yang menjadi
dasar dari konflik, adalah; Skema Analisis Lingkaran Konflik
Identitas ; mobilisasi orang dalam kelompok-kelompok identitas Dari gambaran skema kwadaran diatas kita dapat melihat bahwa
komunal yang didasarkan atas ras, agama, kultur, bahasa dan implikasi dari faktor distribusi sumber-sumber daya politik dan
seterusnya. ekonomi apabila di silangkan dengan pengelompokan berdasarkan
Distribusi ; cara untuk membagi sumber daya ekonomi, sosial identitas maka akan melahirkan kondisi-kondisi tertentu dalam
dan politik dalam sebuah masyarakat. Hal ini biasanya berhubungan masyarakat. Dalam kwadran I, akan tercapai ketahanan sosial atau
erat dengan mekanisme formal demokrasi yang dibangun dalam suatu stabilitas sosial yang sesungguhnya apabila sumber-sumber daya
negara. Artinya negara menjadi pemeran utama dari elemen ini. politik dan ekonomi didistribusikan secara berkeadilan dan
Dari kedua elemen tersebutlah biasanya konflik yang mengakar pengelompokan berdasarkan identitas dikelola secara positif. Dalam
terjadi. Ketika distribusi yang dianggap tidak adil bertepatan dengan kwadran II, ketika sumber daya politik dan ekonomi distribusinya
perbedaan identitas (dimana satu kelompok kekurangan sumber daya tidak berkeadilan akan tetapi pengelompokan berdasarkan identitas
dibanding kelompok lain), maka kita telah menemukan potensi konflik. bersifat positif maka konflik tersebut akan bersifat vertikal-struktural
Dua elemen dasar dari konflik ini disebut dengan problem atau faktor- dan konflik tersebut berkecenderungan melahirkan maknisme-
faktor struktural dari konflik. mekanisme demokrasi yang baru.
Sedangkan model lain dari analisis konflik adalah yang Pada kwadran III, kita akan melihat karakter konflik yang demikian
berhubungan dengan, (1) masalah kepentingan: yaitu kebutuhan dalam dan mengakar karena telah melibatkan unsur-unsur emosional
dan cara untuk memenuhi kebutuhan dan yang menyangkut dengan individual. Mereka yang bertikai langsung menusuk kedalam inti
persoalan mental dan psikologi, (2)Perbedaan nilai-nilai yang sesuatu yang memberi orang kesadaran akan dirinya sendiri,
diperjuangkan, (3)Perdedaan data dan informasi, komunikasi, mendefenisikan ikatan seseorang dengan komunitasnya dan
perbedaan interpretasi, stereotype, (4) Aktor-aktor yang bermain mendefenisikan sumber kepuasan bagi kebutuhan akan identitas.
dalam konflik :yang terdiri dari elit pemimpin, pemimpin formal Konflik yang berkarakter seperti pada kwadran III tersebut, jauh
maupun informal baik lokal maupun nasional, dan massa. Ke-empat lebih rumit, bertahan sangat awet dan sulit dikelola. Konflik seperti
kondisi ini dikategorikan sebagai faktor-faktor yang membakar ini melibatkan klaim hak-hak kelompok, baik yang berdasarkan etnis,
konflik, atau disebut dengan faktor pembakar. suku, bangsa maupun agama. ................................... ke halaman 19
Penyiksaan
adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja sehinga menimbulkan kesakitan atau
penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun
rohani, pada seseorang untuk memperoleh
imformasi atau suatu pengakuan dari padanya
atau orang ketiga, dengan menghukumnya atas
suatu perbuatan yang telah dilakukan oleh dia
PASAL 1
atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang
didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi,
apabila kesakitan atau penderitaan tersebut
Konvensi Menentang ditimbulkan oleh atau atas hasutan dari, atau
Penyiksaan dan dengan persetujuan atau dibiarkan oleh seorang
Perlakuan atau
Hukuman Lain yang
pejabat pemerintah atau orang lain yang
Kejam, tidak bertindak dengan kapasitas resmi. haltersebut
Manusiawi dan tidak termasuk kesakitan atau penderitaan yang
Merendahkan timbul hanya dari, atau melekat pada atau
Martabat Manusia berkaitan dengan sanksi-sanksi hukum.
Sekitar tengah malam jam 01.00 Wib, saya mendengar suara teriakan dari dalam komplek pemukiman masyarakat Madura di jalan
Perumnas Jaya Wijaya II, menurut perkiraan saya telah terjadi penyerangan ke komplek tersebut. keesokan harinya saya
mendapatkan berita bahwa penyerangan itu telah mengakibatkan terbunuhnya 5 orang suku Madura.
Menurut saya, kebencian terhadap masyarakat pendatang adalah akumulasi kebencian yang terjadi selama ini, banyaknya kasus-
kasus kekerasan seperti curamor, perkelahian yang berakhir di ujung pisau, penjambretan dan persaingan dalam memperebutkan
bidang ekonomi yang tidak sehat. Kejadian di Sampit ini merupakan lanjutan kejadian di Kereng Pangi karena masyarakat tidak
puas dengan penyelesaian kasus itu. Terhadap aparat kepolisian ini pun kepercayaan masyarakat Dayak sudah tidak ada,
banyaknya kasus-kasus yang tidak ditangani secara baik. Upaya perdamaian yang dilaksanakan sebulan yang lalu dalam merespon
kejadian di Kereng Pangi yang diikrarkan di kota Sampit itupun tidak kekal, buktinya kejadian barusan di Sampit ini.
Dengan kejadian pada saat itu, saya yang masih berada di Sampit bersama keluarga merasa ketakutan, saat itu saya hanya dapat
berdoá karena sudah tidak berdaya lagi.
menjalankan segala sesuatunya secara Bisa-bisa malah justru akan membentuk tugas dan tindakan pembenaran polisi
sepihak karena merasa paling tahu dan pal- konflik baru antar anggota masyarakat (antara dibalik alasan-alasan menjaga ketertiban
ing benar. yang swakarsa dengan yang bukan) karena dan keamanan, dalam rangka penegakkan
4. Adanya pemisahan kedudukan antara di satu pihak merasa punya wewenang dan hukum, terbinanya ketentraman,
kepentingan bangsa dan negara, dengan alat sementara pihak lain tidak. kepentingan administrasi dan pencapaian
kepentingan masyarakat. Secara tujuan nasional. Wewenang tersebut
kontekstual pemisahan dilakukan guna 6. Pencantuman HAM dalam RUU belum terlukis dalam :
tercapainya tujuan nasional (keamanan, ditindaklanjuti dengan perubahan prilaku di • wewenang membentuk pengamanan
ketertiban, tegaknya hukum dan terbinanya lapangan, pola pendidikan, penghormatan swakarsa
ketentraman). Artinya mungkin saja nanti dan pemahaman. Penghormatan terhadap • membuat dan mengeluarkan peraturan
kepentingan masyarakat dilihat sebagai HAM sendiri tidak atau belum diatur lebih yang mengikat warga masyarakat
ancaman terhadap kepentingan bangsa dan lanjut manakala polisi melakukan serangkaian
negara, tetapi kepentingan bangsa dan pelanggaran HAM. Polisi melalui RUU ini
• pelebaran-pelebaran wewenang yang
negara tidak dilihat sebagai ancaman sengaja memisahkan antara (penegakkan) ada di peraturan per-UU-an lain
terhadap kepentingan masyarakat. hukum dengan masalah HAM. • membina ketentraman masyarakat
Penyudutan terhadap masyarakat masih dalam wilayah negara
berlanjut dengan pencantuman ‘penyakit 7. Peran dan fungsi Kepolisian disesuaikan • membimbing masyarakat
masyarakat’ yang tidak jelas arti definisinya. menurut kepentingan dalam daerah • membina ketaatan diri warga
Dalam Ketatanegaraan, secara hukumnya masing-masing. masyarakat terhadap hukum dan
teoritik syarat mutlak suatu Hal ini terlihat positif manakala peraturan per-UU-an
negara adalah adanya
masyarakat. Di negara yang
Penghormatan diartikan sebagai tindakan-
tindakan persuasif terhadap
• turut serta dalam pembinaan hukum
nasional dan pembinaan kesadaran
demokratis, masyarakat menjadi terhadap daerah-daerah dengan karakter hukum masyarakat
pemegang kekuasaan yang tertentu.
hakiki, menjadi cikal bakal dan HAM Namun jika melihat
• mengawasi aliran kepercayaan yang
tujuan distribusi keadilan oleh realitas, dimana sistem hirarki dapat menimbulkan perpecahan atau
penguasa, termasuk kepolisian. sendiri tidak kekuasaan masih kuat dalam mengancam persatuan dan kesatuan
Hal di atas menunjukkan bahwa organisasi kepolisian -dimana • mengeluarkan surat izin dan atau
aparat kepolisian kita masih
atau belum perintah pimpinan surat keterangan yang diperlukan
berpikiran kedaulatan negara diatur lebih mengalahkan peraturan dalam rangka pelayanan masyarakat
bukan kedaulatan rakyat.(lihat perundang-undangan- maka Celah untuk menyalahgunakan
pasal 1:7) lanjut serangkaian tindakan yang wewenang ini terbuka lebar, karena tidak
dilakukan di daerah masih disertai dengan keterbukaan dan akses
5. Dalam mengembankan manakala mungkin atas perintah pusat kontrol masyarakat terhadap pola perilaku
tugasnya polisi dibantu oleh yang notebene kuran g polisi yang mungkin dilakukan dan atau
beberapa elemen, salah satunya
polisi mengetahui situasi lapangan di dilegalisasi oleh RUU ini. Padahal
adalah bentuk-bentuk melakukan daerah, atau hanya sebatas di kepolisian RI segala beban
pengamanan swakarsa. Dalam atas kertas hasil laporan pembiayaannya dibebankan kepada
RUU ini tidak dijelaskan apa dan serangkaian bawahan. Anggaran Pendapatan dan Belanja
siapa pengamanan swakarsa Negara.
tersebut. Jika dilihat dari pelanggaran 8. RUU ini meperlihatkan b) Masih kaburnya definisi-definisi atau
pengalaman selama ini, yang masih kerasnya kemauan prosedur atas serangkaian tema, nama
dimaksud swakarsa tersebut
HAM. polisi untuk turut serta secara dan bentuk-bentuk kegiatan yang ada
adalah pengamanan yang aktif dalam rangkaian dalam RUU ini. Seperti definisi Tujuan
dilakukan oleh masyarakat. Di sini jelas intervensi dan hegemoni aspirasi, wacana, nasional, definisi Ketentraman dan
Kepolisian melepaskan tanggungjawab ideologi yang yang merupakan hasil ketertiban, definisi dan prosedur Bentuk
pengamanannya untuk daerah-daerah kebebasan azasi seseorang. Seperti penegakkan hukum, definisiBentuk-
tertentu untuk diserahkan kepada pihak melakukan pengawasan terhadap ideologi ben tuk gangguan, prosedur
masyarakat sendiri. Sementara anggota dan aliran kepercayaan. Pemberhentian kapolri dalam (definisi)
masyarakat yang di beri wewenang tersebut keadaan mendesak, definisi Tertib hukum,
--biasanya-- akan menjadi lebih “polisi” dari Jadi ada beberapa substansi yang definisi Penyakit masyarakat, definisi dan
polisi. Karena mereka mendapatkan krusial yang tidak aspiratif terhadap atmosfer prosedur Pemeriksaan khusus, definisi
wewenang dan alat untuk “merasa lebih” dari demokratisasi-transisi di Indonesia, dan prosedur Melakukan penilaian
anggota masyarakat lainnya, yang bukan diantaranya adalah : sendiri dalam melaksanakan tugas dan
anggota swakarsa. a). Masih luasnya wewenang dan klaim atas wewenangnya untuk kepentingan umum.
c). RUU mencoba untuk menjadi suatu kepada TNI dalam keadan darurat dan ketatanegaraan Indonesia
konstitusi atau UUD karena dari RUU kepada PBB dalam pemelih araan d. Harus menjamin (hukum dan keamanan)
ini terlihat masih mengaburkan beberapa keamanan dunia, hubungan kerjasama keterbukaan yang sedang hidup di dalam
masalah yang substantif dan perlu kepolisian dengan kepolisian negara lain/ masyarakat
dijelaskan akan tetapi dialih dan lembaga lain yang berada di dalam e. Tidak melakukan klaim-klaim secara se
dikaburkan kepada UU, PP, Keppres atau maupun luar negeri dalam bentuk pihak (mis; penegak hukum, penjaga ke
keputusan kapolri, seperti pengemban pencegahan kejahatan, dll. amanan) tanpa mengindahkan pendapat
fungsi polisi, susduk kepolisian RI, Dengan RUU ini ternyata kepolisian masyarakat sebagai control.
susunan organisasi dan tata kerja bukan saja masih akan tetapi mencoba untuk f. Harus mengagendakan faham demiliter
kepolisian RI, tanggung jawab hirarki, mengembangkan sayap-sayap kekuasaan isasi, pendidikan keamanan sosial, pen
tata cara pengusulan dan pengangkatan dengan serangkaian perilaku yang bisa di didikan budaya. (bk/HA)
kapolri, tugas dan wewenang kepolisian, justifikasi lewat RUU ini.
ketentuan mengenai anggota kepolisian, Oleh karena itu maka kami menghimbau
ketentuan mengenai pengambilan untuk menolak RUU kepolisian ini secara
sumpah, ketentuan mengenai ikatan substansif. Beberapa alternative yang dapat
dinas, ketentuan mengenai susunan, diberikan disini :
sebutan, dan keselarasan jabatan atau a. RUU kepolisian kelak harus menjadi alat
pangkat, ketantuan mengenai gaji dan screening terhadap anggota-anggota
hak-hak, ketentuan mengani peraturan kepolisian, didalam menunjang
disiplin, tunduk terhadap peradilan profesionalitas dan ke-aspiratif-an
umum, diberhentikan dan usia pensiun, terhadap masyarakat
pembinaan kemampuan profesi, kode b. Ruu ini harus mencantumkan secara jelas
etik profesi, susunan organisasi dan tata wewenang, hak dan kewajiban Kepolisian
kerja komisi kode etik profesi, bentuk dan anggotanya baik dalam susunan
ukuran, pengeluaran, pemakaian, dan organisasi, maupun kerja-kerjanya
penggunaan tanda pengenal, komisi (pengaman, penyelidikan, penyidikan)
kepolisian nasional, pengangkatan dan c. Mencantumkan secara jelas (juga
pemberhentian anggota komisi mengatur formalitas/prosedur)
kepolisian nasional, bantuan kepolisian kedudukan kepolisian di dalam sistem
PASAL 2 : 2
Tidak ada keadaan pengecualian apapun,
apakah keadaan perang atau ancaman
perang, ketidak-stabilan politik dalam
negeri atau keadaan darurat lainnya,
yang dapat digunakan sebagai pembenaran
untuk penyiksaan.
I
stilah Ishlah kembali mencuat akhir- tersebut. pihak pertama tetap menolak
akhir ini. namun yang men jadi ini dianggap bisa diterima oleh pihak korban yang serta memukul dengan tangan dan
pertanyaan adalah Mengapa istilah identik dengan kepatuhan terhadap hukum Islam. sandalnya, namun belum sampai
Ishlah yang dipakai untuk menggambarkan Walaupun pada era 80-an mereka dianggap fanatik, menggunakan pedangnya. Maka turunlah
kesepakatan antara pihak korban dan pelaku ekstrim dan harus dimusnahkan karena menolak perintah ini.
pada kasus Priok dan Lampung, padahal hegemoni idiologi negara dalam kehidupan sosial Ahmad al-Maraghi dalam tafsirnya
kata perdamaian atau Rekonsiliasi yang saat dan politik mereka, sehingga terjadi kedua mengartikan kalimat Faashlihu (maka
ini tengah digagas, juga menggambarkan hal peristiwa tersebut. damaikanlah) dengan kalimat takaffu
yang sama. Ada beberapa alasan, Terlepas dari alasan-alsan diatas, benarkah (hentikanlah) dari perbuatan aniaya.
Pertama: Dalam konteks hukum Indo- Sayid Qutb dalam tafsir fijilalil qur’an
nesia saat ini belum ditemukan celah untuk mengatakan bahwa perintah tersebut
menyelesaikan masalah ini diluar proses dibebankan kepada kaum muslimin (diluar
peradilan. Apalagi kejahatan yang mereka kelompok yang bertikai tentunya). Hal ini
perbuat dapat dikategorikan sebagai dimaksudkan agar kelompok tersebut
kejahatan terhadap kemanusian “crimes
Dalam hukum menyeru untuk menyelesaikan pertikaian
againts humanity”. Kewajiban menegakan
keadilan bukan saja menjadi tanggung
Islam tidak ada dengan jalan damai, kembali pada hukum
Kitabullah sehingga tercapai keridhoan
jawab negara bersangkutan tapi juga semua impunity terhadap kedua belah pihak dengan adil.
manusia di muka bumi. Dan sebenarnya bila Qurtuby dalam tafsir jami’ al bayan
pelaku pelanggaran HAM tersebut mau siapapun yang mengutip perkataan Zaid bin Harits yang
bersabar maka proses perdamaian/ mengatakan bahwa kewajiban melakukan
rekonsiliasi tetap bisa dilakukan melalui melakukan Ishlah dibebankan kepada pemimpin kaum
komisi kebenaran dan keadilan yang saat muslimin. Mempertemukan kedua belah
ini sedang digarap. Tentunya dengan
kejahatan, pihak dan memutuskan perkara dengan
konsekuensi menerima syarat-syarat bagi
terjadinya rekonsiliasi dimaksud.
menterikah, kebenaran, seperti yang telah ditetapkan
dalam Kitabullah. Melalui jalan Qishas, diyah
Kedua : Berbeda dengan hukum pidana kepala negarakah dan pemaafan.
modern, hak tuntutan pidana yang dimiliki Jadi proses Ishlah adalah
masyarakat telah dilimpahkan pada negara, atau bahkan menghentikan pertikaian, mencegah salah
sementara dalam hukum pidana Islam hak satu atau kedua pihak saling berbuat
mengajukan tuntutan pidana dalam kasus terhadap kedzaliman dan setelah itu perkaranya
jarimah qishash dan diyat (pembunuhan diputuskan sesuai yang tertera dalam hukum
sengaja, semi sengaja, karena kehilapan,
Rasulullah kitabullah (diadakan peradilan untuk kasus-
penganiayaan sengaja, tidak sengaja,
penghilangan anggota tubuh dan
sekalipun “hukum kasus tersebut). Bila permasalahannya
adalah pembunuhan maka pembunuhnya
penyiksaan) tidak terletak pada intitusi harus ditegakan” haruslah di qishash (diperlakukan seperti ia
negara. Melainkan hak dari korban atau wali memperlakukan orang yang terbunuh). Atau
korban, oleh karena itu jika korban/wali proses hukum dapat terhenti dengan adanya bila permasalahannya karena salah satu
korban memberi maaf al-afwa maka batal- Ishlah ? apakah cocok ishlah di gunakan dalam pihak mengambil harta pihak lain maka ia
lah qishash. Dan pelaku dikenakan diyat penyelesaian kedua kasus tersebut dan apa harus mengembalikan sebanyak yang ia
(harta benda yang wajib dibayarkan oleh sebenarnya Ishlah itu ? ambil. Atau dengan pemaafan dan
sebab tindak kejahatan dan dibayarkan Perintah untuk meng-ishlah pembayaran diyat.
kepada korban atau wali korban). (mendamaikan) turun berkenaan dengan Dalam hukum Islam tidak ada impunity
Ketiga : Korban pelanggaran HAM adanya dua orang dari kaum anshor yang terhadap siapapun yan g melakukan
Priok dan Lampung adalah orang-orang Is- berselisih, salah satu pihak memaksakan kejahatan, menterikah, kepala negarakah
lam. Sehingga penggunaan “cara islami” kehendaknya karena ia banyak pengikutnya, atau bahkan terhadap Rasulullah sekalipun
untuk “menyetop” proses hukum yang sementara pihak yang lain mengajak agar hukum harus ditegakan. Sejarah mencatat
akan berlangsung (dalam kasus lampung) menemui Nabi untuk menyelesaikan perkara bahwa rasulullah pernah memerintahkan
HAM ke depan justru bukan diposisikan ini tentu akan menyulitkan Komnas HAM terus mendorong Komnas, agar mampu
untuk mewakili kepetingan-kepentingan mengalokasikan anggaran-anggran memposisikan diri sebagai wakil dari korban
korban dan kepentingan masyarakat yang operasional dalam melakukan perlindungan yang mampu mengkoreksi diri termasuk
berhadapan dengan pemerintah. Tetapi terhadap HAM. Selain itu, hal ini akan instrumen-instrumen dan kebijakan-
justru dikongsi dengan politik kontrol berdampak menyulitkan kerja-kerja kebijakan yang dikeluarkan oleh negara
keuangan, karena Sekjen Komnas HAM itu Komnas HAM baik secara kelembagaan yang dianggap atau berpotensi melanggar
harus pegawai negeri. Dengan demikian, maupun personal. Oleh karena itu,kritikan HAM. (BK/Ndrie)
maka Komnas HAM akan dijadikan sebagai terhadap Komnas adalah hal yang wajar
unit-unit administrasi dalam biro-biro. Hal dan sah, sebagai bagian dari upayauntuk
Sedangkan pada kwadran IV, konflik pontianak), Ambon dan Maluku utara serta dalam setiap konflik adalah menjadi prob-
akan bersifat laten dan dibawah permukaan, poso sepertinya sulit untuk diselesaikan. lem tersendiri.
akan tetapi tetap menghawatirkan karena Belum lagi aktor-aktor yang bermain dalam Kesadaran rakyat untuk tidak
sewaktu-waktu dapat meledak menjadi konflik tersebut melibatkan para elit gampang dipermainkan oleh elit pemimpin
konflik terbuka. Kondisi ini juga akan pemimpin di Republik ini, yang memang inilah yang dapat menjadi faktor untuk
sangat tergantung dari sejauh mana para secara sengaja me-maintenence dan mengeliminasi konflik-konflik yang tengah
pemimpin memanipulasi kondisi yang ada. memanipulasi material yang tersedia untuk terjadi di Indonesia. Sudah saatnya untuk
Kondisi yang ada di Indonesia kepentingan kekuasaaan. Dan bahkan menyatakan dan bersikap Hentikan
kiranya telah berada pada kwadran III, faktor elit pemimpin –baik lokal maupun pertikaian.(mnm).
sehingga problem-problem seperti yang nasional yang bersekutu dengan aparat
terjadi di Aceh, Kalimantan (sampit dan militer- yang menjadi aktor yang bermain