Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

NUTRISI PADA PASIEN GAGAL GINJAL

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V

Abdi Setya Perdana


Anis Khairunnisa
Cipluk Arumsari
Gilang Wahyudianto
Intan Wijayanti
Juliana R
Khairita Silvana Sofyan
Krisdiyana
Liyandita Caesar Alfinri
Muhammad Imron
Peggy Hegar Meichella
Priliani Putri Rahmani
Sely Oktaviantri
Wury Astuti

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018/2019
Hari/tanggal : Kamis, 8 November 2018
Waktu : 10.00 WITA
Tempat : Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Sasaran : Sasaran dari penyuluhan ini adalah pasien yang terkena gagal
ginjal
Pelaksana :
1. Moderator : Liyandita Caesar Alfinri
2. Penyaji : Anis Khairunnisa
3. Observer : Gilang Wahyudianto
4. Operator : Sely Oktaviantri
5. Fasilitator : Priliani Putri
Cipluk Arumsari
Peggy Hegar M
Abdi Setya P
Muhammad Imron
Khairita Silvana S
Krisdiyana
Juliana R
Intan Wijayanti
Wury astuti

Topik : Nutrisi untuk pasien gagal ginjal

A. Tujuan Instruksional
1. Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga
mampu memahami tentang nutrisi apa saja untuk penderita gagal ginjal.
2. Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, pasien dan keluarga mampu:
a. Menjelaskan tentang pengertian Dekubitus
b. Menjelaskan Penyebab Dekubitus
c. Menjelaskan Orang yang berisiko terkena Dekubitus
d. Menjelaskan Proses Terjadinya Dekubitus dan Faktor Penyebab
Dekubitus
e. Menjelaskan Penampilan Klinis Dekubitus
f. Menjelaskan Pencegahan Dekubitus
g. Menjelaskan Pengobatan Dekubitus
B. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab

C. Media
1. Leaflet
2. Power Point

D. Kegiatan Belajar Mengajar


Waktu
No. Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta
(menit)
1. Pembukaan:
- Memberi salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri - Mendengarkan 5 Menit
- Menyebutkan tujuan - Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
2. Kegiatan inti:
- Memberikan - Memperhatikan dan
penjelasan tentang mendengarkan
pengertian Dekubitus
- Memberikan - Menyimak dan
penjelasan tentang mendengarkan
Penyebab Dekubitus
15 Menit
- Memberikan - Memperhatikan dan
penjelasan tentang mendengarkan
Orang yang berisiko - Menyimak dan
terkena Dekubitus mendengarkan
- Memberikan
penjelasan tentang - Memperhatikan dan
Proses Terjadinya mendengarkan
Dekubitus dan Faktor
Penyebab Dekubitus
- Memberikan
penjelasan tentang
Penampilan Klinis
Dekubitus
- Memberikan
penjelasan tentang
Pencegahan
Dekubitus
- Memberikan
penjelasan tentang
Pengobatan
Dekubitus
3. Tanya Jawab:
- Memberikan - Mengajukan
kesempatan kepada pertanyaan
peserta untuk
10 Menit
bertanya
- Menjawab pertanyaan - Menjawab
yang diajukan oleh pertanyaan
peserta
4. Penutup:
- Menyimpulkan materi - Menyimpulkan
materi
5 Menit
- Melaksanakan - Menjawab
evaluasi pertanyaan
- Mengucapkan salam - Menjawab salam

E. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
- Menyiapkan SAP
- Menyiapkan materi dan media
- Kontrak waktu dengan sasaran
- Menyiapkan tempat
- Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi proses
- Sasaran 90% memperhatikan dan mendengarkan selama penkes
berlangsung
- Sasaran 90% aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
- Sasaran 90% memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
- Sasaran 90% tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
c. Evaluasi hasil
- Penkes dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab
pertanyaan 80 % lebih dengan benar
- Penkes dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila sasaran mampu
menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan benar
- Penkes dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila sasaran hanya
mampu menjawab kurang dari 50 % dengan benar.

F. Materi
1. Pengertian dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah
kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya
penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah setempat. Walaupun semua bagian tubuh
mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuhlah yang terutama
beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khsus. Area yang biasa
terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak
dilindungi oleh cukup dengan lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum,
daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah
tumit dan siku. Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan
angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia.
Dinegara-negara maju, prosentase terjadinya decubitus mencapai sekitar
11% dan terjadi dalam dua minggu pertama dalam perawatan.
Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena
perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain:
 Berkurangnya jaringan lemak subkutan
 Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
 Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit
menjadi lebih tipis dan rapuh.
(M.Clevo Rendi, 2012)

2. Penyebab
Luka tekan atau dekubitus disebabkan oleh penekanan pada daerah
tonjolan tulang dalam jangka waktu yang lama. Dekubitus merupakan
injury terlokalisir pada kulit dan jaringan yang ada di bawahnya pada
daerah tonjolan tulang, sebagai akibat dari tekanan. Jadi kekuatan
tekanan, gaya geser, dan kekuatan gesekan merupakan kunci dalam
penyebab luka tekan atau dekubitus. Faktor penyebab dekubitus:
a. Faktor intrinsik : Penuaan (regenerasi sel lemah),
sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti kencing manis,
gizi buruk, kurang gizi, terlalu gemuk atau terlalu kurus, anemia.
b. Faktor Ekstrinsik : Kebersihan tempat tidur, alat-alat
tenun yang kusut dan kotor, tirah baring lama, pemakaian alat-
alat kesehatan, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat,
perubahan posisi yang kurang.

3. Proses Terjadinya Dekubitus


Tiga elemen yang menjadi dasar terjadinya dekubitus, yaitu :

a. Intensitas tekanan dan tekanan yang menutupi kapiler (Landis, 1930)


b. Durasi dan besarnya tekanan (Koziak, 1953)
c. Toleransi jaringan (Husain, 1953)

Dekubitus terjadi sebagai hasil hubungan antar waktu dengan tekanan


(Stortts, 1988 dalam Potter & Perry, 2005). Semakin besar tekanan dan
durasinya, maka semakin besar pula insiden terbentuknya luka (Potter &
Perry, 2005).
Kulit dan jaringan subkutan dapat mentoleransi beberapa tekanan. Tapi
jika pada tekanan eksternal lebih besar dari tekanan darah kapiler maka
akan menurunkan/menghilangkan aliran darah ke jaringan sekitarnya.
Jaringan ini menjadi hipoksia ( kekurangan pasokan oksigen pada tubuh )
sehingga terjadi cedera iskemi ( ketidakcukupan suplai darah ke jaringan
atau organ tubuh). Jika tekanan dihilangkan pada masa sebelum titik
kritis maka sirkulasi pada jaringan akan pulih kembali, karena kulit
mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk mentolerasi iskemi dari
pada otot, maka dekubitus dimulai di tulang dengan iskemi otot yang
berhubungan dengan tekanan yang akhirnya melebar ke epidermis
(Maklebust, 1995 dalam Potter & Perry, 2005).

Pembentukan luka dekubitus juga berhubungan dengan adanya gaya


gesek yang terjadi saat menaikkan posisi klien di atas tempat tidur.
Tulang punggung dan tumit merupakan area yang rentan terjadinya
dekubitus (Maklebust, 1987, dalam Potter & Perry, 2005). Efek tekanan
juga dapat terjadi akibat distribusi berat badan yang tidak merata. Jika
tekanan tidak didistribusikan secara merata pada tubuh maka tekanan
jaringan yang mendapatkan tekanan lebih banyak akan meningkat dan
metabolisme sel kulit di titik tekanan akan mengalami gangguan.

4. Pasien Yang Berisiko Mengalami Dekubitus


Dekubitus dapat terjadi pada pasien dengan gangguan mobilitas
seperti stroke, fraktur tulang belakang atau penyakit degenerative.
Dekubitus juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan neurologis
karena imobilisasi yang lama, dan berkurangnya kemampuan sensorik.
William(2010), menyatakan kondisi pasien yang beresiko tinggi
mengalami luka dekubitus diantaranya:
1. Pasien yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah,
dipasung).
2. Pasien yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan
suatu tanda yang secara normal mendorong seseorang untuk
bergerak.
3. Pasien dengan kerusakan saraf (misalnya akibat cedera, stroke,
diabetes), penurunan kesadaran dan koma bisa menyebabkan
berkurangnya kemampuan untuk merasakan nyeri.
4. Pasien yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki
lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami
pemulihan sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.
5. Pasien yang menggunakan baju terlalu besar atau terlalu kecil serta
kerutan pada seprei yang bergesekan dengan kulit bisa menyebabkan
cedera pada kulit.
6. Pasien yang mengalami pemaparan kelembaban dalam jangka
panjang (karena berkeringat, air kemih atau tinja) bisa merusak
permukaan kulit dan memungkinkan terjadinya dekubitus.
5. Penampilan Klinis Dekubitus
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai
berikut;
Derajat I Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis,
tampak sebagai daerah kemerahan/eritema indurasi atau
lecet.
Derajat II Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh
dermis hingga lapisan lemah subkutan, tampak sebagai
ulkus yang dangkal, degan tepi yang jelas dan
perubahan warna pigmen kulit.
Derajat III Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak
subkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari
otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan
nekrotik yang berbau.
Derajat IV Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang
di dasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada
tulang atau sendi.
Mengingat patofisiologi terjadinya dekubitus adalah penekanan pada
daerah-daerah tonjolan tulang, harusla diingat bahwa kerusakan jaringan
dibawah tempat yang mengalami dekubitus adalah lelih luas dari
ulkusnya.

6. Pencegahan Dekubitus
Karena dekubitus lebih mudah dicegah daripada diobati, maka sedini
mungkin harus dicegah dengan cara :
1. Anjurkan pasien untuk duduk dikursi roda atau seri gery untuk
menegakkan mereka setiap 10 menit untuk mengurangi tekaan atau
membantu pasien melakukannya.
2. Anjurkan masukan cairan dan nutrisi yang tepat dan adekuat. Karena
kerusakan kulit lebih mudah terjadi dan lambat untuk sembuh jika
nutrisi pasien buruk.
3. Segera membersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif
terhadap kulit.
4. Inspeksi daerah dekubitus umum terjadi, laporkan adanya area
kemerahan dengan segera.
5. Jaga agar kulit tetap kering
6. Jaga agar linen tetap sering dan bebas dari kerutan
7. Beri perhatian khusus pada daerah – daerah yang beresiko terjadi
dekubitu.
8. Masase sekitar daerah kemerahan dengan sering menggunakan lotion
9. Jangan gunakan losion pada kulit yang rusak
10. Beri sedikit bedak tabur pada area pergesekan tapi jangan biarkan
menumpuk.menggumpal
11. Gunakan kain pengalas bila memindahkan pasien tirah baring
12. Lakukan latihan serak minimal 2x sehari untuk mencegah kontraktur
13. Gunakan kasur busa, kasur kulit atau kasur perubah tekanan.

7. Pengobatan
Tahap – tahap kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan terjadi dalam
4 tahap, maka dari itu pengobatan atau intervensi keperawatan pada tiap
tahap/dapat membatasi proses dan menghindari kerusakan lebih lanjut.
Tahap satu, yang ditandai dengan :
1. Kulit menjadi kemerahan, akan berubah warna biru ke abu – abuan
disekitar daerah yang mengalami tekanan. Pada orang yang berkulit
gelap daerah tersebut terlihat lebih kering.
Tindakan:
a. Beritahu perawat
b. Jaga agar area sekitar kulit yang rusak tetap bersih dan kering
c. Kurangi semua tekanan berlebihan pada area tersebut
d. Menganjurkan diet bergizi dan cairan yang adekuat
e. Jaga agar kulit yang rusak tetap tertutup sesuai instruksi,
biasanya dengan balutan steril kering atau penutup proteksif
lainnya.
f. Lakukan pengobatan dengan lampu panas sesuai instruksi dokter
g. Tempatkan pasien pada matras egrate, agar berat badan
terdistritansi ke seluruh permukaannya dan memberikan
sirkulasi udara.
h. Laporkan indikasi infeksi seperti bau atau drainase, pendarahan
dan perubahan ukuran.
i. Pokumatasikan adanya area yang potensia rusak pada catatan
pasien menggunakan kata – kata dan diagram.
2. Kulit memerah dan terdapat lesi seperti suka melepuh didaerah
tersebut, kulit bisa rusak atau tidak.
Tindakan
a. Pindahkan tekanan dengan mengganti posisi pasien
b. Masase dengan lembut daerah sekitar area yang memerah untuk
mencegah pembentukan luka baring dengan .
c. Laporkan ke perawat
d. Dokumentasikan pada catatan perawatan
3. Semua lapisan kulit rusak,
Tindakan.
a. Perawatan yang diabaikan sama dengan perawatan tahap – tahap
dan dilanjutkan dengan tepat jika berlanjut ke tahap 3.
b. Untuk mencegah infeksi perawar dapat mencari daerah luka
dengan bahan bakteriostatik misalnya : Phisonex, cara klens,
dan Bioleks, pengobatan spesifik bervariasi sesuai dengan
instruksi dokter.

8. Daftar Pustaka
Capernito, Linda Juall. 1999. Rencana Diagnosa dan Dokumentasi
Keperawatan : Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif
Ed.2. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC.
Nurachman, Elly. 2001. Pencegahan dan Perawatan Dekubittus. Jakarta
: Sagung Seto
http://asuhan-keperawatan-dekubitus.blogspot.com/2011/04/ulcus-
dekubitus.html

Anda mungkin juga menyukai