KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Buku ini di-punia-kan kepada umat Hindu di mana pun berada, sebagai sebuah Jnyana-Yadnya dari kami,
dengan harapan dapat digunakan di saat bersembahyang baik dalam rangka suatu upacara tertentu
maupun dalam kehidupan sehari-hari.Kita mengetahui bersama bahwa pada dewasa ini umat Hindu sedang
menghadapi tantangan yang cukup berat sebagai dampak pengaruh globalisasi dunia yang tidak hanya
menyangkut bidang politik, ekonomi,sosial, maupun budaya, tetapi juga telah memasuki bidang spiritual.
Oleh karena itu umat Hindu, khususnya kaum muda, pelajar, dan Mahasiswa perlu mempunyai pegangan
yang teguh dalam ke-Hindu-an mereka, antara lain dalam mengucapkan doa, puja, dan mantra yang tepat
dan benar.
Dalam hubungan itu, kami dari Lembaga Stiti Dharma, yakni sebuah LSM yang berdiri di Singaraja Bali
tanggal 16 Nopember 2005, berupaya menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk menegakkan Hindu yang
kokoh di mana para pemeluknya berpegang teguh pada ajaran Trihita Karana,yakni
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Putu Setia dari Penerbit Pustaka Manikgeni yang
telah menghimpun doa-doa dalam buku ini, dan juga kepada Dewan Pengelola Dana Punia Peduli Umat
Majalah Hindu Raditya, yang telah membiayai penerbitan buku kecil yang khusus disumbangkan ini.
MARI BERSEMBAHYANG
Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan –baik dengan Puja Trisandya maupun Panca
Sembah– didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:
1.Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini:
2.Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua
tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram:
Lalu, posisi tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:
Om ati suddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan
tangan kiri).
3.Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirtha), lebih baik berkumur sambil mengucapkan
mantram di dalam hati:
4.Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti, yakni tangan
dicakupkan, kedua ibujari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan
mantra:
5.Setelah itu lakukanlah puja Trisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang
banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang
sebanyak tiga kali. Mantram di bawah ini memakai ejaan sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. Garis
miring di atas huruf, dibaca lebih panjang. Permulaan mantram Om bias diucapkan tiga kali, bisa juga sekali
sebagaimana teks di bawah ini:
Mantram Trisandhyà
papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga
hamba.
Om ksàntavyah kàyiko
Dosah ksàntavyo vàciko mama
ksàntavyo mànaso dosah
tat pramàdàt ksamasva màm
Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan
hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba.
Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan
Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah
membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa.
Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:
Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau
pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati,
ada kemungkinan mantramnya lebih panjang. Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya
lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:
1. 1.Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan pusatkan pikiran dan
ucapkan mantram ini:
Om àtmà tattwàtmà sùddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.
3. Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan
kepada Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang
diinginkan kehadiranNya pada waktu memuja. Istadewata adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa dalam
berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bias berbeda-beda tergantung di mana dan kapan bersembahyang.
Mantram dibawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di Pura
Kahyangan Jagat:
waranugraha. Usai mengucapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai wara-
nugraha, jadi tidak”dilentikkan/dipersembahkan” tetapi dibungakan di kepala (wanita) atau di atas kuping
kanan (laki-laki). Mantramnya adalah:
Om anugraha manoharam
dewa dattà nugrahaka
arcanam sarwà pùjanam
namah sarwà nugrahaka
Dewa-dewi mahàsiddhi
yajñanya nirmalàtmaka
laksmi siddhisça dirghàyuh
nirwighna sukha wrddisca
Artinya: Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan segala
pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian pada Dewa dan Dewi
berwujud suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan
kemajuan rohani dan jasmani.
pertama. Cuma sekarang ini sebagai penutup. Usai mengucapkan mantram,tangan berangsur-angsur
diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran,Mantramnya:
Berikut ini contohnya: Untuk memuja di Padmasana, Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh
dari dua mantram di bawah ini:
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram sebagai berikut :
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh, mantramnya begini :
padharman, mantramnya :
Untuk bersembahyang pada hari Saraswati, atau tatkala memuja Hyang Saraswati. Mantramnya :
berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan
selalu sukses atas waranugraha-Mu.
Untuk bersembahyang di pemujaan para Rsi Agung seperti Danghyang Dwijendra, Danghyang Astapaka,
Mpu Agnijaya, Mpu Semeru, Mpu Kuturan dan lainnya, gunakan mantram ini :
Demikianlah beberapa mantram yang dipakai untuk bersembahyang pada tempat-tempat tertentu. Sekali
lagi, mantram ini menggantikan “mantram umum” pada saat menyembah kepada Istadewata, yakni
sembahyang urutan ketiga pada Panca Sembah.
Terakhir, ini sembahyang ke hadapan Hyang Ganapati (Ganesha), namun dalam kaitan upacara mecaru
(rsigana), atau memuja di Sanggah Natah atau Tunggun Karang, tak ada kaitannya dengan Panca Sembah :
DOA SEHARI-HARI
Inilah doa untuk sehari-hari. Lazimnya tentulah dihafalkan. Namun kalau panjang, apalagi untuk di depan
umum, misalnya, membuka rapat/pertemuan, mantram ini bisa dibaca dengan memegang buku. Mantram
atau doa ini ejaannya sedapat mungkin mengikuti bahasa Sansekerta justru untuk mendekati pengucapan.
Setiap hurup bergaris kecil di atasnya, dibaca lebih panjang. Misal: à dibaca aa dan ù dibaca uu. Namun,
huruf v (asli) sudah diganti w untuk mendekati cara bacanya.
Doa berkumur :
Doa mandi :
Doa panganjali :
Om Swastyastu
(Semoga selalu dalam keadaan.selamat di bawah lindungan Tuhan.)
Om hiranyagarbhah samawartatagre
bhùtasya jàtah patireka àsit
sadàdhara pritiwim dyam utemam
kasmai dewàya hawisa widhema
Om pùrnam adah purnamidam
pùrnàt purnam udacyate
pùrnasya purnam àdàya
pùrnamewawasisyate
(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih. Engkau asal alam semesta dan
satu-satunya kekuatan awal. Engkau yang memelihara semua makhluk,seluruh bumi dan langit. Hamba
memuja Engkau. Ya Tuhan Yang Maha Sempuma dan yang membuat alam sempurna. Alam ini akan lenyap
dalam kesempurnaanMu. Engkau Maha Kekal. Hamba mendapat makanan yang cukup berkat anugrahMu.
Hamba manghaturkan terima kasih.)
Doa di atas baik untuk makan bersama, misalnya, pesta atau istirahat
makan dalam suatu pertemuan. Jika sendirian bisa mengucapkan doa pendek ini yang diambil dari kitab suci
Yajurveda:
Om annapate annasya
no dehyanmiwasya susminah
pra-pra dàtàram tàris ùrjam
no dhehi dwipade catuspade
(Ya Tuhan, Engkau penguasa makanan, anugerahkanlah makanan ini, semoga memberi kekuatan dan
menjauhkan dari penyakit. Bimbinglah hamba anugerahkan kekuatan kepada semua mahkluk.)
Om Asato mà sadyamaya
tamaso mà jyotir gamaya
mrtyor mà amrtam gamaya,
Om agne brahma grbhniswa
dharunama syanta riksam drdvamha
brahrnawanitwa ksatrawahi sajàta
wanyu dadhami bhratrwyasya wadhyàya.
(Tuhan Yang Maha Suci, bimbinglah hamba dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah hamba
dari kegelapan pikiran menuju cahaya pengetahuan yang terang. Lepaskanlah hamba dari kematian menuju
kehidupan yang abadi. Tuhan Yang Maha Suci, terimalah pujian yang hamba persembahkan melalui Weda
mantra dan kembangkanlah pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh yang
ada pada hamba (nafsu). Hamba menyadari bahwa Engkaulah yang berada dalam setiap insani (jiwatman),
menolong orang terpelajar pemimpin negara
dan para pejabat. Hamba memuja Engkau semoga melimpahkan anugrah kekuatan kepada hamba.)
Om pàwakànah Saraswati
wàjebhir wajiniwati
yajñam wastu dhiyàwasuh.
(Ya Tuhan sebagai manifestasi Dewi Saraswati. Yang MahaSuci,
terhadap dosa yang hamba lakukan dengan sadar atau tidak sadar. Tuhan,semoga berkenan mengampuni
semuanya itu.)
upacara kurban suci ini beserta orang-orang yang telah berdana punia untuk yadnya ini memperoleh
kesejahteraan dan kebahagiaan. Tuhan, hambamemotong hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.)
Om wisowiso wo atithim
wajayantah purupriyam
agnim wo duryam wocah
stuse sùsasya manmabhih
(Ya Tuhan, Engkau adalah tamu yang datang pada setiap rumah. Engkauamat mencintai umatMu. Engkau
adalah sahabat yang maha pemurah.Perkenankanlah hamba memujaMu dengan penuh kekuatan, dalam
ucapanmaupun tenaga dan dalam lagu pujian.)
Setelah bayi dimandikan, ayah bayi atau orang yang dituakan yang hadir di sana diminta membisikkan
Mantram Gayatri (bait pertama Puja Trisandya)masing-masing tiga kali pada lobang telinga kanan dan kiri
bayi itu.
menjadikah tempat tinggal bagi manusia. Kaum yang hina aman sentosa di bawah lindungan-Nya. Yang
mulia telah menjadikan bumi tempat yang lega bagi mereka.)
Om anugraha manoharam,
devadatta nugrahaka,
arcanam sarwà pùjanam,
namah sarwa nugrahaka.
Om ksama swamàm jagadnàtha,
sarwa pàpà hitankarah,
sarwa karya sidham dehi,
pranamya sùryeswaram.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om.
(Ya Tuhan limpahkanlah anugrahMu yang menggembirakan kepada
hamba. Tuhan yang maha pemurah, semoga Tuhan melimpahkan segala anugrah kepada hamba. Ya Tuhan,
pelindung alam semesta, pencipta semua makhluk, ampunilah dosa hamba dan anugrahilah hamba dengan
keberhasilan atas semua karya. Tuhan yang memancarkan sinar suci,ibaratnya sang surya memancarkan
sinarnya, hamba sujud kepadaMu. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-
lamanya.)
Untuk menutup pertemuan, bisa pula dipakai doa di bawah ini yang
Bunyinya:
Om Trayambhakam yajàmahe
sugandhim pusti wardhanam
unwarukam iwa bandhanàt
mrtyor muksiya màmrtàt
(Ya Tuhan, hamba memuja Hyang Trayambhaka/Rudra yang menyebarkan keharuman dan memperbanyak
makanan. Semoga la melepaskan hamba seperti buah mentimun dari batangnya, melepaskan dari kematian
dan bukan dari kekekalan.)
Doa paramasanti :
MANTRA CIWALATRI
Digunakan pada saat memimpinpelaksanaan Siwaratri