Anda di halaman 1dari 11

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Otitis media adalah infeksi telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (Otitis
Eksternal), saluran telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis), dan telinga bagian
dalam (labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi
telinga tengah. (Rahajoe, 2012)
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah (Kapita selekta kedokteran, 2002)
Otitis media akut ialah radang akut telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi
atau anak yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas (Schwartz 2004,
h.141)

B. ETIOLOGI
Penyebab otitis media akut menurut Wong et al 2008, h.943 ialah Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Sedangkan penyebab dari noninfeksius tidak
diketahui, meskipun sering terjadi karena tersumbatnya tuba eustasius akibat edema yang
terjadi pada ISPA, rinitis alergik, atau hipertrofi adenoid. Merokok pasif juga menjadi faktor
penyebab otitis media. Selain itu menurut Muscari 2005, h.220 otitis media terjadi karena
mekanisme pertahanan humoral yang belum matang sehingga meningkatkan terjadinya
infeksi, pemberian susu bayi dengan botol pada posisi terlentang akan memudahkan
terkumpulnya susu formula di rongga faring, pembesaran jaringan limfoid yang menghambat
pembukaan tuba eustachii. Posisi tuba eustachii yang pendek dan horisontal, perkembangan
saluran kartilago yang buruk sehingga tuba eustachii terbuka lebih awal.

C. PATOFISIOLOGI
Otitis media terjadi akibat disfungsi tuba eustasius. Tuba tersebut, yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring, normalnya tertutup dan datar yang
mencegah organisme dari rongga faring memasuki telinga tengah. Lubang tersebut
memungkinkan terjadinya drainase sekret yang dihasilkan oleh mukosa telinga tengah dan
memungkinkan terjadinya keseimbangan antara telinga tengah dan lingkungan luar. Drainase
yang terganggu menyebabkan retensi sekret di dalam telinga tengah. Udara, tidak dapat ke
luar melalui tuba yang tersumbat, sehingga diserap ke dalam sirkulasi yang menyebabkan
tekanan negatif di dalam telinga tengah. Jika tuba tersebut terbuka, perbedaan tekanan ini
menyebabkan bakteri masuk ke ruang telinga tengah, tempat organisme cepat berproliferasi
dan menembus mukosa (Wong et al 2008, h.944)

D. STADIUM
Stadium Otitis Media Akut dibagi menjadi :
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Terdapat gambaran retraksi/penonjolan membran tympani akibat tekanan negatif di
dalam telinga tengah kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat
dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis (Presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebat di membran tympani atau seluruh membran
tympani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih
bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium Supurasi
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel ephitel superfisial. Serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran tympani
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman
yang tinggi, maka akan terjadi ruptur membran tympani dan nanah keluar mengalir dari
telinga tengah ke liang telinga luar.
5. Stadium Resolusi
Bila membran tympani tetap utuh, maka keadaan membran tympani perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya
kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat
terjadi walaupun tanpa pengobatan.

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur klien.
a. Stadium Hiperemi
 Nyeri dan rasa penuh dalam telinga karena tertupnya tuba eustachius yangmengalami
hiperemi dan edema
 Demam
 Pendengaran biasanya masih normal
b. Stadium Oklusi
 Nyeri dan demam bertambah hebat
 Pada anak : panas tinggi disertai muntah, kejang, dan
meningismus
 Pendengaran mulai berkurang
c. Stadium Supurasi
 Keluar sekret dari telinga
 Nyeri berkurang karena terbentuk drainase akibat membran timpani ruptur
 Demam berkurang
 Gangguan pendengaran bertambah karena terjadi gangguan mekanisme konduksi udara
dalam telinga tengah
d. Stadium Koalesen
Nyeri tekan pada daerah mastoid, dan akan terasa berat pada malam hari.
e. Stadium Resolusi
Pendengaran membaik atau kembali normal.

F. TERAPI
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk
mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberian antibiotik dekongestan lokal
atau sistemik, dan antipiretik.
a. Stadium Oklusi
Tujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang di telinga
tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik
(anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun dan pada orang dewasa).
b. Stadium Presupurasi
Obat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari golongan
penisilin/ampisilin).
c. Stadium Supurasi
Disamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bila membran
tympani masih utuh.
d. Stadium Perforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
e. Stadium Resolusi
Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran
tympani menutup.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada OMA adalah :
1. Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
2. Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).
3. Tuli
4. Peradangan pada selaput otak (meningitis).
5. Abses otak
6. Ruptur membrane timpani
7. Tuli jangka pendek
Tanda-tanda terjadi komplikasi :
1. Sakit kepala
2. Tuli yang terjadi secara mendadak
3. Vertigo (perasaan berputar)
4. Demam dan menggigil

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Muscari 2005, h.220 ialah :
1. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani.
2. Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membran timpani). Uji sensitivitas dan kultur dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi organisme pada sekret telinga.
3. Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap kehilangan
pendengaran sekunder akibat infeksi berulang.

I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis menurut Dowshen et al 2002, h.149.
Penatalaksanaan OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan stadiumnya
:
a. Stadium oklusi tuba
1) Berikan antibiotik selama 7 hari :
 Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
 Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau
 Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik
b. Stadium hiperemis
1) Berikan antibiotik selama 10 – 14 hari :
 Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
 Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau
 Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
c. Stadium supurasi
1) Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan.
2) Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral selama 3 hari.
Apabila ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian antibiotik peroral selama 14 hari.
3) Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT untuk dilakukan
miringotomi.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Muscari 2005, h.221 ialah :
a. Kaji anak terhadap demam dan tingkat nyeri, dan kaji adanya komplikasi yang mungkin
terjadi.
b. Turunkan demam dengan memberikan antipiretik sesuai indikasi dan lepas pakainan
anak yang berlebihan.
c. Redakan nyeri dengan memberikan analgesik sesuai indikasi, tawarkan makanan lunak
pada anak untuk membantu mengurangi mengunyah makanan, dan berikan kompres
panas atau kompres hangat lokal pada telinga yang sakit.
d. Fasilitas drainase dengan membaringkan anak pada posisi telinga yang sakit tergantung.
e. Cegah kerusakan kulit dengan menjaga telinga eksternal kering dan bersih.
f. Berikan penyuluhan pada pasien dan keluarga :
1) Jelaskan dosis, teknik pemberian, dan kemungkinan efek samping obat.
2) Tekankan pentingnya menyelesaikan seluruh bagian pengobatan antibiotik
3) Identifikasi tanda-tanda kehilangan pendengaran dan menekankan pentingnya uji
audiologik, jika diperlukan.
4) Diskusikan tindakan-tindakan pencegahan, seperti memberi anak posisi tegak pada
waktu makan, menghembus udara hidung dengan perlahan, permainan meniup.
5) Tekankan perlunya untuk perawatan tindak lanjut setelah menyelesaikan terapi antibiotik
untuk memeriksa adanya infeksi persisten.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Biodata
OMA dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, dan seringkali terjadi pada usia
anak.
b. Keluhan
Klien dengan Otitis Media Akut datang dengan keluhan nyeri pada telinga bagian
tengah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya alasan klien Otitis Media Akut datang memeriksakan diri ke rumah sakit yaitu
adanya nyeri pada telinga tengah disertai terganggunya fungsi pendengaran.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
e. Pemeriksaan Fisik
 Otoskopi
- Perhatikan adanya lesi pada telinga luar
- Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan ruptur pada membran
tympani
- Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
 Tes bisik
Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan tes bisik, pada klien
dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi telinga yang sakit.
` Tes garputala
- Tes Rinne
Pada uji rinne didapatkan hasil negatif
- Tes Weber
Pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
tengah
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau
kerusakan di syaraf pendengaran.
4. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat

C. INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
tengah
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
 Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 dari rentang skala 0-10
Intervensi Keperawatan :
a. Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan teknik relaksasi (misalnya
bernafas perlahan, teratur, atau nafas dalam)
b. Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik
c. Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menit pemberian analgetik
d. Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab yeri yang dirasa
Rasional :
a. Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasa
b. Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeri dapat berkurang
c. Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
d. Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang dirasa oleh klien dan keluarga
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi
Kriteria hasil :
 Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik
 Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang,
berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.
Intervensi Keperawatan :
a. Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan
metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa
isyarat.
b. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
- Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas
langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).
Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
- Jika klien dapat membaca ucapan :
 Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
 Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat
membaca bibi anda.
- Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
 Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
 Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
- Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua
komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang
langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
c. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
 Bicara dengan jelas, menghadap individu.
 Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
 Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
 Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban
lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
a. Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang
akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
b. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik
oleh klien.
c. Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan
dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah


atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil :
 Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat
fungsional.
Intervensi Keperawatan :
a. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
b. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman dalam perawatan
telinga (seperti: saat membersihkan dengan menggunakan cutton bud secara hati-hati,
sementara waktu hindari berenang ataupun kejadian ISPA) sehingga dapat mencegah
terjadinya ketulian lebih jauh.
c. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
d. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu
antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
a. Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta
perawatannya yang tepat.
b. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif
terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
c. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran
rusak secara permanen.
d. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa
resisten sehingga infeksi akan berlanjut.
4. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
 Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
 Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi Keperawatan :
a. Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan gangguan yang dialami.
b. Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya
untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
c. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti
yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
d. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat
membantu klien.

Rasional :
a. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa
menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
b. Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangi kecemasan, justru malah
menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
c. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk
kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat
mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
d. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat
membantu klien.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi pada
telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah.
Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnya saluran/tuba eustachius yang bisa
disebabkan oleh proses peradangan akibat infeksi bakteri yang masuk ke dalam tuba
eustachius tersebut, kejadian ISPA yang berulang pada anak juga dapat menjadi faktor
penyebab terjadinya OMA pada anak.
Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain: Stadium Hiperemi,
Oklusi, Supurasi, Koalesen, dan Stadium Resolusi. Dimana manifestasi dari OMA juga
tergantung pada letak stadium yang dialami oleh klien. Terapi dari OMA juga berdasar pada
stadium yang dialami klien. Dari perjalanan penyakitOMA, dapat muncul beberapa masalah
keperawatan yang dialami oleh klien, antara lain: gangguan rasa nyaman (nyeri), perubahan
sensori persepsi pendengaran, gangguan komunikasi, dan kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai