Buku Percontohan PKB Sektor Kesehatan Fspfarkesr 2016 PDF
Buku Percontohan PKB Sektor Kesehatan Fspfarkesr 2016 PDF
Buku PKB Percontohan ini adalah panduan yang dipersiapkan untuk membantu anggota FSP FARKES
Reformasi di sektor Kesehatan dalam pembuatan PKB ditempat kerjanya. Pemakaiannya adalah untuk
kalangan terbatas.
Kata Pengantar
Salam solidaritas,
Salah satu fungsi serikat pekerja sebagaimana disebutkan dalam UU No. 21 tahun
2000 adalah melakukan perundingan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Untuk itu PKB merupakan produk asli serikat pekerja.
PKB dibuat berdasarkan kesepakatan serikat pekerja dengan pengusaha atau wakil
pemilik perusahaan berdasarkan surat kuasa penuh. Jadi wakil perusahaan yang
hadir atau mewakili pengusaha adalah yang bisa memutuskan atau mengambil sikap
dalam perundingan PKB.
Saya juga menulis buku yang berjudul Panduan Tentang Praktek Hubungan
Industrial Bagi Aktivis Dan Anggota Serikat Pekerja. Buku tersebut memang
diperuntukan internal FSP FARKES R tetapi secara umum seluruh pekerja di
Indonesia bisa mempergunakannya. Salah satu isinya yang perlu di dalami dari isi
buku tersebut adalah Bab II tentang Perundingan Bersama.
Dalam Bab tersebut secara rinci dijelaskan tehnik sampi dengan klasifikasi Perjanjian
Kerja Bersama (PKB). Berangkat dari bab tersebut kemudian FSP FARKES R
mencoba menterjemahkan isi dari Bab II buku tersebut dalam PKB Percontohan
terutama untuk sektor kesehatan. Masih ada pekerja di sektor kesehatan yang
berserikat dan sudah memiliki PKB akan tetapi masih ada hal – hal yang secara
umum belum dimasukan dalam PKB.
Dalam buku Percontohan PKB ini memunculkan beberapa hal yang dianggap perlu
diperjuangkan untuk dimasukan dalam klausul PKB diantaranya:
Buku Percontohan PKB ini kita kerjakan melalui beberapa proses pertemuan dan
workshop yang dibantu oleh Public Services International (PSI), dimana FSP FARKES
R berafiliasi, dengan maksud bahwa bisa menjadi panduan untuk meningkatkan
kualitas PKB anggota khususnya di sektor kesehatan dan juga mereka yang belum
memiliki PKB. Buku ini diterbitkan untuk kalangan, semoga dapat bermanfaat.
Djufnie Ashary
Ketua Umum
1
Lihat UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 65
BAB II
PIHAK – PIHAK YANG MEMBUAT PERJANJIAN KERJA BERSAMA
Pasal 2
2
Lihat PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan Pasal 10
Pasal 3
1. Hasil perundingan antara Pengusaha dan Serikat Pekerja yang mengikat dan
memuat syarat – syarat kerja, hak dan kewajiban untuk mengatur dan
melindungi para pihak agar tujuan bersama antara Pengusaha dan Serikat
Pekerja dalam menjalankan usaha berjalan baik.
2. Kepastian hukum, yakni setiap pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama
mengutamakan landasan kaedah hukum otonom yang dibuat secara mandiri oleh
para pihak dan kemudian menggunakan kaedah hukum peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Akuntabilitasi, yakni setiap pelaksanaan hubungan kerja para pihak harus dapat
mempertanggungjawabkannya satu dengan lainnya
4. Non Diskriminatif, Keadilan, dan kesetaraan, yakni bahwa dalam pelaksanaan
Perjanjian Kerja Bersama ini para pihak diberikan kesempatan yang sama dan
tidak membedakan perlakuan berdasarkan gender, suku, agama, ras, dan
golongan
5. Kesejahteraan, yakni pelaksanaana Perjanjian Kerja Bersama diarahkan guna
mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan pertumbuhan perusahaan
6. Persuasive yaitu dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama ini, apabila ada
polemic atau perselisihan, pendekatan kekeluargaan dan musyawarah mufakat
harus didahulukan.
Pasal 4
Ruang Lingkup
3
Lihat Permanaker RI No. 28 tahun 2015 tentang Tata Cara Pembuatan Dan Pengesahan PP Serta Pembuatan
Dan Pendaftaran PKB Pasal 15
Pasal 5
a. Untuk mengatur hak dan kewajiban Pengusaha dengan Serikat Pekerja dan
Pengusaha dengan pekerja dalam dalam suatu hubungan kerja; dan
b. Memberikan pengaturan lebih jelas perihal potensi perbedaan pendapat
dalam penegakkan norma ketenagakerjaan, peningkatan produktifitas kerja,
pelayanan dan tujuan bersama lainnya.
Pasal 6
BAB III
Pasal 7
Pasal 8
Pengusaha mengakui :
1. Serikat Pekerja sebagai organisasi pekerja yang sah dalam perusahaan yang
mewakili seluruh Pekerja sebagai anggotanya, yaitu Serikat Pekerja …. dengan
No. Pencatatan : ...
2. Serikat Pekerja sebagai organisasi, yang dalam fungsinya bertindak dan
melaksanakan tugasnya untuk kepentingan para pekerja anggotanya dan tidak
bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama dan Peraturan Perundang-
undangan.
3. Bahwa pengusaha tidak menghalang-halangi dan atau memaksa pekerja untuk
membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi
pengurus, menjadi anggota dan tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan
atau tidak menjalankan kegiatan Serikat Pekerja dengan cara :
a. Melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan sementara,
menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;
b. Tidak membayar atau mengurangi upah pekerja
c. Melakukan intimidasi berupa tindakan untuk memaksa orang atau pihak lain
berbuat sesuatu yang dilakukan dalam bentuk gertakan maupun ancaman
intimidasi berupa tindakan menakut-nakuti, terutama untuk memaksa orang
atau pihak lain berbuat sesuatu yang dilakukan dalam bentuk gertakan
maupun ancaman baik dilakukan secara verbal maupun lisan;
d. Melakukan kampanye anti pembentukan Serikat Pekerja.4
4
Lihat UU No. 21 tahun 2000 tentang SP/SB Pasal 28
Pasal 9
1. Yang diterima menjadi anggota Serikat Pekerja adalah pekerja rumah sakit ,
yang telah memenuhi syarat sebagai anggota sesuai dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja.
2. Sesuai dengan perundang – undangan, untuk jabatan tertentu yang sifatnya
mewakili rumah sakit tidak diperkenankan menjadi pengurus Serikat Pekerja
namun tetap diperbolehkan menjadi anggota serikat pekerja.
3. Jabatan yang dimaksud adalah Manager HRD/Direktur HRD dan
Manager/Direktur Keuangan.5
Pasal 10
5
Lihat Penjelasan Pasal 15 UU No. 21 tahun 2000 tentang SP/SB
BAB IV
HUBUNGAN KERJA
Pasal 11
6
Lihat UU No. 21 tahun 2000 tentang SP/SB Pasal 29
3. Sebelum dipekerjakan, setiap calon pekerja harus lulus tes kesehatan yang
dinyatakan oleh dokter yang dirujuk atau puskesmas.
4. Seorang pegawai baru memiliki kesempatan untuk bertemu dengan perwakilan
dari serikat pekerja tanpa kehilangan penghasilan rutin. Tujuan dari pertemuan
ini adalah untuk memperkenalkan para karyawan dengan perwakilan seperti
serikat pekerja dan isi Perjanjian Kerja Bersama.
5. Dalam penerimaan pekerja baru, rumah sakit berkoordinasi dengan serikat
pekerja dalam hal jenis pekerjaan yang bersifat tetap atau boleh kontrak
maupun penggunaan alih daya.
Pasal 12
Masa Percobaan
1. Lamanya masa percobaan adalah 3 (tiga) bulan terhitung dari tanggal efektif
mulai bekerja.
2. Selama masa percobaan masing-masing pihak berhak untuk melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja tanpa syarat dan kompensasi apapun, kecuali
dinyatakan lain dalam Perjanjian Kerja yang nilainya lebih baik dari undang –
undang.
3. Setelah melewati masa percobaan, pekerja yang dinyatakan lulus dan melewati
semua persyaratan yang diperlukan diatas, status pekerja berubah menjadi
Pasal 13
Status Pekerja
BAB V
Pasal 14
Pemindahan / Mutasi
6. Setiap Mutasi dilakukan dengan adanya penetapan secara tertulis dari rumah
sakit dengan menyertakan secara jelas identitas pekerja yang dimutasi beserta
jabatan dan jobdesk barunya tersebut yang penetapannya tersebut ditembuskan
kepada Serikat Pekerja.
7. Pekerja berhak menyampaikan pengajuan keberatan yang disertai dengan alasan
- alasan yang dapat diterima untuk dipertimbangkan kembali oleh Bagian Sumber
Daya Manusia dan Bagian Terkait.
8. Pekerja berhak menolak pemindahan jika pengusaha tidak memberikan
kesempatan bagi pekerja untuk belajar dan memahami tugas baru di tempat
yang akan ditugaskan.
9. Dalam hal tidak terpenuhinya persyaratan dalam hal mutasi sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan pasal ini, maka penetapan mutasi tersebut batal demi
hukum dan pekerja berhak tetap menempati pekerjaannya semula.
Pasal 15
BAB VI
PELATIHAN PEKERJA
Pasal 16
1. Pengusaha mengikut sertakan pekerja dalam sebuah pelatihan atau seminar baik
yang dilakukan sendiri maupun dilakukan di luar perusahaan.7
2. Pengusaha memberikan fasilitas bagi Program Pengembangan dan Pelatihan
pekerja sebagai berikut :
a. Biaya pelatihan yang timbul diantaranya namun tidak terbatas berupa
registrasi, program, akomodasi atau tempat penyelenggaraan, transportasi.
b. Upah penuh selama mengikuti program Pengembangan/Pelatihan.
7
UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 11
Pasal 17
BAB VII
Pasal 18
Pasal 19
Waktu istirahat
1. Waktu istirahat kerja maksimal 1 (satu) jam pada hari kerja dilakukan pekerja
sesuai dengan kepentingan operasional.
2. Waktu istirahat mingguan adalah 2 (dua) hari istirahat sebagai libur mingguan
dalam waktu 40 jam kerja.
3. Pengambilan hari libur disesuaikan dengan kebutuhan operasional rumah sakit
serta tidak harus berurutan.
4. Hari istirahat mingguan Pekerja dapat diatur secara fleksible dalam rentang
waktu 2 (dua) mingguan apabila operasional rumah sakit sangat membutuhkan.
5. Pekerja yang bekerja pada hari libur nasional, hari libur umum (pubilc holiday)
berhak atas perhitungan upah lembur yang besarannya 4 (empat) kali upah
lembur setiap jamnya.
Pasal 20
BAB VIII
ISTIRAHAT/CUTI
Pasal 21
Istirahat/Cuti Tahunan
1. Pekerja yang mempunyai masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih berhak atas cuti
tahunan sebanyak 12 (dua belas) hari kerja dengan pembayaran upah penuh.
2. Pekerja yang yang belum mempunyai masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun
berhak atas cuti tahunan dengan dasar perhitungan prorata satu bulan 1 (satu)
hari.
3. Bila libur nasional jatuh pada saat pekerja menjalankan cuti tahunan maka libur
tersebut tidak diperhitungkan sebagai hari cuti.
Pasal 22
lstirahat Sakit
1. Istirahat sakit dengan upah penuh diberikan kepada Pekerja karena sakit
yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter Perusahaan atau Surat
Keterangan Dokter dari luar Perusahaan.
2. Pekerja yang tidak dapat bekerja karena sakit harus memberitahukan Kepala
Bagian/Ruang atau atasan langsung selambat-lambatnya 3 (tiga) jam
sebelum jam kerja dan atau menyerahkan Surat Keterangan Sakit kepada
perusahaan selambat-lambatnya pada hari pertama bekerja setelah sakit.
3. Istirahat sakit adalah sebanyak jumlah hari yang dicantumkan dalam Surat
Keterangan Dokter.
4. Jika dalam periode waktu 90 (sembilan puluh) hari pekerja meminta ijin cuti
sakit 3 (tiga) kali maka Bagian Sumber Daya Manusia berhak meminta dokter
Perusahaan melakukan pemeriksaan lebih Ianjut.
5. Cuti sakit yang lebih dari 3 (tiga) hari diwajibkan untuk memeriksakan ulang
ke dokter atau harus dirawat di rumah sakit.
Pasal 23
Cuti Haid
1. Pekerja perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit berhak tidak
masuk kerja pada hari pertama dan kedua dengan memberitahukan terlebih
dahulu secara lisan kepada perusahaan dan wajib menunjukkan Surat
Keterangan Sakit dari dokter pada hari dimana masuk kerja pertama,dengan
tetap mendapatkan upah yang biasa diterimanya
2. Perusahaan memberikan 1 (satu) pack pembalut haid bagi pekerja yang
masuk kerja pada hari pertama dan kedua haid.
Pasal 24
8
Dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 82 cuti melahirkan 13 minggu.
Pasal 25
Pasal 26
Cuti Panjang
1. Pekerja yang sudah bekerja 5 (lima) tahun terus-menerus berhak mendapat hak
atas cuti panjang pada tahun ke-6 (enam).
2. Pengajuan cuti panjang dilakukan pekerja kepada kepala bagian Sumber Daya
Manusia atau yang setingkat yang ditembuskan kepada pimpinan perusahaan
setidaknya 1 (satu) minggu sebelum pelaksanaan cuti panjang tersebut.
3. Penundaan Cuti Panjang diberikan dalam jangka waktu tidak lebih dari 2(dua)
bulan.
4. Lamanya hak cuti panjang adalah sebagai berikut :
Masa Kerja 5-8 Lebih dari Lebih dari Lebih dari Lebih dari
(tahun) 8, kurang 11, kurang 15, kurang 20
dari 11 dari 15 dari 20
5. Selama menjalankan hak cuti panjang pekerja berhak atas upah penuh.
6. Cuti Panjang harus dianggap sebagai hari libur dan tidak dapat diganti dengan
uang.
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
1. Perusahaan wajib memberikan libur kepada setiap pekerja pada hari libur resmi
nasional dan atau hari besar keagamaanyang ditetapkan oleh Pemerintah dengan
tetap mendapat upah.
2. Apabila rumah sakit akan mengganti libur nasional maka hal itu atas kesepakatan
dengan serikat pekerja.
BAB IX
PENGUPAHAN
Pasal 30
Umum
1. Pembayaran upah dilakukan satiap 1 (satu) bulan sekali yang dibayarkan minggu
terakhir bulan berjalan, yang merupakan perhitungan hari kerja dan tanggal 1
(satu) sampai tanggal 28 atau 29 atau 30 atau 31 bulan berjalan.
2. Pekerja yang baru mulai masuk bekerja tidak dimulai pada tanggal 1 (satu) atau
terjadi pemutusan hubungan kerja sebelum akhir bulan, maka upah pada bulan
tersebut dihitung secara proporsional dengan jumlah hari kerja.
3. Rumah sakit yang tidak membayar upah pekerja sesuai dengan jadwal yang
disepakti dengan serikat pekerja/ terlambat, maka rumah sakit dikenakan denda
keterlambatan sebesar 5% (lima persen) perharinya untuk jangka waktu 10
(sepuluh) hari kedepan.9
4. Untuk jangka waktu di atas 10 (sepuluh) hari, maka besaran denda adalah 1,5 %
perharinya.
Pasal 31
Komponen Upah
9
PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan Pasal 55 ayat (1.a)
Pasal 32
Lembur
1. Kerja Lembur adalah jam-jam dimana Pekerja melakukan pekerjaan setelah atau
diluar jam kerja biasa atau pada saat hari libur.
2. Dikarenakan kebutuhan operasional rumah sakit maka pengusaha dapat
menugaskan pekerja untuk bekerja lembur.
3. Surat tugas untuk bekerja lembur disetujui oleh Kepala Bagian dan pekerja.
4. Besarnya upah lembur berdasarkan rumusan menghitung upah sejam adalah
1/173 kali upah sebulan.
5. Cara perhitungan upah kerja lembur
sebagai berikut :
a. Kerja lembur dilakukan pada hari kerja untuk jam kerja lembur pertama harus
di bayar upah sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah sejam. Untuk setiap jam
kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur sebesar 2 (dua) kali upah
sejam;
b. Kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan untuk waktu kerja 6
(enam) hari kerja, maka untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua) kali
upah sejam. Jam ke delapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam. Jam ke
Sembilan dan sepuluh di bayar 4 (empat) kali upah sejam.
c. Untuk kerja lembur jatuh pada hari libur resmi atau nasional perhitungan
upah lemburnya 4 (empat) kali upah sejam.
Pasal 33
1. Rumah sakit membuat struktur dan skala upah dengan mengacu pada
Kepmenakertrans RI No. 49 tahun 2004.
Pasal 34
1. Upah Pokok dan tunjangan tetap dibayar penuh setiap bulannya selama masa
skorsing tanpa mendapatkan Insentip Pelayanan dan atau tunjangan tidak tetap
2. Upah akan dihentikan pembayarannya apabila ada kapastian hukum atas
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap atau kesepakatan para
pihak.
Pasal 35
Upah Pekerja Pada Waktu Sakit, Menjalan Ibadah dan atau Tugas Negara
1. Pekerja yang tidak dapat melakukan pekerjaan karena sakit yang berkelanjutan,
berhak mendapatkan upah pokok dan tunjangan tetap.
2. Pekerja yang tidak dapat melakukan pekerjaan karena menjalankan ibadah
Keagamaan dan Tugas Negara akan mendapatkan upah pokok dan tunjangan
tetap
Pasal 36
1. Pekerja yang tidak dapat melakukan pekerjaan karena ditahan Pihak Berwajib
bukan atas pengaduan pengusaha, pekerja tersebut tidak mendapatkan upah,
akan tetapi perusahaan memberikan bantuan kepada keluarga pekerja.
Pasal 37
Pajak Pendapatan
Pasal 38
Pasal 39
lnsentif Kehadiran
BAB X
BPJS / KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pasal 40
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
Sumbangan Duka
Bila seorang Pekerja, istri/suami, anak, orang tua kandung maupun mertua dari
Pekerja meninggal dunia, maka ahli warisnya menerima sumbangan duka dari
perusahaan sebesar Rp. ...
Pasal 45
1. DP3 adalah dana yang diperoleh dari potongan 10% dari total Insentif
Pelayanan setiap bulannya.
2. DP3 digunakan untuk kegiatan pengembangan ilmu dan kemampuan diri pekerja
dalam bentuk pelatihan, seminar atau workshop.
Pasal 46
1. Adalah retribusi yang dipungut sebesar 5 % dari setiap total pembayaran yang
dilakukan oleh pasien/keluarga pasien.
2. Uang Jasa Pelayanan bukan merupakan komponen upah.
3. Dasar perhitungan Uang Jasa Pelayanan mengacu kepada pendapatan rumah
sakit.
Pasal 47
Uang Insentif Pelayanan diberikan kepada seluruh Pekerja baik medis maupun non
medis.
10
PP No. 78 tahun 2015 Pasal 6 ayat (2.c)
BAB XI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ( K3 )
Pasal 48
Panitia Pembina Keselamatan & Kesehatan Kerja (P2K3)
1. Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit ….. sesuai dengan peraturan
pemerintah yang berlaku. Panitia Pembina Keselamatan & Kesehatan Kerja
(P2K3) RS …. terdaftar dengan Nomor : ……
2. Pengusaha dan pekerja harus mentaati ketentuan-ketentuan tentang
keselamatan kerja guna mencegah timbulnya kecelakaan kerja dan sakit akibat
kerja, mentaati petunjuk-petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja dan
menjaga kebersihan lingkungan di tempat kerja sesuai dengan Peraturan
perundang-undengan yang berlaku tentang sistem Manajeman Keselamatan dan
Kesehatan kerja.
3. Pengusaha dan serikat pekerja memprogramkan pelatihan dan menyediakan
perlengkapan keselamatan kerja dan perlindungan diri.
4. Pekerja wajib memelihara dan memakai perlengkapan pelindung diri yang telah
disediakan. Bagi Pekerja yang melanggamya akan dikenakan sangsi sesuai jenis
kesalahan yang berlaku.
5. Pelatihan K3 bersifat wajib, apabila pekerja tidak mangikuti pelatihan K3 setelah
dijadwalkan, tanpa atasan yang wajar dan atau izin dan Kepala Departemen,
maka dianggap melakukan pelanggaran.
Pasal 49
BAB XII
TATA TERTIB
Pasal 50
Peraturan Tata Tertib
BAB XIII
SANKSI – SANKSI
Pasal 51
Pengertian
1. Peringatan Lisan adalah peringatan yang di berikan oleh atasan langsung pekerja
atas kesalahan atau kealphaan pekerja atas pekerjaan dan atau tanggung jawab
pekerja yang tidak membahayakan pekerja, rumah sakit maupun pasien atau
keluarga pasien.
2. Surat Peringatan adalah Surat yang dikeluarkan oleh atasan langsung atau
Kapala Bagian yang fungsinya sebagai peringatan / pembinaan terhadap
kesalahan yang dilakukan oleh pekerja didalam menjalankan tugas atau
peraturan tata tertib yang berlaku setelah beberapa kali diberi Peringatan Lisan.
Pasal 52
Tata Cara Pemberian Surat Peringatan
1. Surat Peringatan diberikan oleh atasan langsung dan atau 1 (satu) tingkat di
atasnya kepada pekerja yang melakukan pelanggaran peraturan dan syarat kerja
yang berlaku.
2. Surat Peringatan dibuat dalam Bahasa Indonesia.
3. Surat Peringatan dibuat rangkap 3 (tiga)
- Asli untuk arsip Pekerja di bagian Sumber Daya Manusia
- Lembar kedua untuk Kepala Bagian yang bersangkutan
- Lembar ketiga untuk pekerja yang bersangkutan,
- Serikat Pekeria memperoleh duplikat surat peringatan dari pengusaha
dan/atau pekerja yang menjadi anggota serikat pekerja.
4. Surat skorsing ditembuskan ke Disnakertrans setempat sebagai pemberitahuan
apabila dikemudian hari menjadi proses pemutusan hubungan kerja (PHK).
Pasal 53
Tingkat Pelanggaran, Sanksi dan Kewenangan
Tingkat Masa
Sanksi Yang berwenang / berkewajiban
Pelanggaran Berlaku
Atasan langsung,
1 Peringatan lisan 3 bulan
Cc: Bagian Sumber Daya Manusia
Kepala Bagian
Peringatan tertulis
2 3 bulan
pertama
Cc: Bagian Sumber Daya Manusia
Kepala Bagian
Peringatan tertulis
3 3 bulan
kedua
Cc: Bagian Sumber Daya Manusia
- Kepala bagian dan Petugas Sumber
Peringatan tertulis Daya Manusia atas permintaan
ketiga (terakhir) Kepala Bagian
4 3 bulan
- Serikat pekerja
Cc : Sudinaker
Pembebasan tugas Paling lama 3
5 Sumber Daya Manusia/HRD
sementara bulan
BAB XIII
Pasal 54
Skorsing
- Pembinaan; atau
- Sedang manunggu proses pemutusan hubungan kerja atau penyelesaian
perselisihan hubungan lndustrial.
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 56
1. PHK dengan masa percobaan adalah Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan
pengusaha kepada pekerja atau sebaliknya selama masa percobaan.
2. Pengusaha dapat melakukan PHK dikarenakan atas penilaian dari atasan
langsung dan/atau Kepala Bagian/Ruang karena pekerja tidak memenuhi
kelayakan kerja yang diinginkan pengusaha.
3. Pekerja tidak berkeinginan melanjutkan pekerjaan di rumah sakit.
Pasal 57
1. PHK karena pengunduran diri adalah Pemutusan Hubungan Kerja sepihak yang
dilakukan karena keinginan sendiri dari pekerja.
2. PHK karena pengunduran diri harus melalui :
a. Permohonan pengunduran diri oleh pekerja yang diajukan secara tertulis
kepada Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Kepala Bagian yang
Pasal 58
1. PHK karena usia pensiun adalah pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh
pengusaha atau pekerja karena telah memasuki usia pensiun yaitu 55 (lima
puluh Iima) tahun atau usia lain diatas 45 (empat puluh lima) tahun / pensiun
dini berdasarkan kesepakatan antara pengusaha dan pekerja.
2. Pengusaha memberikan surat pemberitahuan kepada pekerja yang akan
memasuki usia pensiun (55 tahun) 2 (dua) bulan sebelumnya.
3. Pensiun karena keinginan dari pekerja dengan usia di bawah 55 tahun (pension
dini), maka pekerja wajib mengajukan surat kepada Bagian Sumber Daya
Manusia 1 (satu) bulan sebelumnya.
4. Pekerja yang disetujui pensiun, selain manfaat yang didapatkan dari kepesertaan
BPJS, juga mendapatkan dari perusahaan :
- Uang Pesangon 2 (dua) kali sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
- uang Panghargaan Masa kerja satu kali sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
- hak lain sesuai dengan perundang – undangan; dan
- Uang Pisah.
5. Pekerja yang disetujui pensiun wajib melakukan prosedur pengembalian barang
rumah sakit di hari terakhir bekerja.
Pasal 59
1. Hubungan Kerja antara pekerja dan pengusaha putus demi hukum karena
meninggalnya pekerja.
Pasal 60
1. PHK karena sakit berkepanjangan adalah pemutusan hubungan kerja oleh pihak
pengusaha kepada pekerja atau permohonan dari pihak pekerja kepada
pengusaha dikarenakan pekerja mengalami sakit berkepanjangan atau
mengalami cacat tetap karena kecelakaan kerja maupun diluar kecelakaan kerja
dan tidak dapat kembali bekerja dan telah melampaui masa 12 (dua belas)
bulan.
2. Pekerja yang di PHK karena hal tersebut berhak mendapatkan uang pesangon,
uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
Pasal 61
1. Yang dimaksud PHK pada pasal ini adalah pekerja melakukan pelanggaran tata
tertib diatur dalam Parjanjian Kerja Bersama, yang merupakan pengulangan
pelanggaran sebelum habis masa berlaku surat peringatan ke tiga.
2. Pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan alasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperoleh uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja. dan uang penggantian hak sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
Pasal 62
Pasal 63
BAB XIV
Pasal 64
Uang Pesangon
Pasal 65
Uang Pengargaan Masa Kerja
a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2
(dua) bulan upah;
b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan)
tahun, 3 (tiga) bulan upah;
c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (duabelas)
tahun, 4 (empat) bulan upah;
d. masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima
belas) tahun, 5 (lima) bulan upah;
e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan
belas) tahun, 6 (enam) bulan upah;
f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21
(duapuluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah;
g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24
(dua puluh empat) tahun, 8 (delapan) bulan upah;
h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun, 10 (sepuluh ) bulan upah.
i. Masa kerja 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih, 12 ( dua belas) bulan upah
Pasal 66
Uang Pengganti Hak
1. Uang Pengganti Hak adalah hak cuti tahunan, cuti panjang. libur nasional yang
belum diambil oleh pekerja.
2. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15%
(limabelas perseratus) dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa
kerja bagi yang memenuhi syarat;
3. Besarnya uang penggantian hak ditetapkan sesuai dengan PKB dan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 67
Uang Pisah11
11
UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 156 ayat (4.d)
Pasal 68
Upah Proses
Perusahaaan tetap wajib membayarkan upah yang biasa diterima (upah proses)
apabila terjadi perselisihan hubungan industrial hingga pemutusan hubungan kerja
yang berkekuatan hukum tetap atau sesuai kesepakatan para pihak.12
BAB XV
PENYELESAIAN PENGADUAN
Pasal 69
Pertemuan Rutin
Untuk memastikan komunikasi yang lancar dan hubungan kerja yang harmonis
antara Pengusaha dan Serikat Pekerja/buruh. maka pertemuan antara kedua belah
pihak akan dilakukan minimal sekali dalam 1 (satu) bulan yang waktunya akan
disepakati oleh para pihak.
Pasal 70
Penyelesaian Pengaduan
12
UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 155 ayat 3
Pasal 71
BAB XVI
Pasal 72
Ketentuan Peralihan
Pasal 73
1. Perjanjian Kerja Bersama ini mulai berlaku dan mengikat sejak tanggal
ditandatangani untuk masa 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1
(satu) tahun atas kesepakatan kedua belah pihak.
2. Perjanjian Kerja Bersama ini dibuat dan ditandatangani dalam rangkap 3 (tiga)
asli dan dibagikan kepada :
- Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat.
- Pengusaha
- Serikat Pekerja
3. Salinan Perjanjian Kerja Bersama ini dibukukan dan wajib diberikan perusahaan
kepada setiap pekerja untuk dibaca, di sosilisasikan, dipahami dan dilaksanakan.
4. Penerbitan buku Perjanjian Kerja Bersama ini sepenuhnya dibiayai oleh
Pengusaha
Pasal 74
Penutup
Ditandatangi di : ...
Ketua….