Anda di halaman 1dari 27

PENATALAKSANAAN

STRUMA TOKSIKM

1. Struma difus toksik (Grave's Disease)

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat
antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

1. Obat antitiroid
1. Indikasi :
1. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien muda dengan struma
ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.
2. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang
mendapat yodium aktif.
3. Persiapan tiroidektomi
4. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
5. Pasien dengan krisis tiroid
2. Obat antitiroid yang sering digunakan :

Obat Dosis awal (mg/hari) Pemeliharaan (mg/hari)

Karbimazol 30-60 5-20


Metimazol 30-60 5-20

Propiltourasil 300-600 5-200


2. Pengobatan dengan yodium radioaktif
1. Indikasi :
1. Pasien umur 35 tahun atau lebih
2. Hipertiroidisme yang kambuh sesudah penberian dioperasi
3. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
4. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik

Iodium radioaktif diberikan melalui mulut, dalam bentuk cairan 1-2 ml, tidak berasa dan berbau, dan dengan cepat
diserap melalui saluran cerna. Iodium radioaktif ini akan masuk ke kelenjar tiroid melalui aliran darah dan merusak
kelenjar tiroid. Walaupun radioaktivitas ini menetap selama beberapa waktu dalam kelenjar tiroid, iodium radioaktif ini
akan dikeluarkan melalui bagian tubuh dalam beberapa hari.

Efek pada kelenjar tiroid akan terjadi dalam 1-3 bulan dan efek maksimal terjadi antara 3-6 bulan. Pada sebagian kasus
pengobatan iodium radioaktif cukup satu kali saja, akan tetapi pada keadaan dengan kelenjar gondok yang besar,
diperlukan dosis iodium radioaktif yang kedua untuk mengablasi/mematikan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang
diablasi lama kelamaan produksi hormon tiroid akan berkurang bahkan tidak ada sama sekali dan dalam jangka panjang
dapat terjadi hipotiroid (kebalikan dari hipertiroid).

Oleh karena itu setelah mendapat pengobatan iodium radioaktif secara berkala setiap 6-12 bulan diperiksa fungsi tiroid
dan bila terjadi hipotiroid, harus diberikan pengganti/substitusi hormon tiroid yang diberikan seumur hidup (karena
kelenjar tiroid sudah tidak berfungsi lagi) dengan dosis sesuai kebutuhan. Pasien cukup minum tablet hormon tiroid
secara teratur seperti halnya minum vitamin.

3. Operasi

Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme. Indikasi :


1. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.
2. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
3. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
4. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
5. Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul

2. Struma nodular toksik

Terapi dengan pengobatan antitiroid atau beta bloker dapt mengurangi gejala tetapi biasanya kurang efektif dari pada penderita
penyakit Graves. Radioterapi tidak efektif seperti penyakit Graves karena pengambilan yang rendah dan karena penderita ini
membutuhkan dosis radiasi yang besar. Untuk nodul yang soliter, nodulektomi atau lobektomi tiroid adalah terapi pilihan karena
kanker jarang terjadi. Untuk struma multinodular toksik, lobektomi pada satu sisi dan subtotal lobektomi pada sisi yang lain adalah
dianjurkan (Sadler et al, 1999)

B. struma non toksis

Terapi dengan pengobatan antitiroid atau beta bloker dapt mengurangi gejala tetapi biasanya kurang efektif dari pada penderita
penyakit Graves. Radioterapi tidak efektif seperti penyakit Graves karena pengambilan yang rendah dan karena penderita ini
membutuhkan dosis radiasi yang besar. Untuk nodul yang soliter, nodulektomi atau lobektomi tiroid adalah terapi pilihan karena
kanker jarang terjadi. Untuk struma multinodular toksik, lobektomi pada satu sisi dan subtotal lobektomi pada sisi yang lain adalah
dianjurkan (Sadler et al, 1999)

Indikasi operasi pada struma nodosa non toksika ialah (tim penyusun, 1994) :

1. Keganasan
2. Penekanan
3. Kosmetik

Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang terkena. Bila hanya satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi,
sedangkan kedua lobus terkena dilakukan subtotal tiroidektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher maka dikerjakan
juga deseksi kelenjar leher fungsional atau deseksi kelenjar leher radikal/modifikasi tergantung ada tidaknya ekstensi dan luasnya
ekstensi di luar kelenjar getah bening.

Radioterapi diberikan pada keganasan tiroid yang :

1. Inoperabel
2. Kontraindikasi operasi
3. Ada residu tumor setelah operasi
4. Metastase yang non resektabel

Hormonal terapi dengan ekstrak tiroid diberikan selain untuk suplemen juga sebagai supresif untuk mencegah terjadinya kekambuhan
pada pasca bedah karsinoma tiroid diferensiasi baik (TSH dependence). Terapai supresif ini juga ditujukan terhadap metastase jauh
yang tidak resektabel dan terapi adjuvan pada karsinoma tiroid diferensiasi baik yang inoperabel.

Preparat : Thyrax tablet

Dosis : 3x75 Ug/hari per-oral


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STRUMA

A. PENGKAJIAN

1. Pengumpulan data

Anamnese

Dari anamnese diperoleh:

1). Identifikasi klien.

2). Keluhan utama klien.

Keluhan utama biasanya nyeri pada leher, sulit menelan , sulit berbicara

3). Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya
pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.

4). Riwayat penyakit dahulu


Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari
satu kali, tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.

5). Riwayat kesehatan keluarga

Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.

6). Riwayat psikososial

Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang
lain.

2. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi,
pernafasan dan suhu yang berubah.

b. Kepala dan leher

Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang
direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.

c. Sistim pernafasan

Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
d. Sistim Neurologi

Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan
sakit.

e. Sistim gastrointestinal

Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang
sejalan dengan efek anestesi yang hilang.

f. Aktivitas/istirahat

insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.

g. Eliminasi

urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.

h. Integritas ego

mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.

i. Makanan/cairan

kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah,
pembesaran tyroid.

j. Rasa nyeri/kenyamanan
nyeri orbital, fotofobia.

k. Keamanan

tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu
meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi,
iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.

l. Seksualitas

libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.

B. DATA FOKUS

Data subjektif Data objektif


- Pasien mengeluh nyeri pada - Pemeriksaan fisik pada leher bawah
tenggorokan yang rasanya seperti kanan ditemukan adanya
tercekik pembengkakan (massa) lebih dari satu.
- Pasien mengeluh sulit bernapas dan - TTV:
menelan  TD: 13/80 mmHg
- Pasien mengeluh suara serak  HR: 96x/mnt
- Pasien mengatakan sehari-harinya  RR: 28x/mnt
mengkonsumsi sayur-sayuran dari jenis  T: 37,40C
Brassica seperti kubis, lobak cina, - BB sebelum: 50, sesudah: 47
brussels kecambah dan ketika masak - TB: 153
jarang menggunakan garam yang - IMT: 20,1 kg/m2
beriodium - Defisit cairan: 2.01 L
- Pasien mengatakan, makan hanya 4-5 - Kesadaran composmentis
sendok.
- Klien mengatakan malu terhadap - Pemeriksaan lab:
keadaannya  T3: 1,03 (N: 0,15-1,65)
- Klien mengatakan cemas karena akan  T4: 87,8 (N: 45-120)
dilakukannya tindakan operasi  TSH: 0,145 (N: 0,47-5,01)
- Klien bertanya-tanya tentang  F. T4: 12,3 (N: 7,1-18,5)
penyakitnya - Klien tampak pucat
- - Pasien terlihat menggunakan alat bantu
nafas: cuping hidung
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit: elastisitas kurang
- Skala nyeri: 7
- Klien tampak gelisah/cemas
- Pasien terlihat berbicara gagap
- Capillary refill
- Hasil AGD:
 pH: 7,30
 PO2: 70
 PCO2: 50
 HCO3: 22
- Stridor
- Ekspresi muka klien tampak meringis
- Serum: 150
- Anoreksia sekunder
- Interaksi klien dengan lingkungan
berkurang
- Klien terlihat bingung dengan
keadaannya

C. ANALISA DATA

Data Fokus Problem Etiologi


DS: Ketidakefektifan bersihan Adanya massa
- Pasien mengeluh sulit jalan nafas
bernapas dan menelan
- Pasien mengeluh suara serak

DO:
- Pemeriksaan fisik pada leher
bawah kanan ditemukan
adanya pembengkakan
(massa) lebih dari satu.
- TTV:
 TD: 13/80 mmHg
 HR: 96x/mnt
 RR: 28x/mnt
 T: 37,40C
- Klien tampak pucat
- Pasien terlihat menggunakan
alat bantu nafas: cuping
hidung
- Pemeriksaan lab:
 T3: 1,03 N: 0,15-1,65
 T4: 87,8 N: 45-120
 TSH: 0,145 N: 0,47-5,01
 F. T4: 12,3 N: 7,1-18,5
- Stridor
- Capillary refill
- Kesadaran composmentis
-

DS: Gangguan pertukaran gas Obstruksi partial


- Pasien mengeluh sulit mekanik
bernapas dan menelan
-
DO:
- Pemeriksaan fisik pada leher
bawah kanan ditemukan
adanya pembengkakan
(massa) lebih dari satu.
- TTV:
 TD: 13/80 mmHg
 HR: 96x/mnt
 RR: 28x/mnt
 T: 37,40C
- Klien tampak pucat
- Capillary refill
- Hasil AGD:
 pH: 7,30
 PO2: 70
 PCO2: 50
 HCO3: 22
- Kesadaran composmentis
-

DS: Ketidakefektifan pola nafas Adanya obstruksi


- Pasien mengeluh sulit trakkeofaringeal
bernapas dan menelan
-

DO:
- Pemeriksaan fisik pada leher
bawah kanan ditemukan
adanya pembengkakan
(massa) lebih dari satu.
- TTV:
 TD: 13/80 mmHg
 HR: 96x/mnt
 RR: 28x/mnt
 T: 37,40C
- Klien tampak pucat
- Pasien terlihat menggunakan
alat bantu nafas: cuping
hidung
- Pemeriksaan lab:
 T3: 1,03 N: 0,15-1,65
 T4: 87,8 N: 45-120
 TSH: 0,145 N: 0,47-5,01
 F. T4: 12,3 N: 7,1-18,5
- Capillary refill
- Kesadaran composmentis

DS: Gangguan perfusi jaringan Suplai O2 tidak adekuat


- Pasien mengeluh sulit
bernapas dan menelan
-
DO:
- Pemeriksaan fisik pada leher
bawah kanan ditemukan
adanya pembengkakan
(massa) lebih dari satu.
- TTV:
 TD: 13/80 mmHg
 HR: 96x/mnt
 RR: 28x/mnt
 T: 37,40C
- Klien tampak pucat
- Pasien terlihat menggunakan
alat bantu nafas: cuping
hidung
- Pemeriksaan lab:
 T3: 1,03 N: 0,15-1,65
 T4: 87,8 N: 45-120
 TSH: 0,145 N: 0,47-5,01
 F. T4: 12,3 N: 7,1-18,5
- Capillary refill
- Kesadaran composmentis
-
DS: Gangguan rasa nyaman Proses penyakit
- Pasien mengeluh nyeri pada nyeri
tenggorokan yang rasanya
seperti tercekik
-
DO:
- Pemeriksaan fisik pada leher
bawah kanan ditemukan
adanya pembengkakan
(massa) lebih dari satu.
- TTV:
 TD: 13/80 mmHg
 HR: 96x/mnt
 RR: 28x/mnt
 T: 37,40C
- Ekspresi muka klien tampak
meringis
- Kesadaran composmentis
- Skala nyeri: 7
DS: Gangguan menelan Obstruksi partial
- Pasien mengeluh sulit mekanik
menelan
- Pasien mengatakan, makan
hanya 4-5 sendok.
-
DO:
- Pemeriksaan fisik pada leher
bawah kanan ditemukan
adanya pembengkakan
(massa) lebih dari satu.
- Pemeriksaan lab:
 T3: 1,03 (N: 0,15-1,65)
 T4: 87,8 (N: 45-120)
 TSH: 0,145 (N: 0,47-
5,01)
 F. T4: 12,3 (N: 7,1-18,5)
- Anoreksia sekunder
-
DS: Gangguan keseimbangan Intake yang tidak
- Pasien mengeluh sulit cairan dan elektrolit adekuat
menelan
-
DO:
- Pemeriksaan fisik pada leher
bawah kanan ditemukan
adanya pembengkakan
(massa) lebih dari satu.
- TTV:
 TD: 13/80 mmHg
 HR: 96x/mnt
 RR: 28x/mnt
 T: 37,40C
- BB sebelum: 50, sesudah: 47
- TB: 153
- Defisit cairan: 2.01 L
- Kesadaran composmentis
- Serum: 150
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit: elastisitas
kurang
-

DS: Gangguan pemenuhan Disfagia


- Pasien mengeluh sulit nutrisi
menelan
- Pasien mengatakan, makan
hanya 4-5 sendok.
DO:
- Pemeriksaan fisik pada leher
bawah kanan ditemukan
adanya pembengkakan
(massa) lebih dari satu.
- TTV:
 TD: 13/80 mmHg
 HR: 96x/mnt
 RR: 28x/mnt
 T: 37,40C
- BB sebelum: 50, sesudah: 47
- TB: 153
- IMT: 20,1 kg/m2
- Kesadaran composmentis
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit: elastisitas
kurang
- Anoreksia sekunder
DS: Kerusakan komunikasi Adanya penekanan
- Pasien mengeluh suara serak verbal pada pita suara

DO:
- Pemeriksaan fisik pada leher
bawah kanan ditemukan
adanya pembengkakan
(massa) lebih dari satu.
- Pasien terlihat berbicara
gagap
-
DS: Gangguan citra diri Perubahan fisiologis
- Klien mengatakan malu tubuh (pembengkakan
terhadap keadaannya leher)
DO:
- Pemeriksaan fisik pada leher
bawah kanan ditemukan
adanya pembengkakan
(massa) lebih dari satu.
- Interaksi klien dengan
lingkungan berkurang
DS: Cemas Tindakan pre-operasi
- Klien mengatakan cemas
karena akan dilakukannya
tindakan operasi
DO:
- TTV:
 TD: 13/80 mmHg
 HR: 96x/mnt
 RR: 28x/mnt
 T: 37,40C
- Klien tampak gelisah/cemas
-
DS: Kurang pengetahuan Kurang mengenal
- Pasien mengatakan sehari- sumber informasi
harinya mengkonsumsi tentang penyakit
sayur-sayuran dari jenis
Brassica seperti kubis, lobak
cina, brussels kecambah dan
ketika masak jarang
menggunakan garam yang
beriodium
- Klien bertanya-tanya tentang
penyakitnya
DO:
- Klien terlihat bingung
dengan keadaannya
- Klien tampak gelisah/cemas
-

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd adanya massa
2. Gangguan pertukaran gas bd obstruksi partial mekanik
3. Ketidakefektifan pola nafas bd adanya obstruksi trakkeofaringeal
4. Gangguan perfusi jaringan bd suplai O2 tidak adekuat
5. Gangguan rasa nyaman nyeri bd proses penyakit
6. Gangguan menelan bd obstruksi partial mekanik
7. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bd intake yang
tidak adekuat
8. Gangguan pemenuhan nutrisi bd disfagia
9. Kerusakan komunikasi verbal bd adanya penekanan pada pita
suara
10. Gangguan citra diri bd perubahan fisiologis tubuh
(pembengkakan leher)
11. Cemas bd tindakan pre-operasi
12. Kurang pengetahuan bd kurang mengenal sumber informasi
tentang penyakit
E. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi Keperawatan


1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan.
bersihan jalan nafas bd Rasional :
adanya massa keperawatan diharapkan Pernafasan secara normal kadang-kadang cepat, tetapi
bersihan jalan nafas klien berkembangnya distres pada pernafasan merupakan indikasi
efektif dengan kriteria hasil: kompresi trakea karena edema atau perdarahan.
Mempertahankan jalan nafas
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi.
paten dengan mencegah Rasional :
aspirasi. Ronchi merupakan indikasi adanya obstruksi.spasme laringeal
yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.

3. Kaji adanya dispnea, stridor, dan sianosis. Perhatikan kualitas


suara.
Rasional :
Indikator obstruksi trakea/spasme laring yang membutuhkan
evaluasi dan intervensi segera.

4. Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher,


menyokog kepala dengan bantal.
Rasional :
Menurunkan kemungkinan tegangan pada daerah luka karena
pembedahan.

5. Bantu dalam perubahan posisi, latihan nafas dalam dan atau


batuk efektif sesuai indikasi.
Rasional :
Mempertahankan kebersihan jalan nafas dan evaluasi. Namun
batuk tidak dianjurkan dan dapat menimbulkan nyeri yang berat,
tetapi hal itu perlu untuk membersihkan jalan nafas.
6. Selidiki kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral.
Rasional :
Merupakan indikasi edema/perdarahan yang membeku pada
jaringan sekitar daerah operasi.

7. Pertahankan alat trakeosnomi di dekat pasien.


Rasional :
Terkenanya jalan nafas dapat menciptakan suasana yang
mengancam kehidupan yang memerlukan tindakan yang darurat.

2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. kaji frekuensi kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot
bd obstruksi partial
keperawatan diharapkan aksesori, napas bibir, ketidakmampuan berbicara
mekanik
tidak terjadi gangguan R : berguna dalam evaluasi derajat distres
pertukaran gas dengan 2. tinggikan kepala tempat tidur. Bantu memilih posisi yang
kriteria hasil: mudah untuk bernapas.
R : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk
tinggi
3. dorong napas dalam perlahan
R : latihan napas dalam untuk menurunkan kolaps jalan napas
4. awasi status kesadran/status mental
R : gelisah dan ansietas adalah gambaran umum hipoksia
5. evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Batasi aktivitas
6. awasi tanda vital dan irama jantung
R : takikardi, distritmia dapat menunjukkan efek hipoksemia
Kolaborasi
1. awasi gambaran seri GDA
2. berikan oksigen tambahan bila diperlukan

3. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau frekwensi pernafasan , kedalaman, dan kerja
nafas bd adanya keperawatan diharapkan pola pernafasan
obstruksi nafas klien efektif: R : Untuk mengetahui adanya gangguan pernafasan pada pasien
trakkeofaringeal RR= 16-20x/ menit 2. Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi
Kedalaman inspirasi dan ekstensi atau eksensi pada saat beristirahat
kedalaman bernafas Ekspansi R : Menghindari penekanan pada jalan nafas untuk
dada simetris Tidak ada meminimalkan penyempitan jalan nafas
penggunaan otot bantu nafas 3. Ajari klien latihan nafas dalam
R : Untuk menstabilkan pola nafas
4 Persiapkan operasi bila diperlukan.
R : Operasi diperlukan untuk memperbaiki kondisi pasien

4 Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


jaringan bd suplai O2
keperawatan diharapkan
tidak adekuat 1. Berikan posisi datar pada anak dengan kaki ditinggikan
menunjukkan peningkatan
R: Untuk meningkatkan aliran balik vena. Membantu
suplai darah ke jaringan
mempertahankan / meningkatkan sirkulasi dan pengiriman
normal dengan kreteria hasil
oksigen ke otak.
1. Tanda-tanda vital dalam 2. Catat perubahan dalam tingkat kesadaran keluhan sakit
batas normal kepala, pusing, terjadi devisi sensori/ motori pada anak
2. Kapiler refill kurang R: Perubahan dapat menunjukan penurunan perfusi pada
dari 3 detik SSP akibat iskemia infark
3. Akral hangat 3. Pantau tanda-tanda vital
4. Tidak terdapat sianosis R : Perubahan dapat menunjukan penurunan sirkulasi /
hipoksia yang meningkatkan oklusi kapiler
4. Pertahanan suhu lingkungan
R : Mencegah vasokontriksi membantu dalam
mempertahankan sirkulasi dan perfusi.

5 Gangguan rasa nyaman Se Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non
nyeri bd proses penyakit
keperawatan diharapkan verbal, catat lokasi, intensitas (0-10), dan lamanya.
(pembesaran kelenjar
tiroid) nyeri hilang: R: Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan
pilihan intervensi, menentukan efektivitas terapi.
2. Anjurkan klien untuk teknik relaksasi napas dalam
R: Dengan teknik relaksasi dapat mengurangi nyeri.
3. Berikan minuman yang sejuk/makanan yang lunak ditoleransi
jika pasien mengalami kesulitan menelan.
Rasional : Menurunkan nyeri tenggorok tetapi makanan lunak
ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan.
4. Beri poskan kepala 10-isi semi fowler atau posisi telentang
tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat
R : untuk menghindari penekanan pada daerah tertentu
Kolaborasi
1. berikan obat analgesik sesuai indikasi

6 Gangguan menelan bd Se Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan menelan klien


obstruksi partial mekanik 2. Berikan latihan dan awasi klien untuk mengunyah dengan
keperawatan diharapkan
baik, makan dan menelan dengan perlahan
3. Atur posisi klien untuk duduk sebelum dan sesudah
makan serta anjurkan setiap kalinya setiap dia makan
4. Hindarkan makan dengan suhu ekstrem
5. Ukur intake dan output cairan dan kalori
6. Kurangi rasa nyeri dengan memberikan obat analgesik
cair sebelum makan untuk menurunkan disfagia (10-15 m

7 Gangguan keseimbangan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


cairan dan elektrolit bd
keperawatan diharapkan
intake yang tidak adekuat 1. Monitor intake dan output cairan.
pasien dapat memenuhi
R: Memberikan informasi tentang keadaan volume cairan.
kebutuhan cairan dan
2. Kaji turgor kulit, kelembapan dan membran mukosa.
elektrolit dengan kriteria
R : Peningkatan suhu atau demam dapat meningkatkan laju
hasil:
metabolik.
1. Turgor kulit baik. 3. Ukur berat badan tiap hari.
2. TTV stabil R: • Indikator langsung keadekuatan cairan dan
3. Membran mukosa nutrisi.
lembab
Kolaborasi :
Berikan cairan tambahan IV sesuai kebutuhan.

R : Mempertahankan cairan untuk memperbaiki kehilangan


cairan.

8 Gangguan pemenuhan
Se Setelah dilakukan tindakan 7. Kaji kemampuan menelan klien
nutrisi bd disfagia 8. Anjurkan makan dengan porsi sedikit tapi sering
keperawatan diharapkan
9. Berikan latihan dan awasi klien untuk mengunyah dengan
baik, makan dan menelan dengan perlahan
10. Atur posisi klien untuk duduk sebelum dan sesudah
makan serta anjurkan setiap kalinya setiap dia makan
11. Hindarkan makan dengan suhu ekstrem
12. Ukur intake dan output cairan dan kalori
13. Kurangi rasa nyeri dengan memberikan obat analgesik
cair sebelum makan untuk menurunkan disfagia (10-15 m
14. Usahakan masukan cairan 2500ml/24 jam bila tidak
diindikasikan
15. Pantau JDL dan elektrolit
16. Timbang berat badan klien setiap hari (jam sama)

9 Kerusakan komunikasi
Se Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pembicaraan klien secara periodik
verbal bd adanya
keperawatan diharapkan
penekanan pada pita R : Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor
suara
kedua dari odema jaringan / sebagai efek pembedahan.

2. Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.

R : Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak

3. Kunjungi klien sesering mungkin


R : Mengurangi kecemasan klien

4. Ciptakan lingkungan yang tenang.

R: Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara


perawat dan klien.

10 Gangguan citra diri bdSe Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tingkat perubahan rentang harga diri rendah
perubahan fisiologis
keperawatan diharapkan R : Mengetahui kopping individu pasien
tubuh (pembengkakan
leher) pasien menunjukkan 2. Pastikan tujuan tindakan yang kita lakukan adalah realistis
Penerimaan diri secara verbal R : Meningkatkan hubungan saling percaya dengan pasien
Mengerti akan kekuatan diri 3. Sampaikan hal-hal yang positif secara mutlak untuk klien,
Melakukan perilaku yang tingkatkan pemahaman tentang penerimaan anda pada pasien
dapat meningkatkan rasa sebagai seorang individu yang berharga.
percaya diri R : Meningkatkan harga diri pasien
4. Diskusikan masa depan klien, bantu klien dalam
menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan panjang.
R : Membantu klien menentukan masa depan yang diinginkan
11 Cemas bd tindakan pre-
Se Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi dan pasca
operasi
keperawatan diharapkan operasi, termasuk test laboratorium pra op, persiapan kulit, alasan
Tujuan : Klien status puasa, obat-obatan pre op, aktifitas area tunggu, tinggal
mengungkapkan ansietas diruang pemulihan dan program pasca operasi.
berkurang/hilang.
R: Pengetahuan tentang apa yang diper-lukan membantu
Kriteria evaluasi: Klien mengurangi ansie-tas & meningkatkan kerjasama klien selama
melaporkan lebih sedikit pemulihan, mempertahankan kadar analgesik darah konstan,
perasaan gugup, memberikan kontrol nyeri terbaik
mengungkapkan pe-
2. Informasikan klien bahwa obatnya tersedia bila diperlukan
mahaman tentang kejadian
untuk mengontrol nyeri, anjurkan untuk memberitahu nyeri dan
pra operasi dan pasca
meminta obat nyeri sebelum nyerinya bertambah hebat.
operasi, postur tubuh riileks

3. Informasikan klien bahwa ada suara serak & ketidaknyamanan


menelan dapat dialami setelah pembedahan, tetapi akan hilang
secara bertahap dengan berkurangnya bengkak  3-5 hari.

R: Pengetahuan tentang apa yang diper-kirakan membantu


mengurangi an-sietas.

4. Ajarkan & biarkan klien mempraktekkan bagaimana


menyokong leher untuk menghindari tegangan pada insisi bila
turun dari tempat tidur atau batuk.

R: Praktek aktifitas-aktifitas pasca ope-rasi membantu menjamin


penurunan program pasca operasi terkomplikasi

5. Biarkan klien dan keluarga mengungkapkan perasaan tentang


pengalaman pembedahan, perbaiki jika ada kekeliruan konsep.
Rujuk pertanyaan khusus tentang pembedahan kepada ahli
bedah.

R: Dengan mengungkapkan perasaan membantu pemecahan


masalah dan memungkinkan pemberi perawatan untuk
mengidentifikasi kekeliruan yang dapat menjadi sumber
kekuatan. Keluarga adalah sistem pendukung bagi klien. Agar
efektif, sistem pendukung harus mempunyai mekanisme yang
kuat.

6. Lengkapi daftar aktifitas pada daftar cek pre op, beritahu


dokter jika ada kelainan dari test Lab. pre op.
R: Daftar cek memastikan semua aktifi-tas yang diperlukan telah
lengkap. Aktifitas ini dirancang untuk memas-tikan klien telah
siap secara fisiologis untuk operasi dan mengurangi resiko
lamanya penyembuhan.

12 Kurang pengetahuan bd Se Setelah dilakukan tindakan 1 Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
kurang mengenal sumber
keperawatan diharapkan R: Meningkatkan pengetahuan pasien
informasi tentang
penyakit pasien Mengikuti pengobatan 2 Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus
yang disarankan Peningkatan krisis tiroid yang terjadi, seperti orang/sosial, pekerjaan,
pengetahuan pasien Dapat infeksi, kehamilan
menghindari sumber stress R : Agar pasien bisa menghindari sumber stress
3 Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit
gondok serta penyebabnya
R : Dapat mengidentifikasi gejala awal dari gondok
4 Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga
ketaatan terhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek
samping obat tersebut
R : Pasien bisa mengikuti terapi yang disarankan

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan; Edisi 8. EGC. Jakarta.
Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd Edition. WB Saunders.
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah; volume 3. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran; Edisi 3, Jilid 1. Media Aesculapius, FKUI. Jakarta.
Soeparman. 1999. Buku Ajar Penyakit Dalam; Jilid 1, Edisi 2. FKUI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai