Ppok B Ririn
Ppok B Ririn
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif,
artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari
tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi akut. Berbagai
faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor resiko yaitu faktor yang
menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi udara, polusi
lingkungan, infeksi, genetik dan perubahan cuaca.
Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen yang
memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar
paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut
membuat perburukan makin lebih cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaan PPOK
perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut, sehingga pengobatan PPOK menjadi lebih baik.
Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup
bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi ireversibel
yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara
paru-paru.
Akhir-akhir ini penyakit ini semakin menarik untuk dibicarakan oleh karena prevalensi
dan angka mortalitasnya yang terus meningkat.Meningkatnya usia hidup manusia dan dapat
diatasinya penyakit degeneratif lainnya COPD sangat mengganggu kualitas hidup diusia
lanjut. Bidang industri yang tidak dapat dipisahkan dengan polusi udara dan lingkungan
serta kebiasaan merokok merupakan penyebab utama.
1
9. Bagaimana pencegahan PPOK ?
10. Bagaimana pathway/woc PPOK ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan teori dan asuhan keperawatan kasus PPOK ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi PPOK
2. Untuk mengetahui klasifikasi PPOK
3. Untuk mengetahui etiologi PPOK
4. Untuk mengetahui patofisiologi PPOK
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis PPOK
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang PPOK
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan PPOK
8. Untuk mengetahui komplikasi PPOK
9. Untuk mengetahui pencegahan ppok
10. Untuk mengetahui WOC PPOK
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori dan asuhan keperawatan kasus pada
pasien PPOK
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyakit obstruksi jalan nafas karena
bronkitis kronis atau emfisema. Obstruksi tersebut umumnya bersifat progresif, bisa
disertai hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat reversible. Bronkitis kronis ditandai
dengan batuk-batuk hamper setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurangkurangnya 3
bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun.Emfisema adalah
suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran
udara (Mansjoer, 2000).
2.2 Klasifikasi
a. Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam
bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama
3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut.
b.Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar.
c. Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.
Menurut Arif Muttaqin, (2008: 156 ) penyebab dari Penyakit Paru Obstruksi
Kronikadalah :
3
a. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis kronik dan
emfisema.
b. Adanya infeksi : Haemophilus influenzae stafilokokus, pneumokokus dan
streptococcus pneumonia.
c. Rangsangan : misalnya asap pabrik, mobil, rokok.
d. Faktor keturunan.
e. Faktor sosial- ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi menurut Brashers (2007), Mansjoer (2000) dan Reeves (2001) adalah :
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas dan mengiritasi
saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini , kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir
dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir
yang dihasilkan serta terjadi batuk, batuk dapat menetap selama kurang lebih 3 bulan
berturut-turut. Sebagai akibatnya bronkhiolus menjadi menyempit, berkelokkelok dan
berobliterasi serta tersumbat karena metaplasia sel goblet dan berkurangnya elastisitas
paru. Alveoli yang berdekatan dengan bronkhiolus dapat menjadi rusak dan membentuk
fibrosis mengakibatkan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri, pasien kemudian menjadi rentan terkena
infeksi.
Infeksi merusak dinding bronchial menyebabkan kehilangan struktur pendukungnya
dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat bronki. Dinding
bronkhial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat. Sumbatan pada bronkhi
atau obstruksi tersebut menyebabkan alveoli yang ada di sebelah distal menjadi kolaps.
Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernafasan dengan penurunan kapasitas
vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume residual terhadap kapasitas total
paru sehingga terjadi kerusakan campuran gas yang di inspirasi atau ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari berkurangnya
permukaan alveoli bagi pertukaran udara. Ketidakseimbangan ventilasi–perfusi ini
menyebabkan hipoksemia atau menurunnya oksigenasi dalam darah. Keseimbangan
normal antara ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi
terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi tetap sama. Saluran
4
pernafasan yang terhalang mukus kental atau bronkospasma menyebabkan penurunan
ventilasi, akan tetapi perfusi akan tetap sama atau berkurang sedikit.
Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara menyebabkan perubahan
pada pertukaran oksigen dan karbondioksida. Obstruksi jalan nafas yang diakibatkan
oleh semua perubahan patologis yang meningkatkan resisten jalan nafas dapat merusak
kemampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran oksigen atau karbondioksida.
Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar karbondioksida meningkat. Metabolisme
menjadi terhambat karena kurangnya pasokan oksigen kejaringan tubuh, tubuh
melakukan metabolisme anaerob yang mengakibatkan produksi ATP menurun dan
menyebabkan defisit energi. Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi juga menjadi berkurang yang dapat menyebabkan
anoreksia.
Selain itu, jalan nafas yang terhambat dapat mengurangi daerah permukaan yang
tersedia untuk pernafasan, akibat dari perubahan patologis ini adalah hiperkapnia,
hipoksemia dan asidosis respiratori. Hiperkapnia dan hipoksemia menyebabkan
vasokontriksi vaskular pulmonari, peningkatan resistensi vaskular pulmonary
mengakibatkan hipertensi pembuluh pulmonary yang meningkatkan tekanan vascular
ventrikel kanan atau dekompensasi ventrikel kanan.
2.5 Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang umum muncul pada pasien dengan COPD atau PPOK adalah sebagai
berikut:
Batuk produktif, pada awalnya intermiten, dan kemudian terjadi hampir tiap hari
seiring waktu
sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukupurulent sesak
sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernafas Batuk dan
ekspektorasi,dimana cenderung meningkat dan maksimal pada pagi hari
Sesak nafas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan berkembangnya penyakit
pada keadaan yang berat, sesak nafas bahkan terjadi dengan aktivitas minimal dan
bahkan pada saat istirahat akibat semakin memburuknya abnormalitas pertukaran
udara.
Pada penyakit yang moderat hingga berat, pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan
penurunan suara nafas, ekspirasi yang memanjang, ronchi, dan hiperresonansi pada
perkusi
5
Anoreksia
Penurunan berat badan dan kelemahan
Takikardia, berkeringat
Hipoksia
Semua penyakit pernapasan dikaraktaristikan oleh obstruksi koronis pada aliran
udara.
Penyebab utama obstruksi bermacam-macam, misalnya:
Inflamasi jalan napas
Pelengketan mukosa
Penyempitan lumen jalan napas
Kerusakan jalan napas
Takipnea
Ortopnea (Doenges, 1999:152)
7
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi
ventrikel kanan.
g. Ekokardiografi
Menilai funfsi jantung kanan
h. Bakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan
untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi
saluran napas berulng merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita
PPOK di Indonesia.
i. Kadar alfa-1 antitripsin
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda),
defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan eksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan secara rawat jalan
ataurawat inap dan dilakukan di poliklinik rawat jalan, ruang rawat inap, unit gawat
darurat, atau ruang ICU (PDPI, 2009).
8
d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya
golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol
5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer
atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara perlahan.
2. Terapi jangka panjang di lakukan :
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4×0,25-0,5/hari
dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap
pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari
fungsi faal paru.
c. Fisioterapi
d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
e. Mukolitik dan ekspektoran
f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II
dengan PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)
2.8 Komplikasi
1. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg,
dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan
mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
2. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya aliran
udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea
4. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali
9
berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
5. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial. Penyakit
ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon
terhadap therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan dan
distensi vena leher seringkali terlihat.
2.9 Pencegahan
10
2.10 WOC
Pencetus
(Asthma, Bronkhitis kronis, Emfisema) Rokok dan
polusi
PPOK Inflamasi
11
BAB III
Nama : untuk membedakan pasien satu dengan pasien yang lain karena
banyak orang yang namanya sama.
3.2.1Keluhan utama
Singkat dan jelas, 2 atau 3 kata yang merupakan keluhan yang membuat pasien
meminta bantuan kesehatan.
Jika pengkajian dilakukan setelah beberapa hari pasien MRS maka keluhan utama
diisi dengan keluhan yang dirasakan saat pengkajian. Misalnya: keluhan utama
pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan: sesak nafas, batuk.
Provokatif Qualitas Regio Skala Time ( analisis gejala keluhan utama yang
meliputi awitan, waktu, durasi, karakteristik, tingkat keparahan, lokasi, faktor
12
pencetus, gejala yang berhubungan dengan keluhan utama, dan faktor yang
menurunkan keparahan).
Penyakit berat yang pernah diderita : akut, kronis atau fraktur ( semua
riwayat penyakit yang pernah di derita, operasi ).
Obat-obat yang biasa dikonsumsi: obat dengan resep atau dengan bebas atau herbal
( sebutkan jenis dan kegunaannya)
Penyakit yang dialami satu anggota keluarga, bila merupakan penyakit keturunan,
mengkaji 3 generasi ke atas. Mencangkup setiap kelainan genetic keluarga ( HT,
DM )/ penyakit dengan kecenderungan keluarga ( cancer), penyakit menular (
TBC,Hepatitis, HIV/AIDS ), gangguan psikiatrik ( skizofrenia ) dan penyalah
gunaan obat.
13
Genogram :
Ket : ………………………….
Khusus untuk penyakit infeksi/ penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan.
Identifikasi lingkungan rumah/ keluarga, pekerjaan atau hobi klien ( yang
berhubungan dengan penyakit klien ), fokuskan pada adanya paparan yang
menyebabkan penyakit tersebut (debu, asbestosis, silica atau zat racun lainnya)
tanyakan keadaan lingkungan klien, lingkungan yang penuh (crowded) resiko
peningkatan infeksi pada saluran pernafasan seperti TBC, Virus dll.
Hidung
14
Palpasi : nyeri tekan ada fraktur tulang nasal
Mulut
Sinus paranasalis
Leher
limfe
Faring
Area dada
Inspeksi : pola nafas, penggunaan otot Bantu pernafasan, rytme dan kedalaman
inspirasi, pergerakan dada simetris/tidak, waktu inspirasi ekspirasi
(rasio inspirasi : ekspirasi/ normalnya 1:2), perbedaan kesimetrisan
intercosta kiri dan kanan, kesimetrisan supraklavikula, bentuk dada (
barrel chest, pigeon chest, funnelchest, normal, dada cembung atau
cekung), trauma dada, pembengkakan, penyebaran warna kulit,
cikatrik.
15
Palpasi : nyeri tekan, kelainan pada dinding thorax, bengkak (konsistensi,
suhu, denyutan, dapat di gerakkan / tidak), kulit terasa panas, krepitasi,
vocal fremitus melemah / mengeras kanan dan kiri sama atau tidak.
Anamnesa:
Wajah
Inspeksi : pucat
Leher
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : menggigil
16
Palpasi : demam
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : menggigil
Palpasi : demam
B. Persyarafan
Anamnesis :
Pasien mengatakan tidak mengalami kelainan pada sistem persyarafan seperti nyeri
kepala berputar-putar dan hilang keseimbangan.
Compos mentis
GCS (E4V5M6)
C. Perkemihan-Eliminasi Urin
Anamnesa
Genetalia eksterna
Perempuan
Genetalia eksterna
Inspeksi : normal
Kandung kemih
Inspeksi : normal
17
Ginjal
Inspeksi : normal
Palpasi : normal
Perkusi : normal
Lidah
Faring - Esofagus
Inspeksi : hiperemi, warna dan bentuk palatum. Tonsil (bentuk, warna dan
ukuran)
18
Perkusi : tymphani, hipertympani, batas – batas hepar, nyeri
Palpasi:
Kuadran I:
Kuadran II:
Lien splenomegali
Kuadran III:
Kuadran IV:
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan seperti gatal dan tidak adanya ruam
kulit.
Warna kulit
pucat
Kekuatan otot : 4 4
4 4
Fraktur
Look : pemendekan,Deformitas,Bengkak
Feel : nyeri, pulsasi (nadi bagian distal), Perfusi (normal : hangat, kering,
merah), krepitasi tulang.
19
Move : kekakuan dan kontraktur sendi.
Luka
Inspeksi : peradangan
Palpasi : hangat
Lesi kulit
Lesi kulit :
Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler
yang reversibel
Vesikel : gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari ½ cm garis
tengah dan memp.dasar.
Pustul : vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap dibagian bawah vesikel
disebut vesikel hipopion
Bula : vesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal istilah bula hemoragik, bula
purulen, dan bula hipopion
Kista : Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel maupun sisa sel. Isi kista terdiri atas
hasil dindingnya yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel epitel lapisan
tanduk dan rambut
Abses : merupakan kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit terdapat
di bagian kutis atau subkuti. Batas antara ruangan yang berisi nanah dan jaringan
sekitarnya tidak jelas. Abses biasanya terbentuk dari infiltrat radang.
Papul : penonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter kurang dari ½
cm, berisikan zat padat
Nodus :massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan dapat menonjol
jika ukurannya < 1 cm, disebut nodulus
20
F. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa :
Pasien mengatakan tidak mengalami kejang atau kram, pandangan tidak kabur, tidak
tremor dan tidak sulit menelan.
Kepala
Inspeksi : normal
Leher
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid
Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan
parathyroid
Payudara
Inspeksi : normal
Genetalia
Inspeksi : normal
Palpasi : normal
Ekstremitas bawah
Palpasi : normal
G. Sistem Reproduksi
Anamnesa :
Payudara
Inspeksi : normal
Palpasi : normal
Axilla
Inspeksi : tidak adanya benjolan abnormal
Palpasi : tidak adanya benjolan abnormal
Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran abdomen
Palpasi : normal
Genetalia
Inspeksi : normal
21
Palpasi : normal
H. Persepsi sensori :
Anamnesa :
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan seperti pandangan kabur atau ganda.
Mata
Inspeksi : normal
Kornea : normal
Lensa : normal
Palpasi : normal
Penciuman (Hidung)
Perkusi : normal
22
3.5 Diagnosa Keperawatan
23
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
4.1 KASUS
Tn.T berusia 45 tahun, agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan pegawai pabrik
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 10 November 2017, dengan keluhan sesak napas,
batuk berdahak berwarna putih kental dan merupakan perokok aktif . Dari hasil observasi
didapatkan TD 120/70 mmHg,Nadi 115x/menit, RR 27/menit, suhu 36,80..tampilan fisiknya
pink puffer, Ny. B mengatakan punya penyakit asma dan pernah didiagnosa dokter menderita
bronkitis kronis lebih kurang dua tahun yang lalu.
A. Biodata Pasien
Nama : Tn T
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
24
4.2 RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan punya penyakit asma dan pernah didiagnosa dokter menderita
bronkitis kronis lebih kurang dua tahun yang lalu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan jika dikeluarganya belum pernah ada yang menderita penyakit
PPOK
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien tinggal bersamakeluarga. keluarga pasien mengatakan lingkungan
rumahnya bersih.
4.3 Pemeriksaan Fisik
TD : 120/70 mmHg
RR : 25x/menit
Suhu : 36,80C
Nadi : 115x/menit
25
Mulut
Inspeksi :mukosa bibir kering
Area dada
Inspeksi : dada simetris
Palpasi : nyeri tekan
Perkusi :batas – batasjantung
Auskultasi : suara nafas wheezing
B. Cardiovascular danLimfe
Anamnesa :Sesak nafas saat beraktivitas
Wajah
Inspeksi :sembab,pucat,konjungtiva pucat
Leher
Inspeksi : Ada bendungan vena jugularis
Dada
Inspeksi : Simetris
Palpasi : letak ictus kordis
Perkusi :batasjantung bunyi redup
Auskultasi :bunyijantung (Bj1 dan Bj2 tunggal)
Ekstrimitas atas
Inspeksi : Tidak sianosis
Palpasi : tidak ada CRT, suhu akral panas
Ekstrimitas bawah
Inspeksi :Tidak sianosis
Palpasi :Tidak ada CRT, suhu akral panas, tidak adanya odem
C. Persyarafan
Anamnesa : tidak ada pusing
1. Ujinervus 1 olfaktorius (pembau) : Bisa membedakan bau
2. Ujinervus II opticus (penghilatan) : Tidak ada rabun
26
3. Ujinervus III oculomotorius : tidak ada odem pada kelopak mata
4. Ujinervus IV toklearis :ukuran pupil normal
5. Ujinervus V trigeminus : dapat menutup mulut secara tiba-tiba
6. Ujinervus VI abdusen : Gerakan bola mata simetris
7. Ujinervus VII facialis : Dapat menggembungkan pipi dan dapat menaik turunkan
alis mata
8. Ujinervus VIII additorious / akustikus : Dapat mendengar dengan normal
9. Ujinervus IX glosoparingeal :Tidak ada reflek muntah
10. Ujinervus X vagus : Dapat menelan, menggerakan lidah dengan benar
11. Ujinervus XI aksesorius : Dapat menggerakan bahu dan kepala
12. Ujinervus hypoglossal : Dapat menjulurkan lidah
D. Sistem pencernaan-EliminasiAlvi
Anamnesa : Nafsu makan baik
Mulut
Inspeksi : Tidak ada sianosis
Palpasi : tidak ada nyeritekan
5 5
Keterangan:
G. System reproduksi
Anamnesa : tidak ada keluhan
H. Persepsi sensori
Anamnesa :tidak ada nyeri pada mata, tidak ada masalah pada penglihatan
Mata
28
Inspeksi :simetris.
29
ANALISA DATA
4.5 Diagnosa Keperawatan
DIAGNOSIS ____________________________________________
Lingkungan
Terpajan asap
Obstruksi jalan napas
30
Fisiologis
Asmaa
Disfungsi neuromuskular
Infeksi
Jalan nafas alergi
Subjective data entry : Objective data entry :
31
4.6 Intervensi Keperawatan
NIC NOC
- Monitor tekanan
darah, frekuensi
pernafasan dan
denyut nadi
- Perhatikan batuk yang
berlebihan,
meningkatnya
32
dispnea, adanya secret
dan adanya ronchi
Kolaborasi :
- Berikan oksigen
lembab sesuai
program
- Berikan terapi sesuai
program
4.7 IMPLEMENTASI
No. Tanggal/jam Tindakan Paraf
Diagnosa
33
terhadap pentingnya
melaporkan
ketidaknyamanan dada
secara langsung
Respon :
Pasien mau
melakukannya
Melakukan kolaborasi
dengan dokter untuk terapi
oksigen
Hasil : Memberikan O2
tambahan 3 liter/menit
4.6 EVALUASI
Masalah TANGGAL/JA Catatan Perkembangan Paraf
keperawatan/kolabor M
atif
1. 10-11-2017/ S : Pasien mengatakan sesak
08.00 nafas san batuk berdahak
O : TTV
TD:130/80
mmHg,N:92x/mnt,RR:27x/mnt,S:
37o C,adanya bunyi ronki,pasien
tampak gelisah
A : Gangguan Pertukaran Gas
P : -Kolaborasi pemberian
oksigen
-terapi pengobatan nebulizer
-ajarkan teknik nafas dalam
-kolaborasi pemberian obat
I : melakukan kolaborasi
34
pemberian oksigen 2 ltr/mnt
E : Pasien mengatakan sesak
nafassudah berkurang tetapi
masih batuk
R : -Terapi pengobatan Nebulizer
-Mengajarkan Batuk efektif
35
BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang
dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-
perubahan patologi pada paru. PPOK adalah penyakit yang diderita seumur hidup dan
disebabkan oleh infeksi virus dan rokok.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk mencegah terjadinya PPOK harus terhindar dari merokok untuk
mencapai hidup yang sehat, dan paru-paru dapat bekerja dengan baik.
36
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer (2001), kapita Selekta kedokteran Jilid I: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta
Marilyn E dongoes (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta
Carpenito. Lynda juall (1999), Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan edisi 6: EGC,
Jakarta
37