Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan mutu dalam pembangunan kesehatan bertujuan

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai hal tersebut

dibutuhkan pula upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan melalui

pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Puskesmas

menitikberatkan pada upaya pelayanan kesehatan promotif dan preventif

tanpa mengenyampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya kesehatan

yang berorientasi pada nilai positif kesehatan dengan meningkatkan kualitas

hidup seoptimal mungkin serta meningkatkan pengetahuan individu dan

keluarga untuk hidup mandiri. Puskesmas harus mampu memberikan

pelayanan yang bermutu dan professional sesuai dengan tuntuan masyarakat.

Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai bagian integral

dari pelayanan kesehatan harus juga memenuhi persyaratan mutu, sehingga

mendukung terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas yang

optimal. Pelayanan keperawatan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan

yang dilaksanakan secara profesional sesuai standar, memperhatikan kode

etik.

Semua kegiatan yang dilakukan perawat baik sebagai pelaksana

maupun kordinator program di Puskesmas harus dicatat dan dilaporkan. Hal

ini sebagai laporan kinerja yang bisa dijadikan bahan evaluasi untuk

1
2

pengambilan keputusan. Salah satu kegiatan yang harus selalu dicatat dan

dilaporkan adalah bukti asuhan keperawatan. Pendokumentasian asuhan

keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana

keperawatan, tindakan keperawatan hingga evaluasi dapat dijadikan alat

untuk penilaian indikator kinerja perawat (Depkes, 2009).

Mutu pelayanan keperawatan dapat tercermin dari dokumentasi

asuhan keperawatan yang dibuat berdasarkan fakta dan dapat

dipertanggungjawabkan. Sebagai alat informasi bagi tenaga kesehatan lain,

dokumentasi asuhan keperawatan harus ditulis berdasarkan aturan yang

berlaku. Dokumentasi yang jelas dapat berfungsi sebagai media komunikasi,

media studi pendahuluan pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan

(Depkes, 2010). Menurut Nursing Board of Tasmania, 2007 dalam Potter &

Perry, 2009, Ciri dokumentasi asuhan keperawatan yang baik adalah: 1)

berdasarkan fakta (faktual basis) 2) akurat (accuracy) 3) lengkap

(completeness) 4) ringkas (conciseness) 5) terorganisir (organization) 6)

waktu yang tepat (time liness) 7) bersifat mudah dibaca (legibility).

Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan keperawatan di

Puskesmas termasuk dalam kegiatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

yang diatur dalam pedoman penyelenggaraan upaya keperawatan kesehatan

masyarakat meliputi upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan

masyarakat (UKM) (Kepmenkes RI No. 279/Menkes/SK/IV/2006).

Pendekatan utama dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan kesehatan

masyarakat baik di dalam maupun luar gedung Puskesmas adalah pendekatan

proses keperawatan (nursing process) meliputi pengkajian, penetapan


3

diagnosa keperawatan, penetapan rencana tindakan, implementasi tindakan

keperawatan dan evaluasi. Upaya keperawatan kesehatan masyarakat sebagai

upaya kesehatan professional, haruslah dapat dipertanggung jawabkan baik

dalam aspek teknis maupun administratif. Pertanggungjawaban tersebut dapat

berupa pendokumentasian Asuhan keperawatan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas

Kertasemaya pada tanggal 5 Februari 2017, diperoleh data bahwa dari 5

dokumentasi asuhan keperawatan yang diteliti, terdapat 4 dokumentasi yang

tidak lengkap, dan hanya 1 dokumentasi asuhan keperawatan yang lengkap

dan benar dalam pengisiannya. Hasil wawancara kepada perawat diperoleh

bahwa perawat merasa malas untuk melakukan pendokumentasian karena

terlalu banyak menulisnya.

Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Menurut Handoko, (2011) faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan pekerjaan (kinerja) seseorang berkaitan dengan tugasnya adalah

faktor motivasi. Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan

situasi tertentu yang dihadapinya (Soetrisno, 2011). Hasil penelitian Komite

Pekerja Perawat di Maryland terhadap 933 orang perawat tahun 2008

menggambarkan situasi yang dapat mempengaruhi motivasi perawat dalam

melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan metoda

kuantitatif dan kualitatif. Hasil perhitungan secara kuantitatif didapatkan data

bahwa 81% responden menyatakan pendokumentasian asuhan keperawatan

menyita waktu sehingga berdampak langsung terhadap pelayanan, 36%

menyelesaikan pendokumentasian setelah jam kerja selesai, 63% kelebihan


4

jam kerja harus dibayar oleh rumah sakit, 55% perawat melakukan

pendokumentasian secara berlebihan, 64% pendokumentasian dilakukan

secara manual, 36% melakukan secara elektronik (komputer). (Gugerty &

Maranda, et al, 2007). Sedangkan Girsang (2008) mengemukakan adanya

hubungan yang bermakna antara pemberian imbalan dengan

pendokumentasian asuhan.

Menurut data Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat (2015), ditinjau

dari sebaran berdasarkan unit kerja, tenaga keperawatan di Puskesmas

termasuk Puskesmas pembantu (Pustu) dan Poli Klinik Desa (Polindes)

65,39% dan tenaga keperawatan yang berada di rumah sakit 34,61%. Maka

berdasarkan dari data ini tenaga keperawatan yang berada di Puskesmas jauh

lebih banyak dari tenaga keperawatan yang berada di rumah sakit.

Hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

pendokumentasian sudah banyak dibuktikan dan disosialisasikan, namun

hasil penelitian tersebut belum dapat memberikan dampak terhadap

peningkatan kualitas pendokumentasian secara bermakna, sehingga sampai

saat ini pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan masih belum

optimal. Kondisi yang sama juga terjadi di Puskesmas wilayah Kabupaten

Indramayu.

Hasil kegiatan program Perkesmas di Puskesmas Kertasemaya

Kabupaten Indramayu tahun 2016 antara lain keluarga rawan yang mendapat

pembinaan yaitu : ibu hamil 79% (target 80%), bayi 60% (target 80%), balita

42% (target 80%), penyakit kronis 36% (target 80%), lansia 21% (target

80%), dan pasien perlu tindak lanjut perawatan 48% (target 80%). Apabila
5

dibandingkan antara hasil cakupan kelompok risiko tinggi dan target program

maka dapat dikategorikan belum semuanya mencapai target yang ditetapkan.

Sedangkan keluarga rawan yang selesai dibina mencapai 19 % (target 22%),

dengan rincian Keluarga Mandiri (KM) I 5%, KM II 17%, KM III 36%, KM

IV 18%. Hal ini menunjukan cakupan pembinaan keluarga rawan masih

kurang dalam mencapai target yang ditetapkan yaitu 22% untuk tahun 2016.

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Hubungan Motivasi Kerja Perawat dengan

Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Keluarga di Puskesmas

Kertasemaya Kabupaten Indramayu”

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat

dibuat adalah apakah ada hubungan antara motivasi kerja perawat dengan

pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga di Puskesmas

Kertasemaya Kabupaten Indramayu?.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan motivasi

kerja perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan

keluarga di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu.


6

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui motivasi kerja motivasi kerja perawat di Puskesmas

Kertasemaya Kabupaten Indramayu

2. Mengetahui pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan

keluarga di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu

3. Mengetahui hubungan motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan

pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga di Puskesmas

Kertasemaya Kabupaten Indramayu

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini dijadikan bahan masukan bagi perkembangan ilmu

keperawatan khususnya bidang keperawatan komunitas dalam

kaitananya dengan motivasi kerja perawat dalam pelaksanaan

dokumentasi asuhan keperawatan keluarga dalam kegiatan Perawatan

Kesehatan Masyarakat di puskesmas

2. Dapat memberikan tambahan wawasan dalam bahasan manajemen

keperawatan di Puskesmas dan manajemen sumberdaya manusia

khususnya tenaga perawat.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Puskesmas

Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan /

program perawatan kesehatan di Puskesmas


7

2. Bagi Peneliti

diharapkan penelitian ini dapat sebagai masukan dan ada penelitian

lanjut yang berhubungan dengan peningkatan mutu pelayanan

perawat, tidak hanya perawat di puskesmas tetapi di instansi yang lain

sehingga dapat diperluas cakupannya

1.5.Keaslian Penelitian

1.5.1. Penelitian yang dilakukan oleh Sarifudin (2009), meneliti tentang kualitas

dokumentasi asuhan keperawatan komunitas di Kabupaten Cirebon,

didapatkan bahwa sebagian besar perawat belum melakukan

pendokumentasian askep dengan benar dan lengkap (82,5%). Analisis

bivariatnya mendapatkan hasil ada pengaruh antara faktor pendidikan

terhadapkualitas dokumentasi asuhan keperawatan dengan p value 0,0001

( alpha = 0,05). Desain penelitiannya menggunakan uji path analisis dan

uji korelasi rank spearman. Pengambilan sampelnya secara acak sederhana

(simple random sampling) dengan jumlah responden sebanyak 98

responden. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang

ditelitinya yaitu motivasi kerja perawat sebagai variabel independennya,

dan desain penelitian menggunakan studi korelasional dengan analisis

bivarian dengan uji kai kuadrat.

1.5.2. Penelitian lain adalah Astutu (2011), yang meneliti tentang gambaran

dokumentasi asuhan keperawatan dilihat dari aspek substansi dan teknik

pendokumentasian di Ruang Perawatan Umum Rumah Sakit Wijaya

Kusumah Kuningan Tahun 2011. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa


8

dokumentasi asuhan keperawatan 81 % masuk kategori kurang baik, 19 %

kategori sedang dan tidak satupun kategori baik. Desain penelitian

menggunkaan studi deskriptif dengan jumlah responden sebanyak 63

responden yang diambil secara acak sederhana. Pada penelitian ini jumlah

responden yang diambil adalah total jumlah perawat dengan desain

penelitian menggunakan studi korelasional.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau

tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang

berwenang (Potter & Perry, 2012).Salah satu indikator kinerja perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan bisa dilihat dari pelaksanaan

pendokumentasian asuhan keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan

bagian dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang menggunakan pendekatan

proses keperawatan yang memilliki nilai hukum yang sangat penting. Tanpa

dokumentasi keperawatan maka semua implementasi keperawatan yang telah

dilaksanakan oleh perawat tidak mempunyai makna dalam hal tanggung jawab

dan tanggung gugat (Merrelli, 2010).

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti akuntabilitas tentang apa yang

telah dilakukan oleh seorang perawat kepada pasiennya. Dengan adanya

pendokumentasian yang benar maka bukti secara profesional dan legal dapat

dipertanggung jawabkan (Iyer, 2011). Karena dokumentasi keperawatan adalah

suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam

tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat

kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/ tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan

kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Fisbach, 2007)

9
10

Tujuan pendokumentasian asuhan keperawatan menurut Potter dan Perry

(2012) adalah: 1) sebagai alat komunikasi antar anggota tim perawat dan tim

kesehatan lain 2) bisa berdampak terhadap pemberian jasa pelayanan 3) media

belajar bagi mahasiswa dan untuk bahan penelitian dan pengembangan ilmu

keperawatan 4) sumber data dalam menyusun rencana asuhan keperawatan 5)

untuk sumber data dalam audit keperawatan 6) merupakan dokumen yang bisa

dijadikan aspek legal dan alat bukti autentik bagi perawat ketika menghadapi

masalah hokum 7) dokumentasi asuhan keperawatan merupakan sistim informasi

statistik

Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah keakuratan

data, ringkas dan legibility. Menurut Carpenito (2007) aspek-aspek yang harus

diperhatikan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan adalah: 1)

dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan,

demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan, 2) bila memungkinkan,

catat setiap respon pasien/ keluarganya tentang informasi/ data yang penting

tentang keadaannya, 3) pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat, 4)

data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini

perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien

mulai dari pengkajian sampai evaluasi, 5) dokumentasikan dengan baik apabila

terjadi hal-hal sebagai berikut seperti adanya perubahan kondisi atau munculnya

masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan perawat, 6) harus dihindari

dokumentasi yang baku sebab sifat individu/ pasien adalah unik dan setiap pasien

mempunyai masalah yang berbeda, 7) hindari penggunaan istilah penulisan yang

tidak jelas dari setiap catatan yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan
11

institut setempat , 8) data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan

jangan menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus, 9) untuk merubah atau

menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti dengan yang

benar kemudian ditanda tangani, 10) untuk setiap kegiatan dokumentasi,

cantumkan waktu tanda tangan dan nama jelas penulis, 11) wajib membaca setiap

tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum menulis data terakhir, 12)

dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.

Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan tugas melekat yang

harus dilaksanakan oleh tenaga perawat baik di rumah sakit maupun Puskesmas.

Adapun komponen isi dokumentasi asuhan keperawatan (Lismindar, 2010),

meliputi :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien.

Pengkajian dilakukan guna mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,

kebutuhan kesehatan dan keperawatan. Pendokumetasian sesuai dengan

pedoman, pengelompokan data, masalah dirumuskan berdasakan

kesenjangan data.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan dari masalah pasien

baik yang nyata maupun yang potensial berdasarkan data yang telah

diperoleh, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas kewenangan

perawat untuk melakukannya. Sesuai dengan masalah yang dirumuskan,


12

mencerminkan problem, etiologi, sign/symptom, merumuskan diagnosa

aktual, risiko/potensial

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan

yang akan dilakukan perawat guna menanggulangi masalah pasiensesuai

dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kesehatan pasien. Disusun berdasarkan diagnosis

keperawatan, prioritas masalah, mencatumkan tujuan, criteria hasil,

rencana tindakan mengacu pada tujuan, rencana menggambarkan

keterlibatan pasien/keluarga.

4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang

telah ditentukan, denngan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara

optimal. Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah implementasi

keperawatan terhadap pasien secara urut sesuai prioritas masalah yang

mengacu pada rencana tindakan, melibatkan pasien/keluarga, semua

tindakan yang dilakukan dicatat secara ringkas dan jelas

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian

ulang rencana keperawatan. Evaluasi menilai respon pasien yang meliputi

subyek, obyek, pengkajian kembali (assessment), rencana tindakan

(planning).
13

6. Tanda Tangan dan Nama Terang Perawat

Tanda tangan dan nama terang perawat harus tercantum dalam kolom

yang tersedia pada formulir asuhan keperawatan secara jelas sebagai bukti

legal dan tanggung jawab atas pelaksanaan asuhan keperawatan yang

diberikan kepada pasien.

7. Catatan Keperawatan

Catatan keperawatan diisi secara lengkap dan jelas setiap memberikan

asuhan keperawatan maupun tindakan-tindakan yang diinstruksikan oleh

dokter.

Adapun kegiatan pendokumentasian (pencatatan dan pelaporan) perawat di

Puskesmas dicatat dalam :

1. Register

Mecakup buku/format tentang identitas pasien rawat jalan, inap ssesuai

dengan yang digunakan di puskesmas, kohort pembinaan keluarga rawan

kesehatan.

2. Formulir Asuhan Keperawatan

Formulir yang digunakan oleh perawat puskesmas untuk mencatat

semua tindakan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan sesuai

tahapan proses keperawatan.

Formulir asuhan keperawatan terdiri dari :

1) Form pengkajian keluarga

a) Form pengkajian tahap I : data dasar anggota keluarga; stayus

kesehatan anggota keluarga; upaya peningkatan kesehatan;


14

psikososial; sosial budaya spiritual; sosial ekonomi; kesehatan

lingkungan.

b) Form pengkajian tahap II : fungsi keluarga bidang kesehatan,

meliputi kemampuan mengenal masalah, kemampuan mengambil

keputusan kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga

yang mempunyai masalah kesehatan, kemampuan memodifikasi

lingkungan, dan kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan

c) Pengkajian individu : identitas, alasan dilakukan

pengkajian, status kesehatan, riwayat kesehatan, biologis, sosial

ekonomi, spiritual, pelaksanaan kesehatan,, psikologi, pemeriksaan

kesehatan (tanda vital, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang),

diagnosis dan terapi medik.

d) Form catatan keperawatan : Diagnosis keperawatan, tindakan

dan evaluasi keperawatan.

2) Family folder

Kumpulan berkas keluarga yang memuat catatan status

kesehatan keluarga maupun individu yang disimpan dalam satu

kantong/map yang diperlukan untuk pembinaan keluarga.

3) Buku inventarisasi.

4) Buku catatan harian perawat

Perawat Puskesmas berkewajiban melaksanakan dokumentasi

asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan petunjuk pelaksanaan

sebagaimana telah diatur dalam pedoman kegiatan Perkesmas Depkes

RI tahun 2006.
15

2.1.2. Aspek Legal Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Upaya keperawatan kesehatan masyarakat sebagai upaya kesehatan

yang professional, harus dapat dipertanggung jawabkan baik dalam aspek

teknis maupun administratif. Untuk itu diperlukan dukungan dokumemntasi

yang tepat dan benar melalui pencatatan dan pelaopran kegiatan yang

meliputi pengkajian keperawatan (baik individu, keluarga, kelompok atau

masyarakat), pencatatan registrasi, catatan keperawatan, family folder, catatan

harian perawat. Sedangkan pelaporan berdasarkan kebutuhan dan ketentuan

yang berlaku.

Terdapat beberapa cara yang direkomendasikan agar

pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat benar, lengkap dan akurat

sehingga dapat dipertanggungjawabkan, seperti apa yang dikemukanan Mc.

Cann (2004) dan Iyer (2011) yaitu :

1. Mencatat dalam form yang sudah disediakan dengan menggunakan tinta

(supaya tidak mudah dihapus),

2. Catatlah waktu, tanggal dan jam dengan tepat setiap tindakan atau kejadian

yang dicatat.

3. Semua tindakan perawat harus dicatat dengan benar, apa yang dilakukan,

jam berapa dilakukan, kalau pemberian obat harus jelas obat apa jenisnya,

berapa dosis yang diberikan, dengan cara apa obat itu diberikan, dan

jangan lupa nama perawat yang memberikan,

4. Catat respon klien ketika diberikan obat atau tindakan,

5. Mencatat gejala-gejala dan keluhan sesuai apa yang dikeluhkan pasien dan

di observasi dari pasien,


16

6. Jangan menunda-nunda pendokumentasian, lakukan pencatatan sesegera

mungkin setelah melakukan tindakan,

7. Catatan harus spesifik jangan bersifat umum dan tidak jelas artinya,

8. Tidak meninggalkan celah kosong dalam kalimat di catatan anda, karena

celah yang kosong bisa diisi oleh orang lain yang tidak bertanggungjawab,

9. Gunakan singkatan-singkatan yang bisa dimengerti oleh semua orang,

jangan melakukan singkatan yang tidak umum,

10. Dokumen harus obyektif.

Berkaitan dengan pendapat-pendapat ahli di atas maka NBSA (2003)

dalam Guiding Principles for Documentation mengemukankan bahwa

prinsip-prinsip pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik adalah :

1. Comprehensive dan complete, perawat dalam melakukan dokumentasi

harus jelas ringkas, dan komprehensif (menyeluruh)

2. Collaborative dan client centered,

3. Confidential.

2.1.3. Motivasi

Istilah motivasi memilki pengertian yang beragam baik yang

berhubungan dengan perilaku individu maupun perilaku orghanisasi. Apapun

pengertiannya yang jelas motivasi merupakan unsur penting dalam diri

manusia, yang berperan mewujudkan keberhasilan usaha atau pekerjaan

manusia.

Sumber daya manusia dapat digerakkan dalam rangka mencapai

tujuan organisasi, maka perlu dipahami motivasi mereka dalam melaksanakan


17

tugasnya. Pengetahuan dan perhatian terhadap manusia merupakan dasar

pelaksanaan motivasi oleh seseorang (pemimpin) terhadap seseorang yang

dipimpinnya.. Motivasi merupakan suatu faktor penentu keberhasilan

organisasi yang memandang manusia sebagai faktor keberhasilan yang berarti

pula menuntut adanya perhatian serius pada semua permasalahan kebutuhan.

Pemberian fasilitas untuk organisasi dan individu (pegawai) akan mendukung

kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Proses motivasi menurut Hasibuan (2010),

dapat digambar sebagai berikut :

1. Kebutuhan yang tidak


terpenuhi

2. Mencari jalan
6. Kebutuhan yang
untuk memenuhi
tidak dipenuhi dinilai kebutuhan
kembali oleh pegawai (motif)
PEGAWAI

5. Imbalan atau 3. Perilaku yang


hukuman berorientasi pada
tujuan (harapan)

4. Hasil karya (evaluasi


diri tujuan tercapai)

Bagan 2.1 Proses Motivasi

Sumber : Hasibuan (2010)

Motivasi menurut Hasibuan (2010) adalah pemberian daya penggerak

yang menciptakan kegairahan kerja seseorangagar mereka mau bekerja sama,

bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.
18

Siagian dalam Sedarmayanti (2014) mendefinisikan motivasi sebagai

keseluruhan proses pemberian motif kerja kepada para bawahan sedemikian rupa

sehingga mereka mau bekerja dengan iklas demi tercapainya tujuan organisasi

dengan efektif dan efisien,

Berdasarkan pengertian dari dua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

motivasi adalah energi untuk membangkitkan dorongan dari dalam pegawai

untuk melaksanakan tugasnya demi tercapainya tujuan organisasi. Jadi, motivasi

adalah dorongan dari diri pegawai secara ikhlas untuk melakukan pekerjaanya

sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Motivasi tidak terlepas dari kebutuhan yang mana kebutuhan merupakan

suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan

dorongan yang ada dalam diri. Apabila kebutuhan pegawai (perawat) tidak

terpenuhi, maka perawat akan menunjukan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika

kebutuhannya terpenuhi, maka perawat akan memperlihatkan perilaku yang

gembira sebagai manifestasi dari rasa kepuasan dirinya.

Kebutuhan akan mendasari perilaku seseorang. Abraham Maslow

mengemukanan bahwa hirarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs) yaitu kebutuhan untuk makan,

minum, perlindungan fisik, bernafas, seksual (biologis). Kebutuhan ini

merupakan kebutuhan tingkat terendah (kebutuhan paling dasar)

2. Kebutuhan rasa aman (safety and security needs), yaitu kebutuhan akan

pelindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup.


19

3. Kebutuhan untuk merasa memiliki (belongingness needs), yaitu kebutuhan

untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan

untuk mencintai serta dicintai.

4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yaitu kebutuhan untuk

dihormati dan dihargai oleh orang lain.

5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (self actualization needs), yaitu

kebutuhan untuk menggunkan kemampuan, keterampilan, dan potensi.

Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide membrtikan

penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

Sedangkan Mc Clelland dalam Soetrisno (2011) mengemukakan adanya

tiga macam kebutuhan, yaitu :

1. Need for Achivement, yaitu kebutuhan utnuk berprestasi yang merupakan

refleksi dari dorongan akan tanggung jawab utntuk pemecahan.

2. Need for affiliation, yaitu kebutuhan untuk berhubungan sosial, yang

merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain atau berada

bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang

lain.

3. Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan

refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas dan untuk memilki

pengaruh orang lain.

Sejalan dengan teori dan pendapat para ahli di atas, maka teori motivasi

prestasi Mc Clelland sangat relevan dan dapat simpulkan bahwa terdapat tiga

faktor atau dimensi dari motivasi, yaitu : (1) motif; (2) harapan; (3) Insentif.
20

1. Motif

Motif adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan

seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan atau alasan tertentu yang ingin

dicapai. Alasan-alasan yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu

dikarenakan mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.

Seorang perawat mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat

dan suasana di lingkungan ia bekerja, yang dapat diukur dengan indikator-

indikator, yaitu :

1) Upah yang adil dan layak

2) Kesempatan untuk maju

3) Pengakuan sebagai individu,

4) Keamanan bekerja

5) Tempat kerja yang baik,

6) Penerimaan oleh kelompok,

7) Perlakuan yang wajar,

8) Pengakuan akan prestasi (Hasibuan, 2000)

2. Harapan

Menurut Hasibuan (2000), harapan adalah suatu kesempatan yang diberikan

terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan. Harapan diartikan pula

sebagai suatu keyakinan sementara pada diri seseorang bahwa tindakan

tertentu akan diikuti oleh hasil atau tindakan berikutnya. Sederhananya,

seseorang akan mempunyai motivasi tinggi untuk berprestasi dalam

organisasi bila ia berkeyakinan bahwa dari prestasinya itu, ia dapat

mengharapkan manfaat yang lebih besar untuk dirinya, misalnya imbalan.


21

Berkaitan dengan hal diatas, indikator-indikator tentang harapan para pegawai

dikemukanan Hersey, dalam Rahayu (2009), yaitu :

1) Kondisi kerja yang baik,

2) Perasaan ikut terlibat,

3) Pendisiplinan yang bijaksana,

4) Penghargaan penuh atas penyelesaian pekerjaan,

5) Loyalitas pimpinan terhadap bawahan,

6) Pemahaman yang simpatik atas persoalan-persoalan pribadi,

7) Jaminan pekerjaan.

3. Insentif

Insentif adalah memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah (imbalan)

kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan demikian

senmangat melakukan tugas meningkat. (Hasibuan, 2010)

Sasaran proses pemberian imbalan adalah untuk menarik orang-orang

menjadi anggota organisasi, mempertahankannya untuk tetap bekerja dan

memotivasi mereka untuk berprestasi tinggi.

Bentuk-bentuk imbalan tidak hanya berupa materi (uang) akan tetapi dapat

berupa penghargaan berupa pujian antar pribadi ataupun promosi (kenaikan

pangkat). Seperti halnya menurut Gibson, dalam Riduwan, (2010), bahwa

indikator atau kriteira ukuran imbalan dibedakan menjadi intrinsik dan

ekstrinsik yaitu :

1) Intrinsik, yaitu imbalan yang dinilai di dalam dan dari diri mereka sendiri

serta berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan.


22

a) Penyelesaian

b) Pencapaian/prestasi

2) Ekstrinsik, yaitu imbalan yang berkenaan dan berasal dari pekerjaan.

a) Finasial : gaji/upah, tunjangan.

b) Antar pribadi,

c) Promosi.

2.2.Kerangka Teori

Dokumentasi asuhan keperawatan memiliki makna penting dan

mempunyai nilai hukum yang tidak terbantahkan. Mereli (2009) menyatakan

bahwa tanpa dokumentasi keperawatan maka semua implementasi keperawatan

yang telah dilaksanakan oleh perawat tidak mempunyai makna dalam hal

tanggung jawab dan tanggung gugat (Merrelli, 2009).

Pelaksanaan dokumetasi asuhan keperawatan di Puskesmas belum optimal

dilaksanakan oleh perawat Puskesmas. Banyak faktor yang menjadi kendala

belum optimalnya kinerja perawat dalam melaksanakan dokumnetasi asuhan

keperawatan di Puskesmas. Berkaitan dengan kinerja perawat yang masih rendah

dalam pelaksananan dokumentasi asuhan keperawatan keluarga, maka perlu

adanya pengetahuan dan motivasi kerja yang handal.

Menurut para ahli, motivasi adalah energi untuk mebangkitkan dorongan

dalam diri untuk melaksanakan tugas/pekerjaannya. Selain itu untuk

meningkatkan kinerja pula dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan yang

memadai sesuai standar kebutuhan pendokumentasian yang baik. Sutermeister


23

dalam Riduwan (2010) menyebutkan bahwa pengetahuan yang terpadu dalam

kemampuan adalah faktor penting dalam meningkatkan produktivitas kerja,

kemampuan berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimilki

seseorang. Demikian bahwa motivasi (kerja) adalah unsur penting seorang

pegawai (perawat) dalam melaksanakan tugasnya.

Berkaitan dengan pendokumantasian asuhan keperawatan, Nursing Board

of Tasmania, 2003 dalam Potter & Perry (2009), menyatakan bahwa tolak ukur

dokumentasi asuhan keperawatan yang baik adalah:

1) Factual, berdasarkan fakta yang ditemukan pada saat pengumpulan data.

2) Accuracy, akurat/tepat

3) Completeness, lengkap sesuai dengan kebutuhan

4) Concise, bersifat ringkas.

5) Organization, bersifat terorganisir

6) Timely, waktu yang tepat, dilakukan sata itu.

7) Legibel, bersifat mudah dibaca.

Penulisan dokumentasi asuhan keperawatn yang baik seperti tolak ukur

di atas harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang terdiri dari :

Standar I : pengkajian keperawatan

Standar II : Diagnosis keperawatan

Standar III : Perencanaan Keperawatan

Standar IV : Intervensi keperawatan

Standar V : Evaluasi keperawatan

Standar VI : Catatan asuhan keperawatan


24

Kerangka teori dapat digambarkan secara praktis pada bagan 2.1 di bawah

ini.

Individu
 Pengetahuan
 Motivasi
 Persepsi Pelaksanan Dokumentasi
Asuhan Keperawatan
(Pengkajian,Diagnosis,Kepera - BAIK
watan, Perencanaan - KURANG
Organisasi keperawatan, Implementasi BAIK
Keperawtaan, Evaluasi
 Kebijakan Dinas Keperawatan)
kesehatan
 Standar asuhan
keperawatan
 Kepemimpinan
 Supervisi
 Ketersediaan
sarana dan
prasarana
 Insentif

Bagan 2.1 Kerangka Teori

(Sumber : Modifikasi Gibson, Ivancevich,et all(2014) da Handoko 2011)


25

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1.Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012:32).

Berdasarkan kerangka teori dan latar belakang di bab sebelumnya,

maka kerangka konsep penelitian yang dapat dibuat adalah sebagai berikut :

Bagan 3.1

Kerangka Konsep penelitian

Motivasi Kerja Pelaksanaan


Perawat Dokumentasi Askep

Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Terikat)

3.2.Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2013). Sedangkan menurut Notoatmodjo

(2010) hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan

duga, atau dalil sementara, yanag kebenarannya akan dibuktikaan dalam

penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian. Maka

hipotesis dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak.

25
26

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja

perawat dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan

di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja perawat

dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di

Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu


27

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah korelasional dengan rancangan

penelitian analitik kuantitatif. Penelitian Cross Sectional adalah jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran dari variabel independen dan

dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008). Untuk mengetahui

pengaruh variabel independen (motivasi kerja) terhadap varibel dependen

(pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga, secara partial

maupun bersama-sama)

4.2.Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok

lain (Notoatmojo, 2013 ). Penelitian dilakukan terhadap perawat yang bekerja

di Puskesmas kertasemaya Kabupaten Indramayu. Berdasarkan kerangka

konsep penelitian dapat diidentifikasi variabel dependen dan independen.

Variabel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi :

4.2.1. Variabel dependen atau variable terikat dalam penelitian ini adalah

pelaksanaan pendokumetasian askep keluarga, yaitu kelengkapan

pencatatan hasil pekerjaan yang dicapai oleh perawat dalam bekerja

(menyelesaikan askep keluarga) mulai dari melakukan pengkajian,

perencanaan, melakukan kegiatan (implementasi) dan melakukan evaluasi

27
28

keperawatan keluargam sesuai target program sesuai dengan format

asuhan keperawatan yang digunakan dalam pendokumentasian.

4.2.2. Variabel independen atau variable bebas dalam penelitian ini adalah

motivasi kerja perawat di Puskesmas kertasemaya Kabupaten Indramayu.

4.3.Populasi

Populasi adalah keseluruhan sampel penelitian atau objek yang akan

diteliti (Arikunto, 2005). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian , maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Sugiyono,

2009).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat yang

merupakan pelaksana perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas

kertasemaya Kabupaten Indramayu, sebanyak 17 orang oerawat

4.4.Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2014). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

populasi yaitu sebanyak 16 perawat, karena 1 perawat adalah peneliti sendiri.


29

4.5.Definisi Operasional

Tabel 4.1
Definisi Operasional

Definisi
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

Varibel bebas :

Motivasi Keja Suatu kondisi Wawancara Kuesioner - Tinggi, Ordinal


yang Bila >
berpengaruh dan Mean
membangkitkan - Rendah,
dorongan dari Bila <
dalam diri Mean
perawat untuk
melakukan
pekerjaan
meliputi motif,
harapan dan
insentif.

Variabel
Terikat :
Pelaksanaan Hasil dokumentasi Penilaian Format - Baik, jika Ordinal
pendokumenta yang dilakukan dokumentasi penilaian lengkap
perawat dalam
sian askep upaya dokuemtasi - Kurang
melaksanakan askep(Depk jika tidak
dokumentasi suhan es, 2007) lengkap
keperawatan
keluarga mencakup
pengkajian,
diagnose
keperawatan,
pelaksanaan, dan
evalauasi asuhan
keperawatan

4.6.Instrumen Penelitian

Instrumenyang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner

yang diartikan sebagai daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik, sudah

matang dimana responden (dalam hal angket) tinggal memberikan jawaban

atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Sugiyono, 2009). Alat


30

pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dan

lembar observasi berupa daftar tilik . Kuesioner disusun untuk mendapatkan

data motivasi kerja perawat yang mempengaruhi pelaksanaan

pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga, dan format penilaian askep

dari Depkes (2007) disusun untuk mendapatkan data kinerja perawat dalam

melaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga di Puskesmas

kertasemaya Kabupaten Indramayu.

4.7.Uji Instrumen

Uji Validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu pertanyaan

pada suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh angket tersebut. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Sugiyono, 2011)

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah jawaban seorang

responden konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Apabila responden

konsisten dalam menjawab pertanyaan dalam angket, maka data tersebut

adalah reliabel.

Untuk mengetahui realibilitas yaitu dengan membandingkan nilai r tabel

dengan r hasil. Dalam penelitian ini, teknik uji reliabilitas yang digunakan

adalah Cronbach’s Alpha (α). Rumus Cronbach’s Alpha dapat digunakan

untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya merupakan rentangan

antara beberapa nilai atau berbentuk skala.


31

Keterangan :

: nilai reliabilitas

: jumlah item

: Jumlah varians skor tiap-tiap pertanyaan

: Varians total

Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara one shoot measure, yaitu

pengukuran dilakukan sekali, kemudian hasilnya dibandingkan dengan

pernyataan lain atau mengukur korelasi antar jawaban. Pengolahan dengan uji

statistik dengan nilai alpha (a) > 0,6. (Sugiyono, 2011)

4.8.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer, yaitu

data yang diperoleh dari responden yaitu perawat Puskesmas kertasemaya

kabupaten Indramayu melalui angket atau kuesioner. Selain itu penulis juga

menggunakan metode dokumentasi untuk mengumpulkan datanya melalui

dokumentasi primer yaitu dokumen yang ditulis langsung sendiri oleh

responden.

Prosedur atau langkah-langkah dalam proses pengambilan data yang

dilakukan yaitu setelah kuesioner dibuat, diuji coba dan dinyatakan valid dan

reliabel, selanjutnya kuesioner digandakan sesuai dengan jumlah sampel yang

ditentukan. Selanjutnya penulis meminta ijin penelitian kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Indramayu dan kepala Puskesmas kertasemaya


32

kabupaten Indramayu. Setelah surat ijin penelitian keluar, mulai melakukan

penelitian dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada perawat di

Puskesmas masing-masing kuesioner dibagikan kepada responden untuk diisi.

Secara acak mengambil/mengumpulkan 1 (satu) dokumen asuhan

keperawatan keluarga dari setiap responden yang dibuat pada bulan Februari

– Maret 2017. Kemudian melakukan penilaian kelengkapan oleh peneliti dari

tiap-tiap dokumen askep keluarga. Setelah proses pengisian kuesioner selesai,

kemudian dikumpulkan untuk diteliti dan diolah. Selanjutnya melakukan

pengolahan data dan analisis data secara kuantitatif dengan program SPSS.

Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan

4.9.Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan

Program komputer dengan tahapan sebagai berikut :

4.9.1. Editing Data

Langkah pertama adalah memeriksa kembali semua kuesioner yang

telah terkumpul satu per satu, apakah kuesioner telah diisi sesuai dengan

petunjuk sebelumnya. Jika belum, kuesioner dikembalikan untuk

dilengkapi.

4.9.2. Koding Data

Memberikan kode tertentu terhadap isian kuesioner untuk memudahkan

pengolahan data
33

4.9.3. Entri Data

Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel

sesuai kriteria.

4.9.4. Tabulating Data

Kegiatan mengelompokan data sesuai dengan variabel yang diteliti,

Data yang diperoleh dari masing-masing variabel ditabulasikan dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi.

4.9.5. Deskripsi Data

Pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan

atau tidak dengan mengetahui data yang hilang, variasi data, konsistensi

data, dan membuat tabel silang

4.10. Teknik Analisis Data

Analisis terhadap data yang sudah di-entry sehingga menghasilkan

informasi yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan

menguji hipotesis. Analisis data pada peneltiian ini meliputi :

4.10.1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis presentase dengan tujuan

untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan presentase dari variabel

yang diteliti. Dalam penyajiannya analisis univariat tersebut ditampilkan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya, hasil persentase

dikelompokan dan diinterpretasikan dengan menggunakan interpretasi

sebagai berikut :
34

0% : tidak seorangpun

1%-25% : sebagian kecil dari responden

25%-49% : hampir sebagian dari responden

50% : setengah dari responden

51%-74% : sebagian besar dari responden

75%-99% : hampir seluruh dari responden

100% : seluruh responden

(Arikunto, 2015)

Proses analisis univariat pada variabel pengetahuan dilakukan

dengan menghitung nilai jawaban responden yang benar dibagi jumlah

seluruh responden (15 soal) dikalikan 100. Jika nilai yang diperoleh lebih

kecil 9,65, maka dikategorikan pengetahuan kurang, sedangkan baik bila

nilai yang diperoleh lebih dari sama dengan 9,65. Untuk variabel

motivasi, pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan 15

pertanyaan positif dengan pengukuran skala Likert, kemudian skor

kelimabelas pertanyaan dijumlahkan. Setelah skor didapat kemudian

dikelompokan dengan motivasi baik kurang baik menggunakan

mean/median, dengan bentangan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Pengukuran pelaksanaan dokumentasi askep dengan menggunakan

33 daftar isian melalui penilai oleh peneliti terhadap dokumen, kemudian

skor dari 33 daftar isian tersebut dijumlahkan dan setelah mempunyai

skor total kemudian dilakukan pengelompokan/pengkategorian kurang

dan baik kurang dengan menggunakan nilai mean/median. Baik jika


35

lebih dari atau sama dengan mean/median, kurang jika kurang dari

mean/median.

4.10.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan dari masing-

masing variabel independen yaitu motivasi kerja perawat terhadap variabel

dependen yaitu pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan keluarga.

Menggunakan crosstab, yaitu menyajikan data dalam bentuk tabulasi

yang meliputi baris dan kolom yang datanya berskala ordinal atau

katagori, dengan uji Chi-Square menguji apakah ada hubungan antara

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun rumusnya

adalah sebagai berikut :

∑(𝑂 − 𝐸)22
𝑥2 =
𝐸

Keterangan:
X² = Nilai Chi-Square
O = Frekuensi yang diobservasi
E = Frekuensi Ekspektasi (yang diharapkan)
Kriteria penilaian adalah bila nilai p ≤ 0.05, dapat disimpulkan ada

hubungan antara variabel bebas dan terikat, demikian pula sebaliknya bila

nilai p > 0.05, dapat disimpulkan tidak ada hubungan antar variabel.
36

4.11. Prosedur Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer, yaitu

data yang diperoleh dari responden yaitu perawat Puskesmas Kertasemaya

Kabupaten Indramayu melalui angket atau kuesioner. Selain itu penulis juga

menggunakan metode dokumentasi untuk mengumpulkan datanya melalui

dokumentasi primer yaitu dokumen yang ditulis langsung sendiri oleh

responden.

Prosedur atau langkah-langkah dalam proses pengambilan data yang

dilakukan yaitu setelah kuesioner dibuat, diuji coba dan dinyatakan valid dan

reliabel, selanjutnya kuesioner digandakan sesuai dengan jumlah sampel yang

ditentukan. Selanjutnya penulis meminta ijin penelitian kepada Puskesmas

Kertasemaya Kabupaten Indramayu dan kepala Dinas Kesehatan kab.

Indramayu. Setelah surat ijin penelitian keluar, mulai melakukan penelitian

dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada perawat di Puskesmas

masing-masing kuesioner dibagikan kepada responden untuk diisi.

4.12. Etika Penelitian

Antisipasi terhadap masalah etik yang muncul yaitu dengan cara peneliti

sebelumnya melakukan inform consent kepada informan untuk ikut serta dalam

penelitian, memberikan keterangan tentang tujuan dan maksud penelitian. Bila

klien dan keluarga bersedia maka peneliti melakukan pertimbangan etik dengan

memenuhi 4 (empat) prinsip utama (Yurisa, 2008). Prinsip-prinsip tersebut adalah

respect for human dignity, respect for privacy and confidentiality, respect for

justice and inclusiveness, dan balancing harms and benefits.


37

Prinsip respect for human dignity, peneliti mempertimbangkan hak-hak

subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya

penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan

untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. Respect for privacy dan

confidentiality, peneliti tidak berhak untuk menampilkan informasi mengenai

identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur

apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti

menggunakan koding sebagai penggganti identitas responden. Termasuk menjaga

kerahasian dokumen yang menjadi obyek penelitian.

Prinsip respect for justice and inclusiveness memiliki konotasi

keterbukaan dan adil. Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip

keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Selaian itu peneliti

mempertimbangkan pula aspek keadilan gender dan hak subyek untuk

mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah

berpartisipasi dalam penelitian. Sedangkan balancing harms and benefits

menekankan penelitian utnuk dilaksanakan sesuai prosedur guna mendapatkan

hasil yang bermanfaat bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di

tingkat populasi (beneficience). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan

bagi subyek (nonmaleficience).

4.13. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten

Indramayu, dan waktu penelitian direncanakan pada bulan Mei 2017.


38

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S., (2012). Keperawatan Keluarga. Konsep Teori, Proses dan


Praktik keperawatan. Jakarta: Graha Ilmu.
Arikunto, S., (2015). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakrek.
Yogyakarta: Rineka Cipta
Depkes RI, (2007). Intrumen evaluasi penerapan standar Asuhan Keperawatan di
Rumah Saki , Jakarta.
Depkes RI, (2008). Panduan Operasional Keperawatan Kesehatan Masyarakat di
Era Desentralisasi. Jakarta : Subdit Keperawatan Dasar dan Komunitas
Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medis Ditjen Yanmed Depker RI
Dinarti, dkk.(2002). Dokumentasi Keperawatan.belbuk.com.
Dinkes, (2009). Data Tenaga Keperawatan subdit RKK. Propinsi Jawa Barat.
Fisbach T.F., (2009). Documentating care: the communication, the nursing
process and documentation standards,. Philadelphia: Davis Comp.
Gibson, J. L., Ivancevich, J.M. & Donnelly,J.H., (2011). Organizations: Behavior,
Structure, Processes. 8th ed. Boston: Richard D. Irwin, pko (2001)
Gillies, DA. (2007). Nursing management: a system approach. 3rd Ed.
Philadelphia: WB Saunders.
Handoko,T.Hani, (2011). Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE
Hasibuan,, M.SP. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara
Hastono, S.P., (2007). Analsis Data Kesehatan. Jakarta: FKM UI
Iyer, P. W (2011), Nursing malpractice, Second Edition, USA: Lawyers and
Judge Publishing Co.Inc.Iyer, P.W., & Camp, N.H. (1999). Nursing
documentation: a nursing process approach (3rd ed.). St. Louis, MO:
Mosby, Inc.
Kelly, L. Y., & Joel, L.A., (2007). Dimensions of professional nursing. New
York: McGraw-Hill, Inc.
Kemenkes, (2011). Pedoman Supervisi/pembinaan Upaya Kesehatan Puskesmas.
Jakarta: Dirjen Binkesmas.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 836 Tahun 2005 tentang Peningkatan
Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan.
Kemenkes, (2006). Pedoman Penyelenggaraan Upaya Perawatatan Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas
39

Kozier, B. J., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder,S.,(2014). Fundamentals of


Nursing: Concepts, Process, and Practice (7th Edition), Atlanta: Prentice
Hall.
Mangkunegara, A.A.Prabu. (2010). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika
Aditama.
Merelli T.M., (2010). Nursing Documentation Handbook, St. Louis: Mosby.
Murphy, B.J, (2011). Principles of Good Medical Record Documentations,
Journal of Medical Practice Management, Marc/April, 2001 p 258-261,
Greenbranch Publishing 1-800-933-3711, <http://scribd.com/ principles of
good medical record documentation/> diperoleh 20 Juli 2011.
Potter, C,J., Taylor, P.A., & Perry,C.,(2009). Potter & Perry's Fundamentals of
Nursing,2nd Edition, Australia: Mosby-Elsevier.
PPNI, (2010). Standar Profesi dan Kode Etik Perawat Indonesia, Jakarta:
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PP-PPNI)
Riduwan, (2010). Metode dan Tehnik Menyusun. Tesis..Bandung: Alfabeta
Robin,S., (2008). Perilaku Organisasi (Organizational Behavior), Jakarta:
Salemba.
Sahar, J., (2011). Peran Perkesmas dalam Meningkatkan Status kesehatan
Masyarakat. Artikel disampaikan pada Kongres Nasional IPKKI, Jakarta,
Desember 2011.
Sedarmayanti, (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
Ilham Jaya.
Setyowaty dan Rita.,(1998). Suatu alternatif pemecahan masalah dalam dan
pendokumentasian asuhan keperawatan, Telaah penelitian: Optimalisasi
Pendokumentasian Keperawatan di RS Dharmais Jakarta, Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume II,Oktober 1998.
Soetrisno, E. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana
Suheriyono dan Kusnanto, H., (2007). Hubunngan Persepsi insentif dan Kepuasan
Kerja Petugas Puskesmas di Kota Balikpapan. Workingpaper Series 7.
KMPK Univrsitas Gadjah Mada. Yoyakarta :UGM

Anda mungkin juga menyukai