Anda di halaman 1dari 39

Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah kebutuhan yang sangat diperlukan untuk berbagai macam aktivitas
dan kegiatan sehari-hari manusia. Salah satunya adalah sebagai media penyaluran
air limbah.
Sistem penyaluran air limbah adalah suatu sistem atau rangkaian perpipaan
yang berfungsi untuk menyalurkan air limbah, baik domestik maupun non
domestik yang selanjutnya dialirkan ke badan air penerima. Badan air penerima
tersebut berupa sungai, danau, laut atau waduk.
Penanganan air limbah harus ditangani secara serius, jika tidak ditangani dapat
memberikan dampak yang merugikan, seperti pengaruhnya terhadap kesehatan
makhluk hidup disekitar, karena air yang tidak ditangani dengan baik dapat
menjadi media penyebaran dan pertumbuhan wabah penyakit. Adanya kerusakan
lingkungan terhadap air adalah merupakan pandangan bahwa masalah lingkungan
adalah masalah manusia, sumber daya dan terjadinya pencemaran, manusia
berkewajiban untuk menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan kita, melalui
pengelolaan lingkungan, mencegah dan menanggulangi masalah pencemaran air
akibat pertumbuhan penduduk.
Adapun pengelolaan air limbah harus terpadu untuk mencegah timbulnya
pencemaran dengan cara sebagai berikut:
 Collection System, yaitu cara pengumpulan dan pengalirannya
 Treatment System, yaitu cara pengolahannya
 Final Disposal System, yaitu cara sistem pembuangan akhirnya.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perancangan air buangan
seperti jumlah penduduk yang dilayani, jumlah dan kualitas air limbah, pilihan
antara sistem tercampur dan terpisah, serta penggunaan saluran yang lebih
ekonomis (tidak menggunakan pompa).

1
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari pelaksanaan tugas perencanaan sistem pengelolaan air buangan
adalah agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar dari perancangan (desain)
sistem penyaluran air limbah dan mengetahui kendala-kendala saat
perancangannya serta agar masyarakat luas menyadari akan masalah-masalah
yang dapat ditimbulkan oleh air limbah sehingga upaya penanggulangannya dapat
berlangsung dengan baik dan tujuan dari sistem penyaluran air limbah ini dapat
tercapai. Selain itu tugas ini merupakan syarat untuk dapat mengikuti Ujian Akhir
Semester.
Tujuan dari pembuatan laporan sistem penyaluran air limbah adalah agar
mahasiswa Teknik Lingkungan mengetahui prinsip dasar penyaluran air limbah
dan memahami tata cara penyusunan pipa perencanaan sistem penyaluran air
limbah untuk suatu daerah dengan gambaran lengkap tentang cara perhitungan
dan kriteria desain dalam perencanaan sistem penyaluran air limbah

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup tugas perencanaan sistem penyaluran air limbah meliputi:
1. Penentuan jalur dari saluran air limbah menuju bangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah dan pembagian wilayah seoptimal mungkin.
2. Merencanakan sistem yang digunakan dan perhitungannya.
3. Perencanaan saluran adalah saluran induk, tetapi harus mempertimbangkan
perencanaan saluran sekunder dan tersier.
4. Daerah perencanaan meliputi seluruh daerah kota yang ditunjuk dalam
peta, dimana peta kota tersebut adalah bentuk kota pada akhir periode
perencanaan.
5. Dasar-dasar teori yang secara langsung mendukung perencanaan dan
perhitungan diuraikan secara lengkap.
6. Perhitungan disusun dalam bentuk tabulasi dan menyertakan contoh cara-
cara perhitungannya.

2
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan laporan teknis ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air Limbah
2.2 Sumber Air Limbah
2.3 Sistem Pengelolaan Air Limbah
2.4 Penyaluran Air Limbah
2.5 Penggelontoran
BAB III KRITERIA PERENCANAAN
3.1 Kriteria Perencanaan Jalur Penyaluran Air Limbah
3.2 Perencanaan Saluran Penyaluran Air Limbah
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Deskripsi Kota
4.2 Sistem Perencanaan
BAB V PERHITUNGAN
5.1 Perhitungan Debit Air Limbah
5.2 Perhitungan Dimensi Saluran Air Limbah
5.3 Perhitungan Debit Penggelontoran
5.4 Perhitungan Penanaman Pipa Saluran
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

3
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertiaan Air Limbah


Air limbah merupakan air yang tidak bersih atau mengandung berbagai zat
yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan. Lazimnya muncul
akibat hasil perbuatan manusia (termasuk industrilisasi). Sisa air yang dibuang
berasal dari rumah tangga, industri, maupun tempat umum lainnya. Dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi
manusia serta menganggu lingkungan hidup.
Kombinasi dari aliran sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,
perdagangan, perkantoran atau industry bersama-sama dengan air tanah. Air
perumahan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusno Putranto, 1985).
Air limbah merupakan air dari suatu daerah yang telah digunakan untuk
berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjadi lingkungan
hidup yang sehat dan baik. Air limbah terbagi menjadi dua, yaitu:
2.1.1 Limbah Cair Domestik
Air limbah cair domestik merupakan air buangan dari wilayah pemukiman
yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktivitas dapur, kamar
mandi dan cuci. Air limbah cair domestik mengandung lebih dari 90 %
cairan. Zat-zat yang terdapat dalam air buangan diantaranya adalah unsur-
unsur organik tersuspensi maupun terlarut dan juga unsur-unsur anorganik
serta mikroorganisme.

2.1.2 Limbah Cair Industri


Air buangan non-domestik merupakan air buangan yang berasal dari
beberapa jenis industri, akibat proses produksi ini pada umumnya lebih sulit
dalam pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas. Zat-zat yang
terkandung di dalamnya dapat berupa zat pelarut, mineral, logam berat, zat
organik, lemak, garam, zat warna nitrogen, sulfida, amonia, dan lain
sebagainya.

4
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

2.2 Sumber Air Limbah


Air limbah terutama air limbah dari rumah tangga sebagian besar
mengandung bahan organik sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya.
Sebaliknya limbah industri lebih sulit pengolahannya karena mengandung pelarut
mineral, logam berat, dan zat-zat organik lain yang bersifat toksik. Air limbah
dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain:
 Rumah tangga, contoh: air bekas cucian, air bekas memasak, air bekas mandi,
dan sebagainya.
 Perkotaan, contoh: air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan
dari tempat-tempat ibadah.
 Industri, contoh: air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan dari
pabrik karet.

2.3 Sistem Pengelolaan Air Limbah


Pada perencanaan sistem penyaluran air limbah ini harus memiliki sistem
pengelolaan air limbah. Sistem pengolahan air limbah terbagi menjadi dua, yaitu:
2.3.1 Sistem pembuangan air limbah setempat (on site system)
Sistem pembuangan setempat adalah fasilitas pembuangan air limbah
yang berada di dalam area persil pelayanannya (batas tanah yang dimiliki).
Contohnya yaitu cubluk dan tangki septic.
Keuntungan menggunakan sistem ini adalah: biayanya murah, biasanya
dibuat oleh swasta/pribadi, teknologi sederhana, operasi dan pemeliharaan
dilakukan secara pribadi masing-masing. Kerugian dari penggunaan sistem
ini adalah tidak selalu cocok di setiap daerah, susah mengontrol operasi dan
pemeliharan, bila pengendalian tidak sempurna maka iar buangan dibuang ke
saluran drainase sehingga memungkinkan terjadinya pencemaran.

2.3.2 Sistem pembuangan air limbah terpusat (off site system)


Sistem pembuangan terpusat adalah sistem pembuangan yang berada di
luar persil. Contohnya yaitu air buangan disalurkan dari sumbernya menuju

5
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

tempat pembuangan yang sehat dan aman, tanpa atau dengan pengolahan
sesuai kriteria baku mutu dan besarnya limpasan.
Keuntungan menggunakan sistem ini adalah pelayanan lebih nyaman,
menampung semua air limbah domestik, pencemaran lingkungan dapat
dihindari, cocok untuk daerah dengan kepadatan tinggi, umur pemakaian
relatif lebih lama. Sedangkan kerugian pemakaian sistem ini adalah biaya
yang tinggi, memerlukan tenaga terampil untuk operasional dan
pemeliharaan, memerlukan perencanaan dan pelaksanaan untuk jangka
panjang, nilai manfaat baru terlihat saat sistem telah berjalan dan seluruh
penduduk terlayani (Kodoatie, 2005)

2.4 Sistem Penyaluran Air Limbah


Sistem penyaluran air limbah adalah suatu sistem perpipaan yang berfungsi
menyalurkan air buangan, baik domestik maupun non domestik dan juga air
hujan, untuk selanjutnya dialirkan ke badan air penerima melalui instalasi
pengolahan air limbah.
2.4.1 Sistem Penyaluran
Pada sistem penyaluran air limbah ini terdapat tiga sistem, yaitu:
a. Sistem terpisah (Separate system)
Yaitu saluran air limbah dan saluran drainase terpisah dalam
saluran yang berbeda. Memiliki beberapa keuntungan dan kerugian, yaitu:
Keuntungan :
a) Dimensi saluran kecil sehingga memudahkan pembuatan dan
operasi.
b) Penggunaan sistem terpisah mengurangi bahaya bagi kesehatan
c) Pada instalasi pengolahan air buangan tidak ada penambahan
kapasitas karena air hujan.
d) Perencanaan perpipaan sesuai dengan self cleansing sehingga tidak
terjadi pengendapan.
Kerugian :
a) Konstruksi lebih rumit, dibutuhkan lahan lebih luas

6
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

b) Biaya yang dibutuhkan lebih banyak (mahal)

b. Sistem tercampur (Combine system)


Yaitu saluran air limbah dan drainase dicampur dalam satu saluran.
Memiliki beberapa keuntungan dan kerugian, yaitu:
Keuntungan :
a. Sistemnya lebih ekonomis.
b. Terjadi pengenceran air buangan oleh air hujan sehingga
konsentrasi air buangan menurun.
c. Tempat yang diperlukan kecil karena tidak perlu dua saluran.
Kerugian :
a. Dimensi saluran besar karena harus menampung air buangan dan
drainase.
b. Desain kemiringan saluran harus besar agar air buangan dan
drainase dapat diolah secara bersama-sama.

c. Sistem kombinasi (Pseudo separate system) atau sistem interceptor.


Merupakan perpaduan antara saluran air limbah dan saluran
drainase. Kedua saluran ini tidak bersatu tapi dihubungkan dengan sistem
perpipaan interceptor. Beberapa faktor yang digunakan utnuk menentukan
pemilihan sistem ini adalah:
a) Perbedaan yang besar antara kuantitas air buangan yang akan
disalurkan melalui jaringan penyalur air buangan dan kuantitas
curah hujan pada daerah pelayanan.
b) Umumnya didalam kota dilalui sungai-sungai dan air hujan
dengan cepat disalurkan ke sungai tersebut.
c) Periode musim hujan dan musim kemarau yang lama dan
fluktuasi air hujan yang tidak tetap.
Dalam tugas ini, digunakan sistem penyaluran terpisah antara air
buangan dan air hujan, karena air buangan memerlukan pengolahan
terlebih dahulu, sedangkan air hujan harus secepatnya dibuang ke badan

7
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

air penerima yang berada di daerah perencanaan. Selain itu, sistem terpisah
ini lebih menunjang untuk mendapatkan keadaan sanitasi yang baik.
Pada sistem penyaluran air limbah terdapat faktor penentu agar pipa
saluran tetap berfungsi dengan baik dalam kondisi debit maksimum atau
debit minimum, maka beberapa faktor penentu yang harus diperhatikan:
a. Luas penampang saluran
b. Kemiringan saluran
c. Kekasaran saluran
d. Kondisi pengaliran
e. Belokan atau rintangan lain
f. Karakteristik effluen (viskositasnya)
Selain itu terdapat 2 jenis pengaliran berdasarkan tekanannya, yaitu:
a. Pengaliran bertekanan adalah pengaliran yang disebabkan adanya
gaya dari luar (tekanan hidrolis, pompa)
b. Pengaliran terbuka adalah pengaliran secara gravitasi
Pada tugas perencanaan ini menggunakan jenis pengaliran gravitasi
tanpa menggunakan pompa dan mengikuti titik elevasi yang tersedia. Pada
sistem penyaluran air limbah terdapat penyaluran berdasarkan kecepatan
dalam saluran, maka pengaliran dibedakan atas:
a. Aliran steady, bila kecepatan aliran tetap dengan berubahnya
waktu. Terdiri dari steady uniform flow (debit tetap dan kecepatan
tetap) dan steady varied flow (debit berubah tetapi kecepatan tetap)
b. Aliran unsteady, bila kecepatan aliran berubah dengan perubahan
waktu yang terdiri dari unsteady uniform flow dan unsteady varied
flow
Pada penyaluran air limbah ini diberlakukan syarat pengaliran air
limbah, yaitu:
a. Pengaliran diusahakan bersifat gravitasi, kecuali untuk keadaan
yang tidak memungkinkan.
b. Saluran diusahakan dapat memberikan kondisi pengaliran unsteady
non uniform flow

8
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

c. Kecepatan pengaliran harus besar, sehingga waktu pengaliran ke


IPAL relatif singkat dan mampu mencapai self cleaning velocity
tanpa menimbulkan kerusakan pada dinding saluran.
d. Aliran harus mampu membawa material padat yang terdapat pada
aliran, meskipun dalam keadaan dan waktu minim.

2.4.2 Perencanaan Pipa


Perencanaan perpipaan terdiri dari:
a. Pipa persil, dengan diameter pipa kurang dari 4 inchi, yaitu saluran yang
menyalurkan air buangan dari rumah ke pipa service dan letaknya di dalam
halaman. Diameter maksimum tergantung dari volume air buangan yang
dialirkan.
b. Pipa service, yaitu pipa yang menampung aliran dari pipa persil. Ukuran
diameter pipa berkisar antara 6 inchi – 8 inchi dan diharapkan mampu
melayani sekitar 50 rumah.
c. Pipa lateral, diameter pipa > 12 mm, merupakan penyaluran air buangan
setelah pipa service. Ukuran pipa lateral tergantung dari jumlah pipa
service yang dilayani. Untuk sistem jaringan kecil, pipa service dapat
berfungsi sebagai pipa lateral, sedangkan untuk jaringan besar dapat
berkembang sebagai pipa cabang.
d. Pipa induk, diameter minimal 50 mm, merupakan penyaluran air buangan
terakhir sebelum ke instalasi pengolahan. Ukuran pipa tergantung dari
jumlah populasi daerah pelayanan.

Pada perencanaan sistem penyaluran air limbah yang harus diperhatikan


dalam perencanaan pipa adalah diameter pipa yang digunakan terdapat pada
diameter pasaran, kedalaman air dalam saluran, kapasitas saluran dan kecepatan
aliran yang dapat memungkinkan adanya pengendapan dan penggerusan.
Saluran yang direncanakan harus memiliki kapasitas yang dapat
menyalurkan air limbah dalam keadaan maksimum maupun minimum dengan

9
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

tahap memperhatikan kedalaman air yang disyaratkan.


Beberapa profil yang sering digunakan, yaitu:
a. Profil bulat, profil ini paling umum digunakan karena kemudahan dan
kekokohan konstruksi, selain itu performa hidrolisnya cukup baik.
Sifat-sifat lainnya adalah dapat digunakan pada debit agak kecil,
diameter terbatas, fluktuasi air limbah sangat kecil dan lebih kuat.
b. Profil bulat telur, digunakan untuk aliran yang mempunyai fluktuasi
besar tetapi dari segi kekokohan konstruksinya pipa bulat lebih baik
karena gaya yang diterima lebih simetris, tetapi biayanya mahal dari
profil bulat
c. Profil segiempat, digunakan untuk pemakaian yang debitnya besar
tetapi memiliki fluktuasi yang kecil dan dibuat dengan cara cast in site
Penentuan profile pipa juga mempertimbangkan beberapa faktor
diantaranya kemampuan hidrolis, kekokohan konstruksi, teknis pembuatan
dalam segi ekonomisnya serta bentuk pipa. Pada tugas perencanaan ini, profil
pipa yang digunakan adalah profil pipa bulat, sebab profil pipa jenis ini
memberikan kemudahan dalam pembuatan dan pengokohan konstruksi. Untuk
aliran yang mempunyai fluktuasi debit relatif kecil lebih baik menggunakan
profil jenis bulat telur. Kekokohan pipa bulat lebih baik sebab gaya yang
diterima lebih simetris.

Pada perencanaan pipa dibutuhkan bangunan pelengkap yang merupakan


bangunan yang ikut mengambil bagian dalam menunjang kelancaran air limbah

2.4.3 Bahan Saluran


Pada perencanaan sistem penyaluran air limbah bahan saluran yang
digunakan dalam perpipaan juga harus diperhatikan. Beberapa jenis bahan ang
ada dipasaran adalah sebagai berikut:
a. Baja dan besi seperti Cast Iron Pipe (CIP), Ductile Irone Pipe (DIP)
dan Fabricated Steel Pipe
b. Asbetos Cement Pipe (ACP)
c. Concrete Pipe

10
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

d. Clay Pipe
e. Pipa Plastik
Pipa yang paling umum digunakan di Indonesia, yaitu:
a. Pipa beton, kurang tahan terhadap asam, basa, dan sifat korosif.
b. Pipa tanah liat, untuk pipa persil dan service, dalam segi konstruksi
masih kalah dengan pipa beton hanya harganya murah.
c. PVC, tersedia banyak di pasaran, diameter kecil, biasanya untuk pipa
service dan persil.
Pada pemilihan bahan pipa juga harus diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya antara lain ketahanan terhadap asam, basa, serta korosi
kekokohan konstruksi, kekasaran permukaan, kemudahan dalam pemasangan
dan persediaan

2.4.5 Bangunan Pelengkap


Bangunan pelengkap merupakan semua bengunan yang turut andil dalam
menunjang kelancaran perjalanan air buangan di dalam sistem pengolahan air
buangan. Berikut ini merupakan bangunan pelengkap yang dapat digunakan
dalam perencanaan saluran air buangan:
a. Manhole
Fungsinya adalah untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan saluran pipa air
bekas di dalam tanah. Penempatan manhole pada jaringan pengumpulan air
buangan sebagai berikut :
a. Tempat di mana ada perubahan arah aliran dalam pipa, baik horizontal
maupun vertikal.
b. Tempat di mana terdapat penyambungan atau penerimaan 2 (dua) saluran
atau pertemuan dengan bagian-bagian yang diperlukan.
c. Tempat di mana terjadi perubahan-perubahan pipa, baik pada diameter dan
pada kemiringan.
d. Tempat-tempat tertentu pada bagian yang lurus, jarak antara saluran
pemeriksaan, tergantung dari diameter pipa, yaitu :

11
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

Tabel 2.1. Jarak Manhole Berdasarkan Diameter Pipa


Diameter pipa (mm) Jarak antara manhole (m)
< 200 50 – 100
200 – 500 100 – 125
500 – 1000 125 – 150
> 1000 150 – 200

Bentuk manhole ada dua macam, yaitu:


a. Penampang persegi, pada kedalaman yang tidak terlalu dalam dan
dipasang pada beban yang lalu lintasnya tidak berat.
b. Penampang padat, digunakan untuk beban yang berat baik horizontal
maupun vertikal.

b. Drop Manhole
Fungsinya sama dengan manhole tetapi drop manhole dipakai untuk
saluran yang mempunyai perbedaan ketinggian relatif besar. Perletakkan drop
manhole dengan mempertimbangkan kontur tanah dan kemiringan tanah. Jika
slope tanah lebih besar dari slope saluran maka dibutuhkan drop manhole.

c. Terminal Clean Out


Dipakai sebagai lubang tempat persiapan alat pembersih ke dalam saluran
dengan cara memasukkan air dari ujung bagian atas terminal clean out.

d. Tikungan (Bend)
Fungsinya, yaitu untuk membelokkan arah aliran, banyak dipakai pada
pertemuan antara lateral pipa service, lateral dengan sub main pipa atau karena
belokan pada arah jalan.
Mengingat pada tikungan akan kehilangan energi cukup besar, maka perlu
diperhatikan beberapa persyaratan dalam merencanakan tikungan, yaitu:
a. Tidak boleh terjadi perubahan diameter atau kemiringan.
b. Harus ada manhole untuk melakukan pemeriksaan.

12
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

c. Pembuatan dinding harus selicin mungkin.


d. Radius minimum belokan = diameter saluran.

e. Transition dan Junction


Transition adalah keadaan terjadinya perubahan diameter saluran. Sedangkan
junction adalah tempat penggabungan beberapa buah saluran.

f. Ventilasi Udara
Fungsinya yaitu untuk mengeluarkan gas yang terbuka di salam pipa dan
untuk mengukur tekanan udara dalam pipa atau manhole menjadi sama dengan
udara luar.

g. Bangunan Penggelontor
Yaitu bangunan yang dapat mengumpulkan air serta dilengkapi dengan
peralatan untuk keperluan penggelontoran yang dapat bekerja secara otomatis
atau manual.

h. Syphon
Diperlukan jika melintasi saluran drainase yang besar, seperti sungai atau rel
kereta api. Syphon dilengkapi dengan manhole pada awal dan akhirnya.
Penentuan dimensi manhole harus memperhatikan:
a) Kehilangan energi.
b) Kemudahan dalam pemeliharaan.
c) Kemampuan untuk meyalurkan.
d) Radius harus tepat agar tidak terjadi akumulasi pada saat belokan.
e) Digunakan juga bila debit besar.

i. Rumah Pompa
Dibutuhkan dalam sistem penyaluran air buangan untuk mengangkut air
buangan dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi untuk menghindari

13
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

galian yang terlalu dalam. Selain itu, untuk memberikan head yang cukup pada
proses pengolahan.

2.5 Penggelontoran
Penggelontoran bertujuan untuk menambah debit pada jaringan pipa dalam
keadaan minimum. Sehingga aliran dapat mencapai kedalaman minimum (d = 10
cm) dan kecepatan aliran minimun yang memenuhi syarat (Vmin ≥ 0,6 m/s). Hal
ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pembusukan yang dapat menimbulkan
korosi. Berdasarkan kontinuitasnya penggelontoran dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Sistem kontinu
adalah sistem dimana penggelontoran dilakukan secara terus menerus dengan
debit konstan. Pada perencanaan dimensi saluran dengan tambahan debit air
buangan dari penggelontoran harus diperhitungkan. Sistem ini memiliki
keuntungan dan kerugian, yaitu:
Keuntungan:
a) Kedalaman berenang selalu tercapai
b) Kecepatan aliran dapat terpenuhi
c) Syarat pengaliran dapat terpenuhi
d) Tidak memerlukan bangunan penggelontor disepanjang jalur pipa,
tetapi cukup berupa bangunan pada awal saluran atau dapat berupa
terminal cleanout yang dihubungkan dengan pipa trasnmisi air
penggelontor
e) Kemungkinan saluran tersumbat kecil, dapat terjadi pengenceran air
limbah serta pengoperasiannya mudah.
Kerugian:
a) Debit penggelontoran yang konstan memerlukan dimensi saluran lebih
besar
b) Terjadi penambahan beban hidrolis pada bangunan perencanaan air
limbah.

14
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

b. Sistem Periodik
Pada sistem periodik penggelontoran dilakukan secara berkala pada kondisi
aliran minimum dengan waktu minimal dilakukan sekali dalam sehari. Sistem ini
debit yang digunakan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan serta dimensi
saluran relatif tidak besar karena debit gelontor tidak diperhitungkan

15
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

BAB III
KRITERIA PERENCANAAN

3.1 Kriteria Perencanaan Jalur Penyaluran Air Limbah


Pada penentuan perencanaan jalur penyaluran air limbah yang harus diketahui
adalah jumlah penduduk terlayani dalam suatu daerah dan debit pemakaian air
bersih rata-rata daerah tersebut sehingga akan mendapatkan perbandingan antara
kebutuhan air non domestik per orang dalam satu hari dengan kebutuhan air
domestik per 1000 jiwa dalam satu detik (PE/Penduduk Ekuivalen). Perbandingan
ini digunakan untuk mencari nilai fluktuasi debit saluran, karena setiap satluran
antar manhole melayani lebih dari satu blok pelayanan.
Untuk menentukkan pola jaringan pelayanan, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan, adalah:
a. Pola topografi dari daerah pelayanan dan sistem yang akan dipilih, yaitu
sistem tercampur atau sistem terpisah. Di Indonesia biasanya menggunakan
sistem terpisah.
b. Jalur jalan yang ada sehingga dapat menentukkan pola jaringan.
c. Lihat topografi, hidrologi dan biologi
d. Batas administratif
e. Lokasi pembuangan pengelolaan dan pembuangan akhir. Dipilih sistem
secara gravitasi karena sistem pemompaan sangat mahal.
Air limbah di Kota Flowerstown secara keseluruhan dialirkan menuju
instalasi pengolahan air limbah secara gravitasi (berdasarkan kontur), melalui
saluran-saluran yang terdapat atau diletakkan pada tempat-tempat strategis, serta
letak IPAL ditempatkan pada daerah yang jauh dari pemukiman dan aktifitas
penduduk agar tidak mengakibatkan pencemaran dan gangguan daerah sekitarnya.

3.2 Perencanaan Saluran Penyalur Air Limbah


Pada saluran penyalur air limbah pipa bersifat aliran terbuka dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. Hal lain yang harus diperhatikan dalam penyaluran

16
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

air buangan adalah kecepatan aliran, kedalaman air, kemiringan saluran dan
kapasitas saluran.

3.2.1 Debit Air Limbah


Pada sistem penyaluran air limbah didasarkan pada debit air limbah yang
meliputi debit air limbah domestik dan debit air limbah non domestik. Debit air
buangan berasal 60% hingga 80% dari pemakaian air minum atau air bersih.
Debit air buangan pada masing-masing pipa, yaitu pipa persil, pipa lateral,
dan pipa induk berbeda-beda cara perhitungannya. Pada debit air buangan dari
persil maupun lateral akan mengekivalensikan jumlah penduduk dari
pengolahan air. Penduduk ekivalen (PE) adalah Jumlah penduduk yang
ekivalen dengan perbandingan antara sejumlah air buangan domestik maupun
non domestik dengan debit rata-rata air buangan aktual yang dihasilkan setiap
orang. Penduduk ekivalen secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Q air buangan domestik dan Q air buangan non domestik


PE =
qr


qr = 
 Q domestik   1000
  pelayanan domestik 

Dimana: PE = Penduduk ekivalen per 1000 (jiwa)


Q = debit (l/dtk)
qr = debit rata-rata air buangan per 1000 jiwa
(l/dtk/1000jiwa)

Debit harian maksimum adalah pemakaian air tiap hari akan bervariasi
dari pemakaian air rata-rata. Hal ini akan mengakibatkan debit air limbah yang
dihasilkan juga bervariasi dan akan mencapai suatu keadaan maksimum. Debit

17
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

harian maksimum secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:


Qmd = fmd x qr

Dimana: P = Populasi dalam ribuan


fmd = Faktor hari maksimum (1,1 -1,5)
Qmd = debit air buangan hari maksimum per 1000 jiwa
penduduk (l/dtk/1000 jiwa)

a) Debit air buangan pada pipa persil


Persamaan yang digunakan,

Qpr = P x qr Qpp = 5 x P0,5 x Qmd

Qpm = 1/5 x P1,2 x qr Qmd = fmd x qr

dimana: Qpr = debit rata-rata pada pipa persil (l/dtk)


Qpm = debit minimum pada pipa persil (l/dtk)
Qpp = debit peak atau puncak pada pipa persil (l/dtk)
Qmd = debit air buangan hari maksimum per 1000 jiwa
penduduk (l/dtk/1000 jiwa)
P = Populasi dalam ribuan
fmd = Faktor hari maksimum (1,1 -1,5)

b) Debit air buangan pada pipa service


Persamaan yang digunakan,

Qsr = P x qr

Qsm = 1/5 x P1,2 x qr

Qsp = 0,55 x n x Qpp

Dimana: Qsr = debit rata-rata pada pipa service (l/dtk)

18
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

Qsm =debit minimum pada pipa service (l/dtk)


Qsp = debit puncak pada pipa service (l/dtk)
n = jumlah sambungan rumah

c) Debit air buangan pada pipa lateral


Persamaan yang digunakan,
Qlr = P x qr
Qspr = Σ Qsp / m
 4mx 
Qlp =    Qspr
 2mx  (x  1) 
Qlm = 1/5 x P1,2 x qr

Dimana: Qlr = debit rata-rata pada pipa lateral (l/dtk)


Qlm = debit maksimum pada pipa lateral (l/dtk)
Qlp = debit puncak pada pipa lateral (l/dtk)
Qspr = debit puncak rata-rata pada pipa service (l/dtk)
m = jumlah jalur pipa service
dimana,

x
 populasi pelayanan pipa lateral
populasi pelayanan rata - rata 1 pipa service

d) Debit air buangan pada pipa induk


Debit minimum (Q min) dan Debit maksimun (Qmax)
Q min perlu diperhitungkan karena saat terjadi kecepatan aliran
maksimum dapat terjadi endapan, kedalaman renang tidak tercapai (min.
10 cm), dan terjadi proses pembusukan zat-zat organik yang minimum
terkandung dalam air buangan. Persamaan yang digunakan,

19
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

Q min  1 5   PE1,2  qr

Q max  5   PE0,8  Qmd

Debit Infiltrasi adalah debit air limbah dalam pengalirannya akan


bertambah akibat adanya infiltrasi air tanah, air permukaan dan air hujan.
Infiltrasi tidak dapat dihindarkan akibat beberapa hal seperti pekerjaan
sambungan pipa yang kurang sempurna, kondisi dan aliran air tanah dan
adanya celah manhole dan bangunan pelengkap.
Di Indonesia besarnya koefisien infiltrasi (Cr) antara 0,1-0,3 sedangkan
infiltrasi akibat resapan air hujan sebesar 1,0-3,0 liter/detik/1000 m panjang
pipa. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Q inf. surface  Cr   PE  qr
Q inf. saluran  L kum 1000  qinf

Dimana: Cr = koefisien infiltrasi daerah pelayanan (0,1 – 0,3)


L kum = panjang pipa kumulatif (meter)
qinf = debit infiltrasi (1-3 l/dtk/1000 m)

Debit puncak (Qpeak) adalah debit air buangan maksimum dalam satu hari
dimana penentuan dimensi saluran air buangan ditentukan dengan dialirkannya
debit yang terjadi pada saat puncak. Persamaan yang digunakan,


Q peak  5   PE
0,8

 Qmd  Cr   PE  qr   ( L kum 1000 )  q inf 

20
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

3.2.2 Kecepatan Aliran


Pengaliran air limbah memiliki konsep dasar dari mekanika fluida dengan
persamaan kontinuitas : Q = A1 . V1 = A2 . V2

Persamaan energi jika energi panas dan energi diabaikan maka akan
membentuk persamaan Bernoulli
2 2
P1 V1 P V
  z1  2  2  z 2
g 2 g g 2 g

P1
Dimana: = Head tekanan pada titik 1(m)
g
2
V1
= Head kecepatan pada titik 1(m)
2g
z1 = Ketinggian titik 1 dari datum (m)
P2
= Head tekanan pada titik 2(m)
g
2
V2
= Head kecepatan pada titik 2(m)
2g
z2 = Ketinggian titik 2 dari datum (m)

Pada pengaliran air limbah perlu diperhatikan kecepatan pengaliran yang


diperhitungkan dalam perencanaannya. Kecepatan pengaliran harus besar,
sehingga waktu ke instalasi penglohan air limbah relatif singkat (±18 Jam) dan
mampu mencapai self cleaning velocity tanpa menimbulkan kerusakan pada
dinding saluran dan aliran harus mampu membawa material padat ang terdapat
pada aliran meskipun dalam kedaan dan waktu minimum. Persamaan untuk
kecepatan alirannya dapat menggunakan rumus aliran manning pada saluran
terbuka

V = 1/n x R 2/3 x S 1/2

21
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

Dimana: V = kecepatan aliran (m/dtk)


n = koefisien manning
S = kemiringan saluran
R = jari-jari hidrolis (m)
Air buangan dalam pipa bersifat terbuka dengan pemanfaatan gravitasi.
Kriteria kecepatan yang digunakan dalam tugas perencanaan ini adalah pada
kecepatan aliran maksimum air yang mengandung pasir memiliki kecepatan, V =
2,4 m/dtk, air yang tidak mengandung pasir memiliki kecepatan, V = 3,0 m/dtk.
Angka ini ditetapkan berdasarkan perhitungan agar air dapat mengalir ke IPAL
secepat mungkin tetapi tidak mengakibatkan penggerusan pada pipa.
Sedangkan pada kecepatan aliran minimum yang diizinkan = 0,6 m/dtk.
Apabila kecepatan kurang dari 0,6 m/dtk dilakukan penggelontoran. Angka
tersebut ditetapkan agar tidak menimbulkan sedimentasi dan tidak mendorong
pertumbuhan tanaman air atau pengganggu lainnya dimana bila terdapat tanaman
pengganggu yang tumbuh dalam pipa maka kapasitas saluran akan berkurang.

3.2.3 Pembacaan Grafik


Pembacaan grafik bertujuan untuk mencari Q/Qfull, V/Vfull, dan A/Afull
yang tidak diketahui dengan cara d/D atau terdapat salah satu perhitungan yang
telah di ketahui, misalkan d/D merupakan kedalaman maksimum air limbah dalam
pipa dengan asumsi masing-masing selanjutnya akan mencari Qpeak /Qfull pada
kolom selanjutnya dengan cara dilihat dari grafik yang telah disediakan, caranya
lihat d/D yang telah diketahui, tarik garis kekanan sampai menyentuh garis Q/Qf
yang ada didalam grafik. Setelah itu tarik garis kebawah sampai ketemu nilai yang
diinginkan. Grafik dibaca secara lanscape

3.2.4 Perencanaan Penanaman Pipa


Penanaman dan penempatan pipa harus memperhatikan kedalaman
penanaman pipa maka yang diperlukan, yaitu:
1. Antisipasi terhadap kotoran atau padatan besar
2. Memberikan ventilasi pada air buangan

22
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

3. Mengurangi akibat kandungan organik tinggi dalam air


Pada penanaman pipa air limbah yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Apabila jaringan pipa air limbah sama dengan pipa air minum, maka pipa
air limbah diletakkan minimal 0,5 meter dibawah pipa air minum untuk
menghindari jika terjadi kebocoran agar tidak mencemari air minum
2. Kedalaman penanaman pipa minimum 1 meter agar mengurangi kerusakan
pipa air buangan akibat tekanan dari atas
3. Pipa air buangan ditanam ditengah jalur hijau, ditepi jalan dan dibawah
trotoar. Hal ini untuk menghindari jika terjadi kemungkinan penggalian
untuk perbaikan pipa.
4. Kedalaman penanaman pipa maksimal 7 meter agar memudahkan
penanaman dan perawatan pipa. Hal ini tergantung pada muka air tanah
dan jenis kelas jalan

3.2.5 Penggelontoran
Tujuan penggelontoran untuk menambah debit pada jaringan dalam
keadaan minimum, sehingga aliran dapat mencapai kedalaman berenang (d= 10
cm) dengan kecepatan aliran minimum memenuhi yang diisyaratkan (Vmin ≥ 0,6
m/s).
Debit penggelontoran secara matematik dinyatakan,

Qg = Vw (Ag –Amin)

Dimana, Qg = Debit Penggelontoran (m3/s)


Vw = Kecepatan Penggelontoran (m/s)
Ag = Luas penampangan basah pada kedalaman 10 cm (m3)
Amin = Luas penampang basah saat debit aliran minimum (m2)

23
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

Pada penggelontoran, kecepatan gelombang air (Vw) berdasarkan persamaan


 

Vw  vmin  g  
  
Ag  d g  A min  d min 


   Amin   
 A min  1 -    
   Ag   

Dimana, Vmin = Kecepatan aliran pada debit minimum (m/s)


Ag = Luas penampangan basah pada kedalaman 10 cm (m3)
dg = kedalaman titik berat air pada saat mencapai kedalaman
Berenang (dg = 2/5 dg)
Amin = Luas penampang basah saat debit aliran minimum (m2)
dmin = Kedalaman titik berat air saat dmin ( dmin = 2/5 dmin)
Vw = Kecepatan gelombang (m/s)

Berdasarkan persamaan diatas, maka volume penggelontoran ditetapkan


berdasarkan persamaan:

Vg = Qg x [ L/Vw ]

Dimana, Vg = Volume penggelontoran (m3)


Qg = Debit Penggelontoran (m3/s)
Vw = Kecepatan Penggelontoran (m/s)
L = Panjang Saluran (m)

24
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Deskripsi Kota
Dalam melakukan perencanaan sistem penyaluran air limbah diperlukan
gambaran umum yang meliputi data kependudukan, prasarana kota, peta kota,
kondisi daerah dan karakteristik kota. Setiap tahun air yang dikeluarkan selalu
meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduknya. Pada peta yang diberikan
menunjukkan karakteristik kota dengan kepadatan penduduk pada tahun
perencanaan. Pada peta kota yang diberikan memiliki skala 1:600 dan kepadatan
penduduk ditentukan oleh daerah domestik. Berikut merupakan gambar peta Kota
Flowerstown.

Gambar 4.1 Gambar Peta Kota Flowerstown

Daerah domestik tersebut terbagi menjadi 3 blok, yaitu blok arsir miring, blok
tidak diarsir serta blok arsir lurus. Ketiga blok tersebut memiliki perbandingan
daerah pelayanan domestik. Perbandingan ketiga wilayah adalah sebagai berikut:

Daerah Arsir Miring : Daerah Tidak Arsir : Daerah Arsir Lurus = 1,2 : 1,4 : 1

25
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

Berdasarkan perbandingan daerah diperoleh juga data kepadatan penduduk


dengan daerah arsir miring (A) berjumlah 285 jiwa/Ha, daerah tidak arsir (B)
berjumlah 320 jiwa/HA dan daerah arsir lurus (C) berjumlah 290 jiwa/HA.
Peta juga menunjukkan pembagian daerah pembuangan limbah untuk non
domestik dengan.rumah sakit, sekolah, stasiun bis, kantor dan hotel Daerah
pelayanan tersebut tersebar ke dalam beberapa blok.
Dari masing-masing sarana kota tersebut memiliki kepadatan penduduk
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Sarana Kota Flowerstown
Sarana Kota Jumlah
Kantor 469 Orang/HA
Sekolah 475 Orang/HA
Rumah Sakit 365 Bed/HA
Stasiun Bis 232 bis/hari
Hotel 285 bed/HA

Kota Flowerstown merupakan kota yang memiliki kontur tanah semakin


rendah yang menuju ke arah Selatan yaitu berkisar antara + 83 meter hingga ke
Waduk Selatan + 65 meter. Wilayah yang memiliki kontur yang paling tinggi
berada di wilayah utara. Terdapat satu aliran sungai yang terdapat di kota tersebut,
yang mengalir dari wilayah utara menuju wilayah selatan.

4.2 Sistem Perencanaan


Pada perencanaan sistem pengelolaan air limbah ini akan dialirkan
ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Adapun letak IPAL adalah
di selatan Kota Flowerstown pada tepi sungai agar air buangan yang
telah diolah dapat dialirkan langsung ke sungai.

26
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

BAB V
PERHITUNGAN

5.1 Perhitungan Debit Air Limbah


Dalam perhitungan debit air buangan ada hal-hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya adalah:
1. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk harus diperkirakan sampai akhir perencanaan, hingga
pelayanan mencapai 100%. Dalam tugas perencanaan ini, data sekunder yang
didapatkan yang digunakan untuk menghitung jumlah penduduk di Kota
Flowerstown adalah luas area dan kepadatan penduduk. Dari data sekunder
tersebut maka jumlah penduduk dapat diketahui, yaitu dengan mengalikan luas
area dengan kepadatan penduduk masing-masing blok. Dan dapat dituliskan
dalam persamaan:

Penduduk (jiwa) = Kepadatan (jiwa/Ha) x Luas area (Ha) x Persen Pelayanan

Contoh: Pada Blok B17, luas areanya adalah 1,75 ha dengan kepadatan penduduk
di Blok B = 320 jiwa/ha. Maka:
Penduduk = 320 jiwa/ha x 1,75 ha x 90 % = 504 jiwa
Total jumlah penduduk yang dilayani 100% sampai akhir perencanaan adalah
12.925 jiwa.

2. Panjang pipa saluran


Panjang pipa saluran diukur dari manhole ke manhole di peta, dikonversi
dalam satuan meter kemudian panjang pipa tiap jalur dikumulatifkan atau
dijumlah. Manhole sebaiknya diletakkan tidak lebih dari 1000 meter agar debit air
buangan yang dialirkan tidak terlalu besar dan tidak memerlukan diameter pipa
yang besar pula.

27
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

Panjang pipa (m) = Panjang pipa (cm) x Skala peta 100

Contoh: Antara manhole 1 dan manhole 2 (jalur 1-2), panjang di peta yang
terukur = 7.5 cm, skala 1:17000. Maka:
Panjang pipa = (7.5cm x 4500)/100 = 375 m
Total panjang pipa yang dibutuhkan untuk Kota Flowerstown Damai
adalah 3.325 m.

3. Unit Debit air buangan


Yaitu debit air buangan yang berasal dari domestik dan non
domestik. Debit air buangan berasal dari saluran pengumpul berkisar 70%
- 80% dari debit air minum. Dalam perhitungan digunakan 80% dengan
maksud agar air buangan yang dihasilkan tidak terlalu kecil ataupun
terlalu besar.
Dalam menentukan debit air buangan, terlebih dahulu harus
diketahui jumlah air buangan yang terdapat di daerah pelayanan dalam hal
ini yaitu Kota Flowerstown. Penggunaan air bersih dari masing-masing
wilayah domestik dan non domestik yang berdasarkan asumsi penulis
adalah:
Tabel 5.1 Kebutuhan Air Domestik
Pemukiman Jumlah Kebutuhan Air Satuan
Blok B 100 l/org/hari
Blok A 200 l/org/hari
Blok C 150 l/org/hari

Tabel 5.2 Kebutuhan Air Non Domestik


Sarana Jumlah Kebutuhan Air Satuan
Rumah Sakit (RS) 80 l/bed/hari
Sekolah (S) 65 l/org/hari
Stasiun Bis (ST) 40 l/bis/hari
Kantor (K) 50 l/org/hari

28
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

Sehingga dari data tersebut di atas, maka debit air buangan


domestik dan non domestik adalah sebagai berikut:
a. Debit Air Buangan Domestik
Blok B = 80% x 100 l / orang / hari = 80 l/orang /hari
Blok A = 80% x 200 l / orang / hari = 160 l /orang/hari
Blok C = 80% x 150 l / orang / hari = 120 l /orang/hari
b. Debit Air Buangan Non Domestik
RS = 80% x 80 l/bed/hari = 64 l/org/hari
S = 80% x 65 l/org/hari = 52 l/org/hari
ST = 80% x 40 l/bis/hari = 32 l/bis/hari
K = 80% x 50 l/org/hari = 40 l/org/hari

4. Debit rata-rata air buangan (qr)


Debit rata-rata air buangan adalah keseluruhan debit air buangan
yang dihasilkan dari kegiatan penduduk dalam 1000 orang penduduk.
  Q domestik dan nondom
qr =   penduduk terlayani   1000
 

Kota Flowerstown memiliki total debit domestik dan non domestik 18,348
l/dtk dan total penduduk terlayani 12.925 jiwa. Maka debit rata – rata
Kota Flowerstown yaitu:
qr = (18,348 / 12.925) x 1000 = 1,13 l/dtk/1000 jiwa

5. Jumlah penduduk ekivalen (PE)


PE digunakan untuk mencari nilai fluktuasi Q saluran, karena
setiap saluran antar manhole melayani lebih dari satu blok pelayanan.
Nilai PE dikumulatifkan untuk setiap jalur sampai dengan jalur terakhir
(sampai IPAL).
Contoh: Pada blok B17, debit air buangan 0,467 l/dtk, maka:
PE =Q air buangan / qr = 0,467 / 1,13 = 0,411/100 jiwa

29
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

PE untuk satu kota yaitu 16,19/1000 jiwa.

6. Debit minimum (Q min)


Dengan diketahuinya Q min tersebut dapat diketahui kebutuhan
debit air untuk penggelontoran.

Q min (l/dtk) = 1/5 x Σ PE1,2 x qr

7. Debit hari maksimum (Qmd)


Adalah debit air buangan yang dihasilkan dari pemakaian yang
bervariasi, sehingga akan mencapai keadaan maksimum.

Qmd (l/dtk) = fmd x qr

8. Debit maksimum (Q max)


Adalah debit air buangan domestik dan non domestik maksimum.

Q max (l/dtk) = 5 x Σ PE0,8 x


Qmd
9. Debit infiltrasi surface
Asumsi Cr = 0,2 (kisaran antara 0,1 – 0,3)

Q inf. surface (l/dtk) = Cr x Σ PE x qr

10. Debit infiltrasi saluran


Debit infiltrasi saluran adalah masukan dari infiltrasi air tanah,
permukaan, dan air hujan.

Q inf. saluran  L kum 1000 qinf

11. Debit puncak (Q peak)

Q peak (l/dtk) = Qmax + Q inf. surface + Q inf. Saluran

Perhitungan debit air limbah terlampir di Lampira 1.

30
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

5.2 Perhitungan Dimensi Saluran Air Limbah


Setelah mengetahui debit puncak(Q peak) yang akan melalui saluran,
maka selanjutnya dimensi air buangan dapat dihitung, dengan langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan d / D
Ditetapkan d/D yang dipakai adalah 0,8. Hal ini berarti muka air pada saat
puncak sama dengan 0,8 kali diameter pipa.
2. Q peak / Q full
Ditentukan menggunakan kurva “Design of Main Sewers” dengan
memasukkan harga d/D ke kurva, menarik daris dari d/D hingga
menyentuh kurva Q peak / Q full.
3. Q full
Debit air buangan dalam kondisi penuh ini dihitung dengan rumus
berikut:
Q full (m3/dtk) = Q peak x (Qp / Qf)

4. Asumsi V full
Menentukan asumsi Vfull sesuai dengan syarat pengaliran yaitu 0,6 – 3,0
m/dtk.

5. Diameter (D)
Diameter pipa dihitung dengan rumus:

D (m) = [(4 x Q full)/(V xπ)]0,5

6. Jari-jari hidrolis (R)


Rumus, R (m) = 1/4 x diameter2

7. Slope tanah
Rumus,
S = (elevasi muka tanah awal –akhir) / panjang saluran

31
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

8. Slope pipa
Direncanakan pipa ditanam sesuai dengan slope tanah, sehingga
penanaman pipa lebih mudah. Tetapi apabila tidak memungkinkan slope
pipa dapat ditentukan (dapat lebih besar atau lebih kecil dari slope tanah).

9. V full
Vfull yang ke dua ini dihitung dengan menggunakan rumus manning,
yaitu:
V full (m/dtk) = 1/n x R2/3 x S1/2

10. Q full Hitung


Vfull yang ke dua ini dihitung dengan menggunakan rumus:

Q full Hitung (m3/dtk) = A (dengan D pasaran) x V full

11. Q peak/Qfull Hitung


Ditentukan dengan membagi antara nilai Q peak dengan Qfull Hitung
untuk mendapatkan nilai d/D dari kurva “Design of Main Sewers”.

12. d (cm)
Ditentukan dengan rumus :
d (cm) = (D pasaran x (d/D)) x 100
d harus lebih besar dari 10 cm;

13. V peak / V full


Ditentukan menggunakan kurva “Design of Main Sewers” dengan
memasukkan harga d/D ke kurva V peak / V full.

14. V peak
rumus: V peak (m/dtk) = V full x (Vp / Vf)

32
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

5.3 Perhitungan Debit Penggelontoran


1. Q min (m3/dtk)  dari tabel C2
Adalah debit air buangan dari domestik dan non domestik yang minimum.
Dengan Q min tersebut dapat diketahui kapan dibutuhkan debit air untuk
penggelontoran.
2. Q full (m3/dtk)  dari tabel C3
3. Q min / Q full
Dari pembagian Q min dengan Q full.
Contoh:
Jalur 1-2,
Qmin/Qfull = (0,002 m3/dtk) / (0,027 m3/dtk) = 0,07 m3/dtk
4. Dmin / Dfull
Ditentukan melalui kurva “Design of Main Sewers” dengan memasukan
harga Qmin / Qfull.
Contoh:
Jalur 1-2, Qmin/Qfull = 0,07 , maka Dmin/Dfull = 0,18
5. d min (cm)
Ditentukan dengan rumus : dmin = D x (Dmin/Dfull)
Contoh:
Jalur 1-2, D didapat dari C3 = 0,15 m, maka:
dmin = 0,18x0,15 x100 cm/m = 2,7 cm = perlu digelontor.
Ket: nilai d min tidak boleh lebih kecil dari 10 cm atau 0,1 m.
6. Vmin / Vfull
Ditentukan melalui kurva “Design of Main Sewers” dengan memasukan
harga Dmin / Dfull.
Contoh:
Jalur 1-2, Dmin/Dfull = 0,18 maka Vmin/Vfull = 0,51
7. Vmin ( m/detik)
Ditentukan dengan rumus : Vmin = (Vmin/ Vfull) x Vfull
Contoh:
Jalur 1-2, Vfull didapat dari C3 = 1,58 m/detik , maka:

33
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

Vmin = 0,51 x 1,58 = 0,8 m/detik = tidak perlu digelontor


Ket: nilai V min harus berkisar antara 0,6 – 3 m/dtk
Jika nilai d min mempunyai nilai dibawah 10 cm dan atau nilai V
min dibawah 0,6 m/dtk, maka dibutuhkan gelontor dan dilakukan
perhitungan:
1. Mengasumsikan nilai dg (m)
Nilai dg pada tabel ini diasumsikan supaya memenuhi syarat
penggelontoran tetapi harus besar dari d min yang digelontor.
Contoh :
Jalur 1-2, d min = 0,016 m; maka dg = 0,1 m
2. d min
Ditentukan dengan rumus : d min = 2/5 x dmin
Contoh:
Jalur 1-2, nilai dmin = 0,016 m (didapat dari tabel C4.1), maka:
d min = 2/5 x 0,016 m = 0,0065 m
3. dg

Ditentukan dengan rumus : dg = 2/5 dg


Contoh:
Jalur 1-2, nilai dg = 0,1 m (asumsi), maka:
dg = 2/5 x 0,1 m = 0,04 m
4. dmin/Dfull.
Ditentukan dengan rumus : dmin/Dfull = dmin / D
Contoh:
Jalur 1-2, nilai D = 0,125 m (dari tabel C3), maka:
dmin/Dfull = 0,016 m / 0,125 m = 0,13
5. Amin / Afull
Ditentukan melelui kurva “Design of Main Sewers” dengan
memasukan harga dmin/Dfull.
Contoh:
Jalur 1-2, nilai dmin/Dfull = 0,13; maka Amin/Afull = 0,08

34
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

6. Afull (m/detik)
Ditentukan dengan rumus : Afull = ¼ x πd2
Contoh:
Jalur 1-2, nilai D = 0,125 m (dari tabel C3), maka:
Afull = ¼ x π x (0,125)2 = 0,0122 m2
7. Amin (m)
Ditentukan dengan rumus: Amin = (Amin/Afull) x Afull
Contoh:
Jalur 1-2, Amin = 0,08 x 0,0125 m2 = 0,000981 m2
8. dg / Dfull
Dari hasil pembagian Dg dengan D pasaran dari tabel C3.

9. Ag / Afull
Ditentukan melalui kurva “Design of Main Sewers” dengan
memasukan harga dg/ Dfull.

10. Ag (m)
Ditentukan dengan rumus: Ag = (Ag/Afull) x Afull

11. Vw (m/detik)

 
 
  
 Ag  d g  A min  d min 

Ditentukan dengan rumus: Vw  vmin  g   
  Amin  
 A min  1 -    
   Ag   

12. Q gelontor
Ditentukan dengan rumus: Qg = Vw x ( Ag – Amin)

35
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

13. Volume Gelontor (m3)


Ditentukan dengan rumus: Vg = Qg x (panjang Saluran / Vw)

5.4 Perhitungan Penanaman Pipa Saluran


Dalam melakukan penanaman pipa, Kedalaman galian pipa tidak
boleh lebih dari 7 m dan minimal harus 1,8 m – 2 m karena bila melebihi 7
m kemungkinan dapat mencemari air tanah, selain itu biaya operasional
yang dikeluarkan pun menjadi lebih mahal. Ketinggian muka air hilir tidak
boleh melebihi ketinggian muka air hulu karena dapat terjadi aliran balik,
sehingga dalam proses pengerjaan tugas, bila ditemui kasus muka air hilir
lebih tinggi dari muka air hulu, ketinggian muka air tersebut harus
disamakan.
1. Elevasi Tanah.
Merupakan titik kontur letak suatu daerah.

2. Elevasi Dasar Saluran.


Pada setiap awal saluran pipa ditetapkan penanaman awal pipa
minimum 1 meter dari permukaan tanah.
Rumus :
Awal pipa ; Us = Elev. Muka tanah awal – (2 m + D pipa)
Akhir pipa ; Ds = Us – (Slope pipa x Panjang pipa).
Berikutnya Ds dapat berubah, bila tinggi muka air hilir lebih tinggi dari
muka air hulu, perubahan rumus pada Us, yaitu menjadi :
Us = Elev. Muka Air Awal – (D x d/D)

3. Elevasi Muka Air.


Rumus :
Awal pipa; Us = Elev. Dasar saluran awal + (d/D x D pipa)
Akhir pipa; Da = Elev. dasar saluran akhir + (d/D x Dpipa)
Berikutnya Ds dapat dianggap sebagai Us pada titik manhole
selanjutnya.

36
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

4. Kedalaman Galian.
Rumus :
Awal pipa ; Us = Elev. muka tanah awal – elev. dasar saluran awal.
Akhir pipa ; Ds = Elev. muka tanah akhir – elev. dasar saluran akhir.

37
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

BAB VI
PENUTUP

Berikut ini beberapa kesimpulan yang didapatkan dari perencanaan Sistem


Penyaluran Air Limbah di Kota Flowerstown:
1. Perencanaan penyaluran air buangan di Kota Flowerstown dilakukan
dengan menggunakan jenis pengaliran gravitasi dan sistem terpisah
(separated system).
2. Seluruh air buangan disalurkan menuju IPAL yang berada di ketinggian
63,6 m di sebelah selatan Kota Flowerstown, selanjutnya air yang telah
diolah, dialirkan ke waduk.
3. Jumlah penduduk yang terlayani dalam perencanaan SPAL di Kota
Flowerstown yaitu 12.925 jiwa.
4. Panjang pipa yang dibutuhkan untuk membuat sistem penyaluran air
buangan di Kota Flowerstown yaitu 3.325 meter dengan kisaran diameter
yang dibutuhkan yaitu mulai dari diameter 0,125 m/ 125 mm sampai
diameter 0,450 m /450 mm.
5. Semua jalur yang perlu digelontor karena diameter minimum dan atau
kecepatan aliran minimum tidak memenuhi kriteria bila tidak digelontor.
6. Pada penanaman pipa, tidak terdapat jalur yang harus di drop atau
dipompakan karena kedalaman galian memenuhi standar yaitu antara 1,8
meter sampai 7 meter.
Demikian laporan Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah ini dikerjakan
dengan harapan agar daerah pelayanan ini dapat terhindar dari dampak buruk yang
ditimbulkan oleh air buangan akibat sistem penyaluran yang kurang tepat.

38
Sistem Penyaluran Air Limbah dan Drainase Izzati Istihara / 082001500031

DAFTAR PUSTAKA

Giles, Ronald V. 1990. Mekanika Fluida dan Hidrolika. Jakarta : Erlangga.


Kodoatie, J.R dan R. Syarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Yogyakarta:Andi Offset.
Linsley, Ray. K dkk. 1995. Teknik Sumber Daya Air Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Noorbambang, Soufyan M dan Takeo Moromura. 1993. Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta : Pradnya Paramita.
Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda. 1999. Hidrologi Untuk Pengairan.
Jakarta: Paradnya Paramita.

39

Anda mungkin juga menyukai