Terakreditasi LIPI
No. 706/AU/P2MI-LIPI/10/2015
[DE] KONSTRUKSI
HUKUM
J
urnal Yudisial merupakan majalah ilmiah yang memuat hasil kajian/riset atas putusan-putusan
pengadilan oleh jejaring peneliti dan pihak-pihak lain yang berkompeten. Jurnal Yudisial terbit
berkala empat bulanan di bulan April, Agustus, dan Desember.
Mitra Bestari: 1. Dr. Shidarta, S.H., M.Hum. (Filsafat Hukum dan Penalaran Hukum)
2. Dr. Anthon F. Susanto, S.H., M.Hum. (Metodologi Hukum dan Etika)
3. Dr. Yeni Widowaty, S.H., M.Hum. (Hukum Pidana dan Viktimologi)
4. Dr. Niken Savitri, S.H., M.CL. (Hukum Pidana, HAM dan Gender)
5. Hermansyah, S.H., M.Hum. (Hukum Ekonomi/Bisnis)
6. Mohamad Nasir, S.H., M.H. (Hukum Lingkungan dan Sumber Daya
Alam)
7. Dr. Widodo Dwi Putro, S.H., M.H. (Filsafat Hukum dan Sosiologi
Hukum)
8. Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., LL.M., Ph.D. (Hukum Internasional)
III
Desain Grafis
dan Fotografer: 1. Arnis Duwita Purnama, S.Kom.
2. Widya Eka Putra, A.Md.
Alamat:
Sekretariat Jurnal Yudisial
Komisi Yudisial Republik Indonesia
Jl. Kramat Raya No. 57 Jakarta Pusat,Telp. 021-3905876, Fax. 021-3906189
E-mail: jurnal@komisiyudisial.go.id
Website: www.komisiyudisial.go.id
IV
PENGANTAR
T
erkadang suatu putusan memunculkan riak luas di dalam masyarakat, termasuk
perdebatan mengenai substansi dan nilai-nilai sebuah putusan. Apa yang
menjadi menarik umumnya bukan apa yang menjadi keputusan akhir – atau
hasil akhir yang dihasilkan putusan, melainkan pertimbangan hakimnya (motivering),
yang terkadang merumuskan pertimbangannya tidak membatasi diri hanya pada
argumen yuridis belaka. Lebih dari itu, dirujuk pula prinsip-prinsip dasar seperti
martabat manusia, dan pertimbangan-pertimbangan pragmatis seperti dampak yang
dapat diharapkan dari putusan terhadap masyarakat. Sekalipun justru pertimbangan-
pertimbangan demikian memunculkan banyak kritik, juga dapat ditengarai adanya
penghargaan bagi kesediaan pengadilan atau hakim untuk bekerja di luar wacana yuridis
belaka, atau dengan kata lain, untuk menilai wacana yuridis lebih luas daripada yang
lazimnya dilakukan. Alhasil, hasilnya putusan itu dapat dianggap meyakinkan, terlepas
dari fakta benar atau tidaknya kasus tersebut, atau bahkan kontroversial.
Bagaimana menjelaskan hal di atas? Kondisi apa yang menyebabkan putusan tersebut
diterima luas dan dianggap berhasil dan juga direspons negatif oleh masyarakat? Apa
pula yang dapat kita pelajari darinya perihal rasionalitas pertimbangan hakim pada
umumnya? Jurnal Yudisial edisi kali ini mencoba melihat beragam problematik tentang
penafsiran dan pemaknaan dalam putusan. Hakim (hakikatnya) ketika memutus,
senantiasa berada dalam ketegangan yang dinamis, yaitu hakim mendekonstruksi
sekaligus melakukan konstruksi. Dinamika yang demikian itu, terlihat dalam tema-tema
yang ditampilkan penulis, dengan menampilkan putusan hakim yang berbeda-beda pula.
Meskipun demikian beberapa substansi artikel memiliki kesamaan satu dengan lainnya
yaitu berkisar di antara “pemaknaan dan penafsiran.”
Pada artikel pertama, makna hak prerogatif presiden kembali dipersoalkan, khususnya
dengan perkembangan dewasa ini yang berakhir pada kesimpulan adanya pergeseran
makna asal menuju makna yang lebih mengadaptasi kondisi kekinian. Artikel selanjutnya
mencoba membedah kinerja Mahkamah Konstitusi di dalam memaknai Undang-
Undang Migas, konteks utama masih berkisar di antara keadilan dan juga kemanfaatan
bagi masyarakat. Artikel berikutnya menyoroti isu yang umum, yaitu tentang poligami,
namun penulisnya mencoba melakukan dekonstruksi, khususnya mengenai pasal-pasal
di dalam KUHPidana yang terkait poligami. Problematik penerapan Undang-Undang
Tindak Pidana Korupsi, masih menjadi topik yang banyak diangkat, namun kali ini
penulisnya mencoba melihat substansi yang lebih menohok kepada perbedaan antara
judex factie dengan judex yuris. Artikel berikutnya mencoba melihat bagaimana hakim
menjatuhkan pidana bersyarat dalam tindak pidana perbankan, dan terakhir diulas
mengenai kekuatan hukum sertipikat hak milik dalam sengketa tanah.
Tertanda
Pemimpin Redaksi Jurnal Yudisial
VII
DAFTAR ISI
Fahmi Yanuar Siregar
Universitas Dwijendra, Denpasar
VIII
Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa izin dan biaya.
UDC 354: 347.993 dalam hukum tata negara, untuk kemudian dapat
direkonstruksi dan memberikan makna yang lebih
Susanto M (Departemen Hukum Tata Negara,
esensial dari hak prerogatif.
Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran, Bandung)
(Mei Susanto)
Perkembangan Pemaknaan Hak Prerogatif Presiden
Kata kunci: hak prerogatif, kekuasaan presiden,
Kajian Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22/
konstitusi.
PUU-XIII/2015
Jurnal Yudisial 2016 9(3), 237 - 258
UDC 347.993 (094.5)
Dalam literatur hukum tata negara, persoalan
mengenai makna hak prerogatif sebagai salah Asnawi HS (Institut Agama Islam Ma’rif NU (IAIM
satu kekuasaan presiden, sering kali menimbulkan NU), Lampung)
perbedaan dan perdebatan. Hak prerogatif
Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-
merupakan kekuasaan istimewa yang dimiliki
Undang Migas
oleh seorang presiden tanpa dapat dicampuri oleh
lembaga lainnya. Pandangan tersebut seolah-olah Kajian Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/
menempatkan presiden memiliki kewenangan PUU-X/2012
yang sangat mutlak dan tidak dapat dibatasi Jurnal Yudisial 2016 9(3), 259 - 279
sesuai prinsip checks and balances dalam ajaran
Pembahasan dalam analisis putusan ini berangkat
konstitusi yang dianut Indonesia. Putusan Nomor
dari keprihatinan terhadap Undang-Undang Nomor
22/PUU/-XIII/2015 tentang pengujian Undang-
22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Undang Kepolisian, Undang-Undang Pertahanan,
(Undang-Undang Migas) yang telah meruntuhkan
dan Undang-Undang TNI mengenai persoalan
kedaulatan negara dan kedaulatan ekonomi bangsa.
pengisian jabatan Kapolri dan Panglima TNI yang
Undang-Undang Migas tidak memungkinkan
mengharuskan adanya persetujuan DPR layak untuk
negara mengolah minyak mentahnya sendiri di
dijadikan bahasan ulasan. Karena persetujuan DPR
dalam negeri kemudian mengekspornya ke luar
tersebut dianggap “mengganggu” hak prerogatif
negeri. Kenyataan yang terjadi selama ini, Indonesia
presiden. Perkembangan pemikiran mengenai
hanya menjual minyak mentah kemudian diolah di
pemaknaan hak prerogatif presiden dalam Putusan
luar negeri. Selanjutnya Indonesia membeli minyak
Nomor 22/PUU-XIII/2015, dapat dilihat dalam tiga
tersebut yang sesungguhnya minyaknya sendiri
kelompok besar, yaitu: pandangan ahli, pandangan
dengan harga minyak dunia. Pun penjualan dan
mayoritas hakim, dan pandangan satu orang hakim
pembelian dilaksanakan melalui perantara. Sebagai
yang menyatakan concurring opinion (pendapat
upaya mengembalikan kedaulatan Indonesia di
berbeda). Tulisan ini hendak mengulas pendapat
bidang migas, para pemohon mengajukan judicial
para ahli tersebut, khususnya berkaitan dengan
review terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun
pemaknaan hak prerogatif sesuai dengan fokus
2001 tentang Migas. Mahkamah Konstitusi sebagai
tulisan. Beberapa pandangan berkaitan dengan
lembaga negara telah mengambil langkah dalam
pemaknaan hak prerogatif dalam Putusan Nomor 22/
memutuskan perkara tersebut dengan Putusan
PUU-XIII/2015 merupakan sumbangsih pemikiran
IX
XI
XII
The Descriptors given are free terms. This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.
XIII
XIV
XV
XVI
Mei Susanto
Departemen Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
Jl. Imam Bonjol No. 21, Bandung 40132
E-mail: m.susanto@unpad.ac.id
Naskah diterima: 20 Oktober 2016; revisi: 23 November 2016; disetujui: 24 November 2016
Naskah diterima: 13 Mei 2016; revisi: 23 November 2016; disetujui: 24 November 2016
Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Migas (Habib Shulton Asnawi) | 259
Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Migas (Habib Shulton Asnawi) | 261
Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Migas (Habib Shulton Asnawi) | 263
Prinsip dikuasai negara atau kedaulatan Kedaulatan di bidang migas dan makna
negara dalam konteks sumber daya alam kedaulatan yang sangat subtansial tampaknya
ditetapkan dalam UUD NRI 1945 dijabarkan masih menjadi persoalan di Indonesia. Pasalnya,
dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan dan pengaturan migas berdampak
Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Migas (Habib Shulton Asnawi) | 265
Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Migas (Habib Shulton Asnawi) | 267
Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Migas (Habib Shulton Asnawi) | 269
Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Migas (Habib Shulton Asnawi) | 271
Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Migas (Habib Shulton Asnawi) | 273
Oleh karena itu, salah satu faktor pendorong d. Dengan Undang-Undang Migas ini sistem
pembentukan Undang-Undang Migas di tahun pengelolaan cost recovery yang diserahkan
2001 adalah untuk mengakomodir tekanan BP Migas merugikan negara.
asing dan bahkan kepentingan asing. Sehingga
Berdasarkan empat alasan tersebut, dapat
monopoli pengelolaan migas melalui Badan
dikatakan bahwa Undang-Undang Migas ini
Usaha Milik Negara (Pertamina) yang pada saat
menganut pola hubungan business to government
berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971
(B to G) dengan pihak investor atau perusahaan
menjadi simbol badan negara dalam pengelolaan
minyak. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 1 angka
migas menjadi berpindah ke konsep oligopoli
23 tentang definisi BP Migas yang dibentuk
korporasi dikarenakan terbentuknya Undang-
untuk mengendalikan kegiatan usaha hulu. Pasal
Undang Migas. Kepentingan internasional yang
4 ayat (3) tentang pemerintah sebagai pemegang
menyusup dalam setiap pertimbangan politik
kuasa pertambangan lalu membentuk BP Migas.
yang diambil dalam Undang-Undang Migas
Pasal 11 ayat (1) tentang kegiatan usaha hulu
menjadikan pembentukan Undang-Undang
yang dilaksanakan oleh investor berdasarkan
Migas meskipun dianggap melalui prosedur
kontrak dengan BP Migas. Pasal 44 ayat (3)
formal yang telah ditentukan, tetapi bisa menjadi
huruf b menugaskan kepada BP Migas untuk
cacat ketika niat pembentukan Undang-Undang
melaksanakan penandatanganan kontrak dengan
Migas adalah untuk mencederai amanat Pasal
pihak investor atau perusahaan minyak.
33 UUD NRI 1945. Sehingga penguasaan
negara terhadap cabang-cabang produksi yang Ketentuan dalam Undang-Undang Migas
menguasai hajat hidup orang banyak hanyalah tersebut di atas menentukan yang menandatangani
menjadi sebuah ilusi konstitusional semata. kontrak kerja sama dengan kontraktor atau
perusahaan minyak adalah pemerintah yang
Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa
diwakili oleh BP Migas, oleh karena pemerintah
terdapat empat alasan utama mengapa Undang-
yang berkontrak maka kedaulatan negara menjadi
Undang Migas ini merugikan negara dan
hilang sebab posisi pemerintah menjadi sejajar
melanggar konstitusi yaitu:
dengan kontraktor. Pemerintah menjadi bagian
a. Undang-Undang Migas ini telah dari para pihak yang berkontrak. Pemerintah
menghilangkan kedaulatan negara atas men-downgrade dirinya sendiri untuk sejajar
sumber daya migas yang ada di perut bumi dengan perusahaan minyak atau investor.
negara Indonesia.
Oleh karena itu, sebaiknya pihak yang
b. Undang-Undang Migas ini telah merugikan mewakili Indonesia adalah BUMN semacam
negara secara finansial. Pertamina tetapi tidak tunggal. Konsepsi yang
demikian ini cukup mencerminkan penguasaan
c. Undang-Undang Migas ini memecah
negara atas cabang-cabang produksi yang
struktur perusahaan dan industri minyak
menguasai hajat hidup orang banyak sebagaimana
Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Migas (Habib Shulton Asnawi) | 275
Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Migas (Habib Shulton Asnawi) | 277
dengan pelaku usaha. Cranston, M. (1973). What are human rights? New
York: Taplinger.
transisi politik di Indonesia. Jakarta: Pusat Hadjon, P.M. (1987). Perlindungan hukum bagi
Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum masyarakat Indonesia. Surabaya: PT Bina
Universitas Indonesia. Ilmu.
Asplund, K.D., Marzuki, S., & Riyadi, E. (Ed.). Halwani, H. (2000). Globalisasi ekonomi. Jakarta:
(2008). Hukum hak asasi manusia. Yogyakarta: Center for Global Studies.
Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas
Islam Indonesia, PUSHAM UII. Huda, N. (2009). Hukum tata negara Indonesia.
Jakarta: Rajawali Pers.
Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Migas (Habib Shulton Asnawi) | 279
Faiq Tobroni
Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Jl. Marsda Adisucipto, Yogyakarta 55281
E-mail: faiqttobroni@gmail.com
Naskah diterima: 6 Juni 2016; revisi: 23 November 2016; disetujui: 24 November 2016
dari luar KUHP (suami tidak boleh menikah Marzuki, P.M. (2014). Penelitian hukum. Jakarta:
lagi tanpa adanya izin dari istri yang ada). Di Prenadamedia Group.
sinilah, sudah sepantasnya hakim menegaskan
bahwa pernikahan terlarang (Pasal 279 ayat (1) Mughniyah, M.J. (2015). Fiqih lima mazhab: Ja‘fari,
Hanafi, Maliki, Syafi‘i, Hambali (Gold Edition).
KUHP) yang dilakukan IR sebenarnya adalah
Jakarta: Penerbit Lentera.
bentuk pelanggaran poligami (Pasal 9 Undang-
Undang Perkawinan) yang dibuktikan dengan Nurmila, N., & Bennet, L.R. (2014). ‘The sexual
ketiadaan izin dari istri pertama (SM) bagi IR politics of poligamy in Indonesian marriages’
untuk menikah lagi dengan H. dalam Bennet, L.R., & Davies, S.G. (Ed). Sex
and sexualitues in contemporary Indonesia:
Langkah intertekstualitas tersebut juga Sexual politics, health. New York: Routledge.
sebenarnya diperlukan untuk mempertegas posisi
pelanggaran poligami bisa dijadikan sebagai Rofiq, A. (2013). Hukum perdata Islam di Indonesia.
salah satu contoh dalam konkretisasi delik Jakarta: RajaGrafindo Persada.
pernikahan terlarang (tidak terkatakan dalam Sampford, C. (1989). The disorder of law, a critique
KUHP), sekaligus mengkampanyekan sarana of legal theory. UK: Blackwell.
yang legal untuk mengkriminalisasi pelanggaran
Soekanto, S., & Mamudji, S. (2011). Penelitian hukum
poligami (tidak terkatakan dalam Undang-
normatif: Suatu tinjauan singkat. Jakarta: Raja
Undang Perkawinan) atas nama delik pernikahan
Grafindo Perkasa.
terlarang.
Maman Budiman
Fakultas Hukum Universitas Pasundan
Jl. Lengkong Besar Nomor 68, Bandung 40261
E-mail: budi_yasir@yahoo.com / maman.budiman@unpas.ac.id
Naskah diterima: 7 Agustus 2015; revisi: 23 November 2016; disetujui: 24 November 2016
Penelitian ini mengkaji bahan-bahan hukum Judex juris pada intinya telah
secara sistematis untuk membahas permasalahan mempertimbangkan unsur “secara melawan
yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan hukum” sebagaimana yang tertera dalam Pasal 2
menganalisis suatu permasalahan hukum ayat (1). Pertimbangan tersebut menurut penulis
dalam putusan pengadilan tingkat pertama, mengandung kekhilafan atau suatu kekeliruan
tingkat banding, dan tingkat kasasi. Alasan yang nyata, karena ketentuan Pasal 2 ayat (1)
yang dipilih dikarenakan adanya disparitas jo. Pasal 18 a quo yang merumuskan: “setiap
atau perbedaan penerapan hukum dalam suatu orang yang secara melawan hukum melakukan
perkara khususnya perkara tindak pidana perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
b. Setoran uang sebesar Rp.17.500.000,- dari d. Jumlah penitipan uang dan barang sebesar
saudara N ke rekening atas nama Kejaksaan Rp.214.250.000,-
Tinggi Jawa Barat - Asisten Tindak Pidana
e. Jumlah keseluruhan (a+b+c+d) adalah
Khusus Nomor Rekening 00000754-01-
Rp.992.375.000,-
00002-30-6 di BRI Unit Cihapit Bandung
sebagaimana slip penyetoran tanggal Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang
27 Desember 2012 dengan keterangan Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
titipan pengembalian kerugian negara a.n. Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang
terdakwa AS; Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
c. Ada pengembalian kerugian negara berupa
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
barang dari terdakwa AS dengan nilai total
menyatakan:
Rp.96.750.000,-
a. Selain pidana tambahan sebagaimana
d. Titipan uang untuk pengembalian kerugian
dimaksud dalam Kitab Undang-Undang
negara sebesar Rp.75.000.000,- dari
Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan.
terdakwa HS kepada penuntut umum
sebagaimana berita acara penitipan barang b. Pembayaran uang pengganti yang
bukti tanggal 29 Juni 2012. jumlahnya sebanyak-banyaknya sama
dengan harta benda yang diperoleh dari
Jumlah penitipan uang dari HS ke penuntut
tindak pidana korupsi.
umum adalah sebesar Rp.75.000.000,- sedangkan
penitipan uang dari terpidana AS kepada Berdasarkan pengertian kerugian negara
penuntut umum dan penyerahan barang lAIN yang didefinisikan dalam Undang-Undang
Syekh Nurjati Cirebon adalah Rp.139.250.000,- Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
(Rp.25.000.000,- ditambah Rp.17.500.000,- Negara, Pasal 1 ayat (22) dapat dikemukakan
ditambah Rp.96.750.000,- ) sehingga jumlah unsur-unsur dari kerugian negara yaitu bahwa
penitipan uang dan barang tersebut adalah kerugian negara merupakan berkurangnya
Rp.214.250.000,- keuangan negara berupa uang berharga, barang
Ramiyanto
Fakultas Hukum Universitas Sjakhyakirti
Jl. Sultan Muh. Mansyur Kb. Gede 32 Ilir, Palembang 30145
E-mail: ramiyanto90@gmail.com
Naskah diterima: 14 Mei 2016; revisi: 23 November 2016; disetujui: 24 November 2016
Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 317
Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 319
Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 321
Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 323
Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 325
Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 327
Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 329
Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 331
Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 333
Hal tersebut selaras dengan pendapat Radbruch menyadari bahwa di antara tiga
yang dikemukakan oleh Mahfud MD, bahwa ide unsur dasar hukum atau tiga tujuan hukum
sebenarnya jika tujuan menangani perkara itu itu akan terjadi pertentangan. Dalam menghadapi
bukan mencari menang, melainkan mencari hal itu, maka diajarkan untuk menggunakan
keadilan, maka prinsip penegakan hukum akan asas prioritas, di mana prioritas pertama adalah
tercakup dengan sendirinya. Sebab, orang yang keadilan, kemudian kemanfaatan, dan terakhir
mencari keadilan pertama-tama akan melakukan barulah kepastian. Kemanfaatan dan kepastian
pengabaian atas hukum formal jika dirasa tidak hukum tidak boleh bertentangan dengan keadilan,
adil (Mahfud MD, 2012: 103). Pengedepanan demikian juga kepastian hukum tidak boleh
terhadap keadilan daripada hukum, maka akan bertentangan dengan kemanfaatan (Ali, 2012:
mewujudkan suatu hukum yang pro rakyat dan pro 288-289). Apabila dikaitkan pada pembahasan
keadilan sebagai salah satu pokok pikiran hukum ini, maka yang terjadi adalah pertentangan antara
progresif (Atmasasmita, 2012: 88-89). Hukum keadilan dan kepastian hukum (aturannya telah
itu harus berpihak kepada rakyat. Keadilan ditentukan secara pasti dalam undang-undang).
harus didudukan di atas peraturan (diistilahkan Dengan merujuk pada ajaran prioritas, maka
sebagai “mobilisasi hukum”) jika memang teks keadilan yang harus diutamakan. Radbruch
itu mencederai rasa keadilan rakyat. Prinsip (Huijbers, 1982: 165) mengemukakan bahwa
pro rakyat dan pro keadilan merupakan ukuran- bilamana pertentangan antara isi tata hukum
ukuran untuk menghindari agar progresivisme ini dan keadilan begitu besar, sehingga tata hukum
Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 335
Ali, A. (2012). Menguak teori hukum (Legal theory) _________. (2014). Panduan pemasyarakatan
Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 337
Naskah diterima: 31 Maret 2015; revisi: 23 November 2016; disetujui: 24 November 2016
Kekuatan Hukum Sertipikat Hak Milik dalam Sengketa Tanah (Fahmi Yanuar Siregar) | 339
Kekuatan Hukum Sertipikat Hak Milik dalam Sengketa Tanah (Fahmi Yanuar Siregar) | 341
Kekuatan Hukum Sertipikat Hak Milik dalam Sengketa Tanah (Fahmi Yanuar Siregar) | 343
Kekuatan Hukum Sertipikat Hak Milik dalam Sengketa Tanah (Fahmi Yanuar Siregar) | 345
1. Fc. Kuitansi Pelunasan Bukti ini menerangkan bahwa objek sengketa tersebut telah dibeli oleh
Pembelian Objek Sengketa penggugat dengan harga Rp.1.750.000,- (satu juta tujuh ratus lima puluh
tertanggal 13 Juli 1984. ribu rupiah), yang ditandatangani oleh penjual sebagai ahli waris tunggal
atas objek sengketa yaitu INPD, dan telah ditandatangani oleh Notaris
Pengganti di Denpasar R.A. Rachana Herawati., S.H., terhadap sebagian
Tanah Pipil Nomor 357, Persil 86, Klas II, seluas ± 350 m², tercatat atas
nama IS, terletak di Desa Kuta/Subak Abianbase 109, Kecamatan Kuta,
Daerah Tingkat II Badung, Daerah Tingkat I Bali.
3. Fc. Sertipikat Hak Milik Nomor Bukti ini menerangkan bahwa objek sengketa tersebut telah menjadi
2107/kuta atas nama pemegang hak milik penggugat yang dibeli pada tahun 1986. Hal ini merupakan
hak NW (penggugat). bukti yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan sempurna
bagaimana sifat daripada sebuah sertipikat hak milik sebagai akta otentik.
4. Fc. Surat Keterangan Nomor Bukti ini menerangkan bahwa objek sengketa semula masuk wilayah
Pem.3/4/GLC/53/XI/2013, Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Kemudian oleh
(menjelaskan tentang karena adanya pembaruan/pemekaran wilayah, maka objek sengketa
pemekaran wilayah). tersebut sekarang masuk pada wilayah Kecamatan Denpasar Selatan,
Kota Denpasar.
5. Fc. Sertipikat Hak Milik Bukti ini menerangkan bahwa objek sengketa telah menjadi wilayah
Nomor 7907/Pemogan atas hukum administratif BPN Kota Denpasar, bukti ini menerangkan bahw
nama penggugat. bahwa objek sengketa merupakan sah hak milik penggugat.
6. Fc. Peta Bidang Tanah Nomor Bukti ini menerangkan bahwa antara SHM nomor 7097/Pemogan atas
700/2013, tertanggal 24 Juni nama penggugat terdapat adanya double/overlap dengan SHM Nomor
2013. 9462/Kuta dan SHM Nomor 9463/Kuta.
1. Fc. Akta Jual Beli Nomor 135, Bukti ini menerangkan bahwa tergugat 1 telah melakukan proses
tertanggal 22 Maret 2006. hukum terhadap jual beli objek sengketa.
2. Fc. Sertipikat Hak Milik Nomor 9462/ Bukti ini menguatkan Peta Bidang Tanah terkait adanya double/
Kuta atas nama pemegang hak NMJ. overlap di dalam objek sengketa.
1. Fc. Salinan Akta Jual Beli Nomor Bukti ini menerangkan bahwa tergugat 2 telah melakukan proses
439/2006, tertanggal 22 November hukum terhadap jual beli objek sengketa.
2008.
2. Fc. Sertipikat Hak Milik Nomor 9463/ Bukti ini menguatkan Peta Bidang Tanah terkait adanya double/
Kuta atas nama pemegang hak NNW. overlap di dalam objek sengketa.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa terjadi sengketa yang dipermasalahkan dalam perkara
ketidakadilan dalam penerapan hukum perkara ini adalah sengketa sertipikat double/overlap
a quo di mana pihak penggugat telah membeli maka penyelesaian yang ideal yaitu siapa yang
dan menguasai objek sengketa pada tahun berhak dan yang mana yang tidak mempunyai
1984 jauh sebelum diterbitkannya sertipikat kekuatan hukum mengikat.
yang menjadi hak para tergugat. Dari fakta
Selain itu putusan perkara a quo tidak
ini seharusnya majelis hakim dapat melihat
memeriksa, meneliti dan memutus sesuai dengan
dengan teliti mengenai fakta-fakta hukum yang
pokok permasalahan yang menjadi alasan
terungkap dalam persidangan. Karena objek
Kekuatan Hukum Sertipikat Hak Milik dalam Sengketa Tanah (Fahmi Yanuar Siregar) | 347
Kekuatan Hukum Sertipikat Hak Milik dalam Sengketa Tanah (Fahmi Yanuar Siregar) | 349
Kekuatan Hukum Sertipikat Hak Milik dalam Sengketa Tanah (Fahmi Yanuar Siregar) | 351
Kekuatan Hukum Sertipikat Hak Milik dalam Sengketa Tanah (Fahmi Yanuar Siregar) | 353
Akub, M.S., & Badaru, B. (2012). Wawasan due Sujono, A.R., & Daniel, B. (2013). Komentar dan
process of law dalam sistem peradilan pidana. pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
Yogyakarta: Rangkang Education. 2009 tentang narkotika. Jakarta: Sinar Grafika.
Amiruddin, Z.A. (2010). Pengantar metode penelitian Supratman & Dillah, P. (2012). Metode penelitian
hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hokum. Bandung: Alfabeta.
Asnawi, M.N. (2013). Hermeneutika putusan hakim. Tehupeiory, A. (2012). Pentingnya pendaftaran tanah
Jakarta: UII Press. di Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Asyhadie, H.Z., & Rahman, A. (2012). Pengantar Voll, W.D.S. (2013). Negara hukum dalam keadaan
ilmu hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. pengecualian. Jakarta: Sinar Grafika.
Kekuatan Hukum Sertipikat Hak Milik dalam Sengketa Tanah (Fahmi Yanuar Siregar) | 355
B P
banking crime XV, 327, 328 penafsiran hukum X, 259, 273, 274, 291, 293, 294, 297,
298, 299, 300, 304, 306, 308, 309, 310, 336
C penjatuhan pidana XI, 327, 328, 330, 331, 332, 335, 336,
conditional imprisonment sentence XV, 328 339, 341, 342, 343, 345, 346, 347
constitution XIII, 238, 240, 254, 257, 273 pernikahan terlarang X, 291, 293, 294, 296, 297, 299,
corruption XV, 314 302, 307, 308, 310
pidana penjara bersyarat XI, 327, 328, 329, 330, 335, 336,
E 341, 342, 343, 346, 347
elements of tort XV, 314 poligami V, X, 291, 292, 293, 294, 295, 296, 297, 299,
expediency XVI, 349, 350 305, 307, 308, 309, 310
polygamy XIV, 291, 292
F powers of the president XIII, 238
freehold title XVI, 350 prerogative XIII, 237, 238, 243, 249, 250, 252, 257, 258
H S
hak prerogatif V, IX, 237, 238, 239, 241, 242, 243, 244, sentencing XV, 328
245, 246, 247, 248, 249, 250, 251, 252, 253, 254, sertipikat hak milik V, XII, 349, 357, 361
255, 256, 257 state sovereignty XIII, XIV, 259, 260
I T
illicit marriage XIV, 291, 292 tindak pidana perbankan V, XI, 327, 328, 330, 333, 334,
336, 340, 341, 342, 345, 346, 348
J
judex juris XI, XV, 313, 314, 320, 321, 322, 324 U
justice XV, XVI, 328, 349, 350, 352, 353, 358, 367 undang-undang migas X, 259
unsur melawan hukum XI, 313, 320, 324
K
keadilan V, VI, XI, XII, 278, 279, 304, 314, 317, 318, 320,
325, 327, 342, 343, 344, 345, 346, 347, 349, 350,
352, 353, 354, 356, 358, 359, 360, 363, 364, 365,
367, 377
kedaulatan negara IX, X, 259, 260, 271, 272, 273, 274,
275, 276, 278, 283, 284, 285, 286
kekuasaan presiden IX, 237, 238, 244, 246, 257
kemanfaatan V, XII, 251, 254, 255, 256, 257, 317, 325,
344, 345, 349, 350, 352, 358, 359, 360, 365, 367
kepastian hukum XII, 273, 302, 317, 318, 325, 342, 344,
345, 346, 349, 350, 354, 355, 358, 360, 365
konstitusi IX, X, 237, 238, 239, 242, 243, 244, 246, 248,
250, 251, 252, 254, 255, 256, 257, 258, 259, 271,
273, 277, 279, 280, 284, 314, 344
korupsi XI, 255, 284, 313, 314, 315, 316, 319, 320, 323,
325, 377
L
legal certainty XVI, 350, 367
legal interpretation XIV, 260, 291, 292
M
metode penafsiran X, 259, 272, 291, 293, 294, 297, 299,
300, 301, 305, 306, 308, 309, 310
O
oil and gas law XIV, 260
S
egenap pengelola Jurnal Yudisial menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya atas
sumbangsih Mitra Bestari yang telah melakukan review terhadap naskah Jurnal Yudisial
Vol. 9 No. 3 Desember 2016. Semoga bantuan mereka mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Mei Susanto adalah dosen hukum tata negara sekaligus peneliti Pusat Studi Kebijakan Negara
(PSKN) pada Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung sejak 2015. Menamatkan S1 pada
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (2010), dan S2 pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia
(2013). Pernah bekerja sebagai tenaga ahli anggota Komisi III DPR RI (2011-2016) dan saat ini juga
aktif sebagai presidium Asosiasi Sarjana Hukum Tata Negara (ASHTN) Indonesia. Telah menulis
buku berjudul “Hak Budget Parlemen di Indonesia” (Jakarta: Sinar Grafika, 2013); jurnal berjudul
“Eksistensi Hak Budget DPR dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia” (Jurnal PJIH, 2016); book
chapter dengan judul “Pelembagaan Oposisi dalam Badan Perwakilan Rakyat Indonesia” (2016); dan
beberapa opini di media cetak. Selain itu terlibat aktif dalam berbagai penelitian misalnya mengenai
perubahan Undang-Undang Pos, Raperda Kota Bandung, Raperda Provinsi Jawa Barat, dan lain-lain.
Pengalaman sebagai tenaga ahli di DPR RI antara lain dalam pembahasan RKUHP, Undang-Undang
Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang Komisi Yudisial, Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana
Anak, dan lain-lain.
Habib Shulton, menempuh S1 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2010), S1 Ilmu Hukum di
Universitas Cokro Aminoto Yogyakarta (2010), dan S2 Program Magister Ilmu Hukum di Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta (2011). Saat ini mengajar di Institut Agama Islam Ma’arif (IAIM) NU
Metro Lampung. Bidang yang diminati adalah Kajian Hak Asasi Manusia dan Keadilan Kesetaraan
Gender (KKG). Aktif menulis di berbagai jurnal ilmiah, di antaranya adalah “Politik Hukum PERPU
No. 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak: Perspektif Hak Asasi Manusia” (Jurnal Mahkamah Konstitusi RI (dalam proses)); “Analisis
Paradigma ‘Positivistik-Legalistik Hukum’ dalam Pemaknaan Hukum dan Pengaruhnya terhadap
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia” (Jurnal Integritas, Komisi Pemberantasan
Korupsi/KPK RI (dalam proses)); “Pelanggaran HAM Anak yang Berkonflik dengan Hukum:
Tinjauan Kritis terhadap Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia” (Jurnal STINBATH, STAIN
Jurai Siwo Metro Lampung); “Tinjauan Kritis terhadap Hak-Hak Perempuan dalam UU No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan: Upaya Menegakkan Keadilan dan Perlindungan HAM Perspektif Filsafat
Hukum Islam” (Jurnal MAHKAMAH, IAIM NU Metro Lampung); dan “Dasar Hukum Hakim
Mahkamah Konstitusi dalam Memutuskan Perkara No. 46/PUU-VIII/2010 Tentang Status Hukum
Anak di Luar Nikah (Perspektif Hukum Islam dan Hak Asasi manusia)” (Jurnal FIKRI, IAIM NU
Metro Lampung).
Faiq Tobroni, lahir di Bojonegoro pada 2 April 1988. Santri dari Pondok Pesantren At-Tanwir Talun
Sumberrejo Bojonegoro dan hijrah pada tahun 2004. Lulus peringkat lima besar dari 445 santri.
Menyelesaikan Sarjana Hukum Islam (SHI) tahun 2008 di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Skripsinya mengambil topik tentang implementasi nasakh ayat wasiat dan
ayat waris dalam reformasi hukum waris dan wasiat Indonesia. Selanjutnya, menyabet Magister
Hukum (MH) tahun 2011 dengan prediket cum laude di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
Ramiyanto, lahir di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, tanggal 2 November 1987. Menamatkan
pendidikan S1 di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (dahulu IAIN) Raden Fatah
Palembang, Sumatera Selatan dan tamat pada tahun 2010. Setelah menamatkan pendidikan S1,
penulis ikut magang di Kantor Advokat di Palembang. Kemudian tahun 2011 melanjutkan pendidikan
S2 di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang dan tamat pada tahun 2013. Saat ini sedang
mengikuti pendidikan S3 di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Penulis adalah
dosen tetap di Fakultas Hukum Universitas Sjakhyakirti Palembang dan merangkap sebagai Kepala
Program Studi (Kaprodi) Ilmu Hukum, serta dosen tidak tetap di Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Raden Fatah Palembang. Penulis juga menulis di jurnal lainnya dan surat kabar lokal (Palembang).
Fahmi Yanuar Siregar, lahir di Cirebon, tanggal 9 Januari 1983. Meraih gelar sarjana di Fakultas
Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, kemudian melanjutkan jenjang program studi pascasarjana
pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Penulis juga aktif dalam kegiatan-kegiatan di luar
kampus di antaranya aktif dalam Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta, Pusat Bantuan Hukum
DPC IKADIN Denpasar, LSM Terraprojustitia, Catholic Relief Service (CSR) Yogyakarta, Ikatan
Mahasiswa Pelajar Cirebon, dan Paguyuban Mahasiswa S2 Ilmu Hukum Pascasarjana Fakultas
1. Naskah merupakan hasil kajian/riset putusan pengadilan (court decision) atas suatu kasus
konkret yang memiliki aktualitas dan kompleksitas permasalahan hukum, baik dari pengadilan
di Indonesia maupun luar negeri dan merupakan artikel asli (belum pernah dipublikasikan).
2. Naskah yang masuk akan melalui tiga tahap penilaian yang dilakukan oleh tim penyunting dan
mitra bestari. Rapat Redaksi akan menentukan diterbitkan atau tidaknya naskah dalam Jurnal
Yudisial. Setiap penulis yang naskahnya diterbitkan dalam Jurnal Yudisial berhak mendapat
honorarium dan beberapa eksemplar bukti cetak edisi jurnal tersebut.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris baku. Apabila ada kutipan langsung
yang dipandang perlu untuk tetap ditulis dalam bahasa lain di luar bahasa Indonesia atau Inggris,
maka kutipan tersebut dapat tetap dipertahankan dalam bahasa aslinya dengan dilengkapi
terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.
4. Pengiriman naskah disertai biodata penulis dalam bentuk narasi dengan panjang 150 s.d. 250
kata.
5. Naskah ditulis di atas kertas ukuran A4 sepanjang 20 s.d. 25 halaman (sekitar 6.000 kata),
dengan margin halaman, kiri 3 cm, atas 2 cm, kanan 2 cm, bawah 2 cm, dan jarak antar-spasi
1,5. Ditulis menggunakan huruf Times New Roman 12. Semua halaman naskah diberi nomor
urut pada margin kanan bawah.
3) Nama penulis.
4) Nama lembaga/instansi.
5) Alamat lembaga/instansi.
7) Abstrak (150 s.d. 200 kata) dan kata kunci dalam bahasa Indonesia (3 s.d. 5 kata). Isi
abstrak meliputi unsur-unsur: a) latar belakang masalah, b) rumusan masalah, c) metode,
d) hasil dan pembahasan, dan e) kesimpulan.
a) Latar Belakang;
b) Rumusan Masalah;
d) Studi Pustaka.
10) Metode, mencakup penjelasan bahwa penelitian ini merupakan penelitian atas putusan
hakim yang dipilih secara purposif. Penulis harus menjelaskan tentang alasan mengapa
putusan tersebut yang dipilih secara objek kajian, juga tentang ada tidaknya pengayaan
data yang dilakukan (termasuk dokumen lain di luar putusan tersebut dan/atau data
primer di luar dokumen). Apabila penulis melakukan pengayaan data di luar putusan
hakim, harus dijelaskan cakupan/besaran sumber data, teknik pengumpulan data yang
mencakup sumber data (primer atau sekunder), instrumen pengumpulan data, prosedur
pengumpulan data, dan metode analisis data.
11) Hasil dan Pembahasan, memuat lebih detail temuan-temuan problematis yang berhasil
diidentifikasi oleh penulis terkait duduk perkara dan pertimbangan-pertimbangan hakim
di dalam putusan tersebut, serta analisis yang dilakukan untuk menjawab rumusan
masalah. Dalam pembahasan, tinjauan pustaka harus digunakan untuk mempertajam
analisis. Pembahasan harus dikemas secara runtut, logis, dan terfokus, yang di dalamnya
terkandung pandangan orisinal dari penulisnya. Bagian pembahasan ini harus menyita
porsi terbesar dari keseluruhan substansi tulisan.
12) Kesimpulan, mencakup penyampaian singkat dalam bentuk kalimat utuh atau dalam
bentuk butir-butir jawaban rumusan masalah secara berurutan.
13) Saran (jika perlu), berisi rekomendasi akademik, tindak lanjut nyata, atau implikasi
kebijakan atas kesimpulan yang diperoleh. Isi dari saran harus sejalan dengan pembahasan.
14) Daftar Acuan, merupakan publikasi yang digunakan sebagai referensi yang digunakan
dalam penulisan tersebut. Acuan paling sedikit berjumlah sepuluh, tidak termasuk
peraturan perundang-undangan, peraturan kebijakan, dan/atau putusan pengadilan, dan
acuan primer paling sedikit 80% dari total acuan.
7. Penulisan kutipan menggunakan model body note atau side note. Kutipan tersebut harus
Contoh:
Satu penulis: (Grassian, 2009: 45); Menurut Grassian (2009: 45), “..........”
Contoh:
1) Buku
Grassian, V. (2009). Moral reasoning: Ethical theory and some contemporary moral
problems. New Jersey, NJ: Prentice-Hall.
Sidharta, B.A., Shidarta, & Susanto, A.F. (2014). Pengembanan hukum teoretis: Refleksi atas
konstelasi disiplin hukum. Bandung: Logoz.
2) Jurnal
3) Majalah/Surat Kabar
4) Internet
3. Yuni (085220055969).
Alamat redaksi:
Pusat Analisis dan Layanan Informasi, Gd. Komisi Yudisial Lt. 3, Jl. Kramat Raya No. 57
Jakarta Pusat 10450, Fax. (021) 3906189.