Anda di halaman 1dari 23

BAHAN CETAK (ILMU BAHAN KEDOKTERAN GIGI)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BAHAN CETAK

Untuk menghasilkan cetakan yang akurat, bahan yang digunakan untuk membuat tiruan dari

jaringan intraoral dan ekstraoral harus memenuhi kriteria berikut. Pertama, bahan cetak tersebut

harus cukup air untuk beradaptasi dengan jaringan mulut serta cukup kental untuk tetap berada

dalam sendok cetak yang menghantar bahan cetak ke mulut. Kedua selama di mulut, bahan

tersebut harus berubah (mengeras) menjadi benda padat menyerupai karet dalam waktu tertentu;

idealnya waktu pengerasan total kurang dari tujuh menit. Akhirnya, cetakan yang mengeras

harus tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan dari mulut, dan dimensi bahan harus tetap

stabil sehingga bahan cor dapat dituang.

Bahan cetak dapat dikelompokkan berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras yaitu

reversible dan ireversible.

a. Reversible

Bahan ini melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan, tanpa terjadi

perubahan kimia. Hidrokoloid reversibel dan kompoun cetak( campuran resin dan malam)

termasuk dalam katagori ini.

b. Ireversibel

Terjadi reaksi kimia, sehingga bahan tidak dapat diubah kembali ke keadaan semula pada klinik

dokter gigi.misalnya hidrokoloid alginat, pasta cetak oksida seng eugenol (OSE) dan plaster of

paris mengeras dengan reaksi kimia, sedang bahan cetak elastomerik mengeras dengan

polimerisasi.
Cara lain mengelompokkan bahan cetak gigi adalah menurut penggunaanya yaitu bahan

cetak elastik dan bahan cetak tidak elastik.

a. Bahan cetak elastik

Dapat secara akurat memproduksi dengan baik strutur keras maupun lunak dari rongga mulut,

termasuk underkut dan celah proksimal. Meskipun bahan ini dapat dipakainuntuk mencetak

pasien tanpa gigi, kebanyakan digunakan untuk membuat model cor untuk gigi tiruan sebagian

cekat atau lepasan serta untuk unit restorasi tunggal.

b. Bahan cetak tidak elastik

Beberapa bahan cetak menjadi keras dan tidak dapat dikeluarkan melalui underkut tanpa

mematahkan atau mengubah bentuk cetakan. Bahan cetak tidak elastis ini digunakan untuk

semua cetakan sebelum ditemukan agar . Meskipun bahan cetak ersebut sudah tidak digunakan

lagi untuk pasien bergigi, bahan tidak elastik ini memiliki keunggulan dalam pembuatan cetakan

pasien tak bergigi

Macam macam Bahan Cetak:

a. Bahan Cetak Hidrokoloid

1. AGAR (hidrokoloid reversibel)

· Komposisi

Agar merupakan salah satu jenis koloid hidrofilik organic yang diekstrat dari rumput laut jenis

tertentu. Terdapat dalam konsentrasi 8% - 15%, bergantung pada sifat bahan yang dimaksud.

Kandungan utamanya adalah air (>80%). Untuk memperkuat gel, biasanya ditambah sedikit

boraks. Namun sayangnya boraks merupakan salah satu jenis retarder terbaik untu pengerasan

gypsum. Kandungan air yang berlebih dalam agar juga dapat memperlambat pengerasan
gypsum. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan pengaruh air dan boraks pada gel,

ditambahkan sedikit kalium sulfat. Kalium sulfat merupakan zat pemercepat pengerasan gypsum.

Beberapa bahan pengisi juga diberikan, seperti tanah diatoma, tanah liat, silica, malam, karet dan

serbuk kakuk serupa. Zat lain seperti timol dan gliserin juga ditambahkan untuk menjadi

bakterisit dan bahan pembuat plastic.

· Proses Gelasi

Proses gelasi merupakan suatu proses pengerasan hidrokoloid reversible. Perubahan fisik sol-gel

dipengaruhi oleh perubahan temperature. Namun untuk perubahan dari gel menjadi sol

diperlukan titik didih yang lebih tinggi (temperature liquefaction = 70-100 derajat). Biasanya sol

berubah menjadi gel pada suhu 37-50 derajat. Temperature gelasi dipengaruhi oleh beberapa

factor termasuk berat molekul, kemurnian agar, dan rasio terhadap komposisinya.

Ketidaksamaan temperature gelasi dan temperatu pendinginan inilah yang menyebabkan agar

dapat digunakan sebagai bahan cetak dalam kedokteran gigi.

· Manipulasi bahan agar

Secara umum ada 3 tahapan, yaitu:

a. Persiapan bahan

Tahapan pertama adalah mengubah gel hidrokoloid menjadi sol. Cara yang paling efektif adalah

dengan menggunakan air panas. Sebaiknya bahan dibiarkan dalam tempertur ini selama 10

menit. Setelah dilelehkan, bahan dapat disimpan dalam keadaan sol sampai waktunya

diinjeksikan ke dalam preparasi kevitas atau diisikan ke sendok cetak. Temperatur yang terlalu

rendah dapat menghasilkan bahan cetak dengan kekentalan yang lebih tinggi dan tidak mampu

mereproduksi detail halus dengan tepat.


b. Kondisioning atau pendinginan

Suhu penyimpanan 65 derajat terlalu tinggi untuk rongga mulut. Oleh karena itu, bahan perlu

didinginkan terlebih dahulu (ditempered). Untuk tahap preparasi, sebuah tube dikeluarkan dari

kompartemen penyimpanan dan dimasukkan ke sendok cetak, sepotong kasa diletakkan diatas

bahan yang terletak di sendok cetak, kemudian diletakkan lagi di kompertemen pendingin 45

derajat selama 3-10menit. Waktu yang berbeda-beda tergantung pada jenis hidrokoloid dan

keenceran yang diinginkan oleh dokter gigi. Sebagai tambahan, selain menurunkan temperature,

pendinginan juga dapat meningkatkan kekentalan bahan hidrokoloid sehingga bahan tidak

mengalir keluar sendok cetak.

c. Membuat cetakan

Sebelum proses pendinginan bahan cetak terselesaikan, bahan semprit diambil dari kompartemen

penyimpanan dan diaplikasikan pada kavitas yang direparasi. Mula-mula diaplikasikan pada

dasar preparasi, kemudian pada bagian lain yang belum tertutup. Ujung semprit diletakkan di

dekat gigi, dibawah permukaan bahan semprit untuk mencegah gelembung udara. Begitu kavitas

yang akan dipreparasi telah tertutup bahan cetak, sendok cetak yang telah sempurna didinginkan

siap untuk dimasukkan kedalam rongga mulut. Proses gelasi dapat dipercepat dengan

mengalirkan air dingin sekitar 18-21 derajat selama 3-5menit.

· Keakuratan Bahan Cetak Agar

Bahan Cetak Reversibel adalah bahan cetak paling akurat. Untuk mencapai keakuratan tersebut

perlu diperhatikan beberapa hal, diantaranya :

- Kekentalan sol
Kekentalan merupakan pertimbangan paling penting dalam keberhasilan memanipulasi bahan.

Bahan tidak boleh terlalu encer sehingga mengalir keluar sendok cetak, terutama saat mencetak

rahang bawah. Sebaliknya, bahan tidak boleh terlalu kental, sehingga sulit menembus semua

detail gigi-geligi dan jaringan lunak.

- Sifat Viskoelastik

Hubungan tegangan – regangan dari bahan hidrokoloid berubah begitu besarnya beban berubah.

Sifat ini menunjukkan perlunya mengeluarkan cetakan dari dalam mulut dengan cepat. Karena

apabila pengeluaran cetakan dari dalam mulut secra perlahan, diputar atau diungkit akan

menyebabkan terjadi distorsi.

- Distorsi selama gelasi

- Daya reproduksi

Sifat ini mewakili kemampuan untuk membuat die duplikat dari serangkaian cetakan. Untuk

teknik die gandi, dibuat satu cetakan dan kemudian dipotong-potong menjadi die individual

untuk gigi yang akan dipreparasi.

2. ALGINATE

· Komposisi

Alginat merupakan hidrokoloid ireversibel yang komponen utamanya adalah salah satu alginate

larut air seperti natrium, kalium, atau alginate trietanolamin. Alginate yang dicampur air akan

membentuk sol dengan cepat. Besar berat molekul alginate bervariasi, semakin besar berat

molekul maka kekentalan sol akan bertambah. Biasanya ditambahkan bahan pengisi seperti tanah
diatoma yang berfungsi sebagai penambah kekerasan dan kekuatan gel alginate. Oksida seng

juga merupakan bahan pengisi yang mempengaruhi sifat fisik serta waktu pengerasan gel.

· Lama Penyimpanan

Temperatur dan kontaminasi kelembaban udara merupakan 2 faktor utama yang mempengaruhi

lama penyimpanan bubuk alginate. Bahan cetak alginate dikemas dalam kantung tertutup secara

individual dengan berat bubuk yang sudak ditakar untuk membuat satu cetakan, atau dalam

kaleng besar yang tertutup rapat.

· Alginat modifikasi

· Proses gelasi

Reaksi khas sol-gel dapat digambarkan secara sederhana sebagai reaksi alginate larut air dengan

kalsium sulfat dan pembentukan gel kalsium alginate yang tidak larut. Kalsium sulfat cepat

bereaksi untuk membentuk kalsium alginate tak larut air dari kalium atau natrium alginate dalam

larutan cair. Produk kalsium alginate sangat cepat, oleh karena itu tidak tersedia waktu yang

cukup untuk bekerja. Oleh karena itu perlu ditambahkan garam pemerlambat (retarder) seperti

trinatrium untuk memperpanjang waktu kerja.

· Manipulasi bahan alginate

- Mempersiapkan pengadukan

Campurkan bubuk alginate yang telah ditakar dengan air sesuai takaran pada bowl. Gerakan

pengadukan yang salah dapat merusak bahan alginate. Cara pengadukan yang benar adalah

dengan menggunakan spatula logam, awali dengan gerakan angka delapan, dan lanjutkan dengan

menekan bahan ke dinding bowl searah 180derajat. Waktu pengadukan terlalu lama juga dapat
merusak alginate. Biasanya 45 detik sampai 1 menit adalah waktu yang pas untuk mengaduk

alginate.

- Membuat cetakan

Bahan harus mencapai konsistensi tertentu sehingga tidak mengalir keluar sendok cetak

dan menyebabkan tersedak. Bahan cetak juga harus menempel pada sendok cetak agar dapat

ditarik dari sekitar gigi. Ketebalan cetakan alginate antara sendok cetak dan jaringan harus

sekurang-kurangnya 3mm.

· Kekuatan gel maksimal diperlukan untuk mencegah fraktur dan menjamin bahwa cetakan

cukup elastic ketika dikeluarkan dari mulut.

· Katahanan terhadap sobekan pada alginate akan meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan

sentakan secara tiba-tiba.

· Keakuratan cetak alginate kurang, karena dia tidak dapat menembus detail kecil yang ada

pada gigi.

b. Bahan Cetak Elostomerik Tanpa Air

Secara kimia terdapat 4 jenis : polisulfida, slikon polimerisasi kondensasi, silikon

polimerisasi tambahan, polieter. Merupakan sistem 2 komponen yang dikemas dalam bentuk

pasta. Kedua pasta yang berbeda warna dikeluarkan dalam panjang yang sama pada kertas

pengaduk dan diaduk dengan spatula sampai terbentuk warna homogen.

1. Bahan cetak polisulfid


è Komposisi

Pasta basis mengandung polimer polisulfid, bahan pengisinya yang cocok(seperti lithopone dan

titanium dioksida) untuk memberikan kekuatan yang diperlukan, bahan pembentuk sifat

plastik(seperti dibutil phtlat) untuk menghasilkan kekentalan yang tepat bagi pasta, sulfur ±

0,5%. Untuk menungkatka reaksi yang disebut sebagai pasta katalis atau aselator reaksi

mengandung timah dioksid yang menghasilkan sifat warna cokelat gelap.

è Manipulasi

Pasta katalis dan pasta basis dikeluarkan denagn panjang yang sama pada lembaran kaca

pengaduk. Pasta katalis mula- mula dikumpulkan pada spatula tahan karat dan kemudian

diistribusikan di atas pasta basis, diaduk di lembar pengadukan.

è Polisulfid

Yaitu bahan cetak elastomerik yang paling sedikit kekakuannya. Kelenturan ini denagn

tekanan minimal, memiliki ketahanan tertinggi terhadap robekan.

è Biokompatibilitas

Polisulfid mempunyai hasil hitung kematian sel yang terendah (kurang memiliki efek pada

kehidupan sel).

è Keuntungan

Waktu kerja lama

Tebukti akurat

Ketahanan robek tinggi

Sedikit hidrofibik

Harga tidak mahal


Wakktu penyimpanan lama

è Kerugian

Memerlukan sendok cetak perseorangan

Harus diisi dengan stone secepatnya

Berpotensi terhadap distorsi yang nyata

Aroma mengganggu pasien

Kotor dan menimbulakan noda pada pakaian

Hasil pengisian berikutnya kurang akurat

2. Bahan Cetak Silikon Kondensasi

Dikemas sebagai pasta basis dan katalis atau cairan dengan kekentalan rendah. Karena polimer

silikon merupakan suatu cairan,silikon koloidal / logam oksida ukuran mikro ditambahkan

sebagai pengisi untuk membetuk suatu pasta. Pengaruh pengisi terhadap kekuatan adalah hal

yang lebih penting untuk suatu elastomer silikon dibanding cetakan yang lainnya. Bhan denagn

kekentalan tinggi(putty, seperti dempulan) dikembangkan untuk mengatur pengerutan

polimerisasai yang besar dari bahan cetak silikon kondensasi

è Manipulasi

Panjang basis yang sesuai dikeluarkan dari dalam tubepada lembar pengaduk. Lalu satu tetes

cairan katalis ditambahkan untuk tiapa unit panjang basis. Bhan ini agak sulit diaduk karena

perbedaan- perbedaan komponen

è Elastisitas
Lebih ideal daripada polisulfid. Menunjukkan deformasi permanen minimal dan dapat

kembali ke bebtuk semula dengan cepat bila direnggangkan. Bila terlalu kaku.

è Biokompatibilitas

Silkon dapat diterima secara biologis sehingga tidak menyebabkan masalah

è Keuntungan

Tersedia waktu kerja dan waktu pengerasan yang cukup

Aroma menyenangkan dan tidak menimbulkan bercak

Memiliki ketahan robek yang cukup

Memiliki sifat elastik yang dikeluarkan

Distorsi lebih sedikit ketika dikeluarkan

è Kerugian

Cukup akurat jika langsung dituang

Kestabilan dimensi buruk

Berpotensi pada distorsi yag nyata

Metode puttywash merupakan teknik yang sensitif

Sedikit lebih mahal

3. Bahan Cetak Silikon dengan Reaksi Tambahan

è Manipulasi

Vinyl polysiloxane encer dan agak kental dikenas dalam dua pasta, bahan putty dikemas

dalam dua toples yang terdiri dari bahan basis denagn kekentalan tinggi dam bahan katalis.

Bahan havy, body dan putty telah dimodifikasi untuk menggunakan alat pengaduk otomatis,
dengan menggunakan alat mekanis tersebut, terdapat keseragaman dalam membagi

danmengaduk bahan, semakin kecil kemungkiana masuknya udara ke dalam adukan, waktu

pengadukan menjadi lebih singkat, kontaminasi bahan lebih sedikit. Bahan cetak yang telah

diaduk dimasukkan langsung ke dalam sendok cetak yang dilapisi adhesi. Waktu kerja dan

pengerasan, dapat diperpanjang 100% dengan penambahan retarder yang dipasok oleh masing-

masing pabrik dan dengan pendinginan alas pengaduk. Silikan dapat disimpan di lemari es.

è Elastisitas

Merupakan bahan bersifat elastis paling ideal. Distorsi ketiak mengeluarkan melalui underkut

umumnya tidak terjadi.

è Biokompatibilatas

Bahaya tertinggalnya sebagian bahan sirna mengeluarkan cetakan dapat dihindari dengan

penanganan bahan yang tepat dan pemeriksaan tepi cetakan secara cermat untuk tidak ada daerah

yang sobek. Benda asing dari bahan cetak dapat menyebabkan inflamasi gingiva yang parah dan

mungkin salah diagnosis pada kunjungan berikutnya.

è Keuntungan

Waktu pengerasan lebih pendek

Mudah diaduk alat otomatis

Kekuatan robek sedang

Kakuratan amat tinggi

Distorsi tidak terdeteksi ketika dibuka

Bila hidrofilik, amat sesuai dengan gypsum

è Kerugian
Terbentuknya gas hidrogen pada beberapa bahan

Bahan hidrofilik tetap memerlukan penanganan hati- hati dan lingkungan amat -kering

Lebih mahal, khususnya alat pengaduk otomatis.

4. Bahan Cetak Polieter

è Komposisi

Karet polieter dipasok berupa dua pasta

è Basis

Polimer polieter, suatu silika koloidal sebagai pengisi, dan suatu bahan pembuat plastik seperti

glikoeter/ ftalat.

è Pasta aselator

Alkil sulfonat aromatik sebagai tambahan terhadap bahan pengisi, waktu kerja dan pengerasan,

kecepatan pengerasan polieter kurang sensitif terhadap perubahan temperatur.

è Elastisitas

Bahan yang paling keras tidak termasuk bahan puty viskositas tinggi kurang elastik dibanding

vinyl polysixane

è Biokompatibilitas

Dermatitis kontak akibat polieter. Namun penelitian akhir- akhir ini menunjukkan tidak ada efek

sitoksik yang berhubungan dengan katalis imin yang terjadi berasal dari bagia bahan cetak yang

tertinggal di dalam sulkus.

è Keuntungan
Waktu kerja dan pengerasan cepat

Terbukti akurat

Ketahanan sobek cukup

Kurang hidrofibik

Distorsi kurang

Waktu penyimpanan lama

è Kerugian

Cukup akurat jika dituangkan langsung

Kestabilan dimensi buruk

Bersih, tetapi rasa tidak enak

Keras, sehingga meliputi permukaan undecut

Sedikit lebih mahal

Dapat diisi ulang

2.2 BAHAN PENGISI

Gypsum merupakan salah satu jenis bahan pengisi. Kriteria pemilihan produk gypsum tertentu

bergantung pada penggunaannya serta sifat fisik tertentu untuk penggunaan tertentu.

Misalnya, stone kedokteran gigi merupakan materi yang buruk untuk digunakan sebagai bahan

cetak karena bila ada gigi geligi, tidaklah mungkin mengeluarkan cetakan melalui undercut gigi

tanpa melukainya (karena besarnya kekuatan stone ). Macam-macam gypsum :

1. Plaster cetak (tipe I)


Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan zat tambahan untuk mengatur

waktu pengerasan dan ekspansi pengerasan. Plaster cetak jarang digunakan lagi untuk mencetak

dalam kedokteran gigi karena telah digantikan oleh bahan yang kurang kaku seperti hidrokoloid

dan elastomer . plaster terbatas digunakan untuk cetakan akhir, atau wash, dalam pembuatan gigi

tiruan penuh.

2. Plaster model (tipe II)

Plaster model ini atau plaster laboratorium tipe II sekarang digunakan untuk mengisi kuvet

dalam pembuatan protesa bila ekspansi pengerasan tidaklah penting dan kekuatan cukup, suatu

batasn yang disebutkan dalam spesifikasi. Biasanya dipasarkan dalm warna putih alami, jadi

terlihat kontras dengan stone yang umumnya berwarna.

3. Stone Gigi (tipe III)

Pada tahun 1930, suatu peristiwa penting terjadi, yaitu ketika α-gipsum ditemukan dan

diperkenalkan dalam kedokteran gigi. Dikombinasikan dengan kemajuan dari bahan cetak

hidrokoloid, α-gipsum yang diperbaharui kekerasannya membuat die stone dapat digunakan dan

pembuatan model tidak langsung mungkin dilakukan.

Kedokteran gigi banyak membantu sejarah perkembangan plaster. Seorang peneliti pada

Perusahaan Gipsum USA mempelajari bahwa mold plaster yang digunakan untuk membentuk

basis karet protesa dalam suatu tekanan uap vulkanisasi menjadi amat keras dalam semalam.

Penelitian lanjut menunjukkan bahwa gipsum yang mengeras mengalami pengapuran di bawah

tekanan uap, membentuk kristalisasi kalsium sulfat hemidrat yang lebih bermutu. Karena

perbaikan ini, bahan kemudian langsung dipatenkan sebagai α-gipsum. Sejak penemuan ini,

untuk penemuan komersial, proses tersebut dilakukan dalam suatu otoklaf.


Stone tipe III memiliki kekuatan kompresi minimal 1 jam sebesar 20,7 Mpa (3000 psi), tetapi

tidak melebihi 34,5 Mpa (5000 psi). Bahan ini ditujukan untuk pengecoran dalam membentuk

gigi tiruan penuh yang cocok dengan jaringan lunak. Die stone merupakan reproduksi gigi yang

dipreparasi dimana protesa dibuat pada atau di dalam model tersebut. Karena kondisi keausan

yang parah pada bagian tepi ketika dilakukan pembuatan pola malam, dan karena tekanan yang

lebih tinggi mengenai die stone selama mencoba dan penyesuaian, kekuatan dan kekerasan yang

lebih tinggi dibutuhkan oleh bahan die. Sebagai tambahan, sedikit ekspansi pengerasan dapat

ditolerir pada model yang mereproduksi jaringan lunak, tetapi tidak bila menyangkut

gigi. Stone tipe III lebih disukai untuk pembuatan model yang digunakan pada konstruksi

protesa, karena stone tersebut memiliki kekuatan yang cukup untuk tujuan itu serta protesa lebih

mudah dikeluarkan setelah proses selesai.

Tanpa melihat jenis stone yang digunakan, terdapat sedikitnya 2 metode untuk membuat model.

Dalam salah satu metode, mold untuk pengecoran dibuat dengan membungkus sekitar cetakan

dengan lembaran malam lunak sehingga melebihi kurang lebih 12 mm di luar sisi jaringan pada

cetakan. Basis untuk model dibentuk pada daerah ini. Proses ini disebut boxing.

Adukan stonedan air kemudian dituang ke dalam cetakan di bawah vibrator. Adukan dibiarkan

mengalir perlahan dalam aliran yang terkendali sepanjang cetakan, sehingga aliran tersebut

dengan sendirinya mendorong udara keluar begitu adukan mengisi semua cetakan gigi tanpa

adanya gelembung udara yang terjebak.

Metode lain adalah dengan mengisi cetakan seperti yang telah dijabarkan. Sisa

adukanstone-air dituang pada lempeng kaca. Cetakan yang telah terisi kemudian dibalikkan pada

tumpukan stone di lempeng kaca tersebut, dan basis dibentuk dengan spatula
sebelum stonemengeras. Prosedur tersebut tidak diindikasikan bila digunakan bahan cetak yang

mudah mengalami deformasi atau bila stone mengalir menyebar. Model baru boleh dilepaskan

dari cetakan setelah pengerasan awal tercapai. Waktu pengerasan minimal bervariasi dari 30-60

menit, bergantung pada kecepatan pengerasan stone atau plaster serta jenis bahan cetak yang

digunakan.

4. Stone gigi, kekuatan tinggi (tipe IV)

Persyaratan utama bagi bahan stone untuk pembuatan die adalah kekuatan, kekerasan, dan

ekspansi pengerasan minimal. Untuk memperoleh sifat ini, digunakan α-hemihidrat dari jenis

’Densite’. Partikel-partikel berbentuk kuboidal serta daerah permukaan yang lebih kecil

menghasilkan sifat tersebut tanpa menyebabkan pengentalan adukan.

Diperlukan permukaan keras bagi suatu die yang terbuat dari stone, karena preparasi kavitas diisi

dengan malam dan diukir sehingga selaras dengan tepi-tepi die. Suatu instrumen yang tajam

digunakan untuk tujuan ini. Karenanya, stone harus tahan terhadap abrasi. Untungnya, kekerasan

permukaan meningkat lebih cepat bila dibandingkan dengan kekuatan kompresi, karena

permukaan lebih cepat mengering. Ini merupakan keunggulan nyata, dimana permukaan tahan

terhadap abrasi, sementara inti die cukup liat dan kurang terpaparkan terhadap patah tanpa

disengaja. Rata-rata kekerasan permukaan kering dari stone tipe IV (’stone die’) kurang lebih 92

(kekerasan Rockwell), stone tipe III adalah 82. meskipun permukaan lebih keras, tetaplah harus

berhati-hati ketika mengukir pola malam.

5. Stone gigi, kekuatan tinggi, ekspansi tinggi ( tipe V)

Ini merupakan produk gipsum yang dibuat akhir-akhir ini, dan memiliki kekuatan kompresi yang

lebih tinggi dibandingkan stone gigi tipe IV. Kekuatan yang ditingkatkan ini diperoleh dengan
menurunkan lebih jauh rasio W:P. Sebagai tambahan, ekspansi pengerasan ditingkatkan dari

maksimal 0,10%-0,30%. Alasan peningkatan batasan ekspansi pengerasan disebabkan karena

logam campur yang baru, seperti basis logam, memiliki pengerutan pengecoran yang lebih besar

dibandingkan logam campur mulia konvensional. Jadi, dibutuhkan ekspansi lebih tinggi

pada stone yang digunakan untuk die untuk mengimbangi pengerutan pemadatan logam campur.

6. Gypsum sintetik

α-hemihidrat dan β-hemihidrat juga dapat dibuat sebagai produk sampingan atau produk sisa

dalam pembuatan asam fosforik. Produk sintetik biasanya lebih mahal dibandingkan yang dibuat

dari gipsum alami tetapi bila produk tersebut dibuat dengan tepat, sifatnya sebanding atau

melebihi stone alami. Kendala dalam prosesnya cukup banyak dan hanya sedikit yang berhasil.

Metode yang digunakan adalah rahasia perusahaan. Sumber hemihidrat tidaklah sepenting sifat

dari penggunaan produk akhir yang pada dasarnya sama. Terlepas dari manapun asalnya.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Mengapa dipilih bahan cetak alginate dan bukan rubber base impression ?
Karena bahan Alginat lebih murah dibandingkan dengan bahan Elastomer (rubber base
impression), penanganannya mudah, alat yang dipergunakan relatif sederhana, elastis, cukup
akurat dan bahan alginate mudah didapatkan serta bahan alginate banyak disukai pasien karena
memiliki rasa yang bervariasi.

2. Apa perbedaan sifat antara bahan cetak Hyrocolloid irreversible dan reversible?
· Bahan cetak hidrokoloid irreversible.
Dapat dicontohkan dengan alginat. Bahan ini disebut irreversible, sebab bahan ini tidak dapat
kembali menjadi wujud dasarnya setelah bereaksi membentuk wujud sol. Bahan ini ditemukan
pada saat bahan cetak yang digunakan sebelumnya menjadi langka, yakni pada waktu perang
dunia kedua. Bahan ini memiliki kelebihan dibandingkan bahan cetak lainnya, yakni proses
manipulasinya yang mudah, nyaman bagi pasien, dan relatif tidak mahal karena tidak
memerlukan banyak peralatan.
· Bahan cetak hidrokoloid reversible.
Bahan ini dipengaruhi oleh suhu, sehingga bahan ini dapat kembali ke bentuk semula
(reversible). Bahan ini leleh pada temperatur 70-100⁰C, sedangkan pada temperatur 37-50⁰C,
bahan ini dapat menjadi gel. Contoh bahan cetak jenis ini ialah agar.

3. Terangkan pula perbedaan bahan cetak Hydrokoloid dan Rubber base impression?
· Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya berupa koloid yang
direaksikan dengan air, sehingga disebut hidrokoloid. Koloid merupakan kombinasi dari wujud
benda apapun, terkecuali bentuk gas. Semua penghambur koloid disebut sol. Bahan cetak
hidrokoloid sendiri dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak hidrokoloid irreversible, dan
bahan cetak hidrokoloid reversible.
· Elastomer (Rubber base impression) merupakan jenis bahan cetak elastis lain diluar bahan
cetak hidrokoloid. Suatu bahan cetak elastomer terdiri atas molekul atau polimer besar yang
diikat oleh sejumlah kecil ikatan. Ikatan tersebut mengikat rantai polimer yang melingkar pada
titik tertentu untuk membentuk jalinan 3 dimensi yang sering disebut sebagai gel. Pada keadaan
ideal, peregangan menyebabkan rantai polimer membuka lingkaran hanya sampai batas tertentu
yang dapat kembali ke keadaan semula, yaitu rantai kembali melingkar pada keadaan berikatan
ketika diangkat. Banyaknya ikatan silang menentukan kekakuan dan sifat elastis bahan tersebut.

4. Mengapa prothesa gigi tiruan tersebut tak pas, ditinjau dari sudut bahan cetak ?
Alginate terkemas dalam bentuk bubuk dan tinggal ditambahkan air dengan rasio yang sesuai
dalam proses pengadukan. Adonan bahan cetak ini bersifat plastis. Lalu, diaplikasikan pada
rahang yang dicetak dan cetakan dilepas dengan cepat kira-kira 2menit dari saat kelihatan
menjadi elastis. Kalsium alginate yang terisisa setelah pengerasan mempunyai sifat syneresis
(penyusutan) dan imbibitions (ekspansi). Syeneresis disebabkan oleh cetakan alginate yang
terlalu lama disimpan pada udara terbuka serta adanya kenaikan suhu. Sedangkan imbibitions
dapat terjadi apabila cetakan direndam dalam air atau zat antiseptik yang terlalu lama. Hal ini
mempengaruhi hasil kekerasan permukaan model gibs atau mengalami distorsi bentuk apabila
hasil cetakan negative tidak segera di cor. Prothesa gigi tiruan tidak pas karena bahan cetak
alginate tidak segera di cor dengan moldano setelah dikeluarkan dari mulut pasien. Sehingga,
bahan cetak alginate mengalami syneresis atau penyusutan yang dikarenakan oleh cetakan
alginate yang terlalu lama dibiarkan selama kurang lebih 24 jam. Salah satu sifat bahan alginate
adalah ketidakstabilan secara dimensi karena syneresis. Dalam kasus ini, prosedur tidak
memenuhi syarat-syarat bahan cetak karena selama setting (pengerasan) terjadi perubahan dimesi
yang menyebabkan hasil cetakan tidak akurat (prothesa gigi tiruan tidak pas). Agar bahan cetak
tidak mengalami perubahan dimensi seharusnya cetakan di lapiskan dengan serbet basah setelah
dikeluarkan dari mulut dan segera di cor dengan moldano untuk mencegah syneresis.

5. Apa bahan dasar alginate impression dan apa katalisator sehingga terjadi gel?
BAHAN DASAR JUMLAH (%) FUNGSI

Sodium atau potassium 18 Untuk melarutkan powder


alginate salt dalam air
Calcium sulfate 14 Untuk bereaksi melarutkan
powder alginate dari
bentuk tidak larut calcium
alginate
Sodium phospate 2 Untuk bereaksi dengan
calcium sulfate dan
sebagai perlambat
Diatomaceous earth atau 56 Untuk kontrol konsistensi
silicate powder pencampuran dan
fleksibilitas bahan cetak
Sodium silicofluoride 4 Untuk kontrol pH
Potassium sulfate atau 10 Untuk menetralkan efek
potassium zinc fluoride penghambat kekerasan
selama pembuatan model
gips atau die material
Organic glycol Untuk melapisi partikel-
partikel powder untuk
meminimalkan debu
selama pengadukkan
Pigment’s Untuk memberikan warna
Quaternary ammonium Untuk memberikan self
compounds atau desinfection
chlorhexidine
Phenylalanine Untuk bahan pemanis
Katalisator pada alginate sehingga terjadi gel :
Salah satu sifat dari larutan natrium alginat adalah jika dicampurkan dengan larutan kalsium
klorida akan membentuk gel kalsium alginat, yang tidak larut dalam air. Ikatan antara kalsium
dengan alginate adalah ikatan kelat yaitu antara kalsium dengan rantai L-Guluronatdari alginat.
Gel terbentuk melalui reaksi kimia diamana kalsium menggantikan natrium dengan alginat
mengikat molekul molekul alginat yang panjang sehingga membentuk gel. Tergantung dari
jumlah kalsium yang memberikan assosiasi sementara dan meningkatkan viskositas larutan,
sementara kandungan kalsium yang tinggi menghasilkan assosiasi permanen yang menyebabkan
pengendapan atau gelatin.

6. Apa bahan dasar Rubber base impression dan apa katalisator sehingga terjadi proses
polimerisasi?
RUBBER BASE IMPRESSION MATERIAL
a. Polysulfide
• Nama produk I : LP-2 (Thiokol Corporation)
• Kandungan dasar : Polimer polisulfid (bahan pengisi : lithopne, titanium dioksid dan bahan
pembentuk plastis : dibuthyl phtalat)
• Katalisator : timah dioksida (PbO₂) menghasilkan warna cokelat gelap
b.Polyether
• Nama produk : Impregnum F, Permadyne, Polyjel NF
• Kandungan dasar : Polimer Polieter (pengisi silika koloidal, bahan pembuat plastisnya
Glikoeter/ftalat)
• Katalisator : Alkil sulfonat aromatik
c. Condensation silicone
• Pengganti polysulfide,dg karakter yg lebih baik
• Susunan kimia Mengandung α-ω-hydroxy-terminated polydimethyl siloxane

KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan

· Pada kasus ini dipilih bahan cetak Alginate dan bukan rubber base impression dikarenakan :
1. Bahan Alginate lebih murah dibandingkan dengan bahan Elastomer (rubber base impression)
2. Penanganannya mudah,
3. Alat yang dipergunakan relatif sederhana, elastis, cukup akurat
4. Alginate mudah didapatkan
5. Alginate banyak disukai pasien karena memiliki rasa yang bervariasi.
· Perbedaan bahan cetak Hydrocoloid irreversible dan reversible terletak pada kemampuan
bahan untuk kembali ke wujud semula. Hydrocoloid irreversible tidak dapat kembali ke wujud
semula sedangkan Hydrocoloid reversible dapat kembali ke wujud semula.
· Bahan cetak hydrocolloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya berupa koloid yang
direaksikan dengan air, berbeda dengan rubber base impression yang terdiri atas molekul atau
polimer yang diikat sejumlah kecil ikatan.
· Prosthesa gigi tiruan tidak pas dikarenakan prosedur tidak memenuhi syarat-syarat bahan
cetak karena selama setting (pengerasan) terjadi perubahan dimesi (pengerutan) yang
menyebabkan hasil cetakan tidak akurat (prothesa gigi tiruan tidak pas).
· Katalisator alginate sehingga terjadi gel adalah kalsium klorida
· Bahan dasar dan katalisator rubber base impression :
1. Polysulfide dengan katalisator berupa timah dioksida
2. Polyether dengan katalisator berupa Alkil sulfonat aromatik
3. Condensation silicone

Saran
Untuk pembuatan bahan cetak pada pasien, perhatikan pemilihan bahan dan alat yang baik
digunakan dan cocok untuk pasien. Serta perhatikan dan patuhi syarat-syarat yang memenuhi
prosedur selama setting agar tidak terjadi kesalahan yang menyebabkan hasil cetakan tidak
akurat. Memperluas pengetahuan dan mencari informasi terbaru dapat membantu kinerja dokter
gigi menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, J Kenneth.2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.

http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/8385?show=full

http://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&id=2858&task=view

http://www.scribd.com/doc/44379317/Sifat-Fisiko-Kimia-Alginat

Anda mungkin juga menyukai