Anda di halaman 1dari 16

Makalah

“Pemajakan Orang Asing/EKSPATRIAT”

DisusunOleh :
Kelompok IV
Nama/NPM : Mega EdvriyantiNingrum /02271511112
Nama/NPM : Justika M H Sngadji / 0227 1611 063
Nama/NPM : Amelia Ibrani Ismail / 0227 1611 003
Nama/NPM : DesiAsgitaHasanah / 0227 1511 029
Mata Kuliah : PerpajakanInternasional
Semester/Kelas : VII/D

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari pihak yang sayacintai sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangandanhati terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah pemajakan orang
asing/ekspatriat ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Ternate, 10 September 2018

ii | M a k a l a h P e m a j a k a n E k s p a t r i a t
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iiii
BAB I PENDAHULUA .......................................................................................... 1
1.1 Latar Blakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Orang asing dengan status subjek pajak luar negeri ................................. 3
2.2 Orang asing dengan status subjek pajak dalam negeri ............................. 3
2.3 Penghasilan dari Pekerjaan Dalam Hubungan Kerja (Karyawan)………4
2.4 Penghasilan dari Usaha atau Pekerjaan Bebas…………………………..7
2.5 Penghasilan Lainnya……………………………………………………..9
2.6 Perhitungan PPh Kurang atau Lebih Bayar……………………………...9
2.7 Penentuan Kembali Besarnya Penghasilan yang Diperoleh Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri dari Pemberi Kerja yang Memiliki Hubungan
Istimewa dengan Perusahaan Lain yang Tidak Didirikan dan Tidak Bertempat
Kedudukan di Indonesia……………………………………………………….14
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12
3.1 Simpulan ................................................................................................. 12
3.2 Saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii | M a k a l a h P e m a j a k a n E k s p a t r i a t
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Orang asing (ekspatriat) akan dianggap sebagai subjek pajak luar negeri jika tidak bertempat
tinggal di Indonesia, berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Karyawan asing sebagai subjek pajak luar negeri
sekaligus menjadi Wajib Pajak karena menerima dan/atau memperoleh penghasilan yang
bersumber dari Indonesia. Sesuai dengan pasal 26 UU PPh mekanisme pemenuhan kewajiban
perpajakannya melalui pemotongan yang dilakukan oleh pemotong pajak yaitu pihak yang
melakukan pembayaran atas penghasilan tersebut (pemberi kerja). Orang asing (ekspatriat)
akan dianggap sebagai subjek pajak dalam negeri apabila bertempat tinggal di Indonesia,
berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, atau dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia. Sebagai subjek pajak dalam negeri akan dikenakan
pajak secara world wide income. Penghasilan akan terutang PPh tarif pasal 17 dari basis
netto.

1.2 RumusanMasalah

1. Apa Pengertian Pemajakan orang asing atau ekspatriat ?


2. Bagaimana mekanisme pemenuhan kewajiban perpajakan orang asing dengan status
subjek pajak luar negeri?
3. Bagaimana mekanisme pemenuhan kewajiban perpajakan orang asing dengan status
subjek dalam negeri ?
4. Apa saja penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dalam penghasilan dari pekerjaan
dalam hubungan kerja ?
5. Bagaimana menentukan penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas ?
6. Apa saja jenis penghasilan dalam pemotongan atau pemungutan pajak pada
penghasilan lainnya ?
7. Bagaimana perhitungan PPh kurang atau lebih dibayar ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Pemajakan oaring asing atau ekspatriat
2. Menjelaskan mekanisme pemenuhan kewajiban perpajakan orang asing dengan status
subjek pajak luar negeri
3. Menjelaskan mekanisme pemenuhan kewajiban perpajakan orang asing dengan status
subjek pajak dalam negeri
4. Menjelaskan Sembilan (9) penghasilan yang dipotong dalam penghasilan dari
pekerjaan dalam hubungan kerja
5. Menjelaskan dua (2) pendekatan dalam menentukan penghasilan dari usaha atau
pekerjaan bebas
1|Makalah Pemajakan Ekspatriat
6. Mejelaskan jenis penghasilan dalam pemotongan atau pemungutan pajak dalam
penghasilan lainnya
7. Mejelaskan cara perhitungan PPh kurang atau lebih

2|Makalah Pemajakan Ekspatriat


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Orang Asing dengan Status Subjek Pajak Luar Negeri

Orang asing (ekspatriat) akan dianggap sebagai subjek pajak luar negeri jika tidak bertempat
tinggal di Indonesia, berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Karyawan asing sebagai subjek pajak luar negeri
sekaligus menjadi Wajib Pajak karena menerima dan/atau memperoleh penghasilan yang
bersumber dari Indonesia. Sesuai dengan pasal 26 UU PPh mekanisme pemenuhan kewajiban
perpajakannya melalui pemotongan yang dilakukan oleh pemotong pajak yaitu pihak yang
melakukan pembayaran atas penghasilan tersebut (pemberi kerja). Pajak penghasilan yang
dipotong sebesar 20% dari jumlah bruto.
Dalam hal karyawan asing tersebut mempunyai surat keterangan domisili (SKD) dari
negara mitra P3B maka dikenakan tarif sesuai P3B. Adapun penghasilan yang menjadi objek
pemotongan PPh Pasal 26 adalah sebagai berikut :
a. dividen;
b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
h. keuntungan karena pembebasan utang.

Pajak yang dipotong tersebut bersifat final. Karyawan asing sebagai wajib pajak luar
negeri tidak punya kewajiban memiliki NPWP dan tidak punya kewajiban melaporkan SPT.

2.2 Orang Asing dengan Status Subjek Pajak Dalam Negeri

Orang asing/ekspatriat akan dianggap sebagai subjek pajak dalam negeri apabila bertempat
tinggal di Indonesia, berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
atau dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal
di Indonesia.

Subjek pajak oaring pribadi dalam negeri menjadi wajib pajak apabila telah menerima
arau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP). Besarnya PTKP per tahun adalah sebagai berikut :

a. Rp 36.000.000 untuk diri wajib pajak ornag pribadi


b. RP 36.000.000 tambahan untuk wajib pajak yang kawin
c. Rp 3.000.000 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) UU PPh
3|Makalah Pemajakan Ekspatriat
d. Rp 3.000.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

Subjek pajak dalam negeri wajib memiliki NPWP. Seluruh penghasilan, termasuk setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun luar negeri, wajib dikenakan pajak.

UU PPh menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu
bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak tersebut. Pengertian penghasilan dalam UU PPh tidak
memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan
kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan wajib pajak tersebut untuk ikut
bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah Indonesia untuk kegiatan rutin dan
pembangunan.
Penghasilan yang menjadi objek pajak berdasarkan ketentuan pasal 4 UU PPh, bahwa
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Sumber penghasilan dikelompokkan
sebagai berikut:

a. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja seperti gaji, tunjangan, honorium,
dan sebagainya.
b. Penghasilan dari pekerjaan bebas seperti penghasilan dari praktik dokter, notaris,
aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya.
c. Penghasilan dari usaha dan kegiatan, yang terdiri atas usaha dagangan jasa, industri
serta lainnya seperti peternakan, pertanian, perikanan, dan sebagainya.
d. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak, seperti
bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha.
e. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.

Sebagai wajib pajak dalam negeri, penghasilan yang dikenakan PPh akan menganut
prinsip world wide income. Artinya, penghasilan baik dari dalam dan luar negeri dengan
nama dan dalam bentuk apa pun akan dikenakan pajak dan dilaporkan di Indonesia.

1. Penghasilan dari Pekerjaan Dalam Hubungan Kerja (Karyawan)

Apabila seorang ekspatriat bekerja sebagai karyawan di Indonesia dengan status subjek pajka
dalma negeri maka atas pembayaran barupa gaji tunjangan honorium dilakukan pemotongan
pajak oleh pemberi kerja atau pihak yang membayarkan berdasarkan ketentuan Pasal 21 UU
PPh penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 berupa berikut ini :

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan
yang bersifat teratur maupun todak teratur
4|Makalah Pemajakan Ekspatriat
b. Penghasilan uang diterima atau diperoleh penerima pension secara teratur berupa
uang pension atau penghasilan sejenisnya
c. Pensiun berupa uang pesangon, uang manfaat pension, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka
waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja.
d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan
e. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorium, komisi, fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalma bnetuk apa pun sebagai imbalan
sehubungan jas ayang dilakukan
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apa
pun, dan imbalan sejenis dengan nama apa pun
g. Penghasilan berupa honorium atau imbalan yang bersifat tidak tidak teratur yang
diterima atau diperoleh naggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.
h. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai
i. Penghasilan berupa penarikan dana pension oleh peserta program pension yang masih
berstatus sebagai pegawai, dari dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.

Teknis Perhitungan PPh Pasal 21 Ekspatriat


Penghitungan setiap masa (selain masa pajak terakhir)

5|Makalah Pemajakan Ekspatriat


Penghitungan Masa Pajak Terakhir

Untuk mencegah penghindaran pajak atas karyawan asing, Direktur Jendral Pajak telah
menetapkan standar gaji karyawan asing. Yang dimaksud dengan standar gaji karyawan
adalah besaran pegnhasilan bruto 1 bulan sehuungan dengan pekerjaan berupa gaji dan
imbalan ain yang diterima atau diperoleh karyawan asing yang bekerja dalam bidang-bidang
di luar bidang pengeboran minyak dan gas bumi. Pedoman standar gaji karyawna asing ini
digunakan dalam hal berikut :

a. Terhadap petunjuk bahwa pembukuan wajib pajak tidak benar sehingga tidak dapat
dihitung besarnya pajak yang seharusnya terutang
b. Diperoleh bukti yang menunjukkan bahwa terhadap pembayaran gaji karyawan asing
yang tidak seharusnya dibukukan untuk pelunasan pajak penghasilan Pasal 21 atau
Pasal 26 yang terutang
c. Pemeriksaan tidak mendapatkan data yang digunakan untuk menentukan jumlah gaji
karyawan asing dalam rangka penetapan jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 atau
Pasal 26 yang terutang.

Penggunaan pedoman standar gaji karyawan asing tersebut harus memperhatikan hal berikut :

a. Kebangsaan dari karyawan asing yang bersangkutan


b. Jenis usaha dari perusahaan tempat karyawan asing memperoleh penghasilan
(pemberi kerja)
c. Kedudukan atau jabatan karyawan asing dalma perusahaan tempat yang bersangkutan
bekerja.

6|Makalah Pemajakan Ekspatriat


2. Penghasilan dari Usaha atau Pekerjaan Bebas

Untuk ekspatriat yang melakukan kegiatan usaha atau oekerjaan bebas perhitungan
penghasilannya bisa melalui dua pendekatan, yaitu dihitung dengan menggunakan norma
penghasilan neto atau dihitung dari pembukuan.

Norma penghasilan neto adalah suatu presentase tertentu yang sudah ditentukan oleh
Direktur Jendral Pajak yang digunakan untuk menentukan penghasilan neto dari wajib pajak.
Jadi, penghasilan neto dihitung dengan mengalikan penghasilan bruto dengan presentase
norma penghasilan neto tersebut. Besarnya presentase norma telah ditentukan Direktur
Jendral Pajak. Wajib pajak yang boleh menggunakan norma perhitungan adalah wajib pajak
orang pribadi yang memenuhi syarat berikut :

a. Peredaran bruto dalam 2 tahun tidak mencapai Rp 4.800.000.000


b. Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun
buku
c. Meyelenggarakan pencatatan

Jika wajib pajak tersebut tidak menyampaikan pemberitahuan kepada Dirjen Pajak seperti
tersebut di atas, dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan. Dalam hal wajib pajak
menghitung pengasilan neto menggunakan pembukuan maka penghasilan neto ditentuan dari
data-data pembukuan, dengan terlebih dahulu memperhatikan ketentuan perpajakan, misalnya
perlakuan biaya yang dapat dikurangkan dan biaya ang tidak dapat dikurangkan.

Dalam menghitung penghasilan neto secara fiscal, wajib pajak diperbolehkan


mengurangkan biaya-biaya sebagai berikut :

a. Biaya yang secara langsung dan tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun.
c. Iuran kepada dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan dilakukan di Indonesia
g. Biaya beasiswa, magang, dan penelitian
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat tertentu.
i. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah
j. Biaya pembangunan infrastruktur social yang ketentuannya diatur dengan peraturan
pemerintah
k. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan peraturan
pemerintah

7|Makalah Pemajakan Ekspatriat


l. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan
peraturan pemerintah.

Bagi wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan, apabila penghasilan bruto setelah
pengurangan didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai
tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai 5 tahun.

Namun, ada beberapa pengeluaran/biaya yang menurut ketentuan perpajakan sesuai pasal
9 UU PPh tidak dapat dikurangkan, antara lain sebagai berikut :

a. Biaya yang dibebenakan atau dikeluarkan untuk kepenrtingan pribadi wajib pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya
b. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asurasni beasiswa, yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak
yang bersangkutan
c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuka natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai serta penggatian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan di daerah tertentu yang berkaitan dengna pelaksanaan pekerjaan yang
siatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
d. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan
e. Pajak penghasilan
f. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
g. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.

Dalam menghitung penghasilan kena pajak kepada orang pribadi sebagai wajib pajak
dalam negeri juga diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 7 UU PPh. PPh terutang untuk orang pribadi dihitung dengan
mengalikan tarif pasal 17 terhadap penghasilan kena pajak. Adapun besarnya tariff psal 17
adalah sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 15%
Di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 25%
Di atas Rp 500.000.000 30%

8|Makalah Pemajakan Ekspatriat


3. Penghasilan Lainnya

Beberapa jenis penghasilan lainnya sesuai dengan ketentuan UU PPh dilakukan pemotongan
atau pemungutan PPh oleh pihak ketiga atau dilakukan oleh wajib pajak sendiri, baik yang
bersifat final maupun tidak final.

Beberapa penghasilan yang dikenai PPh Final diantaranya adalah :

a. Dividen
b. Bunga tabungan dan deposito
c. Hadiah undian
d. Penjualan saham di bursa
e. Pengalihan dan persewaan tanah dan bangunan

Terdapat beberapa jenis penghasilan menjadi objek pemotongan dan pemungutan PPh
Pasal 23. Seperti bunga, royalti, sewa, dan jasa-jasa tertentu.

4. Perhitungan PPh Kurang atau Lebih Bayar

Pada akhir tahun pajak ekspatriat dengan status wajib pajak dalam negeri harus menghitung
PPh kurang bayar (PPH Pasal 29) atau lebih bayar dan menyampaikan SPT tahunan orang
pribadi. PPh kurang bayar atau lebih bayar dihitung dengan menggunakan penghasilan kena
pajak dengan kredit pajak baik yang dipotong pihak lain maupun dibayar sendiri (PPh Pasal
25).

Contoh :

Mr.John seorang ekspatriat sudah 5 tahun tinggal di Indonesia. Penghasilan selama tahun
2015 sebagai berikut :

a. Penghasilan dari luar negeri (Negara asal) Rp 50.000.000 dengan pajak yang telah
dibayar diluar negeri Rp 2.500.000
b. Penghasilan dari dalam negeri (Indonesia) terdiri atas penghasilan dari usaha atau
pekerjaan bebas Rp 150.000.000 dan sebagai karyawan Rp 100.000.000 dengan
dipotong PPH pasal 21 Rp 5.995.000
c. Selain itu, Mr.John mempunyai kredit pajak berupa PPh yang dipotong pihak lain,
yaitu PPh pasal 22 sebesar Rp 5.000.000 dan PPh pasal 23 sebesar Rp 10.000.000
d. Angsuran PPh pasal 25 yang sudah dibayar sendiri oleh Mr.John sebesar Rp
5.000.000

Penghasilan neto dari luar negeri 50.000.000

Penghasilan neto dari dalam negeri:

- Dari usaha atau pekerjaan bebas 150.000.000


- Sebagai karyawan 100.000.000
9|Makalah Pemajakan Ekspatriat
Jumlah penghasilan neto 300.000.000
PTKP (TK/-) 36.000.000
Penghasilan Kena Pajak 264.000.000

PPh terutang :
5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 200.000.000 = 30.000.000
255 x 14.000.000 = 3.500.000
36.000.000
Kredit Pajak :
PPh Pasal 21 5.995.000
PPh Pasal 22 5.000.000
PPh Pasal 23 10.000.000
PPh Pasal 24 2.500.000
PPh Pasal 25 5.000.000
Jumlah kredit pajak 28.495.000
PPh kurang bayar (Pasal 29) 7.505.000

Perhitungan PPh kurang (lebih) bayar sebagai berikut :

Dari contoh diatas Mr.John pada akhir tahun pajak harus membayar PPh kurang
dibayar sebesar Rp 7.505.000 dan melaporkan pemenuhan kewajiban perpajakannya dalam
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

5. Penentuan Kembali Besarnya Penghasilan yang Diperoleh Wajib Pajak Orang


Pribadi Dalam Negeri dari Pemberi Kerja yang Memiliki Hubungan Istimewa
dengan Perusahaan Lain yang Tidak Didirikan dan Tidak Bertempat
Kedudukan di Indonesia

pasal 18 ayat (3d) UU PPh mengatur bahwa besarnya pwnghasilan yang diperoleh wajib
pajak orang pribadi dalam negeri dari pemberi kerja yang memiliki hubungan istimewa
dengan perusahaan lain yang didirikan dan tidakbertempat kedudukan di Indonesia dapat
ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan
wajib pajak orang pribadi dalam negeri tersebut ke dalam biaya atau pengeluaran lainnya
yang dibayarkan kepada perusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia tersebut.

Sebagai peraturan pelaksana diterbitkan Pemenkeu No 139/PMK.03/2010, yang pada intinya


mengatur seperti berikut :

10 | M a k a l a h P e m a j a k a n E k s p a t r i a t
a. Besarnya penghasilan yang diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaan, kegiatan, atau jasa dari pemberi kerja yang memiliki
hubungan istimewa dengan perusahaan luar negeri dapat ditentukan kembali, dalam
hal pemberi kerja menalihkan seluruh atau sebagian penghasilan wajib pajak orang
pribadi dalam negeri dimaksud dalam bentuk pembebanan biaya atau pembayaran
pengeluaran lainnya kepada perusahaan luar negeri tersebut
b. Wajib pajak orang pribadi dalam ngeri sebagaimana dimaksud pada poin (1) adalah
pegawai dari perusahaan di luar negeri yang memiliki hubungan istimewa dengan
pemberi kerja
c. Biaya atau pengeluaran lainnya yang dibebankan atau dibayarkan oleh pemberi kerja
kepada perusahaan luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa, antara lain
berupa biaya atau pengeluaran sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, atau
jasa lainnya
d. Besarnya penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan
pekerjaan, kegiatan, atau jasa tersebut ditentukan kembali dengan memperhatikan
tingkat penghasilan yang wajar yang seharusnya diperoleh oleh wajib pajak orang
pribadi yang bersangkutan
e. Penghasilan sebagaimana dimaksud pada point (4) adalah penjumlahan dari
penghasilan wajib pajak yang diterima di Indonesia dan yang diterima di luar negeri
f. Besarnya selisih penghasilan setelah ditentukan kembali sebagaimana dimaksud point
(4) tidak boleh melebihi jumlah biaya atau pengeluaran lain yang dibebankan atau
dibayarkan oleh pemberi kerja kepada perusahaan di luar negeri yang terdapat
hubungan istimewa
g. Atas penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang sudah ditentukan
kembali segaimana dimaksud point (6) menjadi dasar perhitungan pemotongan pajak
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan/atau Pasal 26 UU PPh
h. Dalam rangka menentukan kembali besarnya penghasilan wajib pajak orang pribadi
dalam negeri, Direktur Jendral Pajak dapat menetapkan pedoman standar gaji
karyawan asing.

11 | M a k a l a h P e m a j a k a n E k s p a t r i a t
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan

Dalam mengenakan pajak penghasilan kepada ekspatriat terlebih dahulu harus dilihat kondisi
subjek pajaknya. Kondisi subjek pajak menentukan dalam jenis pemotongan PPh yang
dikenakan. Untuk ekspatriat yang berstatus sebagai subjek pajak luar negeri maka dikenakan
PPh Pasal 26, sedangkan untuk ekspatriat yang berstatus sebagai subjek pajak dalam negeri
maka dikenakan PPh sesuai ketentuan perpajakan domestik yaitu UU PPh sesuai jenis
penghasilan yang diterima. Atas penghasilan Wajib Pajak orang pribadi atau badan luar
negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,
pemotongan pajaknya tidak bersifat final sehingga potongan pajak tersebut dapat dikreditkan
dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar
pustaka makalah.

12 | M a k a l a h P e m a j a k a n E k s p a t r i a t
DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/14164330/BAB-5-Pemajakan-Atas-Orang-Asing/ di akses
pada tanggal 10 oktober 2018

http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=132 di akses pada tanggal 10


oktober 2018

https://sleekr.co/blog/pajak-untuk-pegawai-expatriate/ di akses pada tanggal 10 oktober 2018

13 | M a k a l a h P e m a j a k a n E k s p a t r i a t

Anda mungkin juga menyukai