Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENGAUDITAN 2
Oleh :
RYAN RIYANTO RACHMAT
A31115502
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
A. PENERIMAAN DAN PELAKSANAAN PENUGASAN ATESTASI
PSAT No. 2, Stadar Atestasi (SAT 100.1) merumuskan penugasan atestasi
sebagai berikut:
‘suatu penugasan atestasi adalah penugasan yang di dalamnya praktisi
(akuntan publik) dikontrak untuk menerbitkan komunikasi tertulis yang
menyatakan kesimpulan tentang keandalan asersi-asersi’.
Seseorang akuntan publik hanya boleh menerima penugasan atestasi yang
dapat ia selesaikan sesuai dengan standar atestasi sebagaimana akan diuraikan
pada bagian lain modul ini. Dalam melaksanakan suatu penugasan atestasi,
seorang akuntan publik harus (1) mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung
asersi-asersi, (2) menilai secara obyektif pengukuran dan pengomunikasian
individu yang membuat asersi, dan (3) melaporkan temuan-temuannya. Oleh
karena itu penugasan atestasi berkaitan dengan dasar dan pendukung atas asersi
tertulis, maka penugasan ini bersifat analitis, kritis, dan investigatif.
Ada berbagai jasa profesional yang dapat diberikan oleh para praktisi yang
tidak termasuk dalam penugasan atestasi. Beberapa contoh di antaranya adalah:
1. Penugasan konsultasi manajemen yang di dalam penugasan tersebut
praktisi dikontrak untuk memberikan nasihat atau rekomendasi kepada
kliennya.
2. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk membela klien –
sebagai contoh, dalam masalah pemeriksaan/verifikasi pajak yang sedang
ditangani oleh aparat Direktorat Jenderal Pajak.
3. Penugasan pajak yang didalamnya praktisi dikontrak untuk mengisi Surat
pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Penghasilan atau untuk memberikan
nasihat perpajakan.
4. Penugasan yang di dalamnya praktisi di kontrak untuk melalukan
kompilasi laporan keuangan, karena ia tidak diminta untuk memeriksa
atau mereview bukti yang mendukung informasi yang diserahkan oleh
klien dan tidak menyatakan kesimpulan apa pun atas keandalannya.
5. Penugaan yang di dalamnya praktisi berperan terutama hanya membantu
klien - sebagai contoh, bertindak sebagai akuntan perusahaan dalam
pembuatan informasi selain laporan keuangan.
6. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk bertindak sebagai
saksi ahli dalam bidang akuntansi, auditing, perpajakan, atau hal lain,
berdasarkan fakta-fakta tertentu yang disepakati dalam kontrak.
7. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk memberikan suatu
pendapat sebagai seorang ahli mengenai suatu prinsip akuntansi, seperti
penerapan undang-undang pajak atau prinsip akuntansi, berdasarkan
fakta khusus yang disediakan oleh pihak lain, sepanjang pendapat
sebagai ahli tidak menyatakan kesimpulan mengenai keandalan fakta
yang diberikan oleh pihak lain tersebut.
B. STANDAR ATESTASI
Dalam penugasan atestasi, auditor harus memenuhi sebelas standar atestasi.
Perbandingan standar-standar menunjukkan bahwa standar atestasi adalah
pengembangan dari standar auditing menjadi lebih luas sehingga bisa mencakup
jasa-jasa atestasi yang lebih luas pula. Namun demikian, terdapat sejumlah
perbedaan konseptual di antara kedua perangkat standar tersebut. Secara khusus
dapat dikatakan bahwa standar atestasi:
1. Mencakup fungsi atestasi yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada
laporan keuangan historis. Dengan demikian standar tidak merujuk pada
laporan keuangan dan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Memungkinkan akuntan publik memberi jaminan (keyakinan) atas
atestasi di bawah tingkat “pernyataan pendapat positif” sebagaimana
dilakukan dalam audit laporan keuangan tradisional.
3. Memberi kemungkinan jasa atestasi disesuaikan dengan kebutuhan
spesifik pemakai laporan berdasarkan “prosedur yang disepakati” dan
“pemakaian secara terbatas”
Dua standar umum yang baru (nomor 2 dan 3) mmenetapkan batas-batas
untuk jasa atestasi. jenis jasa ini terbatas pada pennugasan-penugasan yang (1)
akuntan publik memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan
dengan asersi dan (2) asersi dapat diestimasi atau diukur secara konsisten dan
rasional dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. Meskipun tidak
disebutkan secara eksplisit dalam standar umum, definisi penugasan atestasi di
atas menyiratkan bahwa atestasi harus disajikan secara tertulis.
Standar pekerjaan lapangan kedua dalam standar auditing mengharuskan
auditor untuk mendapatkan pemahaman tentang pengedalian intern. Standar ini
ditiadakan dari standar pekerjaan lapangan atestasi karena dua alasan berikut:
1. Apabila kegiatan mendapatkan pemahaman tentang pengendalian intern
bisa diterapkan, maka hal itu merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
pengumpulan bukti yang cukup sebagaimana diminta oleh standar
pekerjaan lapangan atestasi yang kedua.
2. Kegiatan pendapatkan pemahaman tentang pengendalian intern tidak
dapat diterapkan pada setiap penugasan atestasi.
Standar pelaporan tentang konsistensi dan pengungkapan informatif dalam
standar auditing dicakup dalam standar pelaporan atestasi kedua (jika dapat
diterapkan) yang menghendaki suatu kesimpulan apakah asersi telah disajikan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Standar pelaporan atestasi yang
keempat secara eksplisit menyebutkan sifat “penggunaan terbatas” laporan
atestasi yang berarti adanya pembatasan dalam pendistribusian laporan.
Kompilasi
Penugasan kompilasi dimaksudkan untuk menbantu manajemen dalam
penyiapan suatu prakiraan atau suatu proyeksi, tetapi tidak dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas laporan keuangan prospektif atau asumsi-asumsi yang
mendasari laporan tersebut. Prosedur-prosedur yang harus dilakukan akuntan
dalam kompilasi suatu prakiraan atau proyeksi meliputi hal-hal berikut:
1. Menumbuhkan pengertian dengan klien, sebaiknya dalam bentuk tertulis,
mengenai jasa yang akan dilaksanakan.
2. Mengajukan pertanyaan tentang prinsip akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan prospektif.
3. Menanyakan bagaimana pihak yang bertanggungjawab mengidentifikasi
faktor-faktor kunci dan pengembangan asumsinya.
4. Membuat daftar, atau meminta daftar, asumsi signifikan pihak yang
bertanggungjawab yang menjadi dasar bagi laporan keuangan prospektif
dan mempertimbangkan apakah terdapat penghilangan yang nyata faktor-
faktor kunci yng dipakai sebagai dasar penentuan hasil prospektif.
5. Mempertimbangkan apakah terdapat ketidakkonsistenan internal yang
nyata dalam asumsi yang dibuat oleh pihak yang bertanggungjawab.
6. Melaksanakan, atau menguji kecermatan matematis perhitungan yang
menerjemahkan asumsi ke dalam laporan keuangan prospektif.
7. Membaca laporan keuangan prospektif, termasuk ringkasan asumsi
signifikan, dan mempertimbangkan apakah (1) laporan, termasuk
pengungkapan asumsi dan kebijakan akuntansi, tidak disajikan sesuai
dengan pedoman penyajian laporan keuangan prospektif yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia, dan (2) laporan, termasuk ringkasan asumsi
signifikan, nyata tidak semestinya dalam hubungannya dengan
pengetahuan akuntan tentang satuan usaha tersebut dan industrinya, serta
kondisi yang diperkirakan dalam periode prospektif.
Laporan akuntan bentuk baku untuk kompilasi laporan keuangan prospektif
harus mencakup (SAT 200. 16):
1. Identifikasi laporan keuangan prospektif yang disajikan oleh pihak yang
bertanggungjawab.
2. Pernyataan bahwa akuntan telah mengompilasi laporan keuangan
prospektif sesuai dengan standar yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia mengenai kompilasi proyeksi keuangan.
3. Pernyataan bahwa kompilasi terbatas lingkupnya dan tidak
memungkinkan akuntan untuk memberikan pendapat atau bentuk
keyakinan lain apa pun atas laporan keuangan prospektif atau asumsi
yang bersangkutan.
4. Catatan bahwa hasil prospektif mungkin tidak dapat dicapai.
5. Pernyataan bahwa akuntan tidak bertanggungjawab untuk memutahirkan
laporan dengan adanya peristiwa dan keadaan yang terjadi setelah
tanggal neraca.
Standar Pelaporan
Bentuk laporan praktisi terantung atas cara yang dilakukan oleh manajemen
dalam menyajikan asersi tertulis.
a. Jika asersi manejemen disajikan dalam laporan terpisah yang menyertai
laporan praktisi, laporan praktisi dipandang pantas untuk distribusi secara
umum dan praktisi harus menggunakan bentuk laporan yang dijelaskan.
b. Jika manajemen menyajikan asersinya hanya dalam surat representasi
kepada praktisi, praktisi harus membatasi distribusi laporannya hanya
kepada manajemen, pihak lain dalam satuan usaha, dan jika berlaku,
kepada badan pengatur tertentu, dan praktisi harus menggunakan bentuk
laporan sebagaimana yang dijelaskan.
Atestasi Kepatuhan
Bidang jasa lain yang semakin banyak diminta untuk diberikan akuntan
publik dari badang-badang pengatur dan pihak-pihak lainnya adalah jasa yang
berkaitan dengan kepatuhan satuan usaha terhadap persyaratan tertentu,
seperti misalnya undang-undang, peraturan pemerintah, kontrak, aturan, atau
hibah tertentu. Ketentuan tersebut bersifat keuangan atau non keuangan.
Penugasan Pemeriksaan
SAT 500, Atestasi Kepatuhan, mengijinkan adanya penugasan pemeriksaan
yang menghasilkan suatu pernyataan pendapat akuntan independen tentang
kepatuhan satuan usaha terhadap persyaratan tertentu apabila kondisi-kondisi
tambahan tertentu, tetapi penugasan prosedur yang disepakati lebih dianjurkan
karena penugasan ini lebih disesuaikan dengan kebutuhan pemakai. Oleh karena
dalam pemeriksaan, akuntan independen menentukan prosedur-prosedur yang
akan dilakukan dan bukti yang diperlukan untuk memberi dasar yang layak guna
memberikan pernyataan pendapat, penugasan ini bisa menjadi lebih kompleks
dalam hal penetapan tingkat materialitas dan dalam penetapan dan pencapaian
komponen risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi dalam risiko
atestasi.