Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Coronary Atrial Dease (CAD) merupakan kasus utama penyebab kesakitan


dari kematian pada umumnya. Manifestasi klinik CAD yang klasik adalah angina
pectoris. Angina pectoris ialah suatu syndrome klinis dimana didapatkan sakit
dada yang timbul pada waktu melakukan aktifitas karena adanya iskemia miokard
(majid,2007)

Coronary Artery Desease merupakan sosok penyakit yang sangat


menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara
berkembang, menurut statistik dunia, ada 9,4 juta kematian setiap tahun yang
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular dan 45% kematian tersebut disebabkan
oleh CAD (WHO, 2013). Untuk memastikan pasien di diagnosa CAD. Maka
tindakan paling tepat untuk dilakukan tindakan Angiografi coroner. Secara global,
penyakit ini menjadi penyebab kematian pertama di negara berkembang,
menggantikan kematian akibat infeksi, Diperkirakan pada tahun 2020 CAD
menjadi pembunuh pertama sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali
lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker.

Di Indonesia dilaporkan CAD ( yang dikelompokkan menjadi penyakit


system sirkulasi ) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian
yakni sebesar 26,4% , angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang
disebabkan oleh kanker (6 % ) dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat
orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat CAD. Hasil survey dari
(Rikesdas,2013) menunjukan prevenlasi penyakit jantung koroner di Indonesia
sebesar 15% atau diperkirakan sekitar 2,650.340 orang.

Profil kesehatan provinsi Sumatra Selatan (2013) secara Global CAD


merupakan penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit
kardioveskular. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan
gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung
koroner,penyakit gagal jantung atau payah jantung Hipertensi & stroke, pada
tahun 2013 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun
dan seharusnya dapat dicegah. Kematian “dini” yang disebabkan oleh penyakit
jantung terjadi berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai
dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah.

Berbagai faktor resiko mempunyai peran penting timbulnya PJK mulai


dari aspek metabolik, hematosis, imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang
saling terkait( saryono,2008). Jatung sanggup berkontraksi tanpa henti karena
adanya suplai energi secara terus menerus. Suplay energi berupa oksigen dan
nutrisi mengalir melalui pembuluh darah yang disebut pembuluh koroner. Apabila
pembulu darah menyempit atau tersumbat proses transportasi energi terganggu,
akibat sel-sel jantung melemah dan dapat menyebabkan kematian gangguan pada
pembuluh koroner disebut penyakit jantung koroner(Yahya,2010). Pengobatan
CAD tidak hanya mengurangi atau menghilangkan keluhan. Yang paling utama
adalah memelihara fungsi jantung sehingga harapan hidup akan meningkat (
Yahya,2010) untuk mencegah adanya komplikasi yang terjadi tentu akan
membuat pasien menjati tidak nyaman, serta dapat mengakibatkan bertambahnya
biaya perawatan. Perawat sangat berperan penting dalam mencegah atau
meminimalkan komplikasi tersebut. Tindakan keperawatan yang cepat dan tepat
dalam mengidentifikasi adanya tanda dan gejala terjadinya komplikasi dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik menyusun makalah yang


berjudul”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Coronary Atrerial Desease Di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI”

1.2 Rumusan Masalah

Penulis merumuskan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien CAD di


Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Darah Palembang BARI ?
1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum
1. Agar penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan CAD
2. Agar penulis mampu melakukan perekaman EKG pada pasien CAD

b. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan CAD di ruang IGD RSUD
Palembang BARI
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan CAD di ruang
IGD RSUD Palembang BARI
3. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan CAD di ruang
IGD RSUD Palembang BARI
4. Melaksanakan implementasi keperawatan dan perekaman EKG pada
pasien CAD diruang IGD RSUD Palembang BARI
5. Melakukan evaluasi dan hasil tindakan yang telah diberikan pada
pasien dengan CAD di ruang IGD RSUD Palembang BARI

1.4 Manfaat Penulisan

1. Manfaat agi institusi pendidikan


Makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan CAD.
2. Manfaat bagi rumah sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi pada pasien dengan CAD di
ruangan IGD Rumah sakit Umum Daerah Palembang BARI.
3. Manfaat bagi penulis
Menambah pengetahuan,wawasan dan pengalaman langsung dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system
kardioveskular (CAD) dan mampu melakukan perekaman EKG di ruang
IGD Rumah Sakit Umum Daearah Palembang BARI
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Selayang Pandang Rumah Sakit Bari Palembang
2.1.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur
penunjang pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan yang merupakan
satu-satunya rumah sakit umum milik pemerintah kota palembang. Rumah Sakit
umum Daerah Palembang BARI terletak di jalan panca usaha No. 1 kelurahan 5
Ulu Darat Kecamatan Seberang Ulu, dan berdiri di atas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati.
Sejak tahun 2001 dibuat jalan alternative dari jalan Jakabaring menuju RSUD
Palembang BARI. Saat ini sedang diupayakan pembangunan jalan langsung
menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.

2.1.2 Visi Misi Dan Motto


 Visi
Menjadi Rumah Sakit Unggul,Amanah dan Terpercaya di Indonesia
 Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kesehatan dengan
berorientasi pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu
berdasarkan pada etika dan profesialisme yang menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit
pendidikan dan pelatihan di Indonesia.

 Motto
“KESEMBUHAN DAN KEPUASAN PELANGGAN ADALAH
KEBAHAGIAAN KAMI ”
2.1.3 Sejarah
1. Sejarah Berdirinya
1) Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI
merupakan gedung poliklinik/puskesmas panca usaha.
2) Pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang
BARI dengan SK Depkes nomor 1326/ Menkes/SK/XI/1997, tanggal
10 November 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
kelas C
3) Kepmenkes RI Nomor; HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status
akreditasi penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, tanggal 7 November 2003.
4) Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status
Akreditasi penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, tanggal 5 Februari 2008.
5) Kepmenkes RI Nomor: 241/MENKES/SK/IV/ 2009 tentang
peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
menjadi kelas B, tanggal 2 April 2009.
6) Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan
keputusan Walikota Palembang No. 915. B tahun 2008 tentang
penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang
menerapkan pola pengolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara
penuh.
7) KARS-SERT/363/1/2012 tentang status Akreditasi Lulus Tingkat
Lengkap kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI,
tanggal 25 Januari 2012.
8) Telah terakreditasi tingkat paripurna : Sertifikat Akreditasi Rumah
Sakit Nomor : KARS/SERT/99/IV/2015 Tanggal 2 April 2015
2. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
1) Tahun 1986 s.d 1995 ; dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala
Poloklinik/ Puskesmas Panca Usaha
2) Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, SpOG
sebgai Direktur RSUD Palembang BARI
3) Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksanaan Tugas dr.H.Dachlan
Abbas,SpB.
4) Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksanaan Tugas
dr.M.Faisal Soleh,SpPD.
5) Tanggal 14 November 2000 s.d 16 Januari 2012 : dr.Hj. Indah Puspita,
H.A, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6) Tanggal 17 Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, M.M,MARS,
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI

2.1.4 Pelayanan
 Perawatan Rawat jalan :
1. Klinik Penyakit Dalam
2. Klinik Bedah
3. Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Klinik Anak
5. Klinik Mata
6. Klinik THT
7. Klinik Syaraf
8. Klinik Kulit dan Kelamin
9. Klinik Jiwa
10. Klinik Rehablitas Medik
11. Klinik Jantung
12. Klinik Gigi
13. Klinik Psikologi
14. Klinik Tumbuh Kembang
15. Klinik Paru
16. Klinik Umum ( Karyawan )
17. Medical check up
 Pelayanan Rawat inap :
1. Perawatan VVIP & VIP
2. Perawatan umum kelas I
3. Perawatan umum kelas II
4. Perawatan umum laki-laki kelas III
5. Perawatan umum perempuan kelas III
6. Perawatan anak kelas I,II,III
7. Perawatan bedah kelas III
8. Perawatan ICU
9. Perawatan ICCU
10. Perawatan kebidanan kelas VIP.I,II,III
11. Perawatan Nifas kelas III
12. Perawatan Neonatus/NICU/PICU
13. Bedah sentral

 Pelayanan Penunjang :
1. Rehabilitas medik
2. Farmasi 24 jam
3. Radiologi 24 jem
4. Laboratorium klinik 24 jam
5. Patologi anatomi
6. Bank darah
7. Hemodialisa
8. Instalasi Pemulasaran Jenazah
9. Instalasi Pemeliharaan Lingungan (IPL)
10. Instalasi Laundry
11. Instalasi Gizi
12. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
13. CSSD
2.1.5 Fasilitas Kendaraan Operasional
1. Ambulance 118
2. Ambulance Bangsal
3. Ambulance Siaga Bencana
4. Ambulance Trauma Center
5. Mobil Jenazah

2.2 Landasan Teori CAD


2.2.1 Definisi
Coronary Artery Disease adalah penyempitan atau penyumbatan
arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran
darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal
ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu
atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah
serangan jantung, yakni kerusakan pada otot jantung. Terdapat 4 faktor
yang menentukan besarnya kebutuhan oksigen miokardium : frekuensi
denyut jantung, daya kontraksi, massa otot, dan tegangan dinding
ventrikel. Bila kebutuhan miokardium meningkat, otomatis penyedian
oksigen juga harus meningkat. Untuk meningkatkan penyedian oksigen
dalam jumlah yang memadai, aliran pembuluh darah koroner harus
ditingkatkan. Rangsangan yang paling kuat untuk mendilatasi arteri
koronaria dan meningkatkan aliran darah koroner adalah hipoksia
jaringan lokal. Pembuluh darah koroner dapat melebar sekitar lima
sampai enam kali sehingga dapat memenuhi kebutuhan miokardium.
Namun, pembuluh darah dapat mengalami stenosis dan tersumbat
akibatnya kebutuhan miokardium akan oksigen tidak dapat terpenuhi
(Suddarth dkk, 2006).
2.2.2 Antomi Fisiologi

Jantung manusia normal memiliki dua arteri koroner mayor yang


keluar dari aorta yaitu right coronary artery dan left main coronary artery,
dinamakan koroner karena bersama dengan cabangnya ia melingkari
jantung seperti crown (mahkota, corona). Arteri koroner meninggalkan
aorta lebih kurang 1⁄2 inci diatas katup semilunar aorta. Left main
coronary artery bercabang menjadi dua, yaitu left antrior descendens yang
memberikan perdarahan pada area anterior luas ventrikel kiri, septum
ventrikel dan muskulus papillaris anterior, sementara left circumflex
memberikan perdarahan pada area lateral ventrikel kiri dan area right
coronary artery dominan kiri. Right coronary artery memberikan
perdarahan pada SA node, AV node, atrium kanan, ventrikel kanan,
ventrikel kiri interior, ventrikel kiri posterior dan muskulus papilaris
posterior (Gibson, 2003).

2.2.3 Etiologi
Penyebab paling umum CAD adalah aterosklerosis. Aterosklerosis
digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak, dan jaringan
konektif disekitar lapisan intima arteri. Suatu flak fibrous adalah lesi khas
dari ateroskerosis. Lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam dinding
pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan obstruksi aliran darah parsial
maupun komplet. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri atas
flak fibrous dengan deposit kalsium, disertai oleh pembentukan trombus.
Obstruksi pada lumen mengurangi atau menghentikan aliran darah
kepada jaringan disekitarnya. Penyebab lain adalah spasme arteri
koroner. Penyempitan dari lumen pembuluh darah terjadi bila serat otot
halus dalam dinding pembuluh darah berkontraksi (vasokontriksi).
Spasme arteri koroner dapat menggiring terjadinya iskemik aktual atau
perluasan dari infark miokard. Penyebab lain diluar aterosklelorik yang
dapat memengaruhi diameter lumen pembuluh darah koroner dapat
berhubungan dengan abnormalitas sirkulasi. Hal ini meliputi hi[operfusi,
hipovolemik, polisitemia, dan masalah-masalah atau gangguan katup
jantung (Udjianti, 2010).
Adapun menurut Brown, 2006 & Kusrahayu 2004 penyebab
terjadinya penyakit kardiovaskuler pada prinsipnya disebabkan oleh dua
faktor utama yaitu:
1. Ateroskleorosis
Ateroskleorosis pembuluh koroner adalah penyakit arteri koroner
yang paling sering ditemukan. Ateroskleorosis menyebabkan
pembuluh lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga
secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen
menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan
membahayakan aliran darah miokardium.
2. Trombosis
Endapan lemak dan pengerasan pembuluh darah terganggu dan
lama kelamaan berakibat robek dinding pembuluh darah. Pada
mulanya, gumpalan darah merupakan mekanisme pertahanan tubuh
untuk mencegah perdarahan berlanjut pada saat terjadinya luka.
Berkumpulnya gumpalan darah menjadi robek tersebut, yang
kemudian bersatu dengan keping-keping darah menjadi thombus.
Trombosis ini menyebabkan sumbatan didalam pembuluh darah
jantung, dapat menyebabkan serangan jantung mendadak dan bila
sumbatan terjadi dipembuluh darah otak menyebabkan stroke.
Adapun faktor risiko terjadinya CAD:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah:
1. Usia
Angka morbiditas dan mortalitas penyakit SKA meningkat seiring
pertambahan usia. Sekitar 55% korban serangan jantung berusia 65
tahun atau lebih dan yang meninggal empat dari lima orang berusia
diatas 65 tahun. Mayoritas berada dalam risiko pada masa kini
merupakan refleksi dari pemeliharaan kesehatan yang buruk
dimasa lalu.
2. Jenis kelamin
Terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibanding wanita. Pria
memiliki risiko yang lebih untuk terserang SKA, sedangkan pada
wanita risiko lebih besar setelah masa monopouse, ini terjadi akibat
penurunan kadar estrogen dan peningkatan lipid dalam darah.
3. Riwayat keluarga positif sakit jantung
Tingkat faktor genetik dan lingkungan membantu terbentuknya
aterosklerosis belum diketahui secara pasti. Tendensi ateroskerosis
pada orang tua atau anak dibawah usia 50 tahun ada hubungan
terjadinya sama dengan anggita keluarga lain.
4. Ras (Suku Bangsa)
Orang amerika kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi
dibandingkan dengan orang kulit putih, hal ini dikaitkan dengan
penemuan bahwa 33% orang amerika kulit hitam menderita
hipertensi dibandingkan dengan orang kulit putih.
Faktor risiko yang dapat diubah:
1. Merokok
Perokok memiliki risiko 2 sampai 3 kali untuk meninggal karena
SKA daripada yang bukan perokok. Risiko juga bergantung pada
jumlah rokok yang dikonsumsi perhari, lebih banyak rokok lebih
tinggi pula resikonya. Hal ini dikaitkan dengan pengaruh nikotin
dan kandungan tinggi daro monosikda karbon yang terkandung
dalam rokok. Nikotin meningkatkan beban kerja miokardium dan
dampak peningkatan kebutuhan oksigen. Karbon monoksida
mengganggu pengangkutan oksigen karena hemoglobin mudah
berkaitan dengan karbon monoksida dari pada oksigen.
2. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah terlibat dalam
transportasi, digesti dan absorb lemak. Seseorang yang memiliki
kadar kolesterol melebihi 300 mg/dl memiliki risiko empak kali
lipat untuk terkena SKA dibandingkan dengan yang memiliki kadar
200 mg/dl. Diet yang mengandung lemak jenuh merupakan factor
utama yang menimbulkan hyperlipidemia.
3. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Peningkatan resisten vaskuler perifer meningkatkan afterload dan
kebutuhan ventrikel, hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen
untuk miokard menghadapi suplai yang berkurang.
4. Diabetes Militus (Gula Darah Tinggi)
5. Aterosklerosis
Risiko 2 sampai 3 kali lipat pada diabetes tanpa memandang kadar
lipid dalam darah. Predisposisi degenerasi vaskuler terjadi pada
diabetes dan metabolisme lipid yang tidak normal memegang
peranan dalam pertumbuhan ateroma.
6. Obesitas
Berat badan yang berlebihan berhubungan dengan beban kerja yang
meningkat dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung. Obesitas
berhubungan dengan peningkatan intake kalori dan kadar low
density lipoprotein.
7. Inaktifitas Fisik
Kegiatan gerak dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan cara
menurunkan kadar kecepatan jantung dan tekanan darah. Dampak
terdapat fisiologis dari kegiatan mampu menurunkan kadar
kecepatan rendah dari lipid protein, menurunkan kadar glukosa
darah, dan memperbaiki cardiac output.
8. Stress Psikologi berlebihan
Stress merangsang sistem kardiovaskuler melepaskan katekolamin
(hormone yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal dalam menanggapi
stress) yang meningkatkan kecepatan jantung dan menimbulkan
vasokontriksi.

2.2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis menurut Price & Lorraine (2001) seperti:
1. Dada terasa tak enak (digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau
terbakar; dapat menjalar ke pundak kiri, leher, punggung atau rahang)
2. Sesak nafas
3. Berdebar-debar
4. Denyut jantung lebih cepat
5. Pusing
6. Mual
7. Kelemahan yang luar biasa.

2.2.5 Patofisiologi dan Patoflow


Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di
intima arteri besar sehingga disebut ateroma / plak yang akan
mengganggu absorsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan
dinding pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbulnya
menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang
terkena akan mengalami netrotik dan menjadi jaringan parut sehingga
lumen menjadi semakin sempit dan berdinding kasar menyebabkan aliran
darah terhambat atau terhenti, kecuali sejumlah aliran kolateral dari
pembuluh aliran darah terhambat atau terhenti, kecuali sejumlah kecil
aliran ikoteral pembuluh disekitarnya. Daerah otot yang sama sekali tidak
mendapat aliran atau mendapat begitu sedikitnya aliran sehingga tidak
dapat mempertahankan fungsi otot jantung. Dikatakan mengalami infark.
Seluruh infark miokardium. Segera setelah mulai timbul infark, sejumlah
kecil darah kolateral meresap ke daerah infark. Dan hal ini bersama
dengan dilatasi progresif pada pembuluh darah local, menyebabkan
daerah tersebut dipenuhi oleh darah yang terbendung. Secara bersamaan,
serat otot memakai sisa akhir oksigen dalam darah. Sehingga hemoglobin
menjadi berwarna coklat kebiru-biruan dan pembuluh darah dari daerah
tersebut tampak mengembang walaupun aliran darahnya kurang. Pada
tingkat lanjut, dinding pembuluh menjadi sangat permeable dan
membocorkan cairan, jaringan menjadi edematosa, dan sel otot jantung
mulai membengkak akibat berkurangnya metabolisme seluler. Dalam
waktu beberapa jam tanpa penyedian darah. Sel-sel akan mati, otot
jantung memerlukan kira-kira 1,3 mililiter oksigen per 100 gr jaringan
otot per menit agar tetap hidup. Nilai ini sebanding dengan kira-kira 8
mililiter oksigen per 100 gr yang diberikan pada ventrikel kiri dalam
keadaan istirahat setiap menitnya. Karena itu, bila tetap terdapat 15 –
30% aliran darah koroner normal dalam keadaan istirahat. Makan otot
tidak akan mati. Namun pada bagian sentral dari suatu daerah infark yang
besar, dimana hampir terdapat aliran darah kolateral, otot akan mati.
(Price & Wilson, 2001)
Patoflow
Berdasarkan Parwo, 2010 & Tarwato, 2012
Arterisklerosis
trombosis kontruksi
arteri koronaria

Aliran darah kejantung


menurun

O2 dan nutrisi

Jaringan miocard

Nerose lebih
dari 30 menit

Supply & kebutuhan O2


kejantung terganggu

Supply O2 kemiocard
menurun

Metabolisme an aerob Seluler hipoksia

Timbunan asam Nyeri Akut Integritas membran


laktat meningkat sel berubah

Kontraktilitas Penurunan
Aliran darah O2 fatique turun curah jantung
kejantung

COP turun
Ketidakefektifan Intoleransi
pola nafas aktivitas
Gg. perfusi
jaringan
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan EKG
a. Normal pada saat istirahat tetapi bisa depresi pada segmen ST,
Gelombang T inverted menunjukkan iskmenia, gelombang Q
menunjikkan nekrosis
b. Distrimia dan Blok Jantung
Disebabkan kondisi yang mempengaruhi sensitivitas sel miokard
ke implus saraf seperti iskemi, ketidak seimbangan elektrolit dan
stimulasi saraf simpatis dan berupa bradikardi,takikardi dan
vartikel fibrilarilasi

2.2.7 Penatalaksanaan
Pemeriksaan terhadap enzim jantung dan fungsinya dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda. Untuk enzim SGOT dan SGPT,
pemeriksaan biasanya dilakukan dengan metode fotometri atau
spektrofotometri. Hasil pengujian ini bisa menunjukan kerusakan bila
jumlah enzim terbukti lebih besar dari kadar normal. Beberapa kondisi
yang bisa menunjukan peningkatanenzim ini antara lain :

1. Peningkatan SGOT atau SGPT hingga lebih dari 20 kali normal


menyebabkan atau indikasi : hepatitis akut ,nekrosis hati.
2. Peningkatan sebanyak 3 sampai 10 kali kadar normal, menyebabkan
atau indikasi : infekdi mononuclear, hepatitis kronis (aktif).
Sindromrye, infark miocard.
3. Peningkatan 1 hingga 3 kali normal merupakan indikasi penyakit
pankreastitis, perlemakan pada hati, dan sirosis.

Lokasi Lead Perubahan EKG


Anterior V1-V4 ST elevasi,gelombang V
Anteroseptal V1-V3 ST elevasi,gelombang V
Anterior Ekstersif V1-V6 ST elevasi,gelombang V
Posterior V1-V2 ST depresi ,gelombang R
tinggi
Lateral I,Avl,v5-V6 ST elevasi,gelombang V
Inferior I,II,Avf ST elevasi,gelombang V
Ventrikel kanan V4r,v5r ST elevasi,gelombang V

4. Pemeriksaan Foto Dada


Biasanya noemal,namun infilitrasi mungkin ada yang menunjukan
gagal jantung kongesti/aneurisma ventrikel
5. Pemeriksaan laboratorium
a. Perubahan enzim jantung, isoenzim, dan Troponim T
1. CK-MB isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
48-72 jam
2. LDH meningkat dalam 14-24 jam, memuncak dalam 48-72 jam
dan normal dalam 7-14 hari
3. Troponin-T, merupakan pertenanda baru untuk infark miokard
akut. Meningkat sampai hari ke-7
b. Kolestrol/trigliserida serum, mungkin meningkat ( factor resiko
CAD)
c. Analisa gas
d. Arah dan laktat miokard mungkin meningkat serangan angina
e. Elektrolit, kalium, kalsium magnesium, natrium, mungkin
berubah selama serangan.
6. Karakteristik jantung dengan angiografi
Diindikasikan pada pasien dengan iskemia yang diketahui angina atau
nyeri dada tanpa aktivitas, pada pasien kolestrol dan penyakit jantung
keluarga yang mengalami nyeri dada, pasien dengan EKG istirahat
normal, prosedur ini akan menggambarkan penyempitan sumbatan
arteri koroner.
7. Echokardiografi
Digunakan untuk mengkaji fraksi enjeksi, gerakan segmen untuk
mengkaji fraksi ejeksi, gerakan segmen dinding, volume sistolik dan
diastolic ventrikel, regurgitasi katup mitral karena disfungsi otot
papiler dan untuk mendeteksi adanya thormbus mura, vegetasi katup,
atau cairan pericardinal.

2.2.8 Komplikasi
1. Aritmia
2. Gagal Jantung Kongestif
3. Syok Kardiogenik
4. Disfungsi Otot Papilaris
5. Perikarditis
6. Emboli Paru

2.3 Asuhan Keperawatan Teoritis


2.3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses


keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok (Jauhar &
Bararah,2013), yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu
dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasi, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan fisik
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Anamnesa
Identitas penderita meliputi nama,umur,jenis kelamin,agama,
pendidikan ,pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah,rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka,penyebab luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyait lainnya yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas, tindakan medis yang pernah didapat atau obat-obatan
yang biasa digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan sekarang
Dari genogram keluarga biasnya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan lainnya
yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin missal
hipertensi jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku,perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita,kesadaran,suara bicara, tinggi badan,
berat badan. Dan tanda-tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala. Keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher,telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur/ganda, diplopia,lensa mata keruh
c. System integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangrene, kemerahan pada kulit sekitar luka,tekstur rambut dan
kuku.
d. System pernapasan
Adakah sesak nafas, batuk, spuntum, nyeri dada.
e. System kardioveskular
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,kardiomegalis.
f. System gastrointestinal
Terdapat polifagi,polidipsi,mual,muntah,diare,konstipasi,dehidrasi
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,obesitas.
g. System urinary
Poliuri, retensi urine, inkotinensa urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. System muskuluskeletal
Penyebaran lemka,penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah,lemah, dan nyeri,adanya gangrene di ekstrimitas.
i. System neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, legatri,
mengantuk, refleks lambat,kacau mental,disorientasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl,gula darah puasa >
120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna.
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman luka dan memberikan antibiotic yang
sesuai dengan jenis kuman.
2.3.2 Masalah Keperawatan Dan Prioritas Masalah

Masalah Keperawatan:

1. Intoleransi Aktivitas
2. Ketidakefektifan Pola Nafas
3. Penurunan Curah Jantung
4. Nyeri Akut
5. Gg. Perfusi Jaringan

Prioritas Masalah:

1. Ketidakefektifan Pola Nafas


2. Nyeri Akut
3. Penurunan Curah Jantung
4. Gg. Perfusi Jaringan
5. Intoleransi Aktivitas

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas b/d penyempitan pada arteri koroner.


2. Nyeri akut b/d suplai oksigen ke moicard menurun berkurang
3. Penurunan Curah Jantung b/d perubahan inotropik jantung, gangguan
konduksi listrik.
4. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan atau interupsi aliran darah,
pembentukan tromboemboli.
5. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
2.3.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi
Diagnosa Keperawatan
NOC NIC
Pola Nafas tidak NOC: NIC:
efektif Respiratory status : 1. Posisikan pasien
berhubungan dengan : Ventilation untuk
- Hiperventilasi Respiratory status : memaksimalkan
- Penurunan Airway patency ventilasi.
energi/kelelahan Vital sign Status 2. Pasang mayo bila
- Perusakan/pelemahan Setelah dilakukan perlu
muskulo-skeletal tindakan 3. Lakukan fisioterapi
- Kelelahan otot keperawatan selama dada jika perlu
pernafasan ………..pasien 4. Keluarkan sekret
- Hipoventilasi menunjukkan dengan batuk atau
sindrom keefektifan pola nafas, suction
- Nyeri dibuktikan dengan 5. Auskultasi suara
- Kecemasan kriteria nafas, catat adanya
- Disfungsi hasil: suara tambahan
Neuromuskuler 1. Mendemonstrasikan 6. Berikan pelembab
- Obesitas batuk efektif dan udara Kassa basah
- Injuri tulang belakang suara nafas yang NaCl Lembab
DS: bersih, tidak ada 7. Atur intake untuk
- Dyspnea sianosis dan dyspneu cairan
- Nafas pendek (mampu mengoptimalkan
DO: mengeluarkan keseimbangan.
- Penurunan tekanan sputum, mampu 8. Monitor respirasi dan
inspirasi/ekspirasi bernafas dg mudah, status O2
Penurunan pertukaran tidakada pursed lips) 9. Pertahankan jalan
udara per menit 2. Menunjukkan jalan nafas yang paten
- Menggunakan otot nafas yang paten 10. Observasi adanya
pernafasan tambahan (klien tidak merasa tanda tanda
- Orthopnea tercekik, irama nafas, hipoventilasi
- Pernafasan pursed-lip frekuensi pernafasan 11. Monitor adanya
- Tahap ekspirasi dalam rentang kecemasan pasien
berlangsung sangat normal, tidak ada terhadap oksigenasi
lama suara nafas abnormal) 12. Monitor vital sign
- Penurunan kapasitas 3. Tanda Tanda vital 13. Informasikan pada
vital dalam rentang normal pasien dan keluarga
- Respirasi: < 11 – 24 x (tekanan darah, nadi, tentang tehnik
/mnt pernafasan) relaksasi untuk
memperbaiki pola
nafas.
14. Ajarkan bagaimana
batuk efektif
15. Monitor pola nafas
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain Level, 1. Lakukan pengkajian
dengan: pain control, nyeri secara
Agen injuri (biologi, comfort level komprehensif
kimia, Setelah dilakukan termasuk lokasi,
fisik, psikologis), tinfakan karakteristik, durasi,
kerusakan keperawatan selama …. frekuensi, kualitas
jaringan Pasien tidak mengalami dan faktor presipitasi
DS: nyeri, dengan kriteria 2. Observasi reaksi
- Laporan secara verbal hasil: nonverbal dari
DO: 1. Mampu mengontrol ketidaknyamanan
- Posisi untuk menahan nyeri (tahu penyebab 3. Bantu pasien dan
nyeri nyeri, mampu keluarga untuk
- Tingkah laku berhati- menggunakan tehnik mencari dan
hati nonfarmakologi untuk menemukan
- Gangguan tidur (mata mengurangi nyeri, dukungan
sayu, mencari bantuan) 4. Kontrol lingkungan
tampak capek, sulit 2. Melaporkan bahwa yang dapat
atau nyeri berkurang mempengaruhi nyeri
gerakan kacau, dengan menggunakan seperti suhu ruangan,
menyeringai) manajemen nyeri pencahayaan dan
- Terfokus pada diri 3. Mampu mengenali kebisingan
sendiri nyeri (skala, 5. Kurangi faktor
- Fokus menyempit intensitas, frekuensi presipitasi nyeri
(penurunan persepsi dan tanda nyeri) 6. Kaji tipe dan sumber
waktu, 4. Menyatakan rasa nyeri untuk
kerusakan proses nyaman setelah nyeri menentukan
berpikir, berkurang intervensi
penurunan interaksi 5. Tanda vital dalam 7. Ajarkan tentang
dengan rentang normal teknik non
orang dan lingkungan) 6. Tidak mengalami farmakologi: napas
- Tingkah laku gangguan tidur dala, relaksasi,
distraksi, distraksi, kompres
contoh : jalan-jalan, hangat/ dingin
menemui orang lain 8. Berikan analgetik
dan/atau aktivitas, untuk mengurangi
aktivitas nyeri
berulang-ulang) 9. Berikan informasi
- Respon autonom tentang nyeri seperti
(seperti penyebab nyeri,
diaphoresis, perubahan berapa lama nyeri
tekanan darah, akan berkurang dan
perubahan antisipasi
nafas, nadi dan dilatasi ketidaknyamanan
pupil) dari prosedur
- Perubahan autonomic 10. Monitor vital sign
dalam tonus otot sebelum dan sesudah
(mungkin pemberian analgesik
dalam rentang dari pertama kali
lemah
ke kaku)
- Tingkah laku
ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu
makan dan minum
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung Cardiac Pump 1. Evaluasi adanya nyeri
b/d gangguan irama effectiveness dada
jantung, Circulation Status 2. Catat adanya
stroke volume, pre load Vital Sign Status disritmia jantung
dan Tissue perfusion: 3. Catat adanya tanda
afterload, kontraktilitas perifer dan gejala penurunan
jantung. Setelah dilakukan asuhan cardiac putput
DO/DS: selama………penurunan 4. Monitor status
- Aritmia, takikardia, kardiak output klien pernafasan yang
bradikardia teratasi dengan kriteria menandakan gagal
- Palpitasi, oedem hasil: jantung
- Kelelahan 1. Tanda Vital dalam 5. Monitor balance
- rentang normal cairan
Peningkatan/penurunan (Tekanan darah, Nadi, 6. Monitor respon
JVP respirasi) pasien terhadap efek
- Distensi vena 2. Dapat mentoleransi pengobatan
jugularis aktivitas, tidak ada antiaritmia
- Kulit dingin dan kelelahan 7. Atur periode latihan
lembab 3. Tidak ada edema dan istirahat untuk
- Penurunan denyut paru, perifer, dan menghindari
nadi tidak ada asites kelelahan
perifer 4. Tidak ada penurunan 8. Monitor toleransi
- Oliguria, kaplari refill kesadaran aktivitas pasien
lambat 5. AGD dalam batas 9. Monitor adanya
- Nafas pendek/ sesak normal dyspneu, fatigue,
nafas 6. Tidak ada distensi tekipneu dan
- Perubahan warna vena leher ortopneu
kulit 7. Warna kulit normal 10. Anjurkan untuk
- Batuk, bunyi jantung menurunkan stress
S3/S4 11. Monitor TD, nadi,
- Kecemasan suhu, dan RR
12. Monitor jumlah,
bunyi dan irama
jantung
13. Monitor frekuensi
dan irama pernapasan
14. Monitor pola
pernapasan abnormal

Perfusi jaringan NOC : NIC :


b/d gangguan afinitas Cardiac pump 1. Monitor nyeri dada
Hb oksigen, penurunan Effectiveness (durasi, intensitas dan
konsentrasi Hb, Circulation status faktor-faktor
Hipervolemia, Tissue Prefusion : presipitasi)
Hipoventilasi, cardiac, periferal 2. Observasi perubahan
gangguan Vital Sign Statusl ECG
transport O2, gangguan Setelah dilakukan asuhan 3. Auskultasi suara
aliran selama……… jantung dan paru
arteri dan vena ketidakefektifan perfusi 4. Monitor irama dan
DS: jaringan kardiopulmonal jumlah denyut
- Nyeri dada teratasi dengan kriteria jantung
- Sesak nafas hasil: 5. Monitor angka PT,
DO 1. Tekanan systole dan PTT dan AT
- AGD abnormal diastole dalam
6. Monitor elektrolit
- Aritmia rentang yang
(potassium dan
- Bronko spasme diharapkan
magnesium)
- Kapilare refill > 3 dtk 2. Nadi perifer kuat dan
7. Monitor status cairan
- Retraksi dada simetris
- Penggunaan otot-otot 3. Tidak ada oedem 8. Monitor peningkatan
tambahan perifer dan asites kelelahan dan
4. Denyut jantung, kecemasan
AGD, ejeksi fraksi 9. Instruksikan pada
dalam batas normal pasien untuk tidak
5. Bunyi jantung mengejan selama
abnormal tidak ada BAB
6. Nyeri dada tidak ada 10. Jelaskan pembatasan
7. Kelelahan yang intake kafein,
ekstrim tidak ada sodium, kolesterol
8. Tidak ada ortostatik dan lemak
hipertensi 11. Kelola pemberian
obat-obat: analgesik,
anti koagulan,
nitrogliserin,
vasodilator dan
diuretik.
12. Tingkatkan istirahat
(batasi pengunjung,
kontrol stimulasi
lingkungan)
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan : Self Care : 1. Observasi adanya
Tirah Baring ADLs pembatasan klien
atau imobilisasi Toleransi dalam melakukan
Kelemahan aktivitas aktivitas
menyeluruh Konservasi 2. Kaji adanya faktor
Ketidakseimb eneergi yang menyebabkan
angan antara suplei Setelah dilakukan kelelahan
oksigen dengan tindakan 3. Monitor nutrisi dan
kebutuhan keperawatan selama …. sumber energi yang
Gaya hidup yang Pasien bertoleransi adekuat
dipertahankan. terhadap 4. Monitor pasien akan
DS: aktivitas dengan Kriteria adanya kelelahan
Melaporkan secara Hasil : fisik dan emosi
verbal adanya 1. Berpartisipasi dalam secara berlebihan
kelelahan aktivitas fisik tanpa 5. Monitor respon
atau kelemahan. disertai peningkatan kardivaskuler
Adanya dyspneu tekanan darah, nadi terhadap aktivitas
atau ketidaknyamanan dan RR (takikardi, disritmia,
saat beraktivitas. 2. Mampu melakukan sesak nafas,
DO : aktivitas sehari hari diaporesis, pucat,
Respon abnormal (ADLs) secaramandiri perubahan
dari tekanan darah atau 3. Keseimbangan hemodinamik)
nadi terhadap aktifitas aktivitas dan istirahat 6. Monitor pola tidur
Perubahan ECG : dan lamanya
aritmia, iskemia tidur/istirahat pasien
7. Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan
progran terapi yang
tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan
untuk aktivitas yang
diinginkan
11. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai\
12. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
13. Bantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN NY K DENGAN KASUS CAD
DI RUANG IGD RSUD PALEMBANG BARI

TANGGAL ketika a) masuk : ………….. b) Pengkajian : ……………

IDENTITAS
Pasien Penanggung jawab Pasien

Nama : Ny. K Tn. S

Umur : 43 tahun 45 tahun

Pendidikan : SMP SMA

Pekerjaan : IRT WIRASWASTA

Status Pernikahan : Menikah Menikah

Alamat : Seberang Ulu 1 Seberang Ulu 1

Dx. Medik : CAD

PENGKAJIAN

Alasan utama datang ke RS :

…………………………………………………..................................................

..............................................................................................................................
Keluhan utama (saat pengkajian) :

…………………….…………………….............................................................

..............................................................................................................................

Riwayat kesehatan sekarang :


…………………………………………………………………………..............

Riwayat kesehatan dahulu :


………………………………………………………….......................

Riwayat kesehatan keluarga :


…………………………………………………………………………….

Riwayat pengobatan dan alergi :


……………………………………………………………

PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
Sakit/nyeri :  Berat (8-10)  Sedang (4-7)  Ringan (0-3)

Status gizi :  Normal (BB ideal)  Gemuk (BB >10% ideal)  Kurus
(BB<10% ideal) Sikap :  Tenang  Gelisah  Menahan nyeri
Personal hygiene : - Mandi : x/hari

- Kuku :  hitam  bersih

- Rambut :  kotor  bersih

- Kulit :  kotor  bersih

Lain-lain :
…………………………………………………………………………………
…………………...............................................................................................
2. Data Sistematik
a. Sistem Persepsi Sensori
Pendengaran:  Normal  Kerusakan ka/ki  Tuli ka/ki

 Alat bantu dengar  Tinitus

Penglihatan :  Normal  Kaca mata  Lensa kontak

 Kerusakan ka/ki  Kebutaan ka/ki  Katarak ka/ki

Pengecap, Penghidu :  Normal  Gangguan indera pengecap

 Gangguan indera penghidu

Peraba :  Normal  Gangguan indera peraba

Lain-lain :
……………………………………………………………………………
………………...........................................................................................

b. Sistem Penglihatan

Nyeri tekan :  : ada OD/OS  tidak OD/OS

TIO : ………mmHg, Visus : VOD :……......... VOS : ……………..

Lapang pandang :  Normal  Hemianopia  Kuandrantanopia

 Skotoma

Kesimetrisan mata :  simetris  tidak simetris  Eksoftalmus


OD/OS  Ensoftalmus OD/OS

Alis : Pertumbuhan rambut :  sempurna  tidak, disebabkan


oleh……………

Kelopak mata :  Normal  Ptosis  Kemerahan  lesi

 Krusta
 pembengkakan  Entropion  Ektropion  Trikiasis 
Madorisis

Konjungtiva : Palpebra :  Normal (merah muda dan mengkilat)

 Kemerahan  Pembengkakan

Benjolan :  Folikel  Papil  Litiasis

Konjungtiva : Bulbi :  Normal  Pembengkakan  Edema (kimosis)

Sklera : Warna :  Putih OD/OS  Kekuningan OD/OS

Kornea :  Normal

Kekeruhan :  Infiltrat  Sikatrik :  Nebula  Makula

 Leukoma

Reflek :  Ada OD/OS  Tidak OD/OS

Pupil :  Isokor  Anisokor

Diameter :  Normal (2-6mm)  Kontriksi OD/OS (<2mm) 


Dilatasi OD/OS (>6mm).

Respon cahaya :  Ada OD/OS  Tidak OD/OS

a. Sistem Pernafasan
Frekuensi : ..... x/menit, Kualitas :  Normal  Dangkal  Cepat

Batuk : ya / tidak Suara napas :  Bersih  Ronchi: basah/kering

Bunyi napas :  Vesikuler  Bronko-vesikuler  Stridor 


Wheezing  Bronkeal  Trakeal

Sumbatan jalan nafas :  Sputum  Lendir  Darah


Lain-lain
:……………………………………………………………………………
………………….

b. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah : …../ mmHg

Denyut nadi : ….. x/menit, Irama :  Teratur  Tidak teratur

Bunyi jantung :  Normal  Tambahan: …………………………..

Kekuatan :  Kuat  Lemah, Akral :  Hangat  Dingin

Pengisian kapiler :   3 detik  > 3 detik

Edema :  Tidak ada  Ada di …………

Lain-lain :
……………………………………………………………………………
……………….

c. Sistem Saraf Pusat


Kesadaran :  CM  Apatis  Somnolen  Soporous 
Coma GCS = ……….

Bicara :  Normal  Tak jelas  Kacau  Aphasia : 


Nominal

 Ekspresif  Reseptif, Disphasia :


…………………………………….

Pupil :  Isochor  Anisochor

Orientasi waktu :  Baik  Buruk

Orientasi tempat :  Baik  Buruk

Orientasi orang :  Baik  Buruk


Lain-lain :
……………………………………………………………………………
………………..

d. Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan :  Normal  Meningkat  Menurun

Diet : …………………

Porsi makan : ………………

Keluhan :  Mual  Muntah

Bibir :  Normal  kering  pecah-pecah

Mulut dan tenggorokan :  Normal  Lesi  Hematemesis

Kemampuan mengunyah :  Normal  Kurang  Kesulitan

Kemampuan menelan :  Normal  nyeri telan

Perut :  Normal  Hiperperistaltik  Tidak ada bising usus

 Kembung  Nyeri tekan kuadran ……… / bagian


…………….

Colon dan rectum : B.a.b :  Normal  Konstipasi ….. hari

 Diare ……. x/……. Jam  Inkontinensia  Melena

Rectal toucher : …………………………..(data sekunder)

lain-lain :
……………………………………………………………………………
………………….
e. Sistem Muskuloskeletal
Rentang gerak :  Penuh  Terbatas

Keseimbangan dan cara jalan :  Tegap  Tidak tegap

Kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari :  Mandiri

 Dibantu sebagian  Dibantu sepenuhnya  Menggunakan alat


bantu berupa …………

Genggaman tangan :  Sama kuat  Lemah kanan/kiri

Otot kaki :  Sama kuat  Lemah kanan/kiri

Akral :  Hangat  dingin

Fraktur :  tidak ada  ada, gambarkan


…………………………………………

Lain-lain :
……………………………………………………………………………
…………………

f. Sistem Integumen
Warna kulit :  Normal  Pucat  Sianosis  Ikterik

 Lainnya :
……………………………………………………………………

Turgor :  Baik  Buruk,

Luka :  Tidak ada  Ada : luas : …………………, pada


:……………………, gambarkan :…………………………

Memar :  Tidak ada  Ada pada ………………….

Kemerahan :  Tidak ada  Ada pada ………………….


Lain-lain :
……………………………………………………………………………
………………..

g. Sistem Reproduksi
Infertil :  Ada  Tidak ada

Masalah menstruasi :  Ada  Tidak ada

Skrotum :  Edema  Ulkus  nyeri tekan Testis :  Edema

 Massa Prostat :  Massa  Nyeri tekan

Payudara :  Kontur  Simetris  Inflamasi  Jaringan parut

Lain-lain :
……………………………………………………………………………
………………..

h. Sistem Perkemihan
Urine : Jumlah/24 jam :……….cc

Warna :  kuning jernih  coklat  merah

Pancaran urine :  kuat  lemah  bercabang

@ B.a.k ……..cc  Disuria  Nokturia  Retensi  Hematuri

 Nyeri tak terkontrol  inkontinensia  oliguri  poliuri 


oligouri

Vesica urinaria :  nyeri tekan  kosong  penuh

Lain-lain :
……………………………………………………………………………
………………..
2. Data penunjang
(Hasil pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium, radiologi, EKG, EEG, dll)

Tanggal pemeriksaan: ………………………………….

Hasil :
…………………………………………………………………………………
……………………..

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………..

3. Terapi yang diberikan


Obat / Tindakan Golongan Dosis Indikasi Kontra indikasi

………………… ………… ………… ………… ………………


…….…………… …… …… …… ………
………….
………… ………… ………… ………………
………………… …… …… …… ……..
…….……………
………… ………… ………… ………………
…………..
…… …… …… ………
…………………
………… ………… ………… ………………
……..
…… …… …… ……..

………… ………… ………… ………………


…… …… …… ………
PENGKAJIAN MASALAH PSIKOSOSIO BUDAYA DAN SPIRITUAL

PSIKOLOGIS

Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah


…………………………………………..

Cara mengatasi perasaan tersebut


………………………………………………………………………

Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan


………………………………………………….

Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan


……………………………………………………………

Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada


……………………………………....

Sosial

Aktifitas atau peran klien di masyarakat adalah


……………………………………………………

Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah


…………………………………………………..

Cara mengatasinya
………………………………………………………………………………………
……

Pandangan klien tentang aktifitas sosial di lingkungannya


…………………………………….
Budaya

Budaya yang diikuti klien adalah budaya …………….yang aktifitasnya adalah


……………

Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut adalah


………………………………………..

Cara mengatasi keberatan tersebut adalah


………………………………………………………….

Spiritual

Aktifitas ibadah yang biasa dalakukan sehari-hari adalah:

………………………………………

Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan adalah:

……………………………………………….

Aktifitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan adalah:

…………………………….

Perasaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut:

………………………………..

Upaya klien mengatasi perasaan tersebut:

……………………………………………………………

Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang


dialami:

…………………………………………………………………………………………………..

Anda mungkin juga menyukai