PENDAHULUAN
a. Tujuan Umum
1. Agar penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan CAD
2. Agar penulis mampu melakukan perekaman EKG pada pasien CAD
b. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan CAD di ruang IGD RSUD
Palembang BARI
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan CAD di ruang
IGD RSUD Palembang BARI
3. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan CAD di ruang
IGD RSUD Palembang BARI
4. Melaksanakan implementasi keperawatan dan perekaman EKG pada
pasien CAD diruang IGD RSUD Palembang BARI
5. Melakukan evaluasi dan hasil tindakan yang telah diberikan pada
pasien dengan CAD di ruang IGD RSUD Palembang BARI
Motto
“KESEMBUHAN DAN KEPUASAN PELANGGAN ADALAH
KEBAHAGIAAN KAMI ”
2.1.3 Sejarah
1. Sejarah Berdirinya
1) Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI
merupakan gedung poliklinik/puskesmas panca usaha.
2) Pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang
BARI dengan SK Depkes nomor 1326/ Menkes/SK/XI/1997, tanggal
10 November 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
kelas C
3) Kepmenkes RI Nomor; HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status
akreditasi penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, tanggal 7 November 2003.
4) Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status
Akreditasi penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, tanggal 5 Februari 2008.
5) Kepmenkes RI Nomor: 241/MENKES/SK/IV/ 2009 tentang
peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
menjadi kelas B, tanggal 2 April 2009.
6) Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan
keputusan Walikota Palembang No. 915. B tahun 2008 tentang
penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang
menerapkan pola pengolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara
penuh.
7) KARS-SERT/363/1/2012 tentang status Akreditasi Lulus Tingkat
Lengkap kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI,
tanggal 25 Januari 2012.
8) Telah terakreditasi tingkat paripurna : Sertifikat Akreditasi Rumah
Sakit Nomor : KARS/SERT/99/IV/2015 Tanggal 2 April 2015
2. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
1) Tahun 1986 s.d 1995 ; dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala
Poloklinik/ Puskesmas Panca Usaha
2) Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, SpOG
sebgai Direktur RSUD Palembang BARI
3) Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksanaan Tugas dr.H.Dachlan
Abbas,SpB.
4) Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksanaan Tugas
dr.M.Faisal Soleh,SpPD.
5) Tanggal 14 November 2000 s.d 16 Januari 2012 : dr.Hj. Indah Puspita,
H.A, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6) Tanggal 17 Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, M.M,MARS,
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI
2.1.4 Pelayanan
Perawatan Rawat jalan :
1. Klinik Penyakit Dalam
2. Klinik Bedah
3. Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Klinik Anak
5. Klinik Mata
6. Klinik THT
7. Klinik Syaraf
8. Klinik Kulit dan Kelamin
9. Klinik Jiwa
10. Klinik Rehablitas Medik
11. Klinik Jantung
12. Klinik Gigi
13. Klinik Psikologi
14. Klinik Tumbuh Kembang
15. Klinik Paru
16. Klinik Umum ( Karyawan )
17. Medical check up
Pelayanan Rawat inap :
1. Perawatan VVIP & VIP
2. Perawatan umum kelas I
3. Perawatan umum kelas II
4. Perawatan umum laki-laki kelas III
5. Perawatan umum perempuan kelas III
6. Perawatan anak kelas I,II,III
7. Perawatan bedah kelas III
8. Perawatan ICU
9. Perawatan ICCU
10. Perawatan kebidanan kelas VIP.I,II,III
11. Perawatan Nifas kelas III
12. Perawatan Neonatus/NICU/PICU
13. Bedah sentral
Pelayanan Penunjang :
1. Rehabilitas medik
2. Farmasi 24 jam
3. Radiologi 24 jem
4. Laboratorium klinik 24 jam
5. Patologi anatomi
6. Bank darah
7. Hemodialisa
8. Instalasi Pemulasaran Jenazah
9. Instalasi Pemeliharaan Lingungan (IPL)
10. Instalasi Laundry
11. Instalasi Gizi
12. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
13. CSSD
2.1.5 Fasilitas Kendaraan Operasional
1. Ambulance 118
2. Ambulance Bangsal
3. Ambulance Siaga Bencana
4. Ambulance Trauma Center
5. Mobil Jenazah
2.2.3 Etiologi
Penyebab paling umum CAD adalah aterosklerosis. Aterosklerosis
digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak, dan jaringan
konektif disekitar lapisan intima arteri. Suatu flak fibrous adalah lesi khas
dari ateroskerosis. Lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam dinding
pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan obstruksi aliran darah parsial
maupun komplet. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri atas
flak fibrous dengan deposit kalsium, disertai oleh pembentukan trombus.
Obstruksi pada lumen mengurangi atau menghentikan aliran darah
kepada jaringan disekitarnya. Penyebab lain adalah spasme arteri
koroner. Penyempitan dari lumen pembuluh darah terjadi bila serat otot
halus dalam dinding pembuluh darah berkontraksi (vasokontriksi).
Spasme arteri koroner dapat menggiring terjadinya iskemik aktual atau
perluasan dari infark miokard. Penyebab lain diluar aterosklelorik yang
dapat memengaruhi diameter lumen pembuluh darah koroner dapat
berhubungan dengan abnormalitas sirkulasi. Hal ini meliputi hi[operfusi,
hipovolemik, polisitemia, dan masalah-masalah atau gangguan katup
jantung (Udjianti, 2010).
Adapun menurut Brown, 2006 & Kusrahayu 2004 penyebab
terjadinya penyakit kardiovaskuler pada prinsipnya disebabkan oleh dua
faktor utama yaitu:
1. Ateroskleorosis
Ateroskleorosis pembuluh koroner adalah penyakit arteri koroner
yang paling sering ditemukan. Ateroskleorosis menyebabkan
pembuluh lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga
secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen
menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan
membahayakan aliran darah miokardium.
2. Trombosis
Endapan lemak dan pengerasan pembuluh darah terganggu dan
lama kelamaan berakibat robek dinding pembuluh darah. Pada
mulanya, gumpalan darah merupakan mekanisme pertahanan tubuh
untuk mencegah perdarahan berlanjut pada saat terjadinya luka.
Berkumpulnya gumpalan darah menjadi robek tersebut, yang
kemudian bersatu dengan keping-keping darah menjadi thombus.
Trombosis ini menyebabkan sumbatan didalam pembuluh darah
jantung, dapat menyebabkan serangan jantung mendadak dan bila
sumbatan terjadi dipembuluh darah otak menyebabkan stroke.
Adapun faktor risiko terjadinya CAD:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah:
1. Usia
Angka morbiditas dan mortalitas penyakit SKA meningkat seiring
pertambahan usia. Sekitar 55% korban serangan jantung berusia 65
tahun atau lebih dan yang meninggal empat dari lima orang berusia
diatas 65 tahun. Mayoritas berada dalam risiko pada masa kini
merupakan refleksi dari pemeliharaan kesehatan yang buruk
dimasa lalu.
2. Jenis kelamin
Terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibanding wanita. Pria
memiliki risiko yang lebih untuk terserang SKA, sedangkan pada
wanita risiko lebih besar setelah masa monopouse, ini terjadi akibat
penurunan kadar estrogen dan peningkatan lipid dalam darah.
3. Riwayat keluarga positif sakit jantung
Tingkat faktor genetik dan lingkungan membantu terbentuknya
aterosklerosis belum diketahui secara pasti. Tendensi ateroskerosis
pada orang tua atau anak dibawah usia 50 tahun ada hubungan
terjadinya sama dengan anggita keluarga lain.
4. Ras (Suku Bangsa)
Orang amerika kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi
dibandingkan dengan orang kulit putih, hal ini dikaitkan dengan
penemuan bahwa 33% orang amerika kulit hitam menderita
hipertensi dibandingkan dengan orang kulit putih.
Faktor risiko yang dapat diubah:
1. Merokok
Perokok memiliki risiko 2 sampai 3 kali untuk meninggal karena
SKA daripada yang bukan perokok. Risiko juga bergantung pada
jumlah rokok yang dikonsumsi perhari, lebih banyak rokok lebih
tinggi pula resikonya. Hal ini dikaitkan dengan pengaruh nikotin
dan kandungan tinggi daro monosikda karbon yang terkandung
dalam rokok. Nikotin meningkatkan beban kerja miokardium dan
dampak peningkatan kebutuhan oksigen. Karbon monoksida
mengganggu pengangkutan oksigen karena hemoglobin mudah
berkaitan dengan karbon monoksida dari pada oksigen.
2. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah terlibat dalam
transportasi, digesti dan absorb lemak. Seseorang yang memiliki
kadar kolesterol melebihi 300 mg/dl memiliki risiko empak kali
lipat untuk terkena SKA dibandingkan dengan yang memiliki kadar
200 mg/dl. Diet yang mengandung lemak jenuh merupakan factor
utama yang menimbulkan hyperlipidemia.
3. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Peningkatan resisten vaskuler perifer meningkatkan afterload dan
kebutuhan ventrikel, hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen
untuk miokard menghadapi suplai yang berkurang.
4. Diabetes Militus (Gula Darah Tinggi)
5. Aterosklerosis
Risiko 2 sampai 3 kali lipat pada diabetes tanpa memandang kadar
lipid dalam darah. Predisposisi degenerasi vaskuler terjadi pada
diabetes dan metabolisme lipid yang tidak normal memegang
peranan dalam pertumbuhan ateroma.
6. Obesitas
Berat badan yang berlebihan berhubungan dengan beban kerja yang
meningkat dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung. Obesitas
berhubungan dengan peningkatan intake kalori dan kadar low
density lipoprotein.
7. Inaktifitas Fisik
Kegiatan gerak dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan cara
menurunkan kadar kecepatan jantung dan tekanan darah. Dampak
terdapat fisiologis dari kegiatan mampu menurunkan kadar
kecepatan rendah dari lipid protein, menurunkan kadar glukosa
darah, dan memperbaiki cardiac output.
8. Stress Psikologi berlebihan
Stress merangsang sistem kardiovaskuler melepaskan katekolamin
(hormone yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal dalam menanggapi
stress) yang meningkatkan kecepatan jantung dan menimbulkan
vasokontriksi.
O2 dan nutrisi
Jaringan miocard
Nerose lebih
dari 30 menit
Supply O2 kemiocard
menurun
Kontraktilitas Penurunan
Aliran darah O2 fatique turun curah jantung
kejantung
COP turun
Ketidakefektifan Intoleransi
pola nafas aktivitas
Gg. perfusi
jaringan
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan EKG
a. Normal pada saat istirahat tetapi bisa depresi pada segmen ST,
Gelombang T inverted menunjukkan iskmenia, gelombang Q
menunjikkan nekrosis
b. Distrimia dan Blok Jantung
Disebabkan kondisi yang mempengaruhi sensitivitas sel miokard
ke implus saraf seperti iskemi, ketidak seimbangan elektrolit dan
stimulasi saraf simpatis dan berupa bradikardi,takikardi dan
vartikel fibrilarilasi
2.2.7 Penatalaksanaan
Pemeriksaan terhadap enzim jantung dan fungsinya dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda. Untuk enzim SGOT dan SGPT,
pemeriksaan biasanya dilakukan dengan metode fotometri atau
spektrofotometri. Hasil pengujian ini bisa menunjukan kerusakan bila
jumlah enzim terbukti lebih besar dari kadar normal. Beberapa kondisi
yang bisa menunjukan peningkatanenzim ini antara lain :
2.2.8 Komplikasi
1. Aritmia
2. Gagal Jantung Kongestif
3. Syok Kardiogenik
4. Disfungsi Otot Papilaris
5. Perikarditis
6. Emboli Paru
Masalah Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
2. Ketidakefektifan Pola Nafas
3. Penurunan Curah Jantung
4. Nyeri Akut
5. Gg. Perfusi Jaringan
Prioritas Masalah:
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN NY K DENGAN KASUS CAD
DI RUANG IGD RSUD PALEMBANG BARI
IDENTITAS
Pasien Penanggung jawab Pasien
PENGKAJIAN
…………………………………………………..................................................
..............................................................................................................................
Keluhan utama (saat pengkajian) :
…………………….…………………….............................................................
..............................................................................................................................
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
Sakit/nyeri : Berat (8-10) Sedang (4-7) Ringan (0-3)
Status gizi : Normal (BB ideal) Gemuk (BB >10% ideal) Kurus
(BB<10% ideal) Sikap : Tenang Gelisah Menahan nyeri
Personal hygiene : - Mandi : x/hari
Lain-lain :
…………………………………………………………………………………
…………………...............................................................................................
2. Data Sistematik
a. Sistem Persepsi Sensori
Pendengaran: Normal Kerusakan ka/ki Tuli ka/ki
Lain-lain :
……………………………………………………………………………
………………...........................................................................................
b. Sistem Penglihatan
Skotoma
Krusta
pembengkakan Entropion Ektropion Trikiasis
Madorisis
Kemerahan Pembengkakan
Kornea : Normal
Leukoma
a. Sistem Pernafasan
Frekuensi : ..... x/menit, Kualitas : Normal Dangkal Cepat
b. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah : …../ mmHg
Lain-lain :
……………………………………………………………………………
……………….
d. Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan : Normal Meningkat Menurun
Diet : …………………
lain-lain :
……………………………………………………………………………
………………….
e. Sistem Muskuloskeletal
Rentang gerak : Penuh Terbatas
Lain-lain :
……………………………………………………………………………
…………………
f. Sistem Integumen
Warna kulit : Normal Pucat Sianosis Ikterik
Lainnya :
……………………………………………………………………
g. Sistem Reproduksi
Infertil : Ada Tidak ada
Lain-lain :
……………………………………………………………………………
………………..
h. Sistem Perkemihan
Urine : Jumlah/24 jam :……….cc
Lain-lain :
……………………………………………………………………………
………………..
2. Data penunjang
(Hasil pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium, radiologi, EKG, EEG, dll)
Hasil :
…………………………………………………………………………………
……………………..
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………..
PSIKOLOGIS
Sosial
Cara mengatasinya
………………………………………………………………………………………
……
Spiritual
………………………………………
……………………………………………….
…………………………….
………………………………..
……………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………..