PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah, yaitu untuk mengetahui lebih spesifik mengenai
penyakit dan konsep asuhan keperawatan pada diabetes mellitus.
2
BAB 2
2.1. Definisi
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada dewasa yang
membutuhkan supervisi medis berkelanjutan dan edukasi perawatan mandiri pada pasien.
Namun, bergantung pada tipe DM dan usia pasien, kebutuhan dan asuhan keperawatan pasien
dapat sangat berbeda. ( LeMone, Priscilla. 2015)
2.1.1. Diabetes tipe 1 terjadi akibat penghancuran autoimun dari sel B penghasil insulin
dari pulau Langerhans pada prankeas (defisiensi absolut).
2.1.2. Diabetes tipe 2 merupakan dampak dari gangguan sekresi insulin dan resistensi
terhadap kerja insulin yang sering kali disebabkan oleh obesitas (defisiensi relatif).
2.2. Etiologi
Pada penderita DM pengaturan sistem kadar gula darah terganggu, insulin tidak cukup
mengatasi dan akibatnya kadar gula dalam darah bertambah tinggi. Peningkatan kadar
glukosa darah akan menyumbat seluruh sistem energi dan tubuh berusaha kuat
mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula dikeluarkan di dalam air kemih ketika
makan makanan yang banyak kadar gulanya. Peningkatan kadar gula dalam darah sangat
cepat pula karena insulin tidak mencukupi jika ini terjadi maka terjadilah diabetes mellitus.
Insulin berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah guna menjamin kecukupan
gula yang disediakan setiap saat bagi seluruh jaringan dan organ, sehingga proses-proses
kehidupan utama bisa berkesinambungan. Pelepasan insulin dihambat oleh adanya hormon-
hormon tertentu lainnya, terutama adrenalin dan nonadrenalin yang dihasilkan oleh kelenjar-
kelenjar adrenal yang juga dikenal sebagai katekolamin dan somatostatin.
2.3. Patofisiologi
Hiperglikemia yang dialami penderita disebabkan oleh beberapa faktor, sesuai dengan
tipe dari diabetes secara umum. DM Tipe 1 biasanya ditandai oleh defisiensi insulin absolut
karena kerusakan sel beta pankreas akibat serangan autoimun. Diabetes ini sering berkembang
pada anak-anak, bermanifestai pada pubertas dan memburuk sejalan dengan bertambahnya
usia. Untuk bertahan hidup diabetes tipe ini memerlukan insulin eksogen seumur hidup.
Diabetes Tipe 2 disebabkan oleh gabungan dari resistansi perifer terhadap kerja insulin
dan respons sekresi insulin yang tidak adekuat oleh sel beta pankreas (defisiensi insulin
relatif). Kondisi tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya genetik, gaya hidup
dan diet yang mengarah ke obesitas. Resisteni insulin dan gangguan sekresi insulin akan
menyebabkan toleransi glukosa terganggu sekresi insulin akan menyebabkan toleransi
glukosa terganggu yang akan mengawali kondisi DM Tipe 2 dengan manifetasi
hiperglikemia. (Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan. 2016)
4
2.4. Konsep Asuhan Keperawatan
Kaji riwayat:
2.4.1.3. Polidipsia
2.4.1.9. Tipe 2: - Gejala samar dan bertahan secara lama yang berkembang secara
bertahap
- Kehamilan
Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada pasien diabetes mellitus yaitu
sebagai berikut.
5
2.4.2.4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah dan ketidak
mampuan sel untuk merubah glukosa menjadi energi.
Laboratorium
2.4.3.1. Tes glukosa strip cocok dilakukan untuk penegakkan diagnosis di UGD
pada pasien yang terlihat mengidap DM. Seluruh pemeriksaan
laboratprium lainnya disesuaikan dengan keadaan klinis masing-masing
pasien
2.4.3.2. Pada pasien dengan gejala diabetes tidak terkendali (misal polyuria,
polydipsia, nocturia, fatigue, berat badan menurun) ditambah dengan
kadar GDS >200 mg/dL, diagnosis diabetes dapat ditegakkan.
2.4.3.3. Pada pasien asimptomatik dengan kadar GDS >140 mg/dL, pengukuran
konsentrasi gula darah puasa (GDP) sebaiknya dilakukan. Tes toleransi
glukosa oral tidak lagi direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin dalam
menegakkan diagnosis diabetes.
2.4.3.3.1. Kadar GDP >126 mg/dL pada 2 pemeriksaan dalam waktu
yang berbeda dapat menegakkan diagnosis.
2.4.3.3.2. Kadar GDP 100-125 mg/dL dikatakan sebagai glukosa darah
terganggu.
2.4.3.3.3. Kadar GDP <100
2.4.3.4. Kadar C-peptide puasa >1 mg/dL pada pasien yang telah mengidap
diabetes lebih dari 1-2 tahun dapat ditegakkan diagnosis DM tipe 2 (mis,
residu fungsi beta-cell).
2.4.3.5. Autoantibodi dapat berguna dalam membedakan antara tipe 1 dan tipe 2
2.4.3.5.1. Islet-cell autoantibodies (IA2) ditemukan pada anak dengan
onset baru DM tipe 1 namun tidak ditemukan pada DM tipe 2.
Antibodi ini ditemukan positif sekitar 6 bulan setelah
diagnosis.
6
2.8.3.5.2. Antibodi Anti-GAD65 ditemukan 80% pada pasien dewasa
dengan DM tipe 1 onset baru (diketahui sebagai latent
autoimmune diabetes of the adult [LADA]). Antibodi ini akan
tetap positif seumur hidup.
(Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan. 2016)
2.4.4. Prognosis
. Tapi itu bias dikurangi jika sangat memantau dan mengendalikan darah kadar
glukosa. Rencana perawatan mungkin memerlukan penyesuaian dari waktu ke
waktu. Resistensi insulin meningkat dengan Prognosis untuk seseorang dengan
diabetes sepenuhnya tergantung pada dedikasi mereka dalam mengola penyakit.
Mereka yang mengelola penyakit ini dapat berharap untuk hidup lama. Mereka
yang tidak mengola penyakit mereka dengan obat yang benar atau perubahan gaya
hidup menderita berbagai penyakit dan resiko incuding gagal ginjal, penyakit
jantung dan kematian. Diabetes cara dikelola perubahan dengan usia. Produksi
insulin berkurang karena berkaitan dengan usia. Produksi insulin berkurang karena
berkaitan dengan usia penurunan sel beta pancreas. Selain itu, resistensi insulin
meningkat. Karena hilangnya jaringan lemak dan penimbunan lemak, terutama
intra-abdomen, dan kepekaan jaringan terhadap insulin menurun. Toleransi glukosa
semakin menurun dengan bertambahnya usia, menyebabkan tingginya prevalensi
diabetes tibe 2 dan hiperglikemia post challenge pada populasi lebih tua. Berkaitan
dengan usia intoleransi glukosa pada manusia sering disertai dengan resistensi
insulin, tetapi tingkat insuin yang beredar mirip dengan orang yang lebih muda.
Pengobatan tujuan untuk pasien yang lebih tua dengan diabetes bervariasi dengan
individu, dan mempertimbangkan status account kesehatan, serta harapan hidup,
tingkat ketergantungan, dan kemauan untuk mematuhi rejimen pengobatan.
Orang dengan diabete tipe 1 umumnya disesuaikan dengan cepat untuk waktu
dan perhatian yang diperlukan untuk memonitor gula darah, mengobati penyakit
dan mempertahankan gaya hidup normal. Dengan berjalannya waktu, resiko
komplikasi substansialusia. Dan sel yang memproduksi insulin di pancreas
mencoba untuk bersaing dengan kebutuhan ekstra tubuh insulin. Setelah beberapa
tahun pertama, sebagian besar orang dengan diabetes tipe 2 membutuhkan lebih
dari satu obat untuk menjaga gula darah mereka terkontrol. Sekitar satu dari tiga
orang dengan diabetes tipe 2 membutuhkan insulin.Prognosis pada orang dengan
diabetes tipe 3 bervariasi, hal ini tergantung pada seberapa baik seorang individu
7
memodifikasi resiko komplikasi. Serangan jantng, stroke dan saraf dapat terjadi.
Beberapa orang dengan diabetes tipe 2 menjadi tergantung pada perawatan dialysis
karena gagal ginjal.
Resiko ini berkaitan dengan peningkatan nilai glukosa ibu. Sekarang ini belum
jelas beberapa banyak kerentanan genetic dan factor lingkungan masing-masing
berkontribusi terhadap resiko ini, dan jika pengobatan GDM dapat mempengaruhi
hasil ini. Ada banyak sekali yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
komplikasi :
8
2.4.5. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan yang Muncul
10
Manajamen BB:
Memfasilitasi
pemeliharaan BB tubuh
dan persentase lemak
tubuh yang optimal.
Penatalaksaan
2.4.6.1. Farmakologis
(1) Sulfonyluera
(2) Biguanid
(3) Acarbose
Karbohidrat :60-70%
Protein :10-15%
Lemak :20-25%
12
melebihi 300 mg perhari. Sumber lemak diupayakan yang
berasal dari nabati yang mengandung lebih banyak asam lemak
tak jenuh daripada asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein
sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada),
tahu dan tempe.
2.6.2.2. Olahraga
13
BAB 3
PENUTUP
3.1. Simpulan
3.2. Saran
Makalah ini disusun agar membantu dalam memahami tentang apa itu penyakit
Diabetes Mellitus, apa penyebabnya, dan bagaimana cara mengatasi. Makalah ini tentunya
terdapat beberapa kesalahan, kekurangan, serta kejanggalan dalam penulisan maupun dalam
pengonsepan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
ke depan dalam pembuatan makalah bisa lebih baik lagi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bilous MD, Rudy. 2014. Buku Pegangan Diabetes. Jakarta; Bumi Medika.
Yasmara, Deni, dkk. 2016. Rencana Keperawatan Medikal-Bedah Diagnosa Nanda Intervensi
NIC Hasil NOC. Jakarta; EGC.
Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC, Hasil NOC Edisi 10.
Jakarta; EGC
LeMone, Priscilla. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 5. Jakarta;
EGC
15