Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes adalah penyakit metabolik yang terjadi hampir diberbagai negara didunia.
Angka kejadiannya pun terus mengalami peningkatan yang signifikan terutama dinegara-
negara berkembang. Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang, menempati urutan
keempat dalam jumlah penderita diabetes terbesar didunia, dari 5,6 juta penderita diabetes
pada tahun 2000 menjadi 14 juta orang pada tahun 2006 menurut data yang dilansir WHO.
Sementara, berdasarkan data Internasional Diabetes Federation (IDF), indonesia menempati
urutan ke-9 dengan angka kasus diabetes tertinggi didunia dan diprediksikan naik ke
peringkat 6 pada tahun 2030 dengan 12 juta kasus.
Menurut penelitian epideminologi yang sampai tahun delapan puluhan telah
dilaksanakan diberbagai kota di Indonesia, prevalensi diabetes berkisar antara 1,5 s/d 2,3 %,
kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar 6%. Hasil penelitian epidemiologis berikutnya
tahun 1993 di Jakarta (daerah urban) membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari
1,7 % pada tahun 1982 menjadi 5,7 % pada tahun 1993, kemudian pada tahun 2001 di Depok,
daerah sub-urban di selatan Jakarta menjadi 12,8 %. Demikian pula prevalensi DM di ujung
Padang (daerah urban), meningkat dari 1,5 % pada tahun 1981 menjadi 3,5 % pada tahun
1998 dan terakhir pada tahun 2005 menjadi 12,5 %. Di daerah rural yang dilakukan oleh
Arifin disuatu kota kecil di Jawa Barat angka itu hanya 1,1 %. Disuatu daerah terpencil di
Tanah Toraja didapatkan prevalensi DM 0,8 %. Disini jelas ada perbedaan antara urban dan
ural, menunjukkan bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian diabetes.
Jika tidak ditangani dengan baik, diabetes dapat menimbulkan berbagai macam
komplikasi dalam tubuh, salah satunya adalah ulkus kaki diabetes. Penyakityang
bermanifestasi pada kaki ini merupakan hal yangs erius dan dapat mempengaruhi kualitas
hidup, bahkan mengancam jiwa penderitanya.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut.

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus?

1.2.2.Bagaimana saja etiologi pada Diabetes Mellitus?

1.2.3. Bagaimana patofisiologi pada Diabetes Mellitus?


1
1.2.4. Apa saja manifestasi klinis pada Diabetes Mellitus

1.2.5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada Diabetes Mellitus?

1.2.6. Bagaimana penatalaksanaan pada Diabetes Mellitus?

1.2.7. Apa saja prognosis pada Diabetes Mellitus?

1.2.8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Dibetes Mellitus?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah, yaitu untuk mengetahui lebih spesifik mengenai
penyakit dan konsep asuhan keperawatan pada diabetes mellitus.

2
BAB 2

TINJAUAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1. Definisi

Diabetes Militus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan


konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama yang khas, yakni urine yang
berasa manis dalam jumlah yang besar. Istilah “diabetes” berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “shipon”, ketika tubuh menjadi suatu saluran untuk mengeluarkan cairan yang
berlebihan dan “mellitus” dari bahasa Yunani dan latin yang berarti madu. Kelainan yang
menjadi penyebab mendasar dari diabetes melitus adalah defisiensi relatif atau absolut dari
hormon yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. (Bilous MD, Rudy. 2014)

Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada dewasa yang
membutuhkan supervisi medis berkelanjutan dan edukasi perawatan mandiri pada pasien.
Namun, bergantung pada tipe DM dan usia pasien, kebutuhan dan asuhan keperawatan pasien
dapat sangat berbeda. ( LeMone, Priscilla. 2015)

Terdapat dua kategori diabetes yaitu sebagai berikut.

2.1.1. Diabetes tipe 1 terjadi akibat penghancuran autoimun dari sel B penghasil insulin
dari pulau Langerhans pada prankeas (defisiensi absolut).

2.1.2. Diabetes tipe 2 merupakan dampak dari gangguan sekresi insulin dan resistensi
terhadap kerja insulin yang sering kali disebabkan oleh obesitas (defisiensi relatif).

Diabetes mielitus menjadi masalah kesehatan masyarakat utama karena komplikasinya


bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Defisiensi absolut dari insulin menyebabkan
ketoasidosis dan koma yang diikuti kematian, bahkan di Inggris ataupun negara maju lainnya.
Koma hiperosmular hiperglikemik (sekarang dikenal dengan status hiperosmolar
hiperglikemik) tidak sering terjadi dan lebih bersifat tersembunyi, namun membahayakan.
Meskipun demikian, kondisi tersebut tetap merupakan masalah yang serius pada penderita
diabetes tipe 2.

Hiperglikemia jangka panjang mempengaruhi sistem pembuluh atau pembuluh kecil


padamata, ginjal, dan saraf serta ateri yang lebih besar yang mengarah pada percepatan
terjadinya aterosklerosis. Diabetes merupakan penyebab kebutaan paling sering pada
kelompok usia produktif (usia kerja), dan satu-satunya penyebab utama paling lazim untuk
3
terjadinya end-stage renal failure (ESRF) atau gagal ginjal tahap akhir. Selain itu,
konsenkuensi neuropati yang ditimbulkan oleh hiperglikemia jangka panjang membawa
dampak paling sering untuk dilakukannya amputasi pada ekstremitas bawah nontraumatik.
Angka kematian akibat penyakit jantung iskemik dan stroke dua sampai empat kali lebih
tinggi dibandingkan populasi yang tidak mengalami diabetes berdasarkan usia dan jenis
kelamin. Semua masalah klinis yang penting tersebut akan dibahas secara lebih dalam dibab
berikutnya. (Bilous MD, Rudy. 2014)

2.2. Etiologi

Pada penderita DM pengaturan sistem kadar gula darah terganggu, insulin tidak cukup
mengatasi dan akibatnya kadar gula dalam darah bertambah tinggi. Peningkatan kadar
glukosa darah akan menyumbat seluruh sistem energi dan tubuh berusaha kuat
mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula dikeluarkan di dalam air kemih ketika
makan makanan yang banyak kadar gulanya. Peningkatan kadar gula dalam darah sangat
cepat pula karena insulin tidak mencukupi jika ini terjadi maka terjadilah diabetes mellitus.

Insulin berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah guna menjamin kecukupan
gula yang disediakan setiap saat bagi seluruh jaringan dan organ, sehingga proses-proses
kehidupan utama bisa berkesinambungan. Pelepasan insulin dihambat oleh adanya hormon-
hormon tertentu lainnya, terutama adrenalin dan nonadrenalin yang dihasilkan oleh kelenjar-
kelenjar adrenal yang juga dikenal sebagai katekolamin dan somatostatin.

2.3. Patofisiologi

Hiperglikemia yang dialami penderita disebabkan oleh beberapa faktor, sesuai dengan
tipe dari diabetes secara umum. DM Tipe 1 biasanya ditandai oleh defisiensi insulin absolut
karena kerusakan sel beta pankreas akibat serangan autoimun. Diabetes ini sering berkembang
pada anak-anak, bermanifestai pada pubertas dan memburuk sejalan dengan bertambahnya
usia. Untuk bertahan hidup diabetes tipe ini memerlukan insulin eksogen seumur hidup.

Diabetes Tipe 2 disebabkan oleh gabungan dari resistansi perifer terhadap kerja insulin
dan respons sekresi insulin yang tidak adekuat oleh sel beta pankreas (defisiensi insulin
relatif). Kondisi tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya genetik, gaya hidup
dan diet yang mengarah ke obesitas. Resisteni insulin dan gangguan sekresi insulin akan
menyebabkan toleransi glukosa terganggu sekresi insulin akan menyebabkan toleransi
glukosa terganggu yang akan mengawali kondisi DM Tipe 2 dengan manifetasi
hiperglikemia. (Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan. 2016)

4
2.4. Konsep Asuhan Keperawatan

2.4.1. Pengkajian Keperwatan

Kaji riwayat:

2.4.1.1. Oliuria, nokturia

2.4.1.2. Kulit kering dan gatal

2.4.1.3. Polidipsia

2.4.1.4. Membran mukosa kering

2.4.1.5. Turgor kulit buruk

2.4.1.6. Penurunan BB dan ras alapar

2.4.1.7. Mati rasa atau nyeri di tangan dan kaki

2.4.1.8. Tipe 1: Gejala berkembang cepat

2.4.1.9. Tipe 2: - Gejala samar dan bertahan secara lama yang berkembang secara
bertahap

- Riwayat DM dalam keluarga

- Infeksi virus yang berat

- Penyakit endokrin lainnya

- Menggunakan obat yang meningkatkan glukosa darah

- Stres atau trauma baru

- Kehamilan

2.4.2. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada pasien diabetes mellitus yaitu
sebagai berikut.

2.4.2.1. Poliurea (peningkatan pengeluaran urin)

2.4.2.2. Polydipsia (peningkatan rasa haus)

2.4.2.3. Polifagia (peningkatan rasa lapar)

5
2.4.2.4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah dan ketidak
mampuan sel untuk merubah glukosa menjadi energi.

2.4.2.5. Kelainan kulit seperti gatal-gatal, bisul.

2.4.2.6. Kesemutan akibat terjadinya neuropati.

2.4.2.7. Kelemahan tubuh.

2.4.2.8. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

2.4.2.9. Penglihatan kabur

(Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan. 2016)

2.4.3. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

Laboratorium
2.4.3.1. Tes glukosa strip cocok dilakukan untuk penegakkan diagnosis di UGD
pada pasien yang terlihat mengidap DM. Seluruh pemeriksaan
laboratprium lainnya disesuaikan dengan keadaan klinis masing-masing
pasien
2.4.3.2. Pada pasien dengan gejala diabetes tidak terkendali (misal polyuria,
polydipsia, nocturia, fatigue, berat badan menurun) ditambah dengan
kadar GDS >200 mg/dL, diagnosis diabetes dapat ditegakkan.
2.4.3.3. Pada pasien asimptomatik dengan kadar GDS >140 mg/dL, pengukuran
konsentrasi gula darah puasa (GDP) sebaiknya dilakukan. Tes toleransi
glukosa oral tidak lagi direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin dalam
menegakkan diagnosis diabetes.
2.4.3.3.1. Kadar GDP >126 mg/dL pada 2 pemeriksaan dalam waktu
yang berbeda dapat menegakkan diagnosis.
2.4.3.3.2. Kadar GDP 100-125 mg/dL dikatakan sebagai glukosa darah
terganggu.
2.4.3.3.3. Kadar GDP <100
2.4.3.4. Kadar C-peptide puasa >1 mg/dL pada pasien yang telah mengidap
diabetes lebih dari 1-2 tahun dapat ditegakkan diagnosis DM tipe 2 (mis,
residu fungsi beta-cell).
2.4.3.5. Autoantibodi dapat berguna dalam membedakan antara tipe 1 dan tipe 2
2.4.3.5.1. Islet-cell autoantibodies (IA2) ditemukan pada anak dengan
onset baru DM tipe 1 namun tidak ditemukan pada DM tipe 2.
Antibodi ini ditemukan positif sekitar 6 bulan setelah
diagnosis.

6
2.8.3.5.2. Antibodi Anti-GAD65 ditemukan 80% pada pasien dewasa
dengan DM tipe 1 onset baru (diketahui sebagai latent
autoimmune diabetes of the adult [LADA]). Antibodi ini akan
tetap positif seumur hidup.
(Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan. 2016)

2.4.4. Prognosis

. Tapi itu bias dikurangi jika sangat memantau dan mengendalikan darah kadar
glukosa. Rencana perawatan mungkin memerlukan penyesuaian dari waktu ke
waktu. Resistensi insulin meningkat dengan Prognosis untuk seseorang dengan
diabetes sepenuhnya tergantung pada dedikasi mereka dalam mengola penyakit.
Mereka yang mengelola penyakit ini dapat berharap untuk hidup lama. Mereka
yang tidak mengola penyakit mereka dengan obat yang benar atau perubahan gaya
hidup menderita berbagai penyakit dan resiko incuding gagal ginjal, penyakit
jantung dan kematian. Diabetes cara dikelola perubahan dengan usia. Produksi
insulin berkurang karena berkaitan dengan usia. Produksi insulin berkurang karena
berkaitan dengan usia penurunan sel beta pancreas. Selain itu, resistensi insulin
meningkat. Karena hilangnya jaringan lemak dan penimbunan lemak, terutama
intra-abdomen, dan kepekaan jaringan terhadap insulin menurun. Toleransi glukosa
semakin menurun dengan bertambahnya usia, menyebabkan tingginya prevalensi
diabetes tibe 2 dan hiperglikemia post challenge pada populasi lebih tua. Berkaitan
dengan usia intoleransi glukosa pada manusia sering disertai dengan resistensi
insulin, tetapi tingkat insuin yang beredar mirip dengan orang yang lebih muda.
Pengobatan tujuan untuk pasien yang lebih tua dengan diabetes bervariasi dengan
individu, dan mempertimbangkan status account kesehatan, serta harapan hidup,
tingkat ketergantungan, dan kemauan untuk mematuhi rejimen pengobatan.

Orang dengan diabete tipe 1 umumnya disesuaikan dengan cepat untuk waktu
dan perhatian yang diperlukan untuk memonitor gula darah, mengobati penyakit
dan mempertahankan gaya hidup normal. Dengan berjalannya waktu, resiko
komplikasi substansialusia. Dan sel yang memproduksi insulin di pancreas
mencoba untuk bersaing dengan kebutuhan ekstra tubuh insulin. Setelah beberapa
tahun pertama, sebagian besar orang dengan diabetes tipe 2 membutuhkan lebih
dari satu obat untuk menjaga gula darah mereka terkontrol. Sekitar satu dari tiga
orang dengan diabetes tipe 2 membutuhkan insulin.Prognosis pada orang dengan
diabetes tipe 3 bervariasi, hal ini tergantung pada seberapa baik seorang individu

7
memodifikasi resiko komplikasi. Serangan jantng, stroke dan saraf dapat terjadi.
Beberapa orang dengan diabetes tipe 2 menjadi tergantung pada perawatan dialysis
karena gagal ginjal.

Gestational diabetes umumnya sembuh setelah bayi lahir. Berdasarkan studi


yang berbeda, kemungkinan mengembangkan GDM pada kehamilan kedua adalah
antara 30 dan 84 %, tergantung pada latar belakang etnis. Sebuah kehamilan kedua
dalam waktu 1 tahun dari kehamilan sebelumnya memiliki tingkat tinggi kambuh.
Anita didiagnosis dengan gestational diabetes memiliki peningkatan resiko terkena
diabetes mellitus di masa depan. Resikonya adalah tertinggi pada wanita yang
mebutuhkan insulin pengobatan, memiliki antibody terhadap dekarboksilase
glutamate, antibody sel islet dan / antigen insulinoma-2), wanita dengan lebih dari
dua kehamilans ebelunya, dan wanita yang obesitas (dalam urutan kepentingan).
Wanita membutukan insulin untuk mengelola gestational diabetes memiliki resiko
50 % terkena diabetes salam lima tahun ke depan. Tergantung pada populasi yang
diteliti kriteria diagnostic dan panjang tindak lanjut, resiko dapat bervariasi sangat
besar. Resiko tampaknya tertinggi dalam 5 tahun pertama, mencapai dataran tinggi
setelahnya. Studi lain menemukan resiko diabetes setelah GDM lebih dari 25 %
setelah 15 tahun. Pada populasi dengan resiko rendah untuk diabetes tipe 2, dalam
mata pelajaran ramping dan pada pasien dengan auto antibody,
adatingkatlebihtinggidariwanitamengembangkan diabetes tipe 1.

Resiko ini berkaitan dengan peningkatan nilai glukosa ibu. Sekarang ini belum
jelas beberapa banyak kerentanan genetic dan factor lingkungan masing-masing
berkontribusi terhadap resiko ini, dan jika pengobatan GDM dapat mempengaruhi
hasil ini. Ada banyak sekali yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
komplikasi :

2.4.4.1. Makan makanan yang sehat.

2.4.4.2. Berolahraga secara teratur.

2.4.4.3. Perhatikan kadar gula darah.

2.4.4.4. Mengurangi resiko lain penyakit jantung.

(Soegondo, Sidartawan, dkk. 2009)

8
2.4.5. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan yang Muncul

(Wilkinson, Judith M. 2016)

Diagnosis Keperawatan Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)


Nanda
Ketidakseimbangan nutrisi Selera Makan: Keinginan Manajamen Diare:
kurang dari kebutuhan untuk makan ketika dalam Penatalaksanaan dan
tubuh. keadaan sakit atau sedang penghilangan gejala diare.
Faktor yang berhubungan: menjalani pengobatan. Manajamen Gangguan
Ketidakmampuan untuk Perilaku Kepatuhan: Program Makan: Mencegah dan
menggunakan glukosa Diet: Tindakan personal menangani pembatasan
yang menyebabkan untuk mengikuti anjuran diet secara ketat dan
penurunan BB, kelemahan asupan makanan dan cairan aktivitas berlebihan atau
otot dan kehausan. oleh profesional keehatan memasukkan makanan
untuk kondisi kesehatan dan minuman dalam
Definisi: khusus. jumlah banyak kemudian
Asupan nutrisi tidak Fungsi Gastrointestial: berusaha mengeluarkan
menukupi untuk Tingkat makanan (melalui semuanya.
memenuhi kebutuhan konsumsi atau pemberian Manajamen Cairan:
metabolik. makan melalui selang) Mengatur dan mencegah
berpindah dari konsumsi kompilkasi akibat dari
hingga sekresi. kadar cairan yang tidak
Status Nutrisi: Tingkat normal atau diluar
ketersediaan zat gizi untuk harapan.
memenuhi kebutuhan Manajamen
metabolik. Cairan/Elektrolit:
Status Nutrisi: Pengukuran Mencegah atau mengatur
Biokimia: Komponen dan komplikasi dari gangguan
kimia cairan tubuh yang kadar cairan atau
mengindikasikan status elektrolit.
nutrisi. Interpretasi Data
Status Nutrisi: Asupan Zat Laboratorium:
Gizi: Asupan zat gizi untuk Menganalisis secara kritis
memenuhi kebutuhan data laboratorium pasien
metabolik. untuk membantu dalam
9
Berat Badan: Masa Tubuh: membuat keputusan klinis.
Tingkat kesesuaian BB, otot Manajamen Nutrisi:
dan lemak dengan TB, Membantu atau
rangka tubuh jenis kelamin menyediakan asupan
dan usia. makanan dan cairan diet
Perilaku Menaikkan BB: seimbang.
Tindakan personal untuk Terapi Nutrisi: Pemberian
meningkatkan berat badan makanan dan cairan untuk
setelah penurunan yang mendukung proses
signifikan secara sukarela metabolik pasien yang
atau terpaksa. malnutrisi atau beresiko
tinggi terhadap malnutrisi.
Konseling Nutrisi:
Menggunakan proses
bantuan interaktif yang
berfokus pada kebutuhan
untuk modifikasi diet.
Pemantauan Nutrisi:
Mengumpulkan dan
menganalisis data pasien
untuk menegah dan
meminimalkan kurang
gizi.
Penyuluhan Program Diet:
Mempersiapkan pasien
untuk benar-benar
mematuhi pola diet yang
diprogramkan.
Bantuan Perawatan Diri:
Makan: Membantu
individu untuk makan.
Bantuan Menaikkan BB:
Memfasilitasi pencapaian
kenaikan BB.

10
Manajamen BB:
Memfasilitasi
pemeliharaan BB tubuh
dan persentase lemak
tubuh yang optimal.

2.4.6. Implementasi Keperawatan

Penatalaksaan

2.4.6.1. Farmakologis

2.4.6.1.1. DM Tipe 1 : Insulin Dependent Diabetes Mellitus

Pasien ini selalu diobati dengan insulin, karena sel-sel betanya


tidak aktif lagi, begitu pula pada keadaan khusus seperti
ketoasidosis, kehamilan, infeksi, pembedahan atau gangguan
hati dan ginjal, tidak dapat digunakan antidiabetikum oral, tetapi
segera diinjeksi insulin. Secara kimiawi insulin terdiri dari 2
rantai peptide ( A dan B) dengan masing-masing 21 dan 30 asam
amino, yang saling dihubungi oleh dua jembatan disulfide.

2.4.6.1.2. DM Tipe 2 : menggunakan beberapa golongan obat

(1) Sulfonyluera

Obat-obatan jenis ini berfungsi untuk merangsang sel beta


prankeas untuk memproduksi hormon insulin. Karena itulah
obat, obat ini sangat cocok dikonsumsi oleh penderita DM
yang belum mengalami kerusakan pada organ pankreasnya.
Obat ini biasanya diberikan dokter pada penderita DM tipe
2 yang memiliki berat badan normal. Selain itu, obat jenis
ini juga sangat tidak disarankan untuk dikonsumsi sebelm
tidur. Karena jika dikonsumsi sebelum tidur akan beresiko
menyebabkan hipoglikemia.

(2) Biguanid

Obat jenis ini memiliki fungsi untuk meningkatkan


kepekaan sel tubuh dalam menerima glukosa dari hormon
11
insulin. Obat jenis ini sangat cocok dikonsumsi oleh
penderita DM tipe 2 yang mengalami obesitas. Obat jenis
ini memiliki efek samping seperti gangguan pencernaan
karena itu, sebaiknya konsumsi obat ini dalam dosis kecil
terlebih dahulu. Obat jenis ini juga tidak disarankan untuk
diminum oleh wanita hamil dan menyusui.

(3) Acarbose

Acarbose adalah obat medis yang dapat membantu


memperlambat proses perubahan karbohidrat menjadi
glukosa di dalam tubuh. Obat jenis ini sangat cocok
dikonsumsi bersamaan dengan obat jenis sulfobylurea dan
insulin. Obat jenis acarbose ini sangat cocok dikonsumsi
oleh penderita DM yang memiliki kadar gula darah lebih
dari 180 mg/dL dalam keadaan puasa. Obat ini sangat tidak
dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita DM yang
berusia di bawah 18 tahun.

2.4.6.2. Non Farmakologis

2.4.6.2.1. Pengaturan Diet

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan


penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi yang seimbang, dalam hal karbohidrat,
protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi yang baik
sebagai berikut.

Karbohidrat :60-70%

Protein :10-15%

Lemak :20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,


umur, stres akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnyaditujukan
untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Selain
jumlah kalori, pilihan jenis makanan juga sebaiknya
diperhatikan. Masukan kolestrol tetap diperlukan namun jangan

12
melebihi 300 mg perhari. Sumber lemak diupayakan yang
berasal dari nabati yang mengandung lebih banyak asam lemak
tak jenuh daripada asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein
sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada),
tahu dan tempe.

Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes,


diusahakan paling tidak 25g perhari. Di samping akan menolong
menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak
dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa
lapar yang kerap dirasakan penderita DM. Berikut kebutuhan
energi berdasarkan usia, jenis kelamin dan aktivitas fisik.

Usia Jenis Kelamin (Kilo Aktivitas Fisik


(tahun) Calori)
Pria Wanita
20-34 2300 1800 Ringan
2900 2200 Sedang
35-54 2100 1700 Ringan
2700 2100 Sedang
55-74 2000 1650 Ringan
2500 2000 Sedang
Diatas 75 1800 1550 Ringan
2200 1900 Sedang

2.6.2.2. Olahraga

Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga


kadar gula darah tetap normal. Saat ini terdapat dokter olahraga
yang dapat dimintakan nasihatnya unutuk mengatur jenis dan
porsi olahraga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya
tidak perlu olahraga berat, olahraga ringan asal dilakukan secara
teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Misalnya
dengan olahraga jalan kaki, bersepeda jogging, lari dan renang.

(Soegondo, Sidartawan, dkk. 2009)

13
BAB 3

PENUTUP

3.1. Simpulan

Diabetes Militus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan


konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama yang khas, yakni urine yang
berasa manis dalam jumlah yang besar. Istilah “diabetes” berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “shipon”, ketika tubuh menjadi suatu saluran untuk mengeluarkan cairan yang
berlebihan dan “mellitus” dari bahasa Yunani dan latin yang berarti madu. Kelainan yang
menjadi penyebab mendasar dari diabetes melitus adalah defisiensi relatif atau absolut dari
hormon yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.

3.2. Saran

Makalah ini disusun agar membantu dalam memahami tentang apa itu penyakit
Diabetes Mellitus, apa penyebabnya, dan bagaimana cara mengatasi. Makalah ini tentunya
terdapat beberapa kesalahan, kekurangan, serta kejanggalan dalam penulisan maupun dalam
pengonsepan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
ke depan dalam pembuatan makalah bisa lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Soegondo, Sidartawan, dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Jakarta; Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Bilous MD, Rudy. 2014. Buku Pegangan Diabetes. Jakarta; Bumi Medika.

Yasmara, Deni, dkk. 2016. Rencana Keperawatan Medikal-Bedah Diagnosa Nanda Intervensi
NIC Hasil NOC. Jakarta; EGC.

Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC, Hasil NOC Edisi 10.
Jakarta; EGC

LeMone, Priscilla. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 5. Jakarta;
EGC

15

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Banjir
    Makalah Banjir
    Dokumen22 halaman
    Makalah Banjir
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Colon in Loop
    Colon in Loop
    Dokumen15 halaman
    Colon in Loop
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Divertikulitis
    Divertikulitis
    Dokumen16 halaman
    Divertikulitis
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • PERIKARDITIS
    PERIKARDITIS
    Dokumen20 halaman
    PERIKARDITIS
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Makalah CT Scan
    Makalah CT Scan
    Dokumen18 halaman
    Makalah CT Scan
    MuntiyatulChoiroSafitri
    100% (1)
  • ASUKEMUSKLIENRA
    ASUKEMUSKLIENRA
    Dokumen29 halaman
    ASUKEMUSKLIENRA
    MuntiyatulChoiroSafitri
    100% (1)
  • Makalah Pegagan
    Makalah Pegagan
    Dokumen23 halaman
    Makalah Pegagan
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Tugas Evakuasi Korban
    Tugas Evakuasi Korban
    Dokumen5 halaman
    Tugas Evakuasi Korban
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Essay
    Essay
    Dokumen11 halaman
    Essay
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Tugas Manaj-1
    Tugas Manaj-1
    Dokumen14 halaman
    Tugas Manaj-1
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • LP Isos
    LP Isos
    Dokumen14 halaman
    LP Isos
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gadar Cedera Kepala
    Makalah Gadar Cedera Kepala
    Dokumen30 halaman
    Makalah Gadar Cedera Kepala
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • LP DPD
    LP DPD
    Dokumen14 halaman
    LP DPD
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • HDR RENDAH
    HDR RENDAH
    Dokumen15 halaman
    HDR RENDAH
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gadar Cedera Kepala
    Makalah Gadar Cedera Kepala
    Dokumen30 halaman
    Makalah Gadar Cedera Kepala
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • LP PK
    LP PK
    Dokumen23 halaman
    LP PK
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gerontik Gangguan Pernapasan TB Paru
    Makalah Gerontik Gangguan Pernapasan TB Paru
    Dokumen40 halaman
    Makalah Gerontik Gangguan Pernapasan TB Paru
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gerontik Gangguan Pernapasan TB Paru
    Makalah Gerontik Gangguan Pernapasan TB Paru
    Dokumen40 halaman
    Makalah Gerontik Gangguan Pernapasan TB Paru
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen20 halaman
    Bab I Pendahuluan
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Makalah CT Scan
    Makalah CT Scan
    Dokumen13 halaman
    Makalah CT Scan
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen20 halaman
    Bab I Pendahuluan
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Sars
    Sars
    Dokumen18 halaman
    Sars
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Sars
    Sars
    Dokumen15 halaman
    Sars
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen20 halaman
    Bab I Pendahuluan
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Sars
    Sars
    Dokumen28 halaman
    Sars
    AlzenaShafaSalsabila
    Belum ada peringkat
  • Sars
    Sars
    Dokumen15 halaman
    Sars
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Spiro Metri
    Spiro Metri
    Dokumen17 halaman
    Spiro Metri
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gratifikasi 2
    Makalah Gratifikasi 2
    Dokumen11 halaman
    Makalah Gratifikasi 2
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat
  • Flu Burung
    Flu Burung
    Dokumen15 halaman
    Flu Burung
    MuntiyatulChoiroSafitri
    Belum ada peringkat