Anda di halaman 1dari 9

Sistem Pengapian CDI

A. Sistem CDI (Capasitive Discharge Ignition)

Pengertian mudahnya adalah pemanfaatan alat elektronik berupa transistor dan


kapasitor untuk menggantikan sistem pengapian tradisional (platina). Pada prinsipnya CDI
memanfaatkan sebuah sensor yang akan aktif apabila di trigger atau di pantik oleh sesusatu,
dalam hal ini sensor akan aktif oleh dadu yang ada di tengah delko kita. Salah satu jenis
sensor yang sering digunakan adalah sensor Hall. Sensor hall memanfaatkan efek hall yaitu
lapisan tipis semikonduktor yang diberi arus listrik (vs) akan menghasilkan beda potensial
(Volt) akibat terjadi perubahan medan magnet secara tegak lurus. Beda potensial yang
dihasilkan besarnya adallah Volt= I X B

B. Cara Kerja Sistem Pengapian CDI DC


Terdapat beberapa sistem pengapian yang digunakan pada kendaraan, mulai
dari sistem pengapian konvensional sampai dengan sistem pengapian elektronik.
Salah satu dari sistem pengapian elektronik yang sering digunakan untuk sistem
pengapian pada sepeda motor yaitu sistem pengapian CDI. Sistem pengapian CDI
atau kepanjangan dari Capasitor Discharge Ignition dikenal lebih menguntungkan
di bandingkan dengan sistem pengapian konvensional yang masih menggunakan
platina.
Dengan menggunakan sistem pengapian CDI, maka tidak dibutuhkan lagi
penyetelan platina karena pada pengapian CDI sudah tidak menggunakan platina
dan diganti dengan thyristor atau SCR (Silicon Controlled Rectifier) yang diguakan
sebagai saklar elektronik dan pulser coil atau pick up coil yang digunakan sebagai
signal arus.
Pada sistem CDI terdapat dua tipe yaitu CDI AC dan CDI DC, pada
kesempatan kali ini akan dibahas tentang cara kerja sistem CDI DC. CDI DC
merupakan sistem CDI yang menggunakan sumber arus DC atau arus searah. Arus
DC ini dihasilkan dari alternator (spul pengisian) yang menghasilkan arus AC yang
nantinya akan disearahkan oleh komponen rectifier (dioda) pada kiprok, dari kiprok
tegangan yang keluar akan menjadi searah (DC) dan kemudian akan disalurkan ke
sistem kelistrikan dan salah satunya digunakan untuk sistem pengisian untuk
mengisi baterai. Tegangan baterai akan dihubungkan dengan kunci kontak
kemudian ke CDI unit kemudian ke koil pengapian kemudian ke busi. Untuk lebih
jelasnya perhatikan gambar di bawah ini :

Cara kerja sistem CDI DC yaitu pada saat kunci kontak On dan mesin belum
hidup maka rotor magnet (fly wheel di sepeda motor) tidak berputar sehingga tidak
akan ada signal yang dihasilkan oleh pick up coil sehingga sistem pengapian CDI
belum bekeja.
Ketika mesin dihidupkan, maka akan dihasilkan signal tegangan pulsa oleh
pick up coil yang akan digunakan sebagai pemicu atau trigger ke penguat tegangan
dan SCR. Arus dari baterai akan mengalir ke fuse dan melewati kunci kontak
kemudian ke penguat tegangan yang berada di CDI unit yang nantinya tegangan
dari baterai sebesar 12 DC volt akan dinaikkan tegangannya menjadi sekitar 100
sampai 400 AC volt (degan cara induksi listrik) dan kemudian disearahkan melalui
dioda sehingga menjadi tegangan 100 sampai 400 DC volt. Tegangan dari penguat
tegangan kemudian dikirimkan ke Capasitor untuk disimpan sementara.
Akibat mesin hidup maka akan menghasilkan tegangan pulsa dari pick up
coil untuk mengaktifkan SCR sehingga akan memicu capasitor untuk mengalirkan
arus yang tersimpan di dalam capasitor untuk dikirimkan kekumparan primer coil
pengapian.
Ketika arus yang menuju ke kumparan primer ini diputus, maka akan terjadi
induksi listrik mutual pada kedua kumparan, baik pada kumparan primer maupun
kumparan sekunder. Pada kumparan sekunder di koil pengapian akan dihasilkan
tegangan tinggi yang nantinya tegangan tinggi ini akan dikirim ke busi untuk
menghasilkan pengapian pada busi (busi menghasilkan bunga api) dan selanjutnya
digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara untuk menghasilkan
pembakaran.
Pada sistem pengapian CDI, timbulnya bunga api pada busi (saat
pengapian) terjadi ketika pick up coil dilewati oleh tonjolan di rotor magnet,
sehingga untuk penyetelan saat pengapian dilakukan dengan penetapan posisi dari
pick up coil dan tidak memerlukan penyetelan kembali seperti pada sistem
pengapian konvensional dengan platina.
Pengajuan sistem pengapian ini terjadi secara otomatis, tergantung dari
putaran mesin. Semakin tinggi putaran mesin maka tegangan pulsa yang dihasilkan
oleh pick up coil juga semakin besar sehingga sistem pengapian akan semakin
maju.
Keuntungan Pengapian Dengan sistem CDI
1. Karena tidak ada kontak, maka tidak ada yang akan aus untuk sistem pengapian ini
(timeless, wearless, )
2. Karena bukan menggunakan sistem kontak maka tidak akan terpengaruh pada
kotoran, embun pagi, dan juga getaran.
3. Dapat menggunakan koil racing dengan nilai hambatan yang rendah yang tidak dapat
digunakan pada sistem pengapian platina. jika koil racing digunakan pada platina
maka dengan cepat akan menghanguskan platina.
4. Tidak ada lagi setel menyetel platina atau adjustment karena tanpa kontak sehingga
jika settingan awal sudah ok maka sistem cdi akan bertahan dalam waktu yang cukup
lama. sehingga tidak ada lagi tune up rutin selain penggantian busi.

Kerkurangan sistem pengapian CDI

1. Mahal
2. Belum banyak montir pinggir jalan yang mengerti sistem CDI
C. Komponen-Komponen Sistem Pengapian CDI beserta Fungsinya
Sistem pengapian pada kendaraan berfungsi untuk menghasilkan bunga api
pada busi untuk melakukan proses pembakaran.Salah satu sistem pengapian yang
banyak digunakan saat ini pada kendaraan khususnya sepeda motor adalah sistem
pengapian CDI. Sistem pengapian CDI saat ini telah menggantikan sistem
pengapian sebelumnya yaitu sistem pengapian konvensional dengan platina.
Sistem CDI dibagi menjadi dua tipe berdasarkan sumber arus yang
digunakan yaitu CDI AC dan CDI DC.Sistem pengapian CDI terdiri dari beberapa
komponen dan pada dasarnya antara CDI AC dan CDI DC memiliki komponen-
komponen yang hampir sama, komponen-komponen sistem CDI antara lain terdiri
dari baterai, fuse, kunci kontak, rotor magnet, pick up coil, unit CDI, koil
pengapian dan busi.
1) Baterai

Baterai atau aki (accu) merupakan komponen yang ada pada kendaraan yang
berfungsi sebagai penyedia arus bagi sistem kelistrikan yang ada di kendaraan
dengan jenis arus DC (arus searah). Selain itu, baterai berfungsi untuk menyimpan
arus yang dihasilkan oleh sistem pengisian dikendaraan agar baterai kapasitas arus
yang ada didalam baterai selalu optimal.
Pada sistem pegapian CDI DC baterai sangat berperan penting, yaitu
digunakan untuk sumber arus utama pada sistem pengapian. Jika baterai mengalami
kerusakan maka sistem pengapian tidak akan berjalan dengan baik. Namun untuk
sistem pengapian CDI AC baterai tidak berperan sebagai sumber utama namun
digunakan untuk sumber arus pada rangkaian kelistrikan, misalnya untuk starter
elektrik.
2) Spul magnet
Spul magnet atau alternator berfungsi untuk menghasilkan tegangan listrik
yang nantinya digunakan sebagai pengisian arus, untuk mensuplai kelistrikan pada
rangkaian kelistrikan seperti lampu dan digunakan untuk mensuplai arus ke unit CDI
(untuk tipe sistem pengapian CDI AC).

Di dalam spul magnet terdiri dari dua buah komponen, yaitu komponen yang
berputar (rotor) dan komponen yang diam (stator). Komponen yang berputar adalah
rotor magnet dan komponen yang diam adalah stator coil (kumparan stator).Rotor
magnet (flw wheel) pada sepeda motor, salah satu fungsinya digunakan untuk
menimbulkan atau menghasilkan arus listrik pada kumparan stator. Selain itu, pada
rotor magnet terdapat tonjolan, yang berfungsi untuk menimbulkan atau
menghasilkan arus pada pick up coil.
3) Pick up coil

Pick up coil atau pulser berfungsi untuk menghasilkan tegangan pulsa


(signal) untuk mengontrol penguat tegangan (pada sistem CDI DC) dan pengontrol
atau pemicu SCR.
4) Fuse
Fuse atau sekering berfungsi untuk pengaman rangkaian listrik ketika terjadi
konsleting listrik. Begitu pula pada sistem pengapian CDI ini (terutama pada CDI
DC), fuse berungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada komponen-
komponen kelistrikan lainnya ketika terjadi konsleting atau terjadi kelebihan arus
listrik.
5) Kunci kontak

Kunci kontak (ignition switch) berfungsi saklar. Pada sistem pengapian CDI
DC saat kunci kontak diputar pada posisi On, maka arus positif dari baterai akan
dialirkan ke CDI Unit. Sedangkan pada saat kunci konta diputar pada posisi Off
maka arus dari baterai akan diputus agar tidak disalurkan ke CDI unit.
Untuk sistem pengapian CDI AC kunci kontak digunakan untuk
menghubungkan arus listrik yang dihasilkan oleh alternator (spul magnet) menuju
ke unit CDI. Sedangkan ketika kunci kontak diputar pada posisi Off maka arus yang
dihasilkan oleh alternator akan disalurkan ke massa sehingga unit CDI tidak akan
mendapatkan arus arus.
6) Unit CDI
Unit CDI berfungsi untuk menghasilkan induksi listrik pada koil pengapian.
Di dalam unit CDI DC terdapat komponen penguat tegangan, diode, ignition timing
control, SCR dan capasitor. Sedangkan pada unit CDI AC terdapat komponen diode,
igniton timing control, SCR dan capasitor.

7) Koil pengapian

Koil pengapian (ignition coil) pada sistem pengapian berfungsi untuk


menghasilkan tegangan induksi tinggi untuk memercikkan bunga api pada busi. Di
dalam koil pengapian terdapat dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan
kumparan sekunder. Untuk mengalirkan tegangan tinggi dari kumparan sekunder ke
busi, digunakan kabel tegangan yang terpasang antara terminal sekunder dengan
busi.
8) Busi

Busi (spark ignition) pada sistem pengapian berfungsi untuk memercikkan


bunga api yang nantinya percikkan bunga api yang dihasilkan ini digunakan untuk
membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder untuk menghasilkan
tekanan atau usaha.

Anda mungkin juga menyukai