Anda di halaman 1dari 11

ASESMEN ESAI

04 Jun

A. Pendahuluan

Visi asesmen yang digambarkan oleh National Science Education Standards, asesmen
merupakan mekanisme feedback primer dalam sistem pendidikan sains. Sebagai contoh, data
asesmen yang diperoleh dari siswa merupakan feedback tentang sebaik apakah siswa dapat
mencapai tujuan yang diharapkan guru atau orang tua mereka., feedback dengan guru yaitu
sebaik apakah siswa mereka belajar, feedback bagi lembaga yaitu sebaik apakah efektivitas guru
dan program yang dijalankan, dan feedback bagi pembuat kebijakan yaitu sebaik apakah
kebijakan mereka berjalan. Feedback tersebut menuntun perubahan dalam sistem pendidikan
sains dengan menstimulasi perubahan dalam kebijakan, menuntun pengembangan guru yang
profesional, dan mendorong siswa untuk memperbaiki pemahaman mereka terhadap sains.

Salah satu bentuk asesmen yang biasa digunakan dalam evaluasi mata pelajaran IPA adalah
asesmen esai. Asesmen esai merupakan salah satu penilaian yang dapat digunakan untuk menilai
hasil belajar siswa dengan cara membangun sendiri jawaban dan tanggapan atas masalah atau
pertanyaan yang diberikan tanpa ada pilihan jawaban. Asesmen esai dapat menilai penguasaan
siswa dalam pengetahuan, baik menghafal, penggunaan bahan referensi, ataupun dalam
pemecahan masalah.

Adapun kekuatan utama dari asesmen esai ini adalah:

1. Asesmen esai dapat menggambarkan prestasi siswa yang rumit dan kompleks.
2. Format esai memungkinkan penilaian yang rendah biaya, hemat waktu dan hemat energi
3. Asesmen esai dapat diindikasikan ke dalam proses belajar mengajar dengan cara yang
produktif

Namun demikian, asesmen esai ini memiliki beberapa resiko tersendiri, diantaranya adalah :

1. Kurang jelasnya jenis hasil (outcome) yang dapat dipelajari dan dinilai.
2. Kurang dapat menghubungkan antara format esai dengan jenis-jenis target pencapaian
yang sesuai.
3. Kurang dapat mewakili sampel target domain
4. Kurang dapat mengontrol sumber-sumber bias yang dapat menyebabkan kesalahan dalam
asesmen subjektif.

B. Jenis-jenis Pertanyaan dalam Esai Asesmen

Pertanyaan esai dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu:

1. Tes Uraian Terbatas (Restricted Response Essays)


Peserta tes dibatasi oleh rambu-rambu yang ditemukan dalam butir soal. Keterbatasan mencakup
format isi, dan ruang lingkup jawaban. Jadi soal tes uraian ini harus menentukan batas jawaban
yang dikehendaki.

2. Tes Uraian Bebas (Extended Response Essays)

Jawaban yang diberikan oleh peserta tes hampir tidak ada batasan. Peserta tes memiliki
kebebasan yang luas sekali untuk mengorganisaikan dan mengekspresikan gagasan pikirannya
dan gagasan dalam menjawab soal tersebut. Jadi jawaban siswa bersifat terbuka, fleksibel, dan
tidak berstruktur.

Prosedur asesmen bentuk esai dapat mendorong siswa dalam mempelajari struktur organisasi
materi. Siswa dalam hal ini akan terpacu mempersiapkan diri lebih baik dengan cara mempelajari
struktur materi secara keseluruhan. Maka, dalam asesmen esai siswa harus menyusun responnya
sendiri. Usaha siswa dalam mempelajari struktur organisasi materi sangat cocok apabila
diterapkan dalam proses pengajaran IPA.

Dengan demikian, asesmen esai cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA. Proses
asesmen berbentuk esai dalam pembelajaran akan produktif bila asesmen tersebut dapat
memberikan umpan balik pada siswa. Umpan balik tersebut antara lain:

1. Memberikan nilai pada tiap bagian jawaban mereka


2. Membuat tulisan rasionalisasi singkat tentang alasan mengapa jawaban diberikan skor
tertentu, serta memberikan saran terhadap hal-hal yang mungkin terabaikan.
3. Memberikan total nilai terhadap jawaban
4. Menilai dengan membandingkan skor total terhadap skor yang harus dicapai untuk
mendapatkan nilai tertentu.

Dengan umpan balik tersebut, siswa dapat menilai sendiri pekerjaannya serta memperbaikinya.
Hasil kerja esai siswa sangat penting sebagai masukan kepada guru tentang kemampuan siswa.
Dalam hal ini, guru juga dapat mengetahui permasalahan asesmen di kelas, antara lain guru dapat
menemukan bentuk soal yang efektif serta yang kurang efektif untuk diterapkan di kelasnya.
Selain itu, guru dapat mengetahui secara pasti kegiatan belajar seperti apa yang kurang berhasil
dengan baik.

C. Subjektivitas dalam Asesmen Esai

Asesmen esai memiliki perbedaan dalam banyak hal jika dibandingkan dengan asesmen respon
terbatas. Dalam asesmen respon terbatas, penilaian bukan merupakan suatu masalah karena
dalam asesmen respon terbatas hanya menyediakan 2 jawaban yaitu benar atau salah, sehingga
jawaban benar menghasilkan sebuah nilai. Berbeda halnya dengan asesmen esai yang
memerlukan peran profesional yang lebih besar dalam penilaiannya.

Subjektivitas dalam asesmen berbentuk esai antara lain disebabkan karena pertimbangan
profesional memberi peranan besar tidak hanya dalam proses pembuatan soal tetapi juga dalam
prosedur pemberian skor. Dalam hal ini, banyak sekali kemungkinan yang dapat menyebabkan
bias dalam asesmen sehingga skor yang diperoleh tidak menggambarkan kemampuan siswa yang
sesungguhnya. Hal ini berarti bahwa, pengguna asesmen esai harus dua kali lebih waspada
terhadap masalah yang akan dihadapi. Penilaian yang subjektif dalam asesmen esai dengan cara
yang sistematis dapat menjadikan asesmen esai sebagai suatu alat yang serbaguna.

Asesmen dalam bentuk esai yang menyandarkan pada penilaian (judgement) yang profesional
untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, dapat memberikan hasil yang berkualitas yang
menunjukkan kepada pembelajaran yang efektif dan perolehan yang tinggi hanya jika
dikembangkan dengan hati-hati berdasarkan pada peraturan yang menggunakan prosedur yang
seharusnya. Dengan penyusunan soal yang baik serta pemilihan kriteria pemilihan skor yang
tepat, maka kemampuan siswa akan terukur dengan baik.

Dalam asesmen esai ini terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain:

1. Menetapkan target pencapaian yang mendasari.


2. Memilih komponen-komponen yang dapat mengarahkan target menjadi bagian dalam
asesmen
3. Menyiapkan latihan soal berbentuk esai
4. Merancang kriteria penilaian
5. Melaksanakan proses penilaian

Apabila guru tidak benar-benar mengenal asesmen yang digunakan dan/atau tidak mengenal
target perolehan yang ingin di ases, guru tersebut akan mengalami resiko salah dalam mengukur
dan tentunya siswa akan merasakan akibatnya, seperti frustasi, miskonsepsi, dan mengurangi
semangat belajar siswa.

D. Target yang Dapat Dinilai dalam Asesmen Esai

Esai asesmen memiliki kontribusi potensial untuk membuat dimensi utama dalam menilai
pembelajaran siswa yang terbagi menjadi lima kategori, yaitu :

1. Menilai Pengetahuan (Assessing Knowledge)

Banyak ahli yang tidak menyarankan penggunaan esai untuk menilai penguasaan materi pada
siswa, jika targetnya adalah konten (materi) yang harus diingat atau yang bersifat hafalan.
Menggunakan bentuk asesmen respon terbatas merupakan pilihan yang lebih efisien untuk
menilai hal seperti itu. Sedangkan soal berbentuk esai jauh lebih efektif apabila digunakan dalam
mengungkap aspek pengetahuan yang lebih tinggi.

Bentuk tes respon terbatas lebih efisien daripada esai untuk menilai pengetahuan, dalam hal ini
terdapat dua alasan. Pertama, kita dapat bertanya dengan pertanyaan pilihan berganda yang lebih
banyak dalam setiap unit waktu tes daripada menggunakan pertanyaan esai, karena waktu untuk
menjawab pertanyaan pilihan berganda lebih singkat. Kita dapat menyediakan sampel yang lebih
luas jika menggunakan bentuk tes respon terbatas dibandingkan dengan tes bentuk esai. Alasan
kedua yaitu menilai jawaban dari bentuk respon terbatas lebih cepat dibandingkan dengan
penilaian esai.

Jika kita ingin menilai pengetahuan yang lebih rumit dan membutuhkan suatu referensi, kita
dapat menggunakan tes open-book. Dengan asesmen esai, kita mencari gambaran dari
pengetahuan kognitif yang dimiliki siswa. Kelemahan utama dari bentuk respon terbatas adalah
bahwa tes respon terbatas membuat pengetahuan siswa menjadi terbagi-bagi, pengetahuan
dikuasai tetapi tidak terintegrasi sebagai satu kesatuan. Asesmen esai dapat mengatasi masalah
tersebut dengan efektif. Jadi, asesmen esai tepat digunakan jika guru ingin mengetahui
penguasaan pengetahuan pada siswa jika materi yang diteskan saling berhubungan satu sama
lain.

2. Menilai Kemampuan dalam Memberikan Alasan (Reasoning Assessment)

Para ahli setuju bahwa kekuatan asesmen esai adalah dapat menilai alasan. Pada saat tes, kita
dapat menghadirkan masalah yang rumit yang meminta siswa untuk menggunakan materi
pengetahuan yang mereka punya sekaligus keterampilan siswa membuat alasan dalam sebuah
pemecahan masalah.

Kita dapat meminta siswa untuk menganalisis, membandingkan, menarik kesimpulan, dan/atau
berfikir secara kritis terhadap suatu materi. Lebih jauh lagi kita dapat menghadirkan masalah
yang memerlukan gabungan materi dari subjek yang berbeda, atau memerlukan aplikasi dari
berbagai bentuk alasan. Perlu diingat bahwa kunci dari kesuksesan menilai cara berfikir siswa
menggunakan bentuk esai ini memiliki kunci yang sama seperti pada bentuk asesmen respon
terbatas, yaitu:

1. Asesor harus memiliki pandangan yang sangat baik mengenai berfikir, beralasan,
dan/atau dalam pemecahan masalah.
2. Asesor harus mengetahui bagaimana caranya menterjemahkan pandangan tersebut ke
dalam bentuk kriteria penilaian yang jelas dan fokus terhadap apa yang harus dinilai.
3. Asesor yang memberikan tes, harus menghadirkan masalah yang baru bagi siswa pada
saat asesmen berlangsung (masalah yang belum dihapal oleh siswa).

3. Menilai Keterampilan (Assessing Skill)

Keberhasilan siswa memiliki dalam mendemonstrasikan keterampilan tertentu hanya dapat


dinilai dengan cara mengobservasi performansinya secara aktual/langsung. Dalam menilai
keterampilan tidak mungkin digunakan bentuk tes esai. Tes bentuk esai tidak akan autentik lagi
dan tidak dapat menggambarkan performansi yang sebenarnya secara akurat.

Tetapi bagaimanapun, terdapat beberapa hasil keterampilan yang bisa diraih oleh asesmen bentuk
esai. Misalnya, kita dapat menggunakan esai untuk menilai penguasaan dari beberapa
pengetahuan yang rumit dan mungkin bahkan untuk menilai keterampilan pemecahan masalah
yang merupakan prasyarat bagi keterampilan dalam suatu performansi.
Contohnya, jika siswa tidak mampu menjawab apa saja fungsi dari alat laboratorium yang
digunakan dalam lab sains yang digunakan untuk sebuah percobaan, tidak mungkin siswa
tersebut dapat dengan berhasil melakukan pekerjaan lab/eksperimen tersebut. Pertanyaan esai
dapat digunakan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi prasyarat atau belum.

4. Menilai Produk (Assessing Product)

Soal esai dapat digunakan untuk menilai pemahaman siswa tentang proses pembuatan suatu
produk yang berkualitas. Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan asesmen berbentuk
esai pada aspek ini adalah bahwa pengetahuan tentang kriteria suatu produk yang bermutu tidak
sama dengan kemampuan dalam membuat produk tersebut.

Jika nilai keberhasilan siswa memiliki target dimana siswa dapat membuat suatu produk tertentu
yang memiliki atribut tertentu yang dapat dinilai, maka cara yang paling sesuai adalah siswa
harus benar-benar membuat sebuah produk yang dapat kita evaluasi berdasarkan standar kualitas
tertentu.

Namun demikian, esai berperan untuk mengetahui apakah siswa mengetahui dan memahami
bagaimana proses pembuatan produk yang berkualitas. Atau esai mungkin dapat menyediakan
wawasan terhadap kesadaran siswa terhadap kriteria atau atribut kunci dari kualitas sebuah
produk. Dalam hal ini asesmen dapat bermanfaat dalam konteks kelas dimana kompetensi dasar
terbangun, jika kita tetap selalu sadar akan fakta bahwa kemampuan untuk menulis tentang
sebuah produk yang baik dan mampu menciptakan produk tersebut merupakan hasil yang
berbeda.

5. Menilai Tulisan sebagai Produk (Assessing Writing as a Product)

Satu jenis produk yang sering kita minta kepada siswa adalah untuk membuat sebuah tulisan.
Produk tulisan tersebut dapat dinilai dalam tes bentuk esai, laporan percobaan, tugas makalah,
dan lain-lain. Bentuk-bentuk tersebut merupakan bentuk lain dari tes bentuk esai untuk menilai
pengetahuan yang memiliki struktur lebih luas dan/atau cara berikir yang lebih rumit.

Ketika siswa mengerjakan sebuah tes esai, maka kriteria evaluasinya akan fokus pada
penguasaan siswa pada jenis pengetahuan dan/atau alasan yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan dengan baik. Tetapi jika menulis merupakan sebuah media untuk menghasilkan
sebuah produk karya ilmiah, kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi hasil adalah bentuk
dari hasil tulisan tersebut, isi serta kemampuan memberikan alasan. Kemampuan siswa
berkomunikasi secara tertulis dapat dinilai dari cara mengorganisir data, kalimat yang digunakan,
pilihan kata-kata, suara (apakah sifat dari penulis keluar dalam tulisan), cara penyajian tabel,
grafik, dan penjelasannya serta faktor-faktor penting lainnya.

6. Menilai Sikap (Assesing Affect)

Hasil tulisan dari siswa dapat menyediakan jalan untuk mengungkapkan perasaan siswa terhadap
suatu pembelajaran. Ketika siswa ditanyakan pertanyaan yang spesifik mengenai arah dan
intensitas dari perasaan yang siswa alami terhadap sebuah proses dalam pembelajaran, dalam
sebuah lingkungan yang dapat dipercaya dimana kejujuran dapat diterima, maka siswa dapat
memberikan informasi kepada guru mengenai sikap, ketertarikan, tingkat, dan nilai motivasi
siswa. Kuesioner dengan pertanyaan terbuka dapat menghasilkan tulisan siswa yang penuh
dengan wawasan yang sangat penting mengenai iklim sikap dan sosial dalam sebuah sekolah
atau kelas.

Berdasarkan hal tersebut, esai asesmen merupakan alat yang serbaguna. Asesmen esai dapat
menyediakan informasi yang sangat berguna untuk berbagai target penilaian. Kita dapat
menggunakannya untuk menilai penguasaan siswa terhadap suatu materi yang memiliki struktur
pengetahuan yang lebih luas. Selain itu, dengan asesmen esai juga dapat membuka kemampuan
siswa dalam memberikan alasan dan memecahkan masalah. Dengan asesmen bentuk esai, guru
dapat menilai penguasaan siswa terhadap pengetahuan prosedur yang rumit yang merupakan
prasyarat bagi keterampilan yang akan ditampilkan dan/atau untuk mengetahui penguasaan
dalam proses dari pembuatan sebuah produk. Dan pada akhirnya, dengan asesmen bentuk esai
kita dapat mengeksplorasi sifat siswa dalam cara yang kaya dan berguna melalui hasil tulisan
dari siswa.

E. Merancang dan Mengembangkan Essay Asesmen

Proses merancang dan mengembangkan sebuah esai asesmen meliputi tiga langkah, yaitu:

1. Perencanaan Asesmen

Dalam asesmen esai, target akan mencerminkan baik komponen pengetahuan maupun jenis-
jenis alasan yang akan digunakan oleh responden. Kita memiliki dua pilihan untuk memulainya,
yaitu dengan tabel spesifikasi tes atau dengan daftar tujuan pembelajaran.

Dengan menggunakan tabel spesifikasi, sel dalam tabel berisi skor dari hasil tes terhadap suatu
isi atau kombinasi alasan, bukan jumlah tes yang dilakukan oleh siswa. Berikut merupakan
contoh tabel spesifikasi tentang soal/tes bentuk esai dibandingkan dengan tes respon terbatas,
serta asesmen kinerja.

Tabel 1. Spesifikasi Untuk Tes Esai

Isi Recall Inference Evaluasi Total


Asesmen Respon Terbatas 10 10 10 30
Asesmen Esi 10 10 10 30
Asesmen Kinerja 0 20 40 40
Total 20 40 40 100

Berdasarkan tabel tersebut tampak jelas bahwa dalam perencanaan, asesmen kinerja lebih
mengalami penekanan dibandingkan dengan kedua asesmen lain. Asesmen kinerja memerlukan
inference (penarikan kesimpulan) dan evaluation (evaluasi). Jika kita menggunakan soal dengan
nilai masing-masing 10, maka diperlukan 10 soal yang dapat merefleksikan prioritas-prioritas
tersebut. Dalam hal ini nilai-nilai yang sama dapat diubah ke dalam tujuan instruksional. Kita
dapat memilih tabel spesifikasi atau daftar tujuan pembelajaran yang akan kita pergunakan
sebagai acuan, tidak perlu keduanya.

Tabel spesifikasi sering juga disebut sebagai kisi-kisi atau blue print. Bentuknya berupa tabel
yang memuat perincian materi, tingkah laku serta preposisi yang dikehendaki penilai.

Faktor-faktor konteks yang mempengaruhi dalam penggunaan asesmen esai, antara lain:

1. Tingkat keterampilan responden dalam menulis


2. Ketersediaan latihan esai berkualitas yang telah dikembangkan dengan kriteria
penilaiannya.
3. Jumlah siswa yang akan dievaluasi
4. Jumlah latihan yang diperlukan untuk mencobakan materi dan waktu untuk merespon
yang diperlukan untuk diberikan skor.
5. Lamanya waktu yang diperlukan untuk membaca dan mengevaluasi respon yang
dihasilkan.
6. Sampling Prestasi Belajar Siswa dengan Esai

Soal-soal esai menunjukkan sampling pada dua elemen kunci yaitu pengetahuan yang sudah ada
(dari memori atau referensi) dan beberapa aktivitas kognitif yang dihasilkan dengan
menggunakan pengetahuan dan beberapa aktivitas kognitif yang dihasilkan dengan
menggunakan pengetahuan.

Dalam soal-soal esai, unit pengetahuan yang digunakan ukurannya lebih besar, serta lebih
inklusif bila dibandingkan dengan pengetahuan sebagai bahan soal berbentuk pilihan ganda.
Meskipun demikian, cakupan materi asesmen bentuk esai lebih kecil bila dibandingkan dengan
asesmen pilihan ganda.

Setiap tujuan instruksional membentuk kerangka sampling. Komponen-komponen dari


pengetahuan serta contoh-contoh aplikasi dari bermacam-macam pemikiran diambil oleh setiap
tujuan instruksional. Sebagai contoh, dibawah tujuan pertama kita dapat menanyakan tentang
beberapa tipe dari format tes. Pada tujuan yang kedua, memungkinkan untuk menanyakan
tentang kemampuan menarik kesimpulan. Sebagai tujuan yang ketiga kita memiliki sejumlah
besar sampel asesmen kinerja yang dapat diperlihatkan untuk evaluasi.

2. Pengembangan Latihan Esai

Untuk menyukseskan penggunaan asesmen esai ini, harus dilakukan persiapan yang sangat
matang dalam latihan menulis yang dapat menantang responden untuk memaparkan tugas
dengan masalah baru secara lengkap. Pengembangan latihan esai harus meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi materi yang akan disajikan. Hal ini berarti menetapkan sejumlah
pengetahuan spesifik siswa sebagai respon yang diharapkan.
2. Spesifikasi jenis alasan atau problem solving yang harus dilakukan responden.
3. Arahkan jawaban kepada jawaban yang kita harapkan tanpa memberikan petunjuk
jawaban.

Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam merencanakan soal-soal esai, yaitu:

1. Apakah pertanyaan memerlukan jawaban yang ringkas, respon apa yang terutama
diharapkan?
2. Apakah pertanyaan mudah dipahami sehingga pembaca yang memiliki kemampuan
kurang sekalipun dapat memahaminya?
3. Apakah anda memiliki keyakinan bahwa ahli yang qualified di lapangan akan setuju
dengan definisi respon logis anda? Ini merupakan penilaian panggilan
4. Apakah unsur-unsur yang akan kita nilai jelas kriterianya?
5. Apakah kita memberikan satu set pertanyaan untuk seluruh responden? Apabila terdapat
beberapa set pertanyaan yang berbeda jangan pernah memberikan pilihan kepada mereka
untuk memilih soal.

Berikut merupakan gagasan akhir untuk pengembangan latihan, yaitu jika kita ingin
menggunakan esai untuk menilai keterampilan siswa memberikan alasan, tetapi kita tidak yakin
bahwa siswa memiliki tingkat pengetahuan yang sama, sediakan pengetahuan yang diperlukan
untuk memecahkan masalah tersebut dan lihat apakah siswa dapat memanfaatkan pengetahuan
yang telah diberikan tersebut atau tidak.

3. Penilaian Esai (Pemberian Skor Esai)

Banyak guru yang memberikan skor esai dengan standar yang kurang jelas. Mereka tidak
membuat jawaban terlebih dahulu, tetapi menunggu jawaban yang akan diberikan oleh siswa.
Hal ini menyebabkan standar yang digunakan bergantung pada kemampuan siswa dalam
kelompok sehingga siswa yang memperoleh skor yang tinggi tidak berarti menguasai target yang
ditetapkan dengan baik. Padahal kriteria standar merupakan aspek penting dalam pemberian skor
yang tepat dan lebih akurat. Pada umumnya penilaian evaluatif dalam menentukan nilai suatu
soal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

4. Dengan daftar check

Membuat daftar indikator yang spesifik dan memberikan nilai pada indikator spesifik tersebut,
lalu penilaian dilakukan memberikan nilai tersebut pada jawaban siswa jika sesuai dengan
indikator-indikator yang telah didaftar tersebut.

5. Dengan skala penilaian


Dilakukan dengan menentukan nilai untuk satu atau lebih keterampilan yang merupakan suatu
rangkaian dalam bentuk skala. Misalnya skala lima poin menentukan lima tingkat dari sebuah
keterampilan.

Contoh penggunaan daftar cek yaitu:

Nilai Tinggi 5 Jawaban yang diberikan jelas, fokus, dan akurat. Dapat
menggambarkan suatu hubungan dengan baik dan wawasan yang
penting digunakan.
3 Jawaban yang diberikan jelas dan agak focus, tetapi kurang akurat.
Hubungan yang digambarkan kurang jelas, dan hanya menunjukkan
beberapa wawasan penting.
Nilai Rendah 1 Jawaban yang diberikan meleset, mengandung informasi yang tidak
akurat, atau menunjukkan kekurangan penguasaan materi. Gambaran
yang ditunjukkan tidak jelas, tidak menggunakan wawasan yang
diinginkan.

Penilaian dengan skala lebih subjektif dibandingkan dengan daftar check. Terdapat tiga hal
penting yang harus diperhatikan dalam penilaian menggunakan nilai skala, yaitu:

1. Tentukan arti dari kesuksesan siswa dalam bentuk skala yang meningkat dalam asesmen.
2. Berikan contoh kepada siswa yang mengilustrasikan perbedaan dari skala.
3. Menyediakan latihan yang baik dengan standar yang telah ditentukan.

A. Memadukan Asesmen Esai Dengan Pembelajaran

Dengan semua metoda asesmen, cara utama yang harus dilakukan dalam memadukan esai
asesmen ke dalam proses belajar mengajar adalah dengan mencocokkan asesmen dengan
pengajaran, dengan meyakinkan bahwa hal-hal yang diajarkan dan dipelajari sesuai dengan hal-
hal yang diases.

Guru memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Suatu asesmen dapat lebih efektif apabila dilakuakn dalam proses alamiah siswa
belajar di dalam kelas, tanpa adanya suatu tekanan. Dengan demikian kemampuan siswa yang
terungkap dapat mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya.

Cara lainnya yang esensial dalam mengintegrasikan asesmen dengan pengajaran adalah dengan
cara melibatkan siswa sebagai partner penuh dalam proses asesmen mereka sendiri serta dalam
proses penilaian prestasi belajar mereka. Siswa hendaknya dilibatkan dalam self assessment
sehingga dengan demikian terjadi kerjasama yang baik antara guru dan siswa dalam pelaksanaan
asesmen pada kegiatan belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Classroom Assessment. [Online]. Tersedia:
http://fcit.usf.edu/assessment/selected/response.html (2 Maret 2009)

Stiggins. 1994. Student Centered Classroom Assesment. Macmillan College Publishing


Company: New York.k

About these ads

Related

ASESMEN KOMUNIKASI PERSONALIn "EVALUASI PENDIDIKAN"

ASESMEN PENALARAN KERANGKA KERJA NORRIS-ENNIS DAN DIMENSI BELAJAR


MARZANOIn "EVALUASI PENDIDIKAN"

ASESMEN AFEKTIFIn "EVALUASI PENDIDIKAN"

Leave a comment

Posted by evisapinatulbahriah on June 4, 2012 in EVALUASI PENDIDIKAN

← Penentuan Kadar Kafein dalam Teh Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis


ASSESMEN RESPON TERBATAS →

Leave a Reply

 Kalender 2013
June 2012
M T W T F S S
« Dec
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30
 Kategori
o BIOTEKNOLOGI

o EVALUASI PENDIDIKAN

o FILSAFAT SAINS

o ISUE KEPENDIDIKAN

o KIMIA INSTRUMEN

o KIMIA LINGKUNGAN

o PENDIDIKAN UMUM/NILAI

o PENGAJARAN KIMIA

o PSIKOLOGI PERKEMBANGAN KOGNITIF

o TERMODINAMIKA

o Uncategorized

 Blogroll
o Discuss

o Get Inspired

o Get Polling

o Get Support

o Learn WordPress.com

o WordPress Planet

o WordPress.com News

Anda mungkin juga menyukai