INGRESS
MALINDO VENTURES
Erna Regina Supriatna1), Iveline Anne Marie2), Amal Witonohadi 3)
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Trisakti, Jakarta
regina.ers@gmail.com, ivelineannemarie@yahoo.com,awitonohadi@gmail.com
ABSTRACT
Persaingan diantara perusahaan manufaktur penghasil spare part otomotif semakin
meningkat. Produktifitas dalam pemanfaatan mesin menjadi salah satu target untuk mendukung
terpenuhinya kebutuhan dan kepuasan konsumen. Pendekatan TPM mendorong perusahaan untuk
menjadikan kegiatan perawatan menjadi salah satu fokus sebagai bagian yang penting dan vital dari
sebuah bisnis atau operasi manufaktur. Perawatan tidak lagi dipandang sebagai aktivitas yang non-
profit. Waktu untuk perawatan telah dimasukkan kedalam jadwal produksi sebagai bagian dari
jadwal produksi, dan bahkan dalam beberapa kasus, perawatan menjadi bagian integral dari sebuah
proses manufaktur. Salah satu pilar dalam tahapan TPM adalah mengembangkan program
Autonomous Maintenance (AM).
PT. Ingress Malindo Ventures atau PT. IMV merupakan perusahaan manufaktur yang
memproduksi komponen otomotif berupa weather strip outer/inner moulding dan door sash yang
dibutuhkan untuk kebutuhan lokal dalam negeri. Untuk kelancaran produksi, perusahaan sangat
bergantung kepada ketersediaan mesin karena apabila mesin mengalami kerusakan maka kegiatan
produksi akan terhenti sehingga dapat mengakibatkan penambahan waktu penyelesaian serta
berakibat tidak tercapainya target produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan usulan
rancangan autonomous maintenance untuk meningkatkan performansi perawatan mesin pada PT.
Ingress Malindo Ventures.
Berdasarkan hasil pengumpulan data perawatan mesin roll forming, dilakukan pengolahan
data, analisis dan perancangan sesuai dengan tahapan autonomous maintenance. Usulan
autonomous maintenance menghasilkan contoh board step untuk pengevaluasian setiap step serta
prosedur untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan inspeksi, SOP, check sheet dan one point
lesson pada mesin dan komponen yang memiliki nilai downtime diatas rata-rata. Berdasarkan
implementasi, diketahui bahwa nilai OEE pada mesin roll forming diproyeksikan meningkat menjadi
79,316%.
Tahapan untuk penerapan Autonomous Maintenance adalah sesuai dengan gambar 2 sebagai berikut.
4.1. Kondisi Produk dan Mesin 4.2. Total Productive Maintenance (TPM)
Perusahaan Saat Ini
Dalam implementasi pendekatanTPM,
Pemeliharaan mesin saat ini masih dilakukan perhitungan avaibility, performance
dilakukan oleh pekerja dari bagian dan rate of quality untuk mendapatkan nilai
maintenance yang pada nyatanya hanya OEE untuk kondisi awal.
memiliki 2 orang staff dengan pemeliharaan 7 Nilai availability rate didapatkan dengan
mesin dengan kasus kerusakan yang berbeda. perhitungan persamaan berikut:
Berdasarkan bagan Big Picture Mapping Availability = Planned Availability x
diatas dapat diketahui bahwa detail dari Uptime
perawatan rutin yang biasa dilakukan pada PT. Hasil perhitungan nilai avaibility rate pada
Ingress Malindo Ventures terdiri dari : mesin roll forming dapat dilihat pada Tabel 1.
1. Order Inspection
2. Machine Cleaning
3. Pergantian komponen
4. Reinstallation
5. Pelumasan oli pada mesin
6. Running Machine
Tabel 2. Hasil perhitungan nilai performance rate pada Februari – April 2014
Performance
Bulan
Efficiency (%)
Feb-14 74.51
Mar-14 85.39
Apr-14 74.66
Nilai rate of quality didapatkan dengan Rate of quality pada bulan Februari – April
perhitungan persamaan berikut : 2014 sudah mencapai standar JIPM (99%)
Good Product dengan nilai rata- rata sebesar 99,677%.
Rate of Quality = x 100% Mesin roll forming sudah diatas standar
Total Product
untuk mencapai produk sesuai standar
Hasil perhitungan nilai rate of quality pada quality control, namun di beberapa jenis
mesin roll forming dapat dilihat pada Tabel produk masih terdapat produk yang tidak
3. memenuhi standar.
Tabel 3. Hasil perhitungan nilai performance rate pada Februari – April 2014
Bulan Rate Of Quality (%)
Feb-14 99.65
Mar-14 99.71
Apr-14 99.67
Setelah didapatkan nilai avaibility rate, bandingkan. Nilai OEE didapatkan dengan
performance rate dan rate of quality maka perhitungan persamaan berikut.
dapat dihitung besar nilai OEE setiap OEE = Availability x Performance
bulannya dan dirata-rata per 3 bulan Efficiency x Rate of Quality
sehingga dapat diimplementasikan dalam
jangka waktu 3 bulan agar dapat di Hasil perhitungan OEE dapat dilihat pada
Tabel berikut.
OEE pada masa periode penelitian Februari Tahapan identifikasi waste ini dilakukan
– April 2014 masih dibawah standart JIPM berdasarkan data error pada proses
(85%) dengan nilai rata-rata 63.51%. perawatan mesin kritis pada periode bulan
dibawah standartnya nilai OEE dipengaruhi Februari 2014 – April 2014 di mesin roll
oleh dibawah standarnya factor forming plant II. Berikut merupakan hasil
performance rate dan avaibility rate. pengolahan data error Februari 2014
sampai dengan April 2014 untuk mesin roll
4.3. Identifikasi Waste forming:
Tabel 5. Identifikasi Waste Pada Maintenance periode Februari 2014 – April 2014 mesin roll
forming
Bulan Waste
No. Tanggal (Tahun Waiting for Waiting For Operation Operator
Motions Defect
2014) instruction Spare Part Failure Error
1 4 2 *
2 9 2 * *
3 9 2 * *
4 13 2 * *
5 16 2 * *
6 20 2 *
7 24 2 * *
11 2 3 * *
12 6 3 * *
13 9 3 * *
14 10 3 * *
15 19 3 *
16 25 3 * *
26 2 4 * * *
27 3 4 *
28 4 4 * *
29 10 4 *
30 19 4 *
31 6 4 * *
32 15 4 * *
33 23 4 * *
Total 6 12 8 4 4 3
Persentase terhadap total
16% 32% 22% 11% 11% 8%
waste
Tabel diatas menujukkan adanya waste failure, setup and adjustment, idling and
pada aktifitas maintenance pada mesin roll minor stoppages, reduce speed, defect process,
forming. Berdasarkan data waste yang reduced yield.
diperoleh, dapat teridentifikasi beberapa
kegiatan non-value added. Waste terbesar
yang mengakibatkan cacat produk adalah
waiting for spare part dan operation
failure.
(Middle Management )
• Departemen Maintenance
• Departemen Engineering
• Supervisor
Kepala Regu
(Leaders)
Operator Mesin
Gambar 8. Salah satu contoh one point lesson untuk penerapan 5S dalam Seiton (Rapi)
Selain one point lesson dalam metode 5S, kelainan yang terlihat, siapa yang
dibuat abnormality tag yang digunakan menemukan, dan sifat masalah.
untuk menandai lokasi masing-masing
Area perawatan pada mesin roll forming Setelah melakukan pembersihan awal dan
yang terbuka atau bagian luar mesin mengidentifikasi sumber-sumber masalah
memungkinkan debu dan kotoran masuk dan kerusakan mesin, pada tahap ini selanjutnya
bisa menjadi salah satu penyebab kerusakan ditetapkan standar untuk pekerjaan
pada mesin sehingga operator dituntut untuk pemiliharaan dasar yang efektif dan cepat
bisa selalu menjaga mesin dari sumber untuk mencegah kerusakan yang lebih fatal,
kontaminasi dan mengindentifikasi penyebab sebagai contoh adalah kesalahan pelumasan.
yang ditimbulkan oleh sumber kontaminasi Pada tahap 3 ini masih menggunakan daily
tersebut. Dalam tahap ini dibuat check sheet check sheet dalam pemeriksaannya, namun
yang berguna untuk pemeriksaan setiap hari lebih dilengkapi dengan takaran lubrikasi yang
dan menjadi antisipasi jika ada kerusakan. seharusnya dan lebih detail dalam pembenahan
gambar dan uraian pembersihan dalam check
sheet.
Tahap 4 General Inspeksi itu upaya pada tahap awal mungkin tidak
selalu menunjukkan hasil yang dramatis.
Pada langkah 4 dilakukan pengukuran
kerusakan dengan pemeriksaan umum Berikut adalah contoh check sheet audit
peralatan. Dalam bekerja operator dituntut step 1 yang berguna untuk mengevaluasi
untuk menjaga komponen mesin dalam program autonomous maintenance, yang
kondisi operasi yang baik. Tiga langkah nantinya menjadi acuan untuk revisi pada
pertama autonomous maintenance berfokus tahap berikutnya.
pada pemenuhan kebutuhan dasar, oleh karena
Peningkatan OEE