Tugas Imunisasi Polio. BCG
Tugas Imunisasi Polio. BCG
PEMBAHASAN
1
1.2 Imunisasi Polio
A. Pengertian Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
terhadap penyakit poliomielitis yaitu penyakit radang yang menyerang syaraf dan dapat
mengakibatkan lumpuh kaki (Anik Maryunani,2010).
C. Jadwal Pemberian
Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang
dari satu bulan. Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan
pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu
dibarengi dengan vaksin DPT.
D. Cara Pemberian
Cara pemberian imunisasi polio bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis
Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di Indonesia yang
digunakan adalah OPV, karena lebih aman. OPV diberikan dengan meneteskan vaksin
polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan
sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi polio diberikan 4 x dengan jarak
minimal 4 minggu.
E. Efek Samping
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan,
dan sakit otot.
F. Tingkat Kekebalan
Dapat mencapail hingga 90%. Pemberian imunisasi polio untuk memutus rantai
penularan virus polio.
2
G. Vaksin Polio
a. Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV)
IPV dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakkan,
kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan pemanasan atau bahan kimia.
Karena IPV tidak hidup dan tidak dapat replikasi maka vaksin ini tidak dapat
menyebabkan penyakit polio walaupun diberikan pada anak dengan daya tahan
tubuh yang lemah.
Vaksin yang dibuat oleh Aventis Pasteur ini berisi tipe 1, 2, dan 3 dibiakkan
pada sel-sel VERO ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formadehid. Selain itu
dalam jumlah sedikit terdapat neomisin, streptomisin dan polimiksin. IPV harus
disimpan pada suhu 2 – 8 C dan tidak boleh dibekukan. Pemberian vaksin tersebut
dengan cara suntikan subkutan dengan dosis 0,5 ml diberikan dalam 4 kali
berturut-turut dalam jarak 2 bulan.
Orang yang mempunyai kontraindikasi atau tidak diperbolehkan mendapatkan
OPV maka dapat menggunakan IPV. Demikian pula bila ada seorang kontak yang
mempunyai daya tahan tubuh yang lemah maka bayi dianjurkan untuk
menggunakan IPV.
b. Oral Polio Vaccine (OPV)
Vaksin OPV pemberiannya dengan cara meneteskan cairan melalui mulut.
Vaksin ini terbuat dari virus liar (wild) hidup yang dilemahkan. Komposisi vaksin
tersebut terdiri dari virus Polio tipe 1, 2, dan 3 adalah suku Sabin yang masih hidup
tetapi sudah dilemahkan (attenuated). Vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan
ginjal kera dan distabilkan dalam sucrosa. Tiap dosis sebanyak 2 tetes mengandung
virus tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 serta antibiotika eritromisin tidak lebih dari 2 mcg
dan kanamisin tidak lebih dari 10 mcg.
Virus dalam vaksin ini setelah diberikan 2 tetes akan menempatkan diri di
usus dan memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun dalam dinding
luar lapisan usus yang mengakibatkan pertahan lokal terhadap virus polio liar yang
akan masuk. Pemberian air susu ibu tidak berpengaruh pada respon antibodi
terhadap OPV dan imunisasi tidak boleh ditunda karena hal ini. Setelah diberikan
dosis pertama dapat terlindungi secara cepat, sedangkan pada dosis berikutnya
akan memberikan perlindungan jangka panjang. Vaksin ini diberikan pada bayi
baru lahir 2, 4, 6, 18 bulan, dan 5 tahun.
3
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak
lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat
2 jenis vaksin yang beredar dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin
sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Dibeberapa
negara dikenal pula tetravaccine yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar
diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari atau selanjutnya
diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan
dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT.
Imunisasi ulang diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT, pmberian
imunisasi polio dapat menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomyelitis. Imunisasi polio.
Imunisasi ulang dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5-6 tahun) dan
saat meninggalkan sekolah dasar (12 thun). Cara memberikan imunisasi polio
adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung ke dalam
mulut anak. Imunisasi ini jangan diberika pada anak yang sedang diare berat, efek
samping yang terjadi sangat minimal dapat berupa kejang.
Vaksin dari virus polio (tipe 1,2,dan 3) Virus polio terdiri atas tiga strain, yaitu
strain 1 (brunhilde), strain 2 (lanzig), dan strain 3 (leon) yang dilemahkan, dibuat
dalam biakkan sel-vero : asam amino, antibiotic, calf serum dalam magnesium
clorida, dan fenol merah. Vaksin yang berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau
2 cc dalam flacon, pipet. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml). Vaksin
polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu. Penyimpana pada suhu 2-8ºC.
1. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio
oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari
transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
2. Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1, yaitu pada umur lebih dari 6
minggu.
3. Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2, yaitu pada umur 16 minggu
4. Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3, yaitu pada umur 6 bulan
5. Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4, yaitu pada umur 18 bulan
6. Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5, yaitu pada umur 5 tahun.
4
I. Kontra Indikasi Imunisasi Polio
a. Muntah atau diare berat pemberian faksin di tunda.
b. Inveksi HIV atau kontak langsung dengan HIV serumah.
c. Ada alergi terhadap neomisin, streptomisin, polimiksin-B.
d. Demam > 38,5 C pemeberian vaksin di tunda
e. Keadaan kekebalan tubuh yang rendah atau tinggal serumah dengan pasien yang
memiliki kekebalanm tubuh yang rendah misalnya : penyakit steroid, kanker dan
kemoterapi.
5
untuk terkena penyakit menular atau TBC kalau anak tersebut tidak diimunisasi BCG.
Oleh karena itu, imunisasi BCG sangat baik diberikan pada saat bayi umur 0-7 hari.
Keefektifan vaksin pada saat umur bayi 0-7 hari bisa mencapai 99% jika dibarengi
cara penyuntikaannya juga tepat. Kesehatan anak di waktu kecil akan menentukan
kesehatan dan kesejahteraan di waktu dewasa nantinya, misalnya TBC dapat menjadi
TBC otak yang mengakibatkan anak menjadi bodoh dan cacat di waktu kecil yang
pastinya pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu di masa dewasa nantinya.
Selain itu kuman TBC juga dapat menyerang berbagai organ tubuh seperti paru-
paru, tulang, kelenjar getah bening, sendi, ginjal dan hati. Untuk itu pemberian
imunisasi BCG secara dini sangatlah diperlukan. Sedangkan jadwal pemberian
imunisasi imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada waktu bayi baru lahir sampai usia
12 bulan, tetapi yang paling baik sebaiknya dilakukan pada bayi sebelum usia 2 bulan.
C. Kontra Indikasi
a. Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat penyuntikan.
b. Anak yang telah menderita penyakit TBC.
c. Adanya penyakit berat dan menahun seperti eksim, furunkulosis.
d. Anak yang menunjukkan mantoux positif
e. Menderita infeksi HIV
f. Sedang meminum obat imunosupresi atau sedang mendapat radioterapi
g. Menderita penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe
h. Menderita gizi buruk
i. Menderita demam tinggi.
D. Efek Samping
1. Reaksi Normal
a. Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi pembengkakan kecil
berwarna merah kemudian akan menjadi luka dengan diameter 10 mm.
b. Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan apapun pada luka
tersebut dan diberikan atau bila ditutup dengan menggunakan kain kasa kering
dan bersih.
c. Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut (scar)
dengan diametr 5-7 mm.
6
2. Reaksi Berat
a. Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abces yang lebih
luas.
b. Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau ketiak.
3. Reaksi yang lebih cepat
Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan
mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah
mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.
7
Reaksi regional yaitu pembesaran kelenjar getah bening pada leher tanpa disertai nyeri
tekan maupun demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan (Depkes RI, 2005:
19).
8
DAFTAR PUSTAKA
Matondang. 2005. Pengertian Imunisasi Polio, Jenis, Jadwal, dan Kontra Indikasi
Imunisasi Polio. Jakarta:UIY