Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Imunisasi


Imunuisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila ia terkena oleh antigen yang serupa, tidak menjadi
penyakit ( Matondang CS, 2005 ). Menurut Anatomi, 2008. Imunisasi berasal dari kata
“imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resisten terhadap penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya.
1. Tujuan Imunisasi
Tujuan dari imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah dari penyakit-
penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak (ilmu kesehatan
anak, 2010 ).
2. Manfaat Imunisasi
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat
atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya
akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, mencipatakn bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembentukan negara ( Marimbi, 2010 ).
3. Macam- macam Imunisasi pada Bayi
Menurut Achmadi ( 2006 ) walaupun imunisasi sangat penting, namun pemerintah
mewajibkan lima jenis imunisasi pada anak dibawah usia 1 tahun, yaitu :
a. BCG : untuk mencegah penyakit TBC.
b. Hepatitis B : untuk mencegah penyakit hepatitis B.
c. DPT : untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.
d. Campak : untuk mencegah penyakit campak.
e. Polio : untuk mencegah penyakit polio.

1
1.2 Imunisasi Polio
A. Pengertian Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
terhadap penyakit poliomielitis yaitu penyakit radang yang menyerang syaraf dan dapat
mengakibatkan lumpuh kaki (Anik Maryunani,2010).

B. Tujuan Imunisasi Polio


Imunisasi polio digunakan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit
polimielitis atau penyakit polio yang biasanya disebabkan oleh virus polio, yang terbagi
menjadi tiga tipe yaitu tipe P1, P2 dan P3.

C. Jadwal Pemberian
Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang
dari satu bulan. Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan
pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu
dibarengi dengan vaksin DPT.

D. Cara Pemberian
Cara pemberian imunisasi polio bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis
Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di Indonesia yang
digunakan adalah OPV, karena lebih aman. OPV diberikan dengan meneteskan vaksin
polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan
sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi polio diberikan 4 x dengan jarak
minimal 4 minggu.

E. Efek Samping
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan,
dan sakit otot.

F. Tingkat Kekebalan
Dapat mencapail hingga 90%. Pemberian imunisasi polio untuk memutus rantai
penularan virus polio.

2
G. Vaksin Polio
a. Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV)
IPV dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakkan,
kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan pemanasan atau bahan kimia.
Karena IPV tidak hidup dan tidak dapat replikasi maka vaksin ini tidak dapat
menyebabkan penyakit polio walaupun diberikan pada anak dengan daya tahan
tubuh yang lemah.
Vaksin yang dibuat oleh Aventis Pasteur ini berisi tipe 1, 2, dan 3 dibiakkan
pada sel-sel VERO ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formadehid. Selain itu
dalam jumlah sedikit terdapat neomisin, streptomisin dan polimiksin. IPV harus
disimpan pada suhu 2 – 8 C dan tidak boleh dibekukan. Pemberian vaksin tersebut
dengan cara suntikan subkutan dengan dosis 0,5 ml diberikan dalam 4 kali
berturut-turut dalam jarak 2 bulan.
Orang yang mempunyai kontraindikasi atau tidak diperbolehkan mendapatkan
OPV maka dapat menggunakan IPV. Demikian pula bila ada seorang kontak yang
mempunyai daya tahan tubuh yang lemah maka bayi dianjurkan untuk
menggunakan IPV.
b. Oral Polio Vaccine (OPV)
Vaksin OPV pemberiannya dengan cara meneteskan cairan melalui mulut.
Vaksin ini terbuat dari virus liar (wild) hidup yang dilemahkan. Komposisi vaksin
tersebut terdiri dari virus Polio tipe 1, 2, dan 3 adalah suku Sabin yang masih hidup
tetapi sudah dilemahkan (attenuated). Vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan
ginjal kera dan distabilkan dalam sucrosa. Tiap dosis sebanyak 2 tetes mengandung
virus tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 serta antibiotika eritromisin tidak lebih dari 2 mcg
dan kanamisin tidak lebih dari 10 mcg.
Virus dalam vaksin ini setelah diberikan 2 tetes akan menempatkan diri di
usus dan memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun dalam dinding
luar lapisan usus yang mengakibatkan pertahan lokal terhadap virus polio liar yang
akan masuk. Pemberian air susu ibu tidak berpengaruh pada respon antibodi
terhadap OPV dan imunisasi tidak boleh ditunda karena hal ini. Setelah diberikan
dosis pertama dapat terlindungi secara cepat, sedangkan pada dosis berikutnya
akan memberikan perlindungan jangka panjang. Vaksin ini diberikan pada bayi
baru lahir 2, 4, 6, 18 bulan, dan 5 tahun.

3
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak
lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat
2 jenis vaksin yang beredar dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin
sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Dibeberapa
negara dikenal pula tetravaccine yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar
diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari atau selanjutnya
diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan
dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT.
Imunisasi ulang diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT, pmberian
imunisasi polio dapat menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomyelitis. Imunisasi polio.
Imunisasi ulang dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5-6 tahun) dan
saat meninggalkan sekolah dasar (12 thun). Cara memberikan imunisasi polio
adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung ke dalam
mulut anak. Imunisasi ini jangan diberika pada anak yang sedang diare berat, efek
samping yang terjadi sangat minimal dapat berupa kejang.
Vaksin dari virus polio (tipe 1,2,dan 3) Virus polio terdiri atas tiga strain, yaitu
strain 1 (brunhilde), strain 2 (lanzig), dan strain 3 (leon) yang dilemahkan, dibuat
dalam biakkan sel-vero : asam amino, antibiotic, calf serum dalam magnesium
clorida, dan fenol merah. Vaksin yang berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau
2 cc dalam flacon, pipet. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml). Vaksin
polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu. Penyimpana pada suhu 2-8ºC.

H. Jadwal Pemberian Imunisasi Polio

1. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio
oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari
transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
2. Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1, yaitu pada umur lebih dari 6
minggu.
3. Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2, yaitu pada umur 16 minggu
4. Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3, yaitu pada umur 6 bulan
5. Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4, yaitu pada umur 18 bulan
6. Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5, yaitu pada umur 5 tahun.

4
I. Kontra Indikasi Imunisasi Polio
a. Muntah atau diare berat pemberian faksin di tunda.
b. Inveksi HIV atau kontak langsung dengan HIV serumah.
c. Ada alergi terhadap neomisin, streptomisin, polimiksin-B.
d. Demam > 38,5 C pemeberian vaksin di tunda
e. Keadaan kekebalan tubuh yang rendah atau tinggal serumah dengan pasien yang
memiliki kekebalanm tubuh yang rendah misalnya : penyakit steroid, kanker dan
kemoterapi.

1.3 Imunisasi BCG


A. Pengertian Imunisasi BCG
BCG (Bacillus Calmete Guerin) adalah salah satu dari berbagai jenis vaksin yang
terdapat dalam program pemerintah. Vaksin BCG adalah vaksin berbentuk beku kering
yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan.
Vaksin BCG diberikan untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa atau
untuk mencegah penyakit TBC. Vaksin BCG dianjurkan agar diberikan kepada bayi
saat berusia 1-3 bulan, apabila diberikan pada anak usia diatas 3 bulan maka dianjurkan
untuk uji sensitivitas terhadap mikobakteria, atau uji tuberculin dulu (mantoux test).
Apabila hasilnya positif terinfeksi sebelum imunisasi, maka pembentukan antibody
setelah diimunisasi kurang maksimal.
Bayi yang baru lahir tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit TBC, untuk itulah
sangat penting bagi para ibu agar memberikan imunisasi BCG pada bayinya. Imunisasi
BCG cukup dilakukan satu kali saja. Karena imunisasi ini berisi kuman hidup yang
membuat antibodi yang dihasilkan cukup tinggi. Keberhasilan imunisasi ini biasanya
ditandai dengan munculnya bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan dan akan
sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut. Lokasi penyuntikannya yaitu di
lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang
melakukan penyuntikan di paha.

B. Manfaat Dan Jadwal Pemberian Imunisasi BCG


Tujuan dari pemberian imunisasi BCG terhadap anak balita 0-1 tahun adalah untuk
mencegah penyakit TBC. Telah diketahui bahwa penyakit TBC mudah sekali menular,
sedangkan pada masa bayi telah diketahui pula peka terhadap serangan penyakit,
apalagi terhadap penyakit menular. Tentunya memberikan peluang yang sangat besar

5
untuk terkena penyakit menular atau TBC kalau anak tersebut tidak diimunisasi BCG.
Oleh karena itu, imunisasi BCG sangat baik diberikan pada saat bayi umur 0-7 hari.
Keefektifan vaksin pada saat umur bayi 0-7 hari bisa mencapai 99% jika dibarengi
cara penyuntikaannya juga tepat. Kesehatan anak di waktu kecil akan menentukan
kesehatan dan kesejahteraan di waktu dewasa nantinya, misalnya TBC dapat menjadi
TBC otak yang mengakibatkan anak menjadi bodoh dan cacat di waktu kecil yang
pastinya pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu di masa dewasa nantinya.
Selain itu kuman TBC juga dapat menyerang berbagai organ tubuh seperti paru-
paru, tulang, kelenjar getah bening, sendi, ginjal dan hati. Untuk itu pemberian
imunisasi BCG secara dini sangatlah diperlukan. Sedangkan jadwal pemberian
imunisasi imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada waktu bayi baru lahir sampai usia
12 bulan, tetapi yang paling baik sebaiknya dilakukan pada bayi sebelum usia 2 bulan.

C. Kontra Indikasi
a. Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat penyuntikan.
b. Anak yang telah menderita penyakit TBC.
c. Adanya penyakit berat dan menahun seperti eksim, furunkulosis.
d. Anak yang menunjukkan mantoux positif
e. Menderita infeksi HIV
f. Sedang meminum obat imunosupresi atau sedang mendapat radioterapi
g. Menderita penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe
h. Menderita gizi buruk
i. Menderita demam tinggi.

D. Efek Samping
1. Reaksi Normal
a. Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi pembengkakan kecil
berwarna merah kemudian akan menjadi luka dengan diameter 10 mm.
b. Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan apapun pada luka
tersebut dan diberikan atau bila ditutup dengan menggunakan kain kasa kering
dan bersih.
c. Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut (scar)
dengan diametr 5-7 mm.

6
2. Reaksi Berat
a. Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abces yang lebih
luas.
b. Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau ketiak.
3. Reaksi yang lebih cepat
Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan
mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah
mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.

E. Dosis Dan Cara Pemberian Vaksin BCG


a. Sebelum disuntikan vaksin BCG dilarutkan terlebih dahulu dengan 4 ml NaCl
0,9%, dengan menggunakan alat suntik steril.
b. Dosis pemberiannya yaitu 0,05 ml, sebanyak satu kali untuk bayi usia ≤1 tahun
c. Disuntikan secara intracutan didaerah lengan kanan atas (insertion musculus
deltoideus), dengan menggunakan alat suntik dosis tunggal yang steril. Ukuran
jarum suntiknya no. 26 G.
d. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.

F. Reaksi Pemberian Vaksin BCG


Reaksi yang timbul sesudah sekitar satu minggu mula-mula timbul suatu papula
merah pada tempat suntikan dan ukurannya meningkat selama 2-3 minggu sekitar
berdiameter 1 cm atau ke ulkus jinak yang sembuh dalam 6-12 minggu yang meninggal
parut.
Reaksi yang mungkin terjadi pada pemberian imunisasi BCG yaitu reaksi lokal 1
sampai 2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan
benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule
(gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini
akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan
jaringan parut.

7
Reaksi regional yaitu pembesaran kelenjar getah bening pada leher tanpa disertai nyeri
tekan maupun demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan (Depkes RI, 2005:
19).

G. Komplikasi Pemberian Imunisasi BCG


Komplikasi yang mungkin timbul adalah pembentukan abses (penimbunan nanah) di
tempat penyuntikan kerena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang
secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya
dilakukan aspirasi (penghisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
Limfadenetis supurativa, terjadi jika penyuntikan terlalu dalam atau dosisnya terlalu
tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2 bulan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aziz. 2009. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC

Nurdianasari, Nesti. 2012 . KTI Tingkat Pengetahuan Ibu tentang imunisasi


polio.Surakarta: EGC

Miller. 2004. Imunisasi Polio. Bandung:FFT

Matondang. 2005. Pengertian Imunisasi Polio, Jenis, Jadwal, dan Kontra Indikasi
Imunisasi Polio. Jakarta:UIY

Anda mungkin juga menyukai