Anda di halaman 1dari 20

A.

Konsep Dasar Medik


1. Definisi
a. DHF (Dengue Haemorrhagicfever) adalah penyakit infeksi yng
disebabkan oleh virus Dengue dengan manifestsi klinis deman, nyeri
otot/nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoraghic (Sudoyo.ane.dkk dalam
NANDA NIC – NOC, 2015).
b. DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal
dengan sebutan Demam Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul,
2006)
c. Demam darah merupakan penyakit yang di sebabkan oleh karena
virus dengue yang tergolong virus melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti betina. Penyakit ini lebih di kenal dengan sebutan demam
berdarah dengue (Hidayat,2006).
Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang di
sebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam di sertai
gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian.

2. Klasifikasi DHF
Menurut WHO, 1986, terdiri dari:
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain tampa pendarahan spontan, uji
torniquet positif, trombositopania, hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Tanda pada derajat I disertai dengan pendarahan spontan pada kulit
atau ditempat lain.
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah menurun, gelisah, cianosis pada bibir, ujung jari dan hidung.
d. Derajat IV
Renjatan berat, dengue shock syndrome dengan nadi tak teraba dan
tekanan darah tak terukur

3. Anatomi dan Fisiologi Darah

Gambar : Anatomi darah


Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit. Komponen cair darah yang disebut plasma yang
terdiri dari 91 – 92 % air yang berperan sebagai medium transport dan 7
– 9 % terdiri dari zat padat yaitu protein-protein (Albumin, Globulin,
Fibrinogen). Unsur Anorganik (natrium, kalsium, kalium, fosfor, besi,
dan Iodium) dan unsur organik (zat-zat nitrogen non protein, urea, asam
urat, xantin, kreatinin, asam amino, fosfolipid, kolesterol, glukosa, dll).
Medium padat darah atau unsur selular darah terdiri dari sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit.
a. Sel darah merah (eritrosit)
Fungsi eritrosit adalah menyangkut dan melakukan pertukaran O2
dan CO2. jumlah eritrosit  5 juta per mm3 atau 5.000/mm3 darah.
Pada orang dewasa umur eritrosit rata-rata 120 hari. Pembentukan
eritrosit dirangsang oleh glikoprotein, dan eritropoetin dari ginjal.
b. Sel darah putih (leukosit)
Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama leukosit.
Jumlah normal adalah 4.000 – 10.000/mm3.
5 jenis sel darah putih, yaitu:
1) Neutrofil 55%
2) Eosinofil 2%
3) Bosofil 0,5-1%
4) Monosit 6%
5) Limfosit 36%
c. Trombosit
Trombosit atau platelet bukan merupakan sel melainkan pecahan
granular sel, berbentuk piringan dan tidak berinti, berdiameter 1-4
mm dan berumur kira-kira 10 hari. 1/3 berada dalam limpa sebagai
cadangan dan sisanya berada dalam sirkulasi. Jumlah normal antara
150.000-400.000/mm3. Trombosit sangat penting peranannya dalam
hemostatis dan pembekuan.
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari
100.000/mm3.

4. Etiologi
Virus dangue yang desebarkan melalui gigitan :
a. Nyamuk aedes aegyptie
b. Nyamuk aedes albopictus

4. Patofisiologi DHF
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dangue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti, yang
mempunyai 4 serotipe yaitu serotipe 1, 2, 3 dan 4, dimana keempat
serotipe ini dapat menyebabkan manifestasi klinis yang bermacam-
macam dari asimptomatis sampai fatal. Dengue fever merupakan
manifestasi klinik yang ringan, sedangkan DBD atau DSS merupakan
manifestasi klinik yang berat.
Gigitan nyamuk yang pertama mungkin tidak menimbulkan gejala
atau dapat juga terjadi dengue fever yaitu reaksi tubuh ringan yang
merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi
akan berat jika penderita mengalami infeksi berulang (ke-2), terutama
jika oleh virus yang berbeda pada infeksi pertama. Hal ini dinamakan “
the secondary heteroulogous infection “.
Setelah virus masuk dalam tubuh, maka akan terjadi replikasi virus
kemudian akan terjadi viremia, yang mengakibatkan penderita akan
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot dan sendi, ruam atau bintik-bintik
merah pada kulit, hiporomi tenggorokan dan pada keadan yang lebih
berat mungkin akan terjadi pembesaran kelenjar getah bening,
hopatomogali, splenomogali.
Jika virus yang masuk berbeda dengan infeksi pertama, maka
gejala akan lebih berat sehingga terjadi reaksi antigen–antibody dan akan
menimbulkan kompleks antigen-antibody (kompleks virus-antibody).
Keadaan ini dapat menyebabkan beberapa hal, yaitu :
a. Kompleks antigen-antibody akan mengaktivasi system komplemen
yang berakibat dilepasnya anaphylatoxin C3A dan C5A.
C5A menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut.
Suatu keadaan yang amat berperan dalam terjadinya renjatan.
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP akan
mengalami metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan
metamorfosis akan dimusnahkan oleh system retikulloendotel dengan
akibat trombositopnia hebat dan pendarahan.
Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan aminvasoaktif
(histamin dan serotonin) yang bersifat meninggikan permeabilitas
kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang merangsang
koagulasi intravaskuler.
c. Terjadinya aktivasi faktor hageman ( factor XII ), dengan akibat akhir
terjadi pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi
ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam
pembentukan anaphylatoxin dan penghancuran fibrin degradation
product. Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin yang
berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah.

5. Tanda dan Gejala


a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari.
b. Manifestasi pendarahan: uji torniquet positif, ptekie, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.
c. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anorexia, diare atau
konstipasi, nyeri ulu hati.
d. Nyeri sendi, sakit kepala, nyeri otot, lakrimasi, fotopobia, bintik-
bintik atau kemerahan pada kulit.
e. Hepatomogali, splenomogali, pembesaran kelenjar getah bening.
f. Jika terjadi renjatan (Shock) sianosis perifer (pada bibir dan
ujung jari), kulit teraba lembab dan dingin, hipotensi, nadi cepat dan
lemah, gelisah, kesadaran menurun.
g. Kadang ditemui keluhan batuk pilek, sakit menelan (tidak spesfik).
h. Laboratorium
1) Darah
a) Trombositopenia
b) Heamoglobin meningkat > 20 %
c) Heamokonsentrasi ( hematokrit meningkat )
d) Hipoproteinemis
e) Hiponatremia Kimia darah
f) Hipokloremia
g) Ig G dan Ig M dengue positif
* Pada hari ke-2 atau ke-3
a) Leukopania (netropania, aneosinofilia, limfosit naik, monosit
naik, basofil naik)
b) SGOT – SGPT naik
c) Ureum naik, PH darah naik
d) Waktu pendarahan memanjang
e) Analisa gas darah: acidosis metabolic
pCO2 meningkat
pO2 menurun
f) Urine
Alubuminuria ringan – berat
2) Pemerikasaan radiologi
Photo thorax pleura efusi, oedema paru
3) USG
Hepatomogali – Splenomegali

7. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Diet lunak
c. Banyak minum 2-2,5 liter/24 jam
d. Infus/cairan intravena RL atau NaCl 0,5%
e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam, jika keadaan memburuk tiap
jam
f. Cek Hb-Ht, Trombosit/hari
g. Antipiretik, sebaiknya golongan asetaminofen, eukuin
h. Kompres hangat
i. Monitor tanda-tanda pendarahan (lanjut)
j. Antibiotik, jika dikuatirkan atau sudah ada infeksi sekunder
k. Diazepam, jika kejang
l. Jika DSS cairan guyur, jika tidak ada perbaikan beri plasma
expander/dextran 15-20 ml/kgBB
m. Na bikarbonat, jika acidosis metabolic
n. Transfusi jika hematemesis melena hebat Hb menurun
o. Pasang NGT, jika pendarahan di saluran cerna untuk mengeluarkan
cairan lambung.
8. Discharge Planning
a. Penjelasan tentang penyebab penyakit:
1) Nyamuk aedes aegypti (betina)
2) Menggigit pada siang hari
3) Berkembang biak pada genangan air bersih
4) Tinggal pada baju-baju yang bergantungan/gorden
b. Penjelasan tentang tanda dan gejala penyakit:
1) Demam tinggi mandadak 2-7 hari
2) Mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri epigastric, nyeri
sendi/otot, timbul bintik-bintik pada kulit.
c. Penjelasan tentang pertolongan pertama pada DHF:
1) Beri banyak minum (air putih, susu, oralit, juice, dll)
2) Kompres dingin
3) Segera bawa ke petugas kesehatan/puskesmas terdekat
d. Penjelasan setiap prosedur yang akan dilakukan (di RS)
1) Pemasangan infuse
2) Pemeriksaan darah/pengambilan darah
3) Pemberian obat-obatan (oral, injeksi)
4) Pemberian transfuse
5) Photo thorax, USG (jika perlu)
6) Pemasangan HCAT jika perdarahan saluran cerna
e. Penjelasan tentang asupan nutrisi untuk pemulihan, pentingnya tirah
baring dan penggantian cairan.
f. Penjelasan tentang tindakan pencegahan penyakit:
1) Meningkatkan pertahanan tubuh
2) Memberantas sarang-sarang nyamuk dewasa (kebersihan
lingkungan, penyemprotan/fogging oleh RT/RW, memberantas
nyamuk, menutup rapat tempat penyimpanan air, membakar,
mengubur barang-barang bekas yang dapat digenangi air dan
dapat menjadi tempat perkembangan nyamuk, menguras bak
mandi minimal 1 x seminngu, tidak membiarkan pakaian
bergantungan, membersihkan selokan agar air mengalir).
3) Membunuh jentik-jentik nyamuk dengan bubuk abate.

9. Komplikasi
- Perdarahan
- Renjatan (syok)
- Efusi pleura
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian :
a. Anamnese:
1) Identitas:
a) Umur: DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering
menyebabkan kematian pada anak, remaja dan dewasa
b) Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada
penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada
anak perempuan daripada anak laki-laki.
c) Tempat tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa
Kota besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar
di Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah
penduduk yang padat dan dalam waktu relatif singkat.
2) Keluhan utama:
a) Demam tinggi selama 5 – 7 hari
b) Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c) Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
d) Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e) Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
f) Sakit kepala.
g) Pembengkakan sekitar mata.
h) Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan
darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi
cepat dan lemah).
3) Riwayat penyakit sekarang:
a) Demam tinggi selama 5 – 7 hari
b) Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c) Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
d) Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e) Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
f) Sakit kepala.
g) Pembengkakan sekitar mata.
h) Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan
darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi
cepat dan lemah).
4) Riwayat penyakit dahulu:
Tidak ada hubungannya antara penyakit yang pernah diderita dahulu
dengan penyakit DHF yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu
pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga:
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang
tinggal didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegepty.
6) Riwayat Kesehatan Lingkungan:
DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes:
a) Aedes aegepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis
terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada
tempat penampungan air bersih, seperti kaleng bekas, ban bekas,
tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi
jarang dibersihkan. Dengan jarak terbang nyamuk + 100 meter.
b) Aedes albapictus.
7) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak
a) Faktor Keturunan ; yaitu faktor gen yang diturunkan dari
kedua orang tuanya.
b) Faktor Hormonal ; banyak hormon yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak, namun yang paling
berperan adalah Growth Hormon (GH).
c) Faktor Gizi ; Setiap sel memerlukan makanan atau gizi yang
baik. Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik dibutuhkan
gizi yang baik.
d) Faktor Lingkungan; Terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan
biologi dan lingkungan psikososial.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Breathing
Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal,
tachypnea, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi
terdengar ronchi, effusi pleura (crackless).
2. Blood
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni.
Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat
(tachycardia), penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar
mulut, hidung dan jari-jari.
Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
3. Brain
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III
pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat terjadi DSS
4. Bladder
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
5. Bowel
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan,
nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati
(hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan
ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah
(melena).
6. Bone/Integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam
makulopapular, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet,
terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit
(petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
Nyeri pada otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, lemah,
anoreksia (tak nafsu makan), mual, haus, sakit saat menelan.

c. Pemeriksaan penunjang:
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien
tersangka DBD adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk
melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit
plasma biru.
Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:
a) Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat
ditemui limfositosis relatif (>45% dari total lekosit) disertai
adanya limfosit plasma biru >15% dari jumlah total lekosit
yang pada fase syok akan meningkat.
b) Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-
8
c) Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan
ditemukannya peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit
awal, umumnya dimulai pada hari ke 3 demam.
d) Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D
Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi
perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
e) Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat
kebocoran plasma
f) SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat
meningkat
g) Ureum, kreatinin:bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
h) Elektrolit: sebagai pemantauan pemberian cairan.
i) Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfusi
darah atau komponen darah.
j) Imunoserologi dilakukan pemeriksaaan IgM dan IgG terhadap
dengue
i. IgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai
minggu ke 3, menghilang setelah 60-90 hari.
ii. IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke
14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke 2
k) Uji HI: dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta
saat pulang dari perawatan, uji ini digunakan untuk keperluan
surveilans.
d. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto didapatkan efusi pleura, terutama pada hemithoraks kanan
tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
dijumpai pada kedua hemithoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada
sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi
badan sebelah kanan). Ascites dan efusi pleura dapat pula dideteksi
dengan pemeriksaan USG

e. Penatalaksanaan
1) Tanpa renjatan :

a) Minum banyak 1,2 -2 liter/hari.


b) Bila muntah terus dipasang IVFD.
c) Antipiretik, dianjurkan para parasetamol.
d) Antikonvulsi, u/kejang dan demam.
2) Dengan renjatan :

a) IVFD.
b) Plasma ekspander
c) Pemberian komponen darah
d) Oksigen
e) Koreksi basa bila asidosis
Evaluasi keadaan umum, tanda vital, perdarahan, dieresis, Hb, Ht,
trombosit

2. Diagnosa Keperwatan
a. Kekurangan volume cairan vaskuler berhubungan dengan pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
c. Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
hebat.
d. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, nyeri epigastrik.
e. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah (tromboositopenia)
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional
1. Resiko tinggi kekurangan NOC NIC 1. Perubahan tanda-tanda vital
volume cairan vaskuler Kekurangan volume cairan Manajemen hipovolemia: sebagai penentu tindakan
berhubungan dengan tidak terjadi, ditandai dengan: 1. Pantau tanda-tanda vital selanjutnya
pindahnya cairan f. Keseimbangan cairan 2. Monitor status hidrasi 2. Status hidrasi sebagai ukuran
intravaskuler ke g. Hidrasi yang adekuat 3. Pertahankan intake tindakan yang akan dilakukan
ekstravaskuler Kriteria hasil: output yang adekuat 3. Intake output yang seimbang
2. Mempertahankan urine 4. Kolaborasi pemberian mencegah terjadinya
output sesuai dengan usia cairan intravena kekurangan volume cairan
dan BB 5. Berikan cairan intravena 4. Pemberian cairan intravena
3. Tanda-tanda vital dalam salah satu mencegah terjadinya
batas normal kekurangan volume cairan
4. Tdak ada tanda-tanda 5. Dengan memberikan cairan
dehidrasi intravena, kekurangan volume
cairan dapat dicegah
2. Hipertermi berhubungan NOC : NIC 1. Perubahan tanda-tanda vital
dengan proses infeksi Thermoregulation Fever treatment sebagai penentu tindakan
virus dengue Kriteria Hasil 1. Monitor tanda-tanda selanjutnya
1. Suhu tubuh dalam vital terutama suhu 2. Peningkatan IWL sebaai
rentang normal 2. Monitor IWL indikator adanya perubahan
2. Nadi dan RR dalam 3. Monitor penurunan suhu
rentang normal tingkat kesadaran 3. Penurunan tandaa-tanda vital
3. Tidak ada perubahan warna 4. Monitor WBC, Hb, dan merupakan gejala awal adanya
kulit dan tidak ada pusing, Hct penurunan kesadaran
merasa nyaman 5. Berikan anti piretik 4. Pemeriksaan laboratorium
6. Berikan caira intravena tersebut mengindikasikan saat
7. Kompres pasien pada terjadinya perubahan suhu
lipat paha dan aksila 5. Anti piretik terapi untuk
menurunkan demam
6. Pemberian cairan intra vena
membantu menurunkan suhu
akibat kehilangan cairan
7. Kompres dapat menurunkan
panas secara konduksi
3. Resiko terjadinya syok NOC NIC 1. Perubahan tanda-tanda vital
hipovolemik berhubungan Syok prevention 1. Monitor tanda-tanda sebagai penentu tindakan
dengan perdarahan hebat Kriteria hasil: vital selanjutnya
1. Tanda-tanda vital dalam 2. Monitor pemeriksaan 2. Status hidrasi sebagai ukuran
batas normal laboratorium elektrolit tindakan yang akan dilakukan
2. Hasil laboratorium secara berkala 3. Intake output yang seimbang
elektrolit dalam batas 3. Kolaborasi pemberian mencegah terjadinya
normal cairan intravena kekurangan volume cairan
4. Berikan cairan intravena 4. Pemberian cairan intravena
5. Monitor intake output salah satu mencegah terjadinya
kekurangan volume cairan
5. Dengan memberikan cairan
intravena, kekurangan volume
cairan dapat dicegah.
4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang

spesifik tahap implementasi dimulai setelah rencana disusun dan

ditunjukan pada nursing order untuk membantu klien dalam mencapai

tujuan yang diharapkan oleh karena itu rencana yang spesifik dilaksanakan

untuk memodifikasi.

5. Evaluasi keperawatan
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien

terhadap tindakan keperawtan dan kemajuan klien ke arah pencapaian

tujuan. Evaluasi terjadi kepada perawat berhubungan dengan klien.

Perkembangan adalah pada hasil klien dan perawat mengevaluasi apakan

prilaku klien mencerminkan suatu kemandirian atau kemajuan didalam

diagosa keperawatan (Perry potter, 2005).

Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan DHF sesuai tujuan yang

telah ditetapkan. Evaluasi yang diharapkan pada klien sebagai berikut

a. Kesimbangan cairan akan tetap terjadi dari kebutuhan cairan pada klien

terpenuhi

b. Suhu tubuh klien dalam batas normal (36,5-37,5oC) klien bebas demam

c. Klien dapat mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hipovolemik

dengan tanda untuk dalam batas normal.

d. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan

makanan sesuai dengan porsi yang diberikan sesuai kebutuhan.

e. Tidak terjadi perdarahan


Daftar Pustaka

Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardhi, 2013, Aplikasi Asuhan

Keperawatan Berdasaran NANDA NIC NOC Edisi Revisi jilid 1. Media Action

Publishing: Yogyakarta.

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid 2.

Salemba Medika: Jakarta.

Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC: Jakarta.

Noer, Sjaifoellah, dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester:

Jakarta.
DHF

Disusun oleh:
Putri Hana Agavia (30120115005)
Ansita Tessa Salonika S (30120115006)
Ayu Oktaviani (30120115013)
Ellizabeth Sianipar (301201150)
Monica Sihotang (301201150037)
Wulandari Triyanti M (30120115052)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
2018

Anda mungkin juga menyukai