Anda di halaman 1dari 16

13.

1 PERLUNYA SAMPLING DALAM AUDIT


Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 350
mendefinisikan sampling audit sebagai:
Penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok
transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian,
maupun pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan
sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya
jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam
prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika
diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai
dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
13.1.2 Ketidakpastian dalam Sampling Audit
Standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga mengindikasikan pengakuan adanya
suatu ketidakpastian dalam audit. Auditor mengakui adanya faktor-faktor seperti biaya dan
waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan baik atas sampel data maupun atas
seluruh data. Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan biaya yang
diperlukan. Auditor juga mengakui adanya konsekuensi negative dari kemungkinan
kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data
sampel semata. Auditor dapat memutuskan untuk menerima beberapa ketidakpastian yang
timbul akibat pelaksanaan sampling. Hal tersebut ditempuh auditor apabila biaya yang
waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan atas semua data lebih besar daripada
konsekuensi negatif dari kemungkinan kesalahan pemberian pendapat auditor dari audit
terhadap data sampel semata. Karena hal tersebut biasa terjadi dalam audit laporan
keuangan, maka sampling banyak digunakan dalam auditing.
Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan berbagai prosedur audit disebut
dengan risiko audit. Risiko audit terdiri atas risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko
deteksi. Dengan menggunakan pertimbangan profesional, auditor menilai berbagai faktor
untuk menentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian dan melakukan pengujian
substantif untuk membatasi risiko deteksi. Pengujian pengendalian baru dilaksanakan

1
apabila terjadi penentuan risiko pengendalian pada tingkat yang lebih rendah daripada
tingkat maksimum.
Ketidakpastian meliputi:
1. Ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh pengguna sampling (risiko sampling).
2. Ketidakpastian yang disebabkan faktor selain sampling (risiko non sampling).

13.1.3 Risiko Sampling


Risiko sampling berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil bukan
sampel yang representatif. Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa kesimpulan
auditor bila menggunakan sampling mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan
dicapai bila cara pengujian yang sama diterapkan tanpa sampling. Tingkat risiko sampling
mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel. Semakin kecil ukuran sampel,
semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin besar ukuran sampel, semakin
rendah risiko samplingnya.
Auditor harus menerapkan pertimbangan professional dalam menentukan besarnya
risiko sampling. Risiko sampling dapat dibedakan atas:
1. Risiko sampling dalam pengujian substantif atas detail atau rincian
2. Risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian.
Seluruh risiko baik yang berkaitan maupun yang tidak berkaitan dengan sampling
memungkinkan kesalahan pemberian pendapat. Auditor kemunkinan dapat memberikan
pernyataan wajar atas nilai buku yang mengandung salah saji yang material. Kesalahan
pemberian pendapat auditor dapat disebabkan oleh kombinasi kemungkinan kesalahan
berikut:
1. Kesalahan material yang terjadi dalam laporan keuangan
2. Struktur pengendalian intern gagal mendeteksi dan melakukan korelasi kesalahan
3. Prosedur audit yang dilaksanakan auditor, gagal mendeteksi kesalahan.
13.1.4 Risiko Non Sampling
Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling. Risiko ini tidak akan pernah dapat diukur secara matematis. Risiko non sampling
timbul karena:
1. Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam dokumen.

2
2. Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan
tujuan audit.
3. Salah interpretasi hasil sampel.
Walaupun tidak dapat diukur secara matematis risiko non sampling ini dapat ditekan
auditor dengan cara sebagai berikut:
1. Melakukan perencanaan yang tepat.
2. Melakukan pengawasan atau supervise yang tepat.
3. Menerapkan standar pengendalian kualitas yang ketat atas pelaksanaan audit.

13.2 CARA MELAKUKAN SAMPLING


Standar professional akuntan publi pada standar pekerjaan lapangan ketiga
menyatakan bahwa:
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan”.
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk
memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah:
1. Sampling statistik.
2. Sampling non statistik.
Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan
profesionalnya dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan rencana sampling. Auditor
harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam melaksanakan pengevaluasian hasil
sampling. Sampling statistik dan sampling non statistik mengharuskan auditor untuk
menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menghubungkan bukti audit yang
dihasilkan melalui pengambilan sampel dengan bukti audit lain, dan dalam mengambil
kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.
Pemilihan metode sampling statistik atau sampling non statistik tidak secara langsung
mempengaruhi keputusan auditor mengenai :
1. Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih.
2. Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel individual.
3. Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.

3
13.2.1 Sampling Statistik
Sampling Statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non statistik.
Biaya tersebut dikeluarkan berkaitan dengan:
1. Biaya pelaksanaan training bagi staf auditor untuk menggunakan statistik.
2. Biaya pelaksanaan implementasi rencana sampling statistik.
Tingginya biaya sampling statistik dikompensasi dengan tingginya manfaat yang
dapat diproleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik lebih memberikan
manfaat daripada sampling non statistik.
Sampling statistik menguntungkan manajemen dalam tiga hal berikut:
1. Perancangan sampel yang efisien.
2. Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun.
3. Pengevaluasian hasil sampel.
Disamping itu, sampling statistik mendukung auditor untuk mengkuantifikasi dan
mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam teknik sampling statistik, yaitu:
1. Attribute sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah untuk
memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang
ditentukan dalam populasi.
2. Variables sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif, kegunaan variables sampling
adalah untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi atau jumlah rupiah
kesalahan dalam populasi
13.2.2 Sampling Non Statistik
Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan berdasar
kriteria subjektif. Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling
non statistik, dengan melakukan pertimbangan subjektif berdasar pengalamannya.
Pelaksanaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasar kriteria sebjektif dan pengalaman
auditor yang bersangkutan.
Dalam sampling non statistik, auditor menghadapi kemungkinan terjadinya:
1. Terlalu banyak sampel yang digunakan melebihi yang diperlukan, yang
mengakibatkan pemborosan waktu dan biaya.

4
2. Terlalu sedikit sampel yang digunakan sehingga mengakibatkan ketidakefisienan
pengambilan sampel.
3. Terlalu ekstensif kecukupan bukti audit yang berdasarkan sampel. Dengan
demikian, auditor menghimpun terlalu banyak bukti dari yang diperlukan untuk
memperoleh dasar yang memadai untuk memberikan pendapat auditor.
4. Kurangnya kecukupan bukti yang berdasarkan sampel. Hal ini mengakibatkan
semakin besarnya kemungkinan kesalahan auditor dalam mengambil kesimpulan
atas kewajiban laporan keuangan.
Pemilihan sampling non statistik atau sampling statistik tidak berdampak pada prosedur
audit yang diterapkan kedalam sampling. Hubungan antara sampling non statistik dan
sampling statistik ditunjukkan sebagai berikut:
Menentukan tujuan
pengujian audit

Menentukan prosedur yang sesuai dengan tujuan audit

Seberapa banyak item


yang akan diujikan ?

Pendekatan
sampling

Mendefinisikan populasi dan unit sampling Mendefinisikan populasi dan unit


sampling

Menentukan ukuran sampel Menentukan sampel dg


dan model secara eksplisit pertimbangan secara
terhadap faktor-faktor yang implisit terhadap faktor-
relevan faktor yg relevan

Pemilihan secara acak Pemilihan dengan


sampel yang mewakili pertimbangan subjektif
sampel yang mewakili

Menjalankan prosedur audit Menjalankan prosedur audit

Mengevaluasi hasil dengan Mengevaluasi hasil dengan


statistik dan pertimbangan pertimbangan

5
A. Sampling dalam Pengujian Substantif
Untuk sampling statistik dalam pengujian substantif pembahasan terfokus pada classical
variable sampling. Perencaanaan sampel meliputi pengembangan strategis pelaksanaan
audit. Standar Profesional Akuntan Publik 350, par 16 menyebutkan berbagai faktor yang
harus dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian substantif, yaitu:
1. Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus dicapai.
2. Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materrialitas.
3. Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima auditor.
4. Karakteristik populasi.
Pelaksanaan Evaluasi atas Hasil Sampel
Prosedur audit yang memadai untuk suatu tujuan audit tertentu harus diterapkan
terhadap setiap unsure sampel. Apabila ada unsur sampel terpilih yang tidak diperiksa
karena dokumen pendukungnya hilang misalnya, maka perlakuan terhadap unsur itu
tergantung pada dampak unsur itu terhadap penilaian hasil sampel. Auditor, dengan
menggunakan judgment prefissional-nya wajib memproyeksikan salah saji hasil sampel
terhadap unsur-unsur dalam populasi yang menjadi asal sampel terpilih. Auditor wajib
mempertimbangkan aspek kualitatif suatu salah saji yang meliputi:
a. Sifat dan penyebab salah saji
b. Kemungkinan hubungan antara salah saji dengan tahapan audit sebelumnya.
Jika auditor menemukan hasil sampel menunjukkan bahwa asumsi perencanaan auditor
tidak benar, ia harus mengambil tindakan yang dipandang perlu, seperti:
a. Mengubah tingkat risiko yang ditemukan sebelumnya
b. Memodifikasi pengujian audit yang lain yang telah dirancang berdasar tingkat risiko
bawaan dan risiko pengendalian sebelumnya.
Auditor harus mengaikan penilaian atas sampel dengan bukti audit lain yang relevan
dalam penarikan kesimpulan atas saldo-saldo akun atau kelompok transaksi terkait. Auditor
harus mempertimbangkan secara total hasil proyeksi salah saji untuk penerapan sampling
audit dan non sampling audit, bersama-sama dengan bukti audit lain yang relevan, dalam
rangka penilaian auditor terhadap apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah salah
saji secara material.
Rencana sampling untuk pengujian substantif harus dirancang untuk:
a. memperoleh bukti bahwa saldo akan tidak mengandung salah saji yang material

6
b. membuat estimasi independen atas jumlah tertentu seperti menilai sejumlah persediaan
yang tidak mempunyai nilai buku
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam menyelenggarakan
pengujian substantive, auditor memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling, yang
meliputi risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance) dan risiko keliru menolak
(risk of incorrect rejection).
Risiko keliru menerima disebut juga dengan risiko Beta (Beta risk) adalah risiko
mengambil ksimpulan berdasarkan hasil sampel bahwa aldo akun bebas dari salah saji yang
material. Risiko keliru menerima berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendetekdian
terhadap ada tidaknya salah saji yang material. Jadi risiko keliru menerima (Beta risk)
merupakan kesempatan bukti statistik yang mendukung pernyataan wajar atas nilai buku
yang mengandung salah saji yang material. Risiko keliru menerima (Beta risk) dikendalikan
auditor dengan cara melakukan penyesuaian presisi rasio, risiko Alpha, dan materialitas.
Risiko keliru menolak disebut juga dengan risiko Alpha (Alpha risk) merupakan risiko
bahwa auditor mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel bahwa saldo akun berisi
salah saji secara material, padahal pada kenyataan saldo akun tidak berisi salah saji secara
material. Risiko keliru menolak berkaitan dengan efisiensi audit. Meskipun audit
dilaksanakan kurang efisien dalam kondisi tersebut, tetapi audit tetap dilaksanakan secara
efektif.
B. Variabel Sampling
Dalam pendekatan variabel sampling, distribusi normal digunakan auditor untuk
mengevaluasi karakteristik populasi yang didasarkan pada hasil sampel yang diambil dari
populasi. Variabel sampling sangat berguna bagi auditor apabila tujuan audit berkaitan
dengan pendeteksian kemungkinan saldo akun yang understatement atau overstatement.
Auditor menggunakan variabel sampling untuk memperkirakan saldo akun dan
mengusulkan penyesuaian saldo akun agar sesuai dengan hasil estimasi statistik. Variabel
sampling digunakan auditor, apabila ditemukan kondisi sebagai berikut:
1. Klien tidak dapat menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar
2. Suatu saldo akun ditentukan dengan sampling statistik.
Auditor juga dapat menggunakan variabel sampling untuk menilai kewajaran saldo
suatu item yang dicantumkan pada laporan keuangan.

7
Variabel sampling tepat untuk diterapkan auditor, antara lain pada observasi dan
penilaian persediaan, konfirmasi piutang dagang, cadangan untuk piutang tak tertagih,
cadangan persediaan yang rusak, menilai persediaan dalam proses, menilai aktiva tetap
dalam public utility company, penilaian umur piutang
Teknik yang digunakan dalam variabel sampling:
1. Mean-per-unit (MPU)
2. Difference estimation
3. Sampling Estimasi Rasio
Ketiga teknik tersebut mensyaratkan auditor untuk menentukan: total jumlah unit dalam
populasi dan nilai audit untuk setiap item dalam sampel.
C. Estimasi Mean Per Unit
Sampling Estimasi MPU disebut juga “simple extension method” meliputi penentuan
nilai audit untuk setiap item dalam sampel. Rata-rata nilai audit ini kemudian dihitung dan
dikalikan dengan jumlah unit dalam populasi untuk memperoleh estimasi atas total nilai.
Auditor juga menghitung cadangan (allowance) risiko sampling untuk digunakan dalam
pengevaluasian hasil sampel.
Langkah-langkah dalam perencanaan estimasi MPU, meliputi:
1. Menentukan Tujuan Pengujian dalam Rencana Sampling
Tujuan pengujian dalam rencana sampling MPU adalah untuk:
a. Menghimpun bukti bahwa saldo akun tercatat tidak mengandung salah saji yang material
b. Mengembangkan estimasi independen atas suatu jumlah akun apabila tidak ada nilai
buku yang tersedia.
2. Mendefinisikan Kondisi Kesalahan
Langkan ini bertujuan untuk memperoleh bukti bahwa saldo akun tercatat tidak
mengandung salah saji yang material. Sampling ini digunakan untuk mendeteksi kesalahan
dalam jumlah rupiah dalam populasi. Berbeda dengan attribute sampling yang mengukur
tingkat keterjadian penyimpangan. ukuran dalam sampling ini dalah jumlah rupiah
kesalahan.
3. Mendefinisikan Populasi dan Unit Sampling
Populasi didefinisikan sebagai populasi jumlah rupiah tercatat. Kemudian auditor
memperkirakan atau mengevaluasi apakah jumlah populasi tercatat lebih rendah
(understated) atau lebih tinggi (overstated). Apabila pemeriksaan ditujukan atas akun

8
piutang dagang, biasanya auditor memperkirakan bahwa saldo akun piutang dagang
oversated.
Unit sampling harus kompatibel dengan tujuan audit dan prosedur audit yang akan
diterapkan. Contoh: tujuan audit adalah untuk menentukan akun penjualan yang tidak salah
saji material, dan bukti dihimpun melalui pemeriksaan dokumen yang mendukung transaksi
penjualan tercatat. Atas tujuan audit tersebut, maka auditor menentukan unit samplingnya
adalah line entries dalam jurnal penjualan.
4. Menentukan Ukuran Sampel
Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran sampel dalam sampling estimasi MPU,
yaitu:
a. Ukuran Populasi
Semakin besar ukuran/jumlah populasi, semakin besar ukuran/jumlas sampel.
Ukuran populasi juga dimasukkan dalam perhitungan hasil sampel.
b. Deviasi Standar Populasi yang Diestimasikan
Variabilitas nilai populasi dinyatakan dalam deviasi standar. Deviasi Standar nilai
audit tidak dihimpun untuk setiap item populasi. Deviasi Standar sampel harus
diestimasikan karena deviasi standar tidak dapat diketahui sebelum sampel dipilih.
5. Menentukan Metode Pemilihan Sampel
Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel, yaitu:
a. Pemilihan sampel acak (random) yaitu setiap item atau unsure dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
b. Pemilihan sistematis, yaitu pemilihan item atau unsure dengan menggunakan interval
konstan di antara yang dipilih, yang interval permulaannnya dimulai secara acak.
c. Pemilihan sembarang (haphazard selection), yang merupakan alterntif pemilihan acak.
Metode sampling random-lah yang menghasilkan sampel yang mewakili anggota populasi.
6. Melaksanakan rencana sampling
Tahap-tahap pelaksanaan rencana sampling estimasi MPU meliputi:
a. Melaksanakan prosedur audit yang tepat untuk menentukan nilai audit setiap item
sampel.
b. Menghitung rata-rata nilai sampel dan deviasi standar nilai audit sampel.

7. Mengevaluasi hasil sampel

9
Auditor mengevaluasi hasil, baik kuantitatif maupun kualitatif.
Penilaian Kuantitatif
Dalam melakukan evaluasi atas rencana sampling MPU, auditor menghitung:
a. Nilai populasi total yang diestimasikan (X)
̅
Rumus: X = N. X
dimana, ̅
X adalah rata-rata nilai sampel
b. Cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling
𝑆𝑥𝑗
Rumus:𝐴′ = 𝑁. 𝑈𝑅 .
𝑛

dimana:
𝑆𝑥𝑗 = deviasi standar nilai audit sampel
𝑁 = ukuran populasi
𝑈𝑅 = standar deviasi normal untuk desired risk of incorrect rejection
n = jumlah sampel
c. Sekang nilai populasi total yang diestimasikan (precession interval)
Ditentukan berdasarkan selisih antara nilai populasi yang diestimasi dan cadangan
(allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling.
Penilaian Kualitatif
Sebelum mencapai kesimpulan menyeluruh, auditor harus mempertimbangkan
aspek kualitatif dari salah saji moneter. Salah saji dapat disebabkan oleh adanya perbedaan
prinsip dan penerapannya, dan kekeliruan atau ketidakberesan.
Kesimpulan Menyeluruh
Apabila penilaian aspek kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel mendukung
kesimpulan bahwa populasi mengandung salah saji yang material, maka audtor harus
menggunakaan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan tindakan yang tepat.
Apabila sampel ternyata tidak representative, maka auditor dapat menambah sampel dan
mengevaluasi kembali hasilnya. Apabila nilai buku populasi salah saji melebihi salah saji
yang dapat ditoleransi maka auditor dapat mengajukan pertanyaan pada klien, menyesuaikan
nilai buku dengan persetuajuan klien,dan mengevaluasi kembali hasil sampel.

D. Sampling Estimasi Perbedaan (Defference Estimation Sampling)


Dalam sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk setiap item sampel
yang sama dengan nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Auditor kemudian

10
menggunakan rata-rata perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai populasi total.
Variabilitas perbedaan tersebut digunakan untuk menentukan (achieved precision) atau
cadangan (allowance) yang dapat diterima untuk risiko sampling
Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan teknik sampling ini, yaitu:
1. Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
2. Total nilai buku populasi harus dapat diketahui auditor
3. Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan total nilai
buku populasi
4. Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat diharapkan

E. Sampling Estimasi Rasio


Rasio dihitung dengan menghitung hasil pembagian jumlah nilai audit dibagi jumlah
niali buku untuk item sampel. Rasio tersebut kemudian dikalikan dengan nilai buku total
untuk menghasilkan nilai populasi total yang diestimasikan.
Hal-hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan teknik sampling estimasi rasio,
yaitu:
1. Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor.
2. Total nilai buku populasi harus dapat diketahui auditor.
3. Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan total nilai buku
populasi.
4. Harus ada perbedaan antara nilai audit dengan nilai buku yang dapat diharapkan.
Pemilihan antara keduanya tergantung ada tidaknya korelasi atau hubungan antara
jumlah perbedaan individual dengan nilai bukunya. Apabila ada korelasi yang sangat tinggi
antara jumlah perbedaan individual dengan nilai bukunya, maka estimasi rasio lebih efisien
karena memerlukan sampel dalam jumlah yang lebih sedikit.

F. Sampling dalam Pengujian Pengendalian


Standar Profesional Akuntan Publik 350. par 31 menyebutkan faktor-faktor yang
harus dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian pengendalian,
meliputi:
1. Hubungan antara sampel dengan tujuan pengendalian tertentu

11
2. Tingkat penyimpangan maksimum dari prosedur atau kebijakan pengendalian intern
yang ditetapkan yang akan mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
3. Tingkat risiko yang dapat diterima auditor atas penentuan risiko pengendalian yang
terlalu rendah
4. Karakteristik populasi.
Auditor memperhatikan dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi
risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control
risk too low) dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of
assessing control risk too high).
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of over
reliance) adalah risiko yang terjadi karena menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasar
hasil sampel terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan
yang sesungguhnya. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah
berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap ada tidaknya penyimpangan
pengendalian.
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of under
reliance) adalah risiko yang terjadi karena menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasar
hasil sampel terlalu tinggi dibandingkan dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan
yang sesungguhnya. Penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi berkaitan
dengan efisiensi audit. Meskipun audit dilaksanakan secara kurang efisien dalam kondisi
tersebut, tetapi audit tetap dilaksanakan secara efektif.
Auditor kadang harus melaksanakan pemerikasaan tidak berdasar sampling.
Pemeriksaan harus dilakukan terhadap seluruh populasi. Sampling tidak dapat diterapkan
untuk:
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern yang memadai
untuk merencanakan audit.
2. Pengujian prosedur dan kebijakan struktur pengendalian intern yang sangat tergantung
pemisahan tugas yang memadai
3. Pengujian atas prosedur dan kebijakan struktur pengendalalian intern tertentu yang
didokumentasikan.
4. Pengujian yang ditujukan untuk memperoleh bukti tentang rancangan atau operasi suatu
llingkungan pengendalian atau system akuntansi.

12
Pelaksanaan evaluasi atas hasil sampel
Apabila auditor tidak dapat menerapkan prosedur audit yan direncanakan atau
prosedur alterntif terhadap unsure sampel terpilih, maka ia harus mempertimbangkan
penyebab keterbatasan tersebut dan biasanya hal tersebut dipertimbangkan sebagai
penyimpangan dari prosedur dan kebijakan. Tingkat penyimpangan dalam sampel
merupakan estimasi terbaik auditor terhadap tingkat penyimpangan dalam populasinya.
Dalam menilai penyimpangan auditor juga perlu mempertimbangkan aspek kualitatif dari
penympangan yang meliputi:
1. Sifat dan penyebab penyimpangan
2. Kemungkinan hubungan antara penyimpangan dengan tahapan lain dalam audit.
Jika auditor menyimpulkan bahwa hasil sampel tidak mendukung tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan atas suatu asersi benar, ia harus menilai kembali sifat,
waktu dan luas prosedur substanti berdasar pertimbangan kembali atas tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan untuk asersi laporan keuangan yang relevan.

G. Attribute Sampling
Atribut sampling digunakan untuk memperkirakan tingkat deviasi atau
penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi. Sampling atribut
biasanya diterapkan pada pemeriksaan atas pengendalian: akuisisi barang atau jasa,
pengeluaran kas, pembayaran gaji dan upah (payroll), penjualan, dan penerimaan kas.
Sampling atribut digunakan untuk mengestimasi proporsi item yang mengandung
karakteristik atau atribut tertentu. Proporsi ini sering disebut dengan tingkat keterjadian
(occurance rate), dapat dihitung dengan menghitung pembagian item yang berisi atribut
khusus dibagi dengan total jumlah item dalam populasi.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian meliputi tahap berikut:
1. Menentukan tujuan pengujian audit
Tujuan tersebut adalah untuk menguji pengendalian siklus transaksi tertentu.
Misalnya dalam pengujian siklus pembelian tujuannya adalah untuk menguji keandalan
pengendalian atas barang dan jasa
2. Menspesifikasi atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan

13
Tahap ini menuntut auditor untuk menggunakan pertimbangan professional,
kecermatan dan keseksamaan. Berbeda dengan variable sampling yang mengukur jumlah
rupiah kesalahan, attribute sampling mengukur tingkat keterjadian penyimpangan.
3. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
Untuk menerapkan standar auditing, auditor harus memastikan bahwa populasi
adalah homogen. Homogenitas berarti semua item dalam populasi harus mempunyai
karakteristik yang sama.
4. Menspesifikasikan tingkat penyimpangan yang dapat diterima
Tingkat penyimpangan yang dapat diterima sering disebut tolerable deviation rate
(TDR), sangat membutuhkan pertimbangan professional auditor. TDR mencerminkan
tingkat penyimpangan dalam populasi yang dapat diterima auditor.
Ukuran Populasi
Ukuran populasi mempunyai pengaruh kecil bahkan mungkin tidak mempengaruhi
ukuran sampel. Meskipun demikian dapat ditentukan bahwa semakin besar ukuran atau
jumlah populasinya semakin besar ukuran sampel.
1. Menentukan metode pemilihan sampel
Metode yang digunakan untuk pemilihan sampel yaitu sampling random dan
sampling sistematis. Metode sampling random-lah yang menghasilkan sampel yang
representative.
2. Melaksanakan prosedur audit
Pemeriksaan dilaksanakan untuk menentukan sifat dan frekuensi penyimpangan dari
pengendalian yang ditentukan. Penyimpangan meliputi hilangnya dokumen, tidak adanya
inisial seperti tanda tangan atau autorisasi, yang mengindikasikan berjalannya pengendalian,
dan kesalahan matematis yang ditemukan.
3. Mengevaluasi hasil sampel
Penyimpangan yang ditemukan harus dicatat, diringkas dan dievaluasi. Auditor
membuat penentuan atau mengevaluasi hasil baik kuantitatif maupun kualitatif.
Penilaian Kuantitatif
Dalam melakukan evaluasi atas sampling atribut, auditor harus:
a. Menghitung tingkat penyimpangan sampel.
Tingkat penyimpangan sampel untuk setiap pengendalian yang diuji, dihitung
dengan membagi jumlah penyimpangan yang ditemukan dengan ukuran sampel yang diuji.

14
b. Menentukan batas penyimpangan atas (upper deviation limit)
Upper Deviation Limit (UDL) disebut juga achieved upper precision limit
mengindikasikan tingkat penyimpangan populasi maksimum yang didasarkan atas jumlah
penyimpangan yang ditemukan dalam sampel. Maka dari itu cadangan (allowance) yang
direncanakan untuk risiko sampling ditambahkan pada tingkat penyimpangan sampel. Hal
ini dilakukan auditor agar batas penyimpangan atas lebih besar daripada tingkat
penyimpangan populasi yang nyata.
c. Menentukan cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling
Cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling sering disebut
desired precision atau acceptable precsion adalah tingkat ketepatan yang diterima oleh
auditor. Maka dari itu cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling
ditambahkan pada tingkat penyimpangan sampel. Hal ini dilakukan auditor agar batas
penyimpangan atas lebih besar daripada tingkat penyimpangan populasi yang nyata.

15
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, Haryono. 2010. Auditing (Pengauditan). Buku 1. Yogyakarta: Unit
Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Arens, Alvin A;Randal J. Elder, Mark S.Beasly. 2009. Auditing dan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi Jilid 1. Englewood Cliffs, New Jersey

16

Anda mungkin juga menyukai