Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada abad 21 ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik

pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia

pendidikan dalam mempersiapkan akan didik untuk berpartisipasi secara utuh

dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan

peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.

Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan

juga sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap

bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa

dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau

setidaknya dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber

informasi. Lebih celaka lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan

menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes

dan ujian yang tinggi.

Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah

proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah

seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan

siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-

muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur

proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga

saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnnya. Bahkan, banyak

1
2

penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching)

ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang

memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama

siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem

“pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini,

guru bertindak sebagai fasilitator.

Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran ini perlu

dipakai lebih sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi,

juga terjadi transformasi sosial, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan

sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-

keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah

dan berkembang pesat.

Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini metode gotong royong

tidak terlampau asing dan mereka telah sering menggunakannya dan

mengenalnya sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal

bahwa banyak guru telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam

kelompok.

Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif.

Berbagai sikap dan kesan negatif memang bermunculan dalam pelaksaan

metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung

saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil.

Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah

membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok

yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan


3

kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidakpuasaan dan

kekecewaaan. Bukan hanya guru dan siswa yang merasa pesimis mengenai

penggunaan metode kerja kelompok, bahkan kadang-kadang orang tua pun

merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu kelompok dengan

siswa lain yang dianggap kurang seimbang.

Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelmpok

tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih

banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode

kerja kelompok. Yang diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative

learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya.

Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai

kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini

adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling

ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal,

keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Kekhawatiran bahwa semangat siswa dalam mengembangkan diri

secara individual bisa terancam dalam penggunaan metode kerja kelompok

bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara

sembarangan, siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar

mendominasi ataupun melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran

gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota

dalam satu kelompok melaksanakan taanggung jawab pribadinya karena ada

sistem akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih
4

payah rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin

perbaikannya.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong

untuk melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian balikan

terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil judul “Upaya

Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan

Model Pembelajaran Learning Together Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1

Gunungsitoli Idanoi Tahun Pelajaran 2016 / 2017”.

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa

permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran model learning together berpengaruh terhadap hasil

belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas IX SMP Negeri 1

Gunungsitoli Idanoi tahun pelajaran 2016 / 2017?

2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Pendidikan Agama

Islam dengan diterapkannya metode pembelajaran model learning

together pada siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi tahun

pelajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Berdasar atas rumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan

penelitian ini adalah:


5

1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran model learning together

terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa Kelas IX SMP

Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi tahun pelajaran 2016/2017.

2. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya pembelajaran

model learning together pada siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Gunungsitoli

Idanoi tahun pelajaran 2016 / 2017

D. Pentingnya Penelitian

1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

pembelajaran model learning together dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam oleh guru mata pelajaran kelas IX SMP Negeri 1

Gunungsitoli Idanoi.

2. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi

belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam .

3. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode

pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

4. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial

untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai

tujuan belajar.

5. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar

Pendidikan Agama Islam .


6

6. Sumbangan pemikiran bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam

mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Pendidikan Agama

Islam .

E. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka

perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran model learning together adalah:

Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-

kelompok untuk menetapkan tujuan bersama.

2. Motivasi belajar adalah:

Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau

tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau

keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah

lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

3. Prestasi belajar adalah:

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah

meliputi:
7

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas IX SMP Negeri 1

Gunungsitoli Idanoi tahun pelajaran 2016/2017.

2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari semester genap tahun

pelajaran 2016/2017.

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Hadis Tentang Kebersihan


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk

hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian

atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman (KBBI, 1996:14).

Sependapat dengan pernyataan tersebut, Sutomo (1993:68),

mengemukakan bahwa belajar adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.

Sedangkan belajar adalah suatu proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi

perubahan dalam kebiasaan , kecakapan, bertambah pengetahuan, berkembang

daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120).

Pasal 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi, pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan

siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada

situasi tertentu.

8
9

B. Motivasi Belajar

1. Konsep Motivasi

Pengertian tradisional menitik beratkan pada metode imposisi,

yakni pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting

oleh guru bagi murid (Hamalik, Oemar: 2001: 157). Cara ini tidak

mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai atau

tidak dengan kesanggupan, kebutuhan, minat, dan tingkat kesanggupan,

serta pemahaman murid. Tidak pula diperhatikan apakah bahan-bahan

yang diberikan itu didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada

murid.

Sejak adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi

tentang kepribadian dan tingkahlaku manusia, serta perkembangan dalam

bidang ilmu pendidikan maka pandangan tersebut kemudin berubah.

Faktor siswa didik justru menjadi unsur yang menentukan berhasil atau

tidaknya pengajaran berdasarkan “Pusat minat” anak makan,

pakaian, permainan/bekeraja. Kemudian menyusul tokoh pendidikan

lainnya, seperti Dr. John Dewey, yang terkenal dengan “pengajaran

proyeknya”, yang berdasarkan pada masalahyang menarik minat siswa,

system persekolahan lainnya. Sehingga sejak itu pula para ahli

berpendapat, bahwa tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif

tertentu, dan perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan pada

motivasi yang aa pada murid. Murid dapat dipaksa untuk mengikuti semua

perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati perbuatan itu

sebagaimana mestinya. Seekor kuda dapat digiring ke sungai tetapi tidak


10

dapat dipaksa untuk minum. Demikian pula halnya dengan murid, guru

dapat memaksakan bahan pelajaran kepda mereka, akan tetapi guru tidak

mungkin dapat memaksanya untuk belajar dalam arti sesungguhnya. Inilah

yang menjadi tugas paling berat yakni bagaimana caranya berusaha agar

murid mau belajar, dan memiliki keinginan untuk belajar secara kontinyu.

2. Pengertian Motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendoronbgnya untuk

melakukian sesuatu, atau keadaan seorang atau organisme yang

menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku untuk

memenuhi kebuuhan dan mencapai tujuan., atau keadaan dan kesiapan

dalam arti individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat

sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu

pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk

aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar,

motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai

motivasai dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Hal ini sesui dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa

yang bermotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif

yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu dapat

menyerap dan mengendapkan materi itu, sehingga siswa itu akan

menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Jadi motivasi

adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu

dalam mencapai ujuan tertentu.


11

3. Macam-macam Motivasi

Menurut jenisnya, motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Motivasi Intinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah

karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain, sehingga

dalam kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu

untuk belajar (Usman, 2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi intrinsic adalah

motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu irangsang

dari luar, karena dalam setiap diri individu sedah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu.

Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi

dalam mengajar untuk mnembangun motivasi intrinsic, strategi

tersebut adalah sebagai berikut :L

1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.

2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran

sebatas yang pokok.

3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan

tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.

4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mnotivasi intrinsic adalah

motivasi yang timbul dari dalam individu yang fungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi inrinsik dala


12

dirinya, maka secara sadar akan melakukan sesuatu kegiatan yang

tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh

oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.

(Usman, 2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah

kebalikan dari motivasi intrinsic. Motivasi ekstrinsik adalah motif-

motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam

menumbuhkan moivasi instrinsik antara lain :

1) Kompetisi persaingan): Guru berusaha menciptakan persaingan

diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya,

berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai

sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.

2) Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal

kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu

menyamnpaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga

dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.

3) Tujuan yang jelas: Motif medorong individu untuk mencapai

tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu
13

yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam

melakukan sesuatu perbuatan.

4) Kesempunaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa

puas, kesenangan dan kepercayaan teradap diri sendiri, sedangkan

kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan

demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan

kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu

saja dengan bimbingan guru.

5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat

yang besar.

6) Mengadakan penelitian atau tes. Pada umumnya semua siswa

mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini

terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar

bila tiak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa

lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dan

menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai

itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.

Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang tibul dari luar individu yang berfungsinya Karen danya

perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan dari luar, untuk

mencapi nilai yang tinggi, dan lain sebgainya.

C. Meningkatkan Motivasi Belajar

Telah disepakati oleh ahli pendidikan bahwa guru merupakan kunci

dalam proses belajar mengajar. Bila hal ini dilihat dari segi nilai lebih yang
14

dimiliki oleh guru dibandingkan dengan siswanya. Nilai lebih ini dimiliki oleh

guru terutama dalam ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru bidang studi

pengajarannya. Walau demikian nilai lebih itu tidak akan dapat diandalkan

oleh guru, pabila ia tidak memiliki teknik-teknik yang tepat untuk

mentransferkan kepada siswa. Disamping itu kegiatan mengajar adalah satu

aktivitas yang sangat kompleks, karena itu sangat sukar bagi guru PAI

bagaimana caranya mengajar dengan baik agr dapat meningkatkan motivasi

siswa dalam belajar PAI.

Untuk merealisasikan keinginan tersebut, maka ada beberapa prinsip

umum yang harus dipegang oleh guru PAI dalam menjalankan tugasnya.

Menurut Prof. Dr. S. Nasution, prinsip-prinsip umum yang harus dipegang

oleh guru PAI dalam menjalankan tugasnya adalah sebagai berikut :

1. Guru yang baik memahami dan menghormati siswa.

2. Guru yang baik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikannya.

3. Guru hendaknya menyesuikan bahan pelajaran yang diberikan dengan

kemampuan siswa.

4. Guru hendaknya menyesuaikan metode pengajar dengan pelajarannya.

5. Guru yang baik mengaktifkan siswa dalam belajar.

6. Guru yang baik memberikan pengertian, bukan hanya dengan kata-kata

belaka. Hal ini unmtuk menghindari verbalisme pada murid.

7. Guru menghubungkan pelajaran pada kehidupan siswa.

8. Guru terkait dengan teks book.

9. Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan

pengetahuan, melainkan senantiasa membentuk kepribadian siswanya.


15

Sehubungan dengan upaya meningkatkan motivasi belajar siswa ada dua

prinsip yang harus diperhatikan oleh guru sebagaimana yang dikemukakan

oleh Thomas F. Suton sebagi berikut :

1. Menyelidiki dengan jelas dan tegas apa yang diharapkan dari pelajaran

untuk di pelajari dan mengapa ia diharapkan mempelajarinya.

2. Menciptakan kesadaran yang tinggi pada pelajaran akan pentingnya

memiliki skill dan pengetahuan yang akan diberikan oleh program

pendidikn itu.

Dari prinsip-prinsip umum di atas, menunjukkan bahwa peran guru

PAI dalam mengajar PAI dapat dikatakan sangat dominan, begitu pula dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa tampaknya guru yng mengetahui akan

kemampuan siswa-siswanya baik secara individual maupun secara kelompok,

guru mengetahui persoalan-persoalan belajar dan mengajar, guru pula yang

mengetahui kesulitan-kesulitan siswa terahadap pelajaran PAI dan bagaimana

cara memecahkannya.

D. Model LT (Learning Together)

Para siswa dikelompokkan ke dalam tim dengan empat sampai lima

orang per tim dan heterogen kemampuannya. Para siswa bekerja sebagai suatu

kelompok untuk menyelesaikan sebuah produk kelompok, berbagai gagasan,

dan membantu satu sama lain dengan jawaban, dan meminta bantuan dari

teman yang lain sebelum bertanya kepada guru, dan si guru memberikan

penghargaan kepada kelompok berdasarkan kinerja kelompok.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan,

yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan

kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian

tindakan sosial eksperimental.

Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan

perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah,

(2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung

pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat Learning Together

antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam

melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana

guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk

ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-

praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara

penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran

pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.

16
17

Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang

berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model

penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada

suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus

ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah

cukup.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini

bertempat di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi Tahun pelajaran

2016/2017

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Februari semester genap Tahun 2017

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas IX tahun pelajaran

2016 / 2017 pada pokok bahasan Hadis Tentang Kebersihan.

B. Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang

hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya


18

langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto,

Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan

adalah adanya partisipasi dan Learning Together antara peneliti dengan

anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan

masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses

pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan

memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam

kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa

prinsip sebagai berikut:

1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu

benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani

serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan

tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih

dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.

4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah

dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat

terhadap penelitian dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan

terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi

tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, Suharsimi, 2002:82-83).


19

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari

siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning

(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection

(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah

direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I

dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada

gambar berikut.
Putar
an 1

Refleksi Rencana
Rencana
awal/rancangan
awal/rancangan Putar
an 2
Tindakan/
Observasi
Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi Putar
an 3
Tindakan/
Observasi

Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi

Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:


20

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati

hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran kontekstual model

pengajaran berbasis masalah.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga siklus, yaitu siklus 1, 2, dan

seterusnya, dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur

kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri

dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan

akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

C. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang

fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai

bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu, (2) untuk menentukan

apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk memperoleh suatu nilai
21

(Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk

mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal.

Di samping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan

siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian

mana TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan

maka juga digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh

teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam

proses belajar mengajar.

D. Analisis Data

Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga

dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan,

maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan

data kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa

dalam proses belajar mengajar sebagai berikut.

1. Merekapitulasi hasil tes

2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-

masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang

terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas

secara individual jika mendapatkan nilai minimal 80, sedangkan secara

klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara

individu mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama

dengan 65%.
22

3. Menganalisa hasil observasi yang dilakukan oleh guru sendiri selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hubungan Pembelajaran Model Learning Together dengan Ketuntasan

Belajar

Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara

klasikal jika siswa yang mendapat nilai 80 lebih dari atau sama dengan 85%,

sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau

sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 80.

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar

observasi pengelolaan model pembelajaran Learning Together , dan

lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I

dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2017 di Kelas IX jumlah siswa

16 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

23
24

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil

penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 78,75
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 10
3 Persentase ketuntasan belajar 62,50

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

pembelajaran model Learning Together diperoleh nilai rata-rata

prestasi belajar siswa adalah 78,75 dan ketuntasan belajar mencapai

62,50 atau ada 10 siswa dari 16 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa

belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai  80 hanya

sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang

dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih

merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan

digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran model Learning

Together .

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh

informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:


25

1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu

3) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung

d. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih

terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan

pada siklus berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak

untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi

catatan.

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi

siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2017 di Kelas IX dengan


26

jumlah siswa 16 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai

pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga

kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus

II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada

siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II


1 Nilai rata-rata tes formatif 83,44
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 12
3 Persentase ketuntasan belajar 75,00

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 83,44 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00 % atau ada 12

siswa dari 16 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa

pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami

peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil

belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap

akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan

berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga
27

sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru

dengan menerapkan pembelajaran model Learning Together .

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari

hasil pengamatan sebagai berikut.

1) Memotivasi siswa

2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

3) Pengelolaan waktu

d. Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan

pada siklus II antara lain:

1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa

lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.

2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan

takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau

bertanya.

3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep.

4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi

soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan

belajar mengajar.
28

3. Siklus III

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2018 di Kelas IX dengan

jumlah siswa 16 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai

pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga

kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada

siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada

siklus III adalah sebagai berikut.

Tabel 4.3. Hasil Formatif Siswa Pada Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III


1 Nilai rata-rata tes formatif 86,88
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15
3 Persentase ketuntasan belajar 93,75
29

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 86,88 dan dari 16 siswa telah tuntas sebanyak 15 siswa dan 1

siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 93,75 % (termasuk

kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih

baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini

dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan pembelajaran model Learning Together sehingga siswa

menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa

lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

c. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan

baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan pembelajaran model Learning Together . Dari data-

data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-

masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.


30

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran model

Learning Together dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta

hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan

dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang

perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan

dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model

pengajaran Learning Together dapat meningkatkan proses belajar

mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

model Learning Together memiliki dampak positif dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan

belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 62,50 %,

75,00 %, dan 93,75 %. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara

klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

belajar mengajar dengan menerapkan model pengajaran Learning Together

dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif

terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan


31

meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus

mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran PAI pada pokok bahasan Hadis Tentang Kebersihan dengan

model pengajaran Learning Together yang paling dominan adalah,

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar

siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan

menerapkan pengajaran konstekstual model pengajaran berbasis masalah

dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya

aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep,

menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab

dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus,

hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pengajaran Learning Together dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran PAI.

2. Pembelajaran model Learning Together memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (62,50%),

siklus II (75,00 %), siklus III (93,75 %).

3. Model pengajaran Learning Together dapat menjadikan siswa merasa

dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan

pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan.

4. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu

mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.

5. Penerapan pembelajaran model Learning Together mempunyai pengaruh

positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

32
33

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar

proses belajar mengajar PAI lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang

optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan model pengajaran Learning Together memerlukan

persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan

atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran

model Learning Together dalam proses belajar mengajar sehingga

diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam

taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di Kelas IX tahun pelajaran 2016 / 2017

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan

agar diperoleh hasil yang lebih baik.


34

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:


Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineksa Cipta.

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta:


Usaha Nasional.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.


Semarang: Aneka Ilmu.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa


Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak.


Psikologi UGM.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press.
Univesitas Negeri Surabaya.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.


35

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-
PPAI, Universitas Terbuka.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan


Cendekia.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa


Cipta.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
36
Lampiran 1

Nilai Tes Formatif Pada Siklus I

Keterangan
No Nama Siswa Skor
T TT
1 Ainun Mardiah 95 

2 Asrifal Daeli 80 

3 Hayatun Nufus Kurinci 70 

4 Irham Aceh 85 

5 Rifdani Larosa 60 

6 Syahrul Randany 60 

7 Aswansyah Kurinci 80 

8 Annisa Widiastuti Kurinci 95 

9 Masdar Farasi 70 

10 Mhd. Aldiansyah Farasi 60 

11 Wardatul Umayya Gea 70 

12 Irna Sari Gea 85 

13 Laeli Fitri Gea 90 

14 Lailan Hafni Gulo 100 

15 Warda Tulzannah Harefa 80 

16 Wildan Syari’ah farasi 80 

Jumlah 1260 10 6

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 10
Jumlah Siswa yang tidak tuntas : 6
Skor Maksimal Ideal : 1600
Skor Tercapai : 1260
Rata-rata Skor Tercapai : 78,75
Prosentase Ketuntasan : 62,50 %

37
Lampiran 2

Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

Keterangan
No Nama Siswa Skor
T TT
1 Ainun Mardiah 100 
2 Asrifal Daeli 85 
3 Hayatun Nufus Kurinci 80 
4 Irham Aceh 85 
5 Rifdani Larosa 70 
6 Syahrul Randany 70 
7 Aswansyah Kurinci 80 
8 Annisa Widiastuti Kurinci 95 
9 Masdar Farasi 70 
10 Mhd. Aldiansyah Farasi 70 
11 Wardatul Umayya Gea 80 
12 Irna Sari Gea 85 
13 Laeli Fitri Gea 100 
14 Lailan Hafni Gulo 100 
15 Warda Tulzannah Harefa 85 
16 Wildan Syari’ah farasi 80 
Jumlah 1335 12 4

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 12
Jumlah Siswa yang tidak tuntas : 4
Skor Maksimal Ideal : 1600
Skor Tercapai : 1335
Rata-rata Skor Tercapai : 83,44
Prosentase Ketuntasan : 75,00 %

38
Lampiran 3

Nilai Tes Formatif Pada Siklus III

Keterangan
No Nama Siswa Skor
T TT
1 Ainun Mardiah 100 
2 Asrifal Daeli 85 
3 Hayatun Nufus Kurinci 85 
4 Irham Aceh 85 
5 Rifdani Larosa 80 
6 Syahrul Randany 80 
7 Aswansyah Kurinci 85 
8 Annisa Widiastuti Kurinci 95 
9 Masdar Farasi 80 
10 Mhd. Aldiansyah Farasi 70 
11 Wardatul Umayya Gea 85 
12 Irna Sari Gea 85 
13 Laeli Fitri Gea 100 
14 Lailan Hafni Gulo 100 
15 Warda Tulzannah Harefa 90 
16 Wildan Syari’ah farasi 85 
Jumlah 1390 15 1

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 15
Jumlah Siswa yang tidak tuntas : 1
Skor Maksimal Ideal : 1600
Skor Tercapai : 1390
Rata-rata Skor Tercapai : 86,88
Prosentase Ketuntasan : 93,75 %

39
PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN

Laporan penelitian yang diajukan oleh :

Nama : IRJAN SALEH AHMAD TELAUMBANUA, S.Pd.I

NIP : 19830814 201101 1 005

Pangkat/Golongan Ruang : III/b / Penata Muda Tk.I

Jabatan Pekerjaan : Guru Pertama

Unit Kerja : SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi

Judul PTK : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan

Agama Islam Dengan Menerapkan Model

Pembelajaran Learning Together Pada Siswa Kelas

IX SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi Tahun

Pelajaran 2016 / 2017

Telah di periksa keabsahannya dan dapat digunakan untuk pengurusan kenaikan

pangkat yang bersangkutan.

Gunungsitoli Idanoi, 15 Mei 2017

Kepala Sekolah,

Drs. MELIARO GEA


NIP. 19680309 200701 1 004

40
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa karya ilmiah dengan judul “ Upaya Meningkatkan

Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model

Pembelajaran Learning Together Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1

Gunungsitoli Idanoi Tahun Pelajaran 2016 / 2017 “ sebagai syarat kenaikan

jabatan / pangkat seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri. Bagian-bagian

tertentu dalam penulisan karya ilmiah ini yang saya kutip dari hasil karya orang

lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah, dan etika

penulisan karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian karya ilmiah

“ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan

Menerapkan Model Pembelajaran Learning Together Pada Siswa Kelas IX SMP

Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi Tahun Pelajaran 2016 / 2017 “ ini bukan hasil karya

saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Gunungsitoli Idanoi, Mei 2017

Mengetahui Penulis
Kepala Sekolah,

Drs. MELIARO GEA IRJAN SALEH AHMAD TEL, S.Pd.I


NIP. 19680309 200701 1 004NIP. 19830814 201101 1 005

41
Gunungsitoli Idanoi, 01 Februari 2017
Kepada Yth :
Bapak Kepala SMP Negeri.1 Gunungsitoli
Idanoi
di
Tempat
Dengan Hormat,
Sebagai bagian dari pengembangan profesi guru dalam peningkatan mutu proses
belajar mengajar, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
1 Nama IRJAN SALEH AHMAD TELAUMBANUA, S.Pd.I
2 NIP 19830814 201101 1 005
3 Pangkat/ Gol.Ruang Penata Muda Tk.I / III/b
4 Jabatan / Pekerjaan Guru
5 Unit Organisasi SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi

Mengajukan Judul penelitian tindakan kelas sesuai dengan data berikut :

6 Judul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan


Agama Islam Dengan menerapkan Model
pembelajaran Learning Together Pada Siswa Kelas IX
SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi Tahun Pelajaran
2016 / 2017
7 Lokasi Penelitian SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi

Demikian pengajuan judul PTK ini atas perhatian diucapkan terimakasih.

Pemohon,

IRJAN SALEH AHMAD TEL, S.Pd.I


NIP. 19830814 201101 1 005

42
Gunungsitoli Idanoi, 01 Februari 2017

Kepada Yth :
Lampiran : 1 (satu ) set Bapak Kepala SMP Negeri1 Gunungsitoli
Perihal : Permohonan Izin Idanoi
Penelitian di
Tempat

1. Dengan hormat, dalam rangka melengkapi data penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh :

1 Nama IRJAN SALEH AHMAD TELAUMBANUA, S.Pd.I


2 NIP 19830814 201101 1 005
3 Pangkat/Gol.Ruang Penata Muda Tk.I / III/b
4 Jabatan / Pekerjaan Guru
5 Unit Organisasi SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi
6 Judul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan
Agama Islam Dengan menerapkan Model
pembelajaran Learning Together Pada Siswa Kelas
IX SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi Tahun
Pelajaran 2016 / 2017
7 Lokasi Penelitian SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi

Mengajukan Permohonan izin melaksanakan penelitian sesuai dengan waktu


yang telah ditentukan dalam proposal

2. Segala biaya yang timbul dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang mejadi tanggungjawab saya sebagai peneliti.

3. Demikian Permohonan Izin Penelitian ini disampaikan atas perhatian saya


ucapkan terimakasih

Pemohon,

IRJAN SALEH AHMAD TEL, S.Pd.I


NIP. 19830814 201101 1 005
PEMERINTAH KOTA GUNUNGSITOLI
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 GUNUNGSITOLI IDANOI
Jln. Pelud Binaka Km.14 Simanaere Kec.Gunungsitoli Idanoi – 22813

43
SURAT KETERANGAN
Nomor : 800/ -KP/2017

Gunungsitoli Idanoi,02 Februari 2017

Nomor : 800 / -KP/2017


Lampiran : -
Hal : Izin Melaksanakan Penelitian

Kepada Yth :
Saudara IRJAN SALEH AHMAD TELAUMBANUA, S.Pd.I
di
Tempat

1. Dengan hormat, menanggapi surat saudara tentang permmohonan


Izin peneliti dalam rangka mengatasi permasalahan pembelajaran
Pada salah satu kelas yang saudara ampu, pada perinsipnya saya
Sebagai kepala sekolah tidak keberatan dan menyetujuinya.
2. Pelaksanaan Penelitian hendaknya disesuaikan dengan jadwal
Kegiatan pembelajaran yang telah diatur di sekolah.
3. Sebagai salah seorang guru di SMPN 1 Gunungsitoli Idanoi, di
harapkan kegiatan penelitian tidak mengganggu tugas-tugas lain
yang saudara tangani.
4. Sebagai biaya yang timbul dalam pelaksanaan penelitian menjadi
tanggungjawab saudara sebagai peneliti.
5. Setelah kegiatan penelitian selesai, diharapkan saudara membuat
laporan penelitian dan didokumentasikan di Perpustakaan sekolah.
6. Demikian izin penelitian ini disampaikan untuk dipedomani.

Kepala Sekolah,

Drs. MELIARO GEA


NIP. 19680309 200701 1 004
BERITA ACARA PELAKSANAAN SEMINAR
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Pada hari Ini tanggal tiga belas bulan Mei tahun dua ribu tujuh belas

telah diselanggarakan seminar Penelitian Tindakan Kelas dengan judul : “Upaya

Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan

Model Pembelajaran Learning Together Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1

Gunungsitoli Idanoi Tahun Pelajaran 2016 / 2017” oleh Irjan Saleh Ahmad

Telaumbanua, S.Pd.I yang diadakan diruang Kantor Guru SMP Negeri 1

Gunungsitoli Idanoi Pukul : 14.00 Wib – Selesai, berjalan dengan baik dan tertib.

Panitia Pelaksana Seminar

Ketua, Sekretaris,

Dra. YASNIMAR SIKUMBANG NURTINA ZEBUA, S.Pd


NIP. 196510191994122001 NIP. 198012052005022002

Mengetahui
Kepala Sekolah,

Drs. MELIARO GEA


NIP. 196803092007011004

PEMERINTAH KOTA GUNUNGSITOLI


DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 GUNUNGSITOLI IDANOI
Jln. Pelud Binaka Km.14 Simanaere Kec.Gunungsitoli Idanoi – 22813

DAFTAR HADIR SEMINAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Nama : IRJAN SALEH AHMAD TELAUMBANUA, S.Pd.I

NIP : 19830814 201101 1 005

Judul PTK : UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN

MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS

IX SMP NEGERI 1 GUNUNGSITOLI IDANOI

TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

Hari : SABTU , 13 Mei 2017

TANDA
NO NAMA TEMPAT TUGAS
TANGAN

1 1.

2 2.

3 3.

4 4.

5 5.

6 6.

7 7.

8 8.

9 9.
10 10.

11 11.

12 12.

13 13.

14 14.

15 15.

16 16.

17 17.

18 18.

19 19.

20 20.

Gunungsitoli Idanoi , 13 Mei 2017

Mengetahui Panitia Seminar

Kepala Sekolah, Ketua, Sekertaris,

Drs. Meliaro Gea Dra. Yasnimar Sikumbang Nurtina Zebua, S.Pd


NIP. 196803092007011004 NIP.196803092007011004 NIP. 196803092007011005

PEMERINTAH KOTA GUNUNGSITOLI


DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 GUNUNGSITOLI IDANOI
Jln. Pelud Binaka Km.14 Simanaere Kec.Gunungsitoli Idanoi – 22813

SURAT KETERANGAN
Nomor : 800/ -KP/2017

Kepala SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi menerangkan bahwa saudara :

Nama : IRJAN SALEH AHMAD TELAUMBANUA, S.Pd.I

NIP : 19830814 201101 1 005

Pangkat/ Gol.Ruang : Penata Muda Tk.I / III/b

Jabatan/Pekerjaan : Guru

Unit Kerja : SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi

Telah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) di SMP Negeri 1

Gunungsitoli Idanoi pada semester genap tahun pelajaran 2016 / 2017 ( sesuai

dengan izin penelitian No. 800 / -KP/2017) dengan judul : Upaya Meningkatkan

Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model

pembelajaran Learning Together Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1

Gunungsitoli Idanoi Tahun Pelajaran 2016 / 2017.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat


dipergunakan seperlunya.
Dikeluarkan di : Gunungsitoli Idanoi
Pada tanggal : 15 Mei 2017

Kepala Sekolah,

Drs. MELIARO GEA


NIP. 19680309 200701 1 004

PEMERINTAH KOTA GUNUNGSITOLI


DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 GUNUNGSITOLI IDANOI
Jln. Pelud Binaka Km.14 Simanaere Kec.Gunungsitoli Idanoi – 22813

SURAT KETERANGAN
Nomor : 800/ -KP/2017

Kepala Perpustakaan SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi yang diangkat


berdasarkan penugasan Kepala Dinas Pendidikan Kota Gunungsitoli Nomor :
896/314-TP/2015 tanggal 15 Juli 2015 menerangkan dengan sesungguhnya bahwa

Karya Ilmiah berupa laporan penelitian yang dibuat oleh :


Nama : IRJAN SALEH AHMAD TELAUMBANUA, S.Pd.I
NIP : 19830814 201101 1 005
NUPTK : 9146761662200013
Pangkat/Gol.Ruang : Penata Muda Tk.I / III/b
Jabatan : Guru Pertama
Unit Kerja : SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi
Alamat : Jl. Pelud Binaka Km.14 Simanaere
Judul Penelitian : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan
Agama Islam Dengan Menerapkan Model
Pembelajaran Learning Together Pada Siswa Kelas
IX SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi Tahun
Pelajaran 2016/2017
Telah diserahkan dan terdaftar diperpustakaan SMP Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi
dengan :
Nomor :
Klasifikasi : Proposal
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan benar untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Dikeluarkan di : Gunungsitoli Idanoi
Pada tanggal : Juli 2017

Mengetahui :
Kepala Sekolah, Kepala Perpustakaan,

Drs. MELIARO GEA HALIMAH ZANDROTO


NIP. 19680309 200701 1 004NIP. 19700830 201407 2 003

Anda mungkin juga menyukai