Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MALARIA
Oleh :
Preseptor :
dr. Nice Rahmawati, Sp.A(K)
PENDAHULUAN
genus plasmodium dan merupakan penyakit yang mengancam jiwa dan banyak
parasit terpenting di dunia, penyakit ini menjadi masalah terutama bagi negara-
juta dengan lebih dari 1 juta kematian. Sebagian besar kematian akibat malaria
terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak (lebih dari 3000 kematian per hari).
di Asia Tenggara, dan Amerika Selatan. Plasmodium ovale adalah spesies yang
2
paling tidak umum, terutama tersebar di Afrika.
kesehatan masyarakat. Menurut WHO pada tahun 2006, lebih dari 90 juta
penduduk tinggal di daerah endemik, dengan kasus sekitar 30 juta setiap tahun. Di
Selatan Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Masalah malaria di Indonesia bersifat
lokal spesifik, gambaran geografis daerah di Indonesia yang sangat beragam serta
laju perpindahan penduduk yang tinggi yang mempengaruhi angka kesakitan dan
angka kasus malaria yang masih cukup tinggi. Pada tahun 2010, AMI (Annual
1.01, dari 4.701 kasus yang diambil sediaan darahnya terdapat 1.104 sediaan yang
positif malaria. Pada tahun 2009 Sumatera Barat menjadi salah satu provinsi di
Indonesia yang terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Tiga kabupaten yang cukup
tinggi angka malarianya adalah Kabupaten Pesisir Selatan dengan AMI 2,194,
kepulauan Mentawai dengan AMI 11,9, dan Sijunjung dengan AMI 3.3
splenomegali.2 Manifestasi klinis malaria pada anak berbeda dan tidak spesifik
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
lebih dari 100 negara. Pada tahun 2016, 91 negara masih endemis malaria dan
mengakibatkan sekitar 445,000 kematian. Sekitar 90% kasus malaria, 91% kasus
vivax.2
Wanita hamil dan anak-anak dibawah usia 5 tahun merupakan yang
paling rentan untuk terkena penyakit malaria di daerah endemis. Hampir semua
kejadian malaria di daerah non endemis disebabkan oleh infeksi yang dibawa
oleh pengunjung yang berasaldari daerah endemis malaria.5 Setiap tahun 25 juta-
30 juta orang dari Amerika Serikat dan Eropa mengunjungi daerah tropis dan
2.2 Patogenesis
dalam berbagai bentuk dan memiliki siklus hidup yang kompleks. Parasit ini
dapat bertahan hidup di lingkungan seluler yang berbeda, baik dalam tubuh
terjadi melalui 2 tahap dalam tubuh manusia. Fase eksoeritrositik yang terjadi
1
di dalam sel-sel hati dan fase eritrositik yang terjadi di dalam sel darah merah.
dan membentuk skizon. Setelah 1-2 minggu, sel-sel hepatosit ruptur dan
ruptur tidak akan lagi berada di hati. Terdapat 2 j enis skizon plasmodium
vivax dan plasmodium ovale ruptur dalam 6-9 hari dan ruptur sekunder pada
skizon yang dorman (hipnozoit) dapat terjadi setelah beberapa minggu, bulan
Fase eritrositik fase aseksual dimulai saat merozoit dari hati menginvasi
sel darah merah. Di dalam eritrosit, parasit ini bertransformasi menjadi bentuk
Beberapa dari merozoit ini berkembang menjadi gametosit jantan dan gametosit
betina, sekaligus melengkapi fase siklus aseksual pada manusia. Gametosit jantan
dan gametosit betina ini dicerna oleh nyamuk Anopheles betina saat
mengisap darah dari manusia. Dalam perut nyamuk, gametosit jantan dan
betina ini bergabung untuk membentuk zigot. Zigot berkembang menjadi
Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. 4 proses patologi
yang dapat terjadi pada pasien malaria yaitu demam, anemia, proses
Secara klinis, gejala malaria infeksi tunggal pada pasien non-imun terdiri atas
beberapa serangan demam interval tertentu (paroksismal) yanag diselingi oleh periode
laten bebas demam. Sebelum demam pasien biasanya merasa lemah, nyeri kepala,
tidak ada nafsu makan, mual atau muntah. Pada pasien dengan infeksi campuran maka
serangan demam terus menerus tanpa interval, sedangkan pada penjamu yang imun
gejala klinisnya minimal. Periode paroksisme terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium
dingin, stadium demam, dan stadium berkeringat. Serangan demam yang pertama
plasmodium vivax dan plasmodium ovale 13-17 hari, plasmodium malariae 28-30
hari. 7
a. Stadium dingin
Diawali dengan gejala mengigil atau perasaan yang sangat dingin, gigi
gemertak dan pasien biasanya menutupi tubuhnya dengan segala macam pakaian, dan
selimut. Nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari pucat, kulit pucat, pasien mungkin
muntah, dan pada anak sering terjadi kejang, stadium ini berlangsung 15 menit-1 jam.
b. Stadium demam
Pada stadium ini pasien merasa kepanasan, muka merah, dan terasa sangat
panas, nyeri kepala, seringkali terjadi mual muntah, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya
suhu badan meningkat sampai 41 derajat celcius atau lebih. Stadium ini berlangsung
antara 2-12 jam. Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale skizon dari tiap
generasi matang setiap 48 jam sekali, sehingga timbul demam setiap hari ketiga
terjadi pada 72 jam setiap hari keempat, sehingga disebut malaria kuartana. Pada
c. Stadium berkeringat
Pasien berkeringat banyak sekali, suhu badan menurun dengan cepat kadang-
2.4 Diagnosis
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) namun pada daerah endemis rendah
sebelumnya. Pada MTBS diperhatikan gejala demam dan atau pucat untuk
dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnostik cepat
c. Sklera ikterik
meliputi apusan darah tepi dan tebal. Apusan darah tebal dibuat dengan pe-
warnaan Giemsa atau Field Stain, sedangkan apusan darah tipis dengan
melihat jumlah eritrosit dalam darah, sementara pemeriksaan apusan darah tipis
eritrosit yang terinfeksi. Hasil apusan darah negatif tunggal tidak meniadakan
diagnosis malaria, karena sebagian besar pasien bergejala akan menunjukkan
hasil positif dalam 48 jam. Pemeriksaan darah serial setiap 6 jam selama tiga
murah serta memiliki kemampuan minimal sensitivitas 95% dan spesifisitas 95%.
Malaria tanpa komplikasi harus dibedakan dengan penyakit infeksi lain, seperti
2.5 Tatalaksana
mg/kgBB/dosis atau diazepam rektal 5 mg (berat badan <10 kg) atau 10 mg (berat
badan >10 kg), dan segera rujuk ke rumah sakit, karena kejang merupakan salah
zat besi dengan atau tanpa zinc secara bermakna meningkatkan kadar hemoglobin
pada penderita malaria tropikana di daerah endemis. Namun, pemberian zat besi
pada malaria dengan anemia ringan tidak dianjurkan, kecuali bila disebabkan oleh
diobati dengan pemberian ACT secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi
sebagai gametosidal dan hipnozoidal. ACT yang dipakai adalah lini pertama yaitu
falsiparum dan malaria knowlesi hanya diberikan pada hari pertama saja dengan
dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25
mg /kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan dan ibu
Tabel 2. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP dan
Primakuin8
regimen DHP yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan DHP yaitu DHP ditambah
malaria vivaks.8
4. Pengobatan malaria malariae
dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan
primakuin.8
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan DHP selama 3 hari serta
+ Primakuin8
Kina + Primakuin
Dosis :
Pada anak < 8 tahun dan ibu hamil kontraindikasi terhadap doksisiklin dan
Pada pasien malaria berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap, apabila pada fasilitas puskesmas atau fasilitas kesehatan tingkat pertama
mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6 - 8 mg/kg bb) diencerkan dengan Dekstrosa 5 %
atau NaCl 0,9 % sebanyak 5 - 10 cc/kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8
2.6 Komplikasi
a. Gangguan neurologis
Paling sering terjadi adalah malaria serebral, dengan gejala awal kejang,
syndrome (ARDS)14
c. Gangguan hepar
mg/dl) dengan parasit count > 100.000/µl. Temuan klinis pada pasien disfungsi
d. Gangguan ginjal
1. Acute Renal Failure ditandai dengan oliguri (<400 ml/hari) atau anuri
(< 50 ml/hari)
e. Hipoglikemia
Syok dapat terjadi karena resistensi aliran darah perifer yang rendah dan
autonom. Hipotensi yang berat dapat terjadi bila bersamaan dengan udem
dalam, dengan kadar bikarbonat plasma kurang dari 15 mmol/l atau laktat
h. Abnormalitas Hematologi
i. Ruptur lien
Ruptur lien merupakan komplikasi yang jarang terjadi dan paling sering
2.7 Prognosis
perbaikan dalam 48 jam setelah mulai pengobatan dan bebas demam setelah
96 jam. Apabila malaria dapat dideteksi dini dan diberi pengobatan yang tepat,
ILUSTRASI KASUS
1. Identitas Pasien
No. RM : 01027679
Agama : Islam
2. Anamnesis
3. Keluhan Utama
Muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, hilang timbul, frekuensi ± 3-
darah.
Anak tampak pucat sejak 1 bulan yang lalu, riwayat perdarahan pada kulit,
Nafsu makan menurun sejak sekitar 1 bulan yang lalu, sebelum sakit pasien
makan 3x sehari, sejak sakit pasien hanya makan 2 kali dan tidak
menghabiskan makanannya.
Penurunan berat badan ada, 1 kg dalam 1 bulan terakhir sejak anak sakit
Buang air besar berwarna kehitaman sejak ± 3 minggu yang lalu, konsistensi
lunak, frekuensi 1-2 kali per hari, tidak disertai darah dan lendir.
Anak sudah dibawa berobat ke bidan dan diberi obat sebanyak 4 kali tetapi
Selatan dan dirawat selama 4 hari, dan telah dilakukan pemeriksaan darah
kantong dan dilakukan pemeriksaan darah kembali dengan hasil Hb: 13,8 g/dl,
suspek leukemia.
7. Riwayat Kehamilan :
Selama hamil Ibu tidak pernah menderita penyakit yang berat, DM,
minuman beralkohol
8. Riwayat persalinan
Pasien anak kedua, cukup bulan, lahir spontan, ditolong oleh bidan, berat badan
lahir 2800 gr, panjang lahir lupa, keadaan saat lahir langsung menangis.
Rumah permanen, pekarangan cukup luas, jamban di dalam rumah, sumber air
- Ikan 4x seminggu
- Telur 2x seminggu
- Sayur 3x seminggu
- Buah jarang
Perkembangan fisik
BB : 11 kg TB : 84 cm
Psikomotor
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 7 bulan
Berdiri : 13 bulan
Berjalan : 14 bulan
Bicara : 15 bulan
Ibu Ayah
Perkawinan 1 1
Saudara kandung
standar Nellhaus)
hiperemis
Paru
Perkusi : sonor
Abdomen
Perkusi : timpani
- Suspek Malaria
- Suspek leukemia
MCV : 83 MCH : 27
Kesan:
SGOT meningkat
dan gametosit
17. Diagnosis
- Sementara puasa
- Ceftriaxon 2x500 IV
- Paracetamol 4x120 mg po
- Ranitidin 2x10 mg IV
- DHP 1x40 mg IV
- Omeprazol 1x10 mg IV
Follow Up
21-9-2018 S/ demam tidak ada,mual dan muntah tidak ada. P/ Rencana pulang besok
Perdarahan hidung, kulit dan gusi tidak ada.BAB Primakuin 1x 4 mg po
dan BAK biasa
O/ KU: sakit sedang, kesadaran: sadar
HR: 98x/menit, RR: 22x/menit T: 36,5 0C
Mata: konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik
tidak ada.
Thorax: retraksi tidak ada
Cor : irama teratur, bising tidak ada
Pulmo : suara nafas vesikuler, ronkhi tidak ada,
wheezing tidak ada
Abdomen: distensi tidak ada, hepar dan lien tidak
teraba
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik, CRT<2
detik
Hasil lab:
Tidak ditemukan parasit malaria pada sediaan
hapus darah tepi
A/ Malaria perbaikan
Riwayat perdarahan saluran cerna ec trombositopenia
2
BAB IV
DISKUSI
Demam dirasakan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Demam tinggi, hilang
timbul, disertai menggigil dan berkeringat. Hal ini sesuai dengan gejala klinis pada
malaria yang terdiri dari 3 stadium yaitu stadium dingin yang ditandai rasa menggigil,
stadium demam ditandai dengan badan terasa panas dan terakhir stadium berkeringat.
Pada anamnesis, yang penting diperhatikan tentu saja adalah demam. Demam
pada malaria timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
berbagai macam antigen yang akan merangsang sel-sel radang mengeluarkan sitokin-
peningkatan suhu. Daur pecahnya skizon pada tiap spesies Plasmodium berbeda-beda
sehingga terjadi pola demam yang juga berbeda. Pada P.falciparum diperlukan waktu
36-48 jam, P. vivax/ P. ovale 48 jam dan P. malariae 72 jam. Hal ini menyebabkan
demam pada malaria tropika dapat terjadi setiap hari, pada malaria tersiana dan ovale
terjadi selang satu hari dan malaria kuartana terjadi selang dua hari
Pasien juga mengeluhkan muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
hilang timbul, tidak menyemprot dan tidak disertai darah. Hal ini dapat terjadi pada
stadium dingin dan stadium demam pada kasus malaria. Anak tampak pucat sejak 1
bulan yang lalu. Anak mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan
3
sejak 1 bulan yang lalu Anak juga mengalami buang air besar berwarna kehitaman
Dari pemeriksaan fisik ditemukan pasien suhu pasien pertama kali saat masuk
37,8 ˚C, tekanan darah 90/60mmHg dan nafas 26 kali/menit serta nadi 140 kali/menit.
Dari pemeriksaan ditemukan konjungtiva tidak anemis, hepar dan Lien tidak teraba.
dari darah perifer. Hapusan darah diambil untuk menentukan ada atau tidaknya parasit
malaria, spesies dan stadium plasmodium serta kepadatan dari parasit. Pada pasien ini
ditemukan ditemukan parasit malaria Plasmodium vivax stadium trofozoit, cincin dan
gametosit. Pasien tinggal di daerah perkebunan sawit di Solok Selatan. Solok Selatan
Pengobatan yang diberikan pada pasien selama di rumah sakit berupa IVFD
KaEn 1B 14 tpm makro, Ceftriaxon 2x500 IV, Paracetamol 4x120 mg po, Ranitidin
2x10 mg IV , DHP 1x40 mg IV, Primakuin 1x4 mg selama 14 hari , Omeprazol 1x10
mg IV. Pengobatan yang diberikan sudah berdasarkan evidence base yaitu pada kasus
malaria vivax diberikan DHP ditambah primakuin, DHP diberikan pada pasien dengan
berat badan 11 kg adalah 1 tablet per hari pada hari pertama sampai ketiga, sedangkan
primakuin ¼ tablet per hari pada hari ke satu sampai ke empat belas. Pemberian
paracetamol sebagai obat antipiretik pada pasien ini bertujuan untuk menurunkan
demam. Pasien diberikan obat omeprazol, golongan proton pump inhibitor (PPI) untuk
melindungi lambung dari pemakaian obat anti malaria yang bersifat iritatif terhadap
4
lambung. Ranitidin, golongan antasida juga diberikan pada pasien untuk mengurangi
5
DAFTAR PUSTAKA
1. Snow RW, Guerra CA, Noor AM, et al. The global distribution of clinical
2. John CC, Krause PJ. Malaria (Plasmodium). In: Kliegman RM, Stanton BF,
Geme JW, Schor FN, Behrman RE, eds. Nelson textbook of pediatrics. 19th ed.
http://www.who.int/malaria/publications/worldmalaria-report-2017/report/en/
1997;91:256-262.
2003;349:1496-1498.
7. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. 2008. Buku Ajar Infeksi
dab Pediatri Tropis. Edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI Jakarta
9. Liwan AS. Diagnosis dan penatalaksanaan malaria tanpa komplikasi pada anak.
indonesia. 2018
6
12. WHO. Hospital care of children. 2nd ed. Geneva, Switzerland: World Health
13. Dasraf D, Lubis BM, Lubis B, Rosdiana N, Lubis M, Pasaribu S. Eff ect of iron
Indonesiana 2007;47(6):256-60
14. Trampuz A, Jereb M, Muzlovic I, Prabhu RM. Clinical care: severe malaria.
15. Guideline for the treatment of malaria in south africa. Departement of health.
2018.