DI SUSUN OLEH :
DYAH CHRISTIYANA
P.13019
DI SUSUN OLEH :
DYAH CHRISTIYANA
P.13019
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M. Kep., selaku ketua STIKes Kusuma Husada
2. Ns. Meri Oktariani M. Kep., selaku ketua Program Studi D III Keperawatan
iv
5. Ns. Fakhrudin Nasrul Sani, M. Kep., Selaku dosen penguji yang telah
kasus ini.
7. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
Penulis
DAFTAR ISI
v
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 3
C. Manfaat Penulisan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 6
1. Post partum 6
2. Laktasi 18
3. Pembekakan Payudara 20
4. Perawatan Payudara 25
B. Kerangka Teori 35
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subyek Aplikasi Riset 36
B. Tempat dan Waktu 36
C. Media Atau Alat Yang Digunakan 36
D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset 37
E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset 41
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien 42
B. Pengkajian Keperawatan 42
C. Perumusan Diagnosa Keperawatan 46
D. Intervensi Keperawatan 47
E. Implementasi Keperawatan 48
vi
F. Evaluasi Keperawatan 52
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian 53
B. Perumusan Diagnosa Keperawatan 55
C. Intervensi Keperawatan 57
D. Implementasi Keperawatan 59
E. Evaluasi Keperawatan 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 67
B. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bulan kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas
yang biasa disebut masa puerperium ini dimulai setelah kelahiran plasenta
hamil. Masa nifas ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini
laktasi/ pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh dan perubahan
psikis lainnya. Dalam hal ini perawat berperan penting dalam membantu ibu
sebagai orang tua baru. Perawat harus memberikan support kepada ibu serta
keluar maka timbul rangsangan untuk memicu laktasi. Laktasi didukung oleh
dua jenis hormon yang sangat penting yaitu prolaktin dan oksitosin. Fungsi
prolaktin yaitu untuk menghasilkan produksi air susu yang bekerja di epitel
kedua hormon tersebut dirangsang oleh hisapan bayi pada puting payudara
1
2
kedua hormon tersebut. Setiap ibu menghasilkan air susu yang disebut ASI
ini sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI
eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat
(Soleha, 2009).
secara eksklusif selama enam bulan pertama di Amerika hanya 13% dan di
tahun 2011 sebesar 16,3%, dari Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013
sendiri menempati urutan 6 terendah ibu yang pemberian ASI yaitu sebesar
masalah menyusui, seperti puting susu terbenam atau datar, puting susu lecet,
ibu menunda atau menolak menyusui bayi ketika payudara terasa penuh.
Selain itu bisa disebabkan oleh peningkatan statis aliranvena dan limfatik,
peningkatan kongesti dan vaskularitas, dan akumulasi serta statis ASI. Tanda
3
payudara terasa hangat, nyeri tekan, keras, dan dapat disertai demam sehingga
ibu masa nifas dengan melakukan beberapa tindakan seperti penggunaan bra
yang tepat, posisi dan perlekatan menyusui yang baik, kompres hangat dan
hasil penelitian dari Fauziah, dkk (2014) tentang pemberian tindakan breast
Puskesmas.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
partum.
partum.
C. Manfaat penulisan
1. Bagi Pasien
4. Bagi penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Post Partum
a. Pengertian
masa nifas yang biasa disebut masa puerperium ini dimulai setelah
6
7
(Saleha
(Saleha, 2009)
a) Uterus
melahirkan. Akhirnya
khirnya setelah 2 bulan, keadaan akan
b) Serviks
dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat
dilalui 1 jari.
d) Lochea
melahirkan.
14 setelah melahirkan.
setelah melahirkan.
a) Hormon Oksitosin
sekresi oksitosin.
b) Hormon Prolaktin
melahirkan.
setelah melahirkan.
a) Suhu Badan
b) Nadi
c) Tekanan Darah
8) Perubahan payudara
Kosasih (2015)
diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai
1) Pengkajian
a) Anamnesa
(Erawati, 2011)
dan mobilisasi.
mertua).
ibu.
(Erawati, 2011).
pernafasan.
2) Diagnosa Keperawatan
3) Intervensi Keperawatan
(Ujiningtyas, 2009).
2. Laktasi
a. Pengertian Laktasi
b. Fisiologi Laktasi
2) Payudara Bengkak
4) Mastitis
5) Abses Payudara
payudara
3. Pembengkakan Payudara
a. Pengertian
b. Etiologi
payudara adalah :
Pada masa laktasi, jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan
pembengkakan payudara.
22
c. Patofisiologi
dan berbenjol. Sekresi lacteal terjadi pada 2-3 hari pertama setelah
2009).
berikut :
menyempit
e. Pencegahan
berikut :
Anna 2011).
24
Health, 2013).
2010)
Menurut Humenick, 1994 dalam Priya ( 2012) alat ukur yang dapat
yaitu :
4. Perawatan Payudara
a. Pengertian
(Marmi, 2014).
a) Size
terbagi atas dua under brast dan over brust. Under brast
b) Kawat
Jika ada kawat yang keluar dari cup bra maka bra yang
c) Cup
yaitu :
dasar kepala.
ibu.
dalam.
(2) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu, sebagai berikut :
dan areola.
areola.
menjulur ke bawah.
belakang kepala.
molle).
keluar.
disangga lagi.
ibu.
elus bayi.
2014)
sisi tabung.
lancar.
34
B. Kerangka Teori
Post Partum.
Pembengkakan Payudara.
Diagnosa keperawatan :
Nyeri akut.
Perawatan Payudara :
1. Penggunaan bra yang tepat.
2. Posisi dan perlekatan menyusui
yang baik.
3. Kompres hangat sebelum
menyusui.
4. Pengeluaran susu secara manual
atau pompa payudara bila
payudara penuh.
Nyeri teratasi.
Subjek dari aplikasi riset ini adalah ibu post partum bernama Ny.
1. Alat
a. Tiga buah handuk (dua handuk kecil untuk kompres panas, satu
c. Termometer air.
d. Stopwatch.
e. Pompa payudara.
36
37
2. Media
menghindari bra yang berkawat dan elastis disekitar cup bra karena
dapat menekan dan mencegah dari saluran atau aliran ASI, serta tidak
kepala.
payudara ibu.
f) Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu
areolla.
dibelakang areolla.
menjulur ke bawah.
bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah
bayi.
payudara penuh,
mendidih.
keluar.
semua sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari semua
segmen payudara.
41
pada kulit.
payudara tidak perih; skor 4 = keras dan payudara mulai perih; skor 5 =
keras dan perih; skor 6 = sangat keras dan sangat perih (Humenick, 1994
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
beragama Islam.
B. Pengkajian
kelamin bayi laki-laki, berat badan 3000 gram, tinggi badan 48cm,
42
43
kepala bersih, bentuk kepala mesochepal, tidak ada ketombe. Pada mata
dapatkan mata simetris kanan dan kiri, reflek mata baik. Pada pemeriksaan
hidung didapatkan hidung bersih, tidak ada polip, simetris kanan dan kiri.
Pada pemeriksaan mulut didapatkan data mulut bersih, simetris, tidak ada
telinga simetris kanan dan kiri, telinga bersih tidak ada serumen. Pada
pemeriksaan leher didapatkan data leher tidak ada kaku kuduk, tidak ada
hasil inspeksi tidak ada jejas, ictus cordis tidak nampak. Hasil palpasi
ictus cordis teraba di ICS IV, hasil perkusi didapatkan bunyi redup, hasil
paru-paru didapatkan data, hasil inspeksi bentuk dada simetris kanan dan
kiri, tidak ada jejas, pengembangan paru kanan dan kiri sama, hasil perkusi
tekan, ibu tapak meringis ketika di tekan payudarannya, tidak ada lecet.
kembali seperti semula, fundus uterus setinggi pusat, TFU (tinggi fundus
uterus 28cm), kontraksi kuat, HIS 3 kali dalam 10 menit kontraksi terjadi
lokhea pada pasien berbau khas ±150cc, dengan jenis lokhea rubra
(darah).
atas tidak ada udema (bengkak) dan pada ekstermitas bawah tidak ada
dengan saat setelah melahirkan pasien belum BAK, tidak ada nyeri pada
BAB pasien 1 kali perhari pada pagi hari, tetapi setelah melahirkan pasien
belum BAK.
1 jam pertama setelah melahirkan sudah bisa miring kanan dan kiri,
kemudian 2 jam berikutnya pasien sudah bisa duduk dan berjalan dengan
makan 3 kali sehari dengan 1 porsi habis berupa sayur, buah, nasi, lauk
baik, pasien minum ± 1000 ml per hari, berupa air putih, teh dan susu.
pertama dan belum bergitu paham tentang perawatan payudara yang benar,
2,5 tahun.
payudara teraba keras, terdapat nyeri tekan, dari hasil TTV : tekanan darah
cara merawat payudara yang benar karena ini merupakan kehamilan yang
47
D. Intervensi Keperawatan
keperawatan nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil : pasien mampu
dengan kriteria hasil : perlekatan bayi yang sesuai pada payudara ibu, ibu
cara merawat payudara yang benar dengan rasional menjaga payudara agar
E. Implementasi Keperawatan
karena ASI tidak keluar dengan lancar, nyeri cekit-cekit seperti tertusuk-
tusuk, nyeri pada payudara, skala nyeri 4, nyeri hilang timbul, skore
payudara teraba keras, ASI tidak keluar dengan lancar. Tindakan jam
ASI ketika ASI penuh dan respon obyektif : pasien mampu menjelaskan
mengerti cara menyusui dan perawatan payudara dengan benar dan respon
keluar sedikit, payudara terasa nyeri karena ASI tidak keluar dengan
keras pada payudara) dan respon obyektif : payudara teraba sedikit keras,
sedikit keras) dan respon obyektif pasien tampak nyaman, payudara teraba
keluar sedikit. Tindakan jam 14:50 WIB memantau ketrampilan ibu dalam
karena ASI tidak keluar dengan lancar, nyeri biasa dan bisa ditahan, nyeri
payudara 1 (payudara lembut dan tidak ada perubahan pada payudara) dan
penuh tapi bayi sudah kenyang dan respon obyektif : pasien mampu
F. Evaluasi Keperawatan
pada jam 12:00 WIB didapatkan hasil evaluasi dengan metode SOAP pada
mengatakan nyeri karena ASI tidak keluar dengan lancar, nyeri cekit-cekit
perih) namun setelah diberikan kompres hangat skore turun dari 4 menjadi
3 (payudara keras tapi tidak perih). Data obyektif : pasien tampak meringis
saat payudara ditekan, payudara teraba keras, ASI belumbisa keluar lancar,
cara memompa ASI jika penuh dan bayi sudah kenyang, pasien
dipompa).
nyeri berkurang, Asi keluar tapi sedikit, pasien merasa nyaman setelah
pasien, pasien mengatakan nyeri karena ASI tidak keluar dengan lancar,
nyeri cekit-cekit, nyeri pada payudara, skala nyeri 2, nyeri hilang timbul,
obyektif : payudara teraba sedikit keras, masih nyeri tapi tidak begitu
pasien mengatakan menggunakan alat pompa ASI jika ASI penuh tapi bayi
merawat payudara, nyeri karena ASI tidak keluar dengan lancar, nyeri
biasa dan bisa ditahan, nyeri pada payudara, skala nyeri 1, nyeri hilang
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada Ny.
A. Pengkajian Keperawatan
awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data
dengan cara yaitu wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien,
53
54
payudara teraba keras, terdapat nyeri tekan skala 4, ibu tapak meringis ketika
di tekan payudarannya, tidak ada lecet. Saat dilakukan pengukuran nyeri Ny.
M mengatakan nyeri karena ASI tidak keluar dengan lancar, nyeri terasa
cekit-cekit seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada payudara kanan dan kiri, skala
duktus blatiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki
ruda paksa jaringan. Tanda dan gejala nyeri ada bermacam-macam prilaku
yang tercemin dari pasien, respon psikologi berupa: suara menangis, merintih,
kawatir karena ini merupakan anak pertama dan belum paham tentang
perawatan payudara yang benar. Kurang pengetahuan pada ibu post partum
sehingga perilaku ibu juga mengikuti apa yang dikatakan dan di dengar oleh
kondisi ini kedua payudara terasa sakit, kulit payudara sangat teregang dan
keras, mulai timbul kemerahan pada kulit payudara, ibu dapat merasakan
demam, dan ASI tak lagi dapat mengalir dengan baik, sehingga hasil perah
minimal dan bayi menjadi rewel saat menyusu langsung, bahkan dapat
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
terjadi karena adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit di
sebagai keadaan yang tidak nyaman, akibat dari ruda paksa jaringan. Tanda
56
dan gejala nyeri ada bermacam-macam prilaku yang tercemin dari pasien,
dahi berkerut, menggigit bibir (Judha, 2012). Nyeri akut adalah pengalaman
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
nyeri secara verbal, sikap tubuh melindungi, gangguan tidur, dll. Dari
ibu, bayi, atau anak menjalani proses pemberian ASI. Dengan batasan
fisiologis yang menjadi prioritas utama. Akan tetapi pada pasien kebutuhan
penulis mengatasi nyeri terlebih dahulu agar pasien dapat memberikan nutrisi
C. Intervensi Keperawatan
disusun untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil. Kriteria hasil
pasien sehat maupun sakit, dan colaboration yaitu tindakan kolaborasi kepada
spesifik yaitu dimana tujuan harus berfokus pada pasien, singkat, jelas dan
keperawatan harus dapat diukur, achivable yaitu tujuan harus dapat dicapai
tujuan dan hasil diharapkan singkat dan realistis, time yaitu dalam pencapaian
kriteria hasil harus mempunyai batasan waktu yang jelas (Rohmah dan walid,
2012).
teratasi dengan kriteria hasil : pasien mampu mengontrol nyeri, skala nyeri
TTV dalam batas normal. Penulis menyusun perencanaan antara lain : kaji
teratasi dengan kriteria hasil : perlekatan bayi yang sesuai pada payudara ibu,
dengan benar. Ajarkan cara menyusui dan perawatan payudara dengan benar
teknik memompa ASI dengan rasional untuk mengeluarkan ASI agar tidak
ASI setelah dipompa dengan rasional mengetahui cara menyimpan ASI agar
D. Implementasi Keperawatan
Januari 2016 pada diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut
bagi pasien adalah nyeri di identifikasi, dikenali sebagai suatu yang nyata
hangat. Menurut Indrawan, dkk (2013), Kompres hangat adalah suatu metode
yang berisi air panas yang bersuhu 41oC lalu di kompreskan pada bagian
payudara mulai dari pangkal payudara menuju putting susu, Setelah itu
ibu menyusui selama 15-20 menit guna menstimulasi aliran susu dan refleks
nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan
bernafas dengan perlahan dan nyaman. Nafas yang lambat, berirama, juga
tepat, untuk ibu yang menyusui harus menghindari bra yang berkawat dan
elastis disekitar cup bra karena dapat menekan dan mencegah dari saluran
atau aliran ASI, serta tidak menggunakan bra selama tidur. Posisi dan
pengeluaran susu secara manual atau pompa payudara bila payudara penuh
yang telah dilakukan oleh hasil penelitian dari Fauziah, dkk (2014) tentang
selain itu menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah infeksi (Anggraini
Y, 2010).
Wulandari, 2006).
62
siapkan cangkir/ gelas bertutup yang telah dicuci dengan air mendidih,
payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan di massase dengan
kedua telapak tangan dari pangkal ke arah areolla mammae, ulangi pemijatan
ini pada sekitar payudara secara merata, Dengan ibu jari disekitar areolla
mammae bagian atas dan jari telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah
payudara di tekan kearah dada, Daerah areolla mammae diperas dengan ibu
jari dan jari telunjuk, jangan memijat/ menekan puting karena dapat
pada mulanya ASI tidak keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar,
Gerakan ini diulang pada sekitar areolla mammae dari semua sisi, agar yakin
payudara dengan puting susu tepat di tengah dan tabung benar-benar melekat
pada kulit, bola karet dilepas, sehingga puting susu dan areolla mammae
tertarik kedalam, tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan
terkumpul pada lekukan penampung pada sisi tabung, Setelah selesai dipakai
63
atau akan dipakai, maka alat harus dicuci bersih karenanya bila
menyusui dengan benar. Posisi menyususi yang baik menurut Marmi (2014),
menghadap ibu, leher dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah
berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu.
Lengan bawah dan tangan ibu menyanggga bayi, dan ia menggunakan tangan
berbaring miring : ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini
merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami penyembuhan
Tahap tata laksana menyusui menurut Marmi (2014), yaitu : ibu harus
duduk atau berbaring dengan santai, pegang bayi pada belakang bahunya,
tidak pada dasar kepala, putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke
ibu, rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu,
tempelkan dagu bayi pada payudara ibu, dengan posisi ini maka telinga bayi
akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.jauhkan hidung
bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
bagian dalam.
64
Posisi mulut bayi dan puting susu ibu menurut Marmi (2014), sebagai
berikut : Keluarkan ASI sedikit oleskan pada putingg susu dan areolla,
payudara dipegang dengan ibu jari dibagian atas dan jari yang lain menopang
di bawah atau dengan pegangan seperti gunting (puting susu dan areola
dicepit oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting) dibelakang areola,
sentuh pipi atau bibir bayi untuk merangsang rooting (refleks atau refleks
menghisap), tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, dan lidah menjulur ke
bawah, dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menekan bahu
belakang bayi bukan belakang kepala, posisikan puting susu di atas bibir atas
yang lunak (palatum molle), lidah bayi akan menekan dinding bawah
payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar, setelah bayi
dipegang atau disangga lagi, beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada
bernafas. hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara
dengan cara menekan pantat bayu dengan lengan ibu, dianjurkan tangan ibu
E. Evaluasi Keperawatan
10:00 WIB pada diagnosa keperawatan pertama hari ketiga adalah masalah
tidak terasa kencang karena mengetahui cara merawat payudara, nyeri karena
ASI tidak keluar dengan lancar, nyeri biasa dan bisa ditahan, nyeri pada
10:00 WIB pada diagnosa keperawatan kedua hari ketiga adalah masalah
pengetahuan pada tanggal 07 Januari 2016 jam 10:00 WIB didapatkan data
A. Kesimpulan
1. Pengkajian Keperawatan
terasa nyeri karena ASI tidak keluar dengan lancar, nyeri cekit-cekit
nyeri tekan, dari hasil TTV : tekanan darah 110/80 kali permenit, nadi
67
68
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
perawatan payudara
sesuai dengan harapan penulis, yaitu skala nyeri berkurang dari skala
batas normal.
B. Saran
3. Bagi Pembaca
partum.
73
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes jawa tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.kemkes.go.id. 21
November 2015.
Erawati. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. EGC : Jakarta.
Hamid, A. 2011. Buku panduan Wanita yang baru Pertama jadi Ibu. Flassbook :
Yogyakarta.
Judha, dkk. 2012. Teori pengukuran Nyeri “Nyeri persalinan”. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas Puerperium. Pustaka Belajar :
Yogyakarta.
Mubarak dan Nurul. 2008. Buku ajar Kebutuhan dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Edisi 4.
Jakarta : EGC.
Rohmah, N., & Walid, S. 2012. Proses Keperawatan : teori & aplikasi.
Yogyakarta : Ar-Ruuzz Media.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Salemba Medika : Jakarta.
Solehati dan Kosasi. 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam keperawatan
Maternitas. Rfika : Bandung.
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. CV Andi Offset :
Yogyakarta
Walyani dan Purwoastuti. 2015. Asuhan kebidanan masa nifas & Menyusui.
Pustaka barupress: Yogyakarta.